1.2. Pembatasan Masalah
Dalam kertas karya ini penulis hanya membahas gambaran umum tentang masyarakat Jawa dan upacara-upacara adat masyarakat Jawa. Pembahasan tentang
upacara Tingkeban, baik dari peralatan dan pelaksanaannya itu sendiri.
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis mengangkat “ upacara Tingkeban Pada Masyarakat Jawa” sebagai judul kertas karya adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperkenalkan salah satu upacara adat dari salah satu suku yang
ada di Indonesia ke masyarakat umum. 2.
Untuk menambah wawasan dan Pengetahuan tentang salah satu upacara adat di Indonesia.
3. Untuk melengkapi salah satu persyaratan supaya dapat lulus dari D3
Bahasa Jepang Universitas Sumatera Utara.
1.4. Metode Penelitian
Dalam kertas karya ini penulis menggunakan metode kepustakaan. Yaitu pengumpulan data atau informasi dengan membaca buku, dari internet yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan dibahas dalam kertas karya ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT JAWA
2.1. Masyarakat Jawa
Yang dimaksud orang Jawa atau masyarakat Jawa oleh Magnis-Suseno adalah orang yang bahasa ibunya bahasa Jawa dan merupakan penduduk asli bagian tengah
dan timur pulau Jawa. Berdasarkan golongan sosial, menurut sosiolog Koentjaraningrat, orang Jawa diklasifikasi menjadi tiga yaitu:
1. Wong cilik orang kecil terdiri dari petani dan mereka yang berpendapatan rendah 2. Kaum Priyayi terdiri dari pegawai dan orang-orang intelektual
3. Kaum Ningrat gaya hidupnya tidak jauh dari kaum Priyayi Selain dibedakan golongan sosial, orang Jawa juga dibedakan atas dasar
keagamaan dalam dua kelompok yaitu: 1. Jawa Kejawen yang sering disebut abangan yang dalam kesadaran dan cara
hidupnya ditentukan oleh tradisi Jawa pra-Islam. Kaum Priyayi tradisional hampir seluruhnya
2. Santri yang memahami dirinya sebagai Islam atau orientasinya yang kuat terhadap agama Islam dan berusaha untuk hidup menurut ajaran Islam. dianggap Jawa
Kejawen, walaupun mereka secara resmi mengaku Islam. Sebagian besar dari masyarakat Jawa adalah Jawa Kejawen atau Islam abangan.
Orang-orang inilah yang memelihara warisan budaya Jawa secara mendalam sebagai kejawen.
2.2. Upacara-Upacara Adat Pada Masyarakat Jawa
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya upacara adat Jawa dibagi menjadi tiga golongan. Yang pertama, upacara adat yang berhubungan siklus kehidupan. Yaitu upacara adat sejak sebelum
manusia lahir sampai meninggal dunia. Misalnya Upacara adat pada masa hamil, masa melahirkan, masa bayi atau kanak-kanak, masa remaja, dan masa meninggal
dunia. Yang kedua upacara adat yang menyangkut hubungan masyarakat Jawa dengan
siklus alam, misalnya Bersih Desa, Ruwat Bumi, Memohon Hujan, Masa Panen dan lain sebagainya.
Yang ketiga mengenai upacara adat kelembagaan, misalnya Garebeg, Labuhan, Sekatenan, Suran dan lain-lain.
Berbagai macam upacara adat yang terdapat pada masyarakat Jawa tersebut merupakan pencerminan bahwa semua perencanaan, tindakan, dan perbuatan telah
diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai luhur tersebut diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi berikut.
Setiap tata upacara adat tersebut mempunyai makna sendiri-sendiri dan sampai sekaramg masih dilaksanakan oleh masyarakat Jawa baik yang tinggal di kota-kota
besar maupun di desa-desa. Dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan setempat dan menurut kemampuan masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
BAB III UPACARA TINGKEBAN PADA MASYARAKAT JAWA
3.1. Upacara Tingkeban