MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
13
Pendekatan kontekstualisme melalui kelanggengan.
Pendekatan kontekstualisme melalui struktur formal internal
Pendekatan kontekstualisme melalui penjajaran reason dan memory
Pendekatan kontekstualisme melalui type-image.
Pendekatan kontekstualisme melalui style.
Pendekatan kontekstualisme melalui regionalism.
c. Penerapan kontektual dalam judul proyek
Kontekstual pada aspek fisik, dapat dilakukan dengan cara : Mengambil motif-motif desain setempat :
misalnya bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain pada kawasan Kesawan. Seperti bentuk :
Geometri : Berdasarkan standar geometri atau bentuk. Misalnya bentuk
persegi, bulat, segitiga, kubus dll.
Kompleksitas : Derajat kesederhanaan atau daya tarik bangunan tersebut. Terbagi atas 2:
- Bentuk sederhana = regular - Bentuk kompleks = iregular
Orientasi : Berdasarkan hubungan bentuk secara vertikal maupun
horizontal
Menggunakan bentuk-bentuk dasar yang sama Adapun dalam pengambilan bentuk dasar yang sama tetap melalui proses
pengaturan kembali sehingga memiliki tampak yang berbeda. Memiliki efek visual yang sama
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
14
Yakni dalam melakukan pencarian bentuk-bentuk baru dalam mendisain tetap memiliki efek visual yang sama atau mendekati yang lama.
Mengabstraksi bentuk-bentuk asli kontras Dalam arsitektur kontekstual hubungan yang simpatik tidak selalu
ditunjukkan dengan desain harmonis yang biasanya dicapai dengan penggunaan kembali elemen desain yang dominan yang terdapat pada
bangunan lama. Hubungan yang harmonis tersebut bisa dicapai dengan solusi desain yang kontras. Bentuk-bentuk asli pada bangunan lama tidak digunakan
langsung, namun bisa diabstraksikan ke dalam bentuk baru yang berbeda.
III.3 Study Banding II.3.1 Study Banding Tema Sejenis
East Wing, National Gallery
Lokasi : Washington, D.C. Arsitek : I. M. Pei
Galeri East Wing merupakan galeri dengan benda-benda peninggalan patung dan kesenian di kota yang dianggap suci serta merawat dan memperbaiki
peninggalan seperti aslinya. Struktur post-tension dengan batu pualam sebagai penutup luar dinding, serta kaca sebagai material bukaan gedung.
Tapak berada di persilangan antara dua jalan, yaitu Pennsylvania dan Constitutions. Tapak berbentuk trapesium, diselesaikan dengan membagi
bentuk trapesium menjadi dua buah segitiga dengan menarik garis diagonal. Hal ini dilakukan untuk mengelompokkan plan
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
15
berdasarkan kegiatannya.
Gambar 3.1. Site Plan East Wing, Nationa 1 Sumber : Great Buildings.com
Pembentukan ruang didasarkan pada grid yang berbentuk segitiga. Konsep geometri bentuk dasar segitiga tidak hanya diterapkan pada
pembentukan massa bangunan tetapi juga interior ruang dalamnya.
Pyramide du Louvre
Lokasi : Paris, Prancis Arsitek : I.M. Pei
Pyramide du Louvre merupakan sebuah museum dengan bentuk piramida, terdapat tiga piramida kecil yang mengelilingi piramida utama.
Piramida Utama merupakan pintu masuk utama ke museum. Ketinggian dari piramida ini mencapai 20,6 m dengan bagian dasar memiliki panjang sisi 35
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
16
m. Tersusun atas 603 kaca belah ketupat dan 70 kaca segitiga. Lobi bawah
tanah dibangun sebagai pintu masuk utama.
Gambar 3.2 Pyramide du Louvre, Paris 1
Pengunjung yang masuk melalui Pyramide du Louvre akan memasuki lobi kemudian naik ke bangunan utamanya. Sebagian orang menganggap
museum ini sangat kontras dengan bangunan di sekitarnya yang berlanggam arsitektur klasik. Namun sebagian orang berpendapat bahwa Pyramide du
Louvre kontras sebagai penggabung antara bangunan lama dan baru.
Ponte Vecchio, Florence, Italia
Lokasi : Florence, Italia Salah
satu pendekatan
yang dapat
dilakukan dalam konteks arsitektur
kontekstual adalah
mengambil motif-motif
desain setempat, seperti
Gambar 3.3. Ponte Vecchio, Florence, Italia
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
17
Bentuk massa, pola atau irama bukaan, dan ornamen desain yang digunakan. Rumah-rumah Ponte Vecchio di Florence, Italia, merupakan
bangunan baru yang mengadaptasi gaya Renaisans yang ingin menggantikan bangunan lama yang hancur saat Perang Dunia ke-2. Kontinuitas visual
terlihat dari bentuk massa dan irama bukaan atau jendela. Tanggapan : Penerapan elemen-elemen bangunan lama pada
desainnya merupakan wujud dari kekontekstualan yang dibuat oleh arsitek. Dengan pendekatan arsitektur kontekstual yang harmonis, nilai-nilai
bangunan lama yang pernah ada kembali dimunculkan secara visual pada bangunan baru.
III.3.2 Studi Banding Kawasan Boat Quay Singapura
While Singapore River telah menjadi pusat pembangunan kota sejak abad ke-19. Sebelumnya, kondisi di area sepanjang tepi sungai
ini sangat kumuh dan sudah tidak layak lagi untuk dilihat maupun digunakan sebagai fasilitas. Pemerintah Singapura sebelumnya
berencana untuk merobohkan bangunan-bangunan tua di sepanjang Boat Quay dan Clarke Quay dan menggantinya dengan bangunan-
bangunan modern yang baru. Namun atas desakan dan masukan beberapa perencana, maka diambillah sebuah kebijakan untuk
melestarikan bangunan-bangunan tua yang sudah tidak layak huni tersebut.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
18
Gambar 3.4 While Singapore River dulunya
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
19
Gambar 3.5 While Singapore river setelah direvitalisasi
Setelah mengalami revitalisasi dan tetap melestarikan bangunan-bangunan tua di sekitar site. Fungsi-fungsi bangunan
lama dirubah menjadi fungsi baru tanpa harus mengubah
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
20
identitasnya. Renovasi dan konversi ruko ke restoran, menciptakan promenade dan pedestrian serta festival dan budaya setempat.
Aroma busuk dari sungai dan warna hitam dihilangkan dengan adanya program pembersihan dan pemeliharaan.
Revitalisasi Sungai Malaka Malaysia
Sungai Malaka merupakan sungai yang paling vital pada masa pemerintahan Kesultanan Melayu Malaka 1402-1511. Di
sepanjang sungai ini dulunya terdapat kawasan kota, kawasan pemukiman, pemakaman, area bisnis dan pelabuhan. Karena tidak
ingin Sungai Malaka menjadi lahan “tidur” , Datuk Seri Mohd Ali Rustam sebagai Ketua Menteri Malaka mengusulkan Sungai
Malaka direvitalisasi kembali menjadi kawasan wisata.
Gambar 3.6 Sungai Malaka dulunya
Setelah diadakannya revitalisasi, maka sungai malaka lebih produktif, dan tertata dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
21
Gambar 3.7. Sungai Malaka setelah direvitalisasi
Komponen revitalisasi sungai Malaka diantaranya : Fasilitas pendukung seperti pusat rekreasi, restoran, boat yang
mengarungi sungai Malaka,toko cenderamata, dll
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
22
Penataan bibir sungai dibuat begitu apik. Untuk menjaga kebersihan sungai, perangkap sampah dipasang si sepanjang
sungai. Rumah penduduk yang ditata apik dan semenarik mungkin
sehingga meningkatkan kunjungan wisata. Pedestrian, monorail, dan jalur sepeda yang aman dan sangat
menarik pendatang dan menjadi kebanggaan penduduk lokal.
Komponen-komponen diatas
merupakan referensi
dalam pewujudan Deli Smart River pada penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
III.4 Data Letak geografis site adalah sebagai berikut :
Lokasi
: Desa Helvetia Kec. Labuhan Deli Kab. Deli Serdang Sumatera Utara
Nama Kawasan
: Desa Helvetia
Tipe Kawasan : Pemukiman, Perkebunan
Luas Kawasan
: 8,2 Ha
Luas Wilayah : 1027 Ha
Batas Wilayah
: a.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Karang Berombak, Medan.
b. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Manunggal Labuhan Deli.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
23
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kel. Tanjung Mulia dan Pulo
Brayan Medan. d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Helvetia Sunggal dan Kelambir Lima Hamparan Perak.
Iklim
: Suhu udara berkisar antara 25º - 33ºC dengan curah hujan 30mmtahun
Lokasi Site
Lokasi
: Desa Helvetia Kec. Labuhan Deli Kab. Deli Serdang Sumatera Utara
Luas Area
: ± 8,2 Ha
Kasus Perancangan : Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli
Status Perancangan
: Fiktif
Kontur Lahan : Datar
Batas Site
: a. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Karya dan Karya Ujung
b. Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Helvetia by Pass. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Deli.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Gang Melati.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
24
Gambar 3.8. Peta Lokasi Eks Pemeraman Tembakau PTPN II
Sumber : Google Earth
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
25
III.5 Analisa
Untuk menciptakan sebuah masterplan, diperlukan analisa sebagai bahan pertimbangan peletakan bangunan agar suasana yang akan terjadi
sesuai dengan fungsi yang akan diletakkan. Analisa yang dipakai untuk menciptakan masterplan tersebut adalah :
1. Analisa Fungsi
Analisa fungsi ditujukan untuk mengetahui fungsi apa saja yang diperlukan dan nantinya akan diterapkan pada kawasan
ini berdasarkan pertimbangan dari data yang ada beserta asumsi yang diambil.
2. Analisa peletakan fungsi bangunan
Analisa peletakan fungsi bangunan diperlukan untuk membuat beberapa kemungkinan yang akan diambil sebagai zona
peletakan bangunan. Adanya zona peletakan bangunan ini berdasar kepada rekomendasi beberapa analisa seperti analisa
view, kebisingan, aksesibilitas. 3.
Analisa Sirkulasi Analisa sirkulasi yang dimaksud adalah analisa yang berkaitan
dengan sirkulasi yang terjadi di dalam site kawasan.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
26
III.5.1 Analisa Fungsi
Kawasan eks pemeraman tembakau PTPN II adalah merupakan kawasan yang dulunya terkenal dengan penghasilan tembakau yang sampai
diekspor ke luar negeri, dan Kota Medan menjadi terkenal karena penghasil tembakau dengan mutu tinggi. Namun, semakin lama ketenaran akan
tembakau memudar dan kini yang tinggal hanyalah bangunan lama yang berdiri dengan kokoh namun tidak ada kegiatan lagi didalamnya. Karena nilai
kawasan ini sangat tinggi, tentu saja kawasan ini butuh penyegaran dan hidup kembali walaupun bukan merupakan tempat perindustrian tembakau seperti
yang dahulu tetapi sudah menjadi kawasan wisata sejarah bagi pengguna. Fungsi yang ditawarkan juga berkenaan dengan fungsi wisata. Karena
nilai historis yang menjadi ciri khas dari kawasan ini maka perlunya bangunan seperti museum dan diorama untuk mempertahankan historis dari
perkebunan dan bangunan peninggalan dari zaman dulu. Kemudian didukung oleh fasilitas komunitas untuk mengembangkan nilai kawasan ini dan faktor
penginapan juga penting untuk para pengunjung yang ingin berlama-lama menikmati kawasan ini.
Fungsi wisata air dan kuliner juga mendukung fasilitas yang ada dan juga untuk menambah variasi fungsi bangunan yang ada di kawasan ini.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
27
Diagram 3.1 Analisa Fungsi
MUSEUM
Museum dijadikan salah satu fungsi dalam kawasan ini karena adanya bangunan bersejarah yang masih berdiri pada kawasan ini yaitu bangunan
gedung pemeraman tembakau dan rumah manager dari perkebunan ini. Nilai sejarah tinggi terlihat dari eksterior bangunan yang sudah kelihatan berumur
puluhan tahun dan juga teknologi bangunan yang
masih dipakai pada zaman kolonial. Hal ini yang membuat fungsi museum layak untuk dijadikan fungsi
Gambar 3.10 Rumah Manager Gambar 3.9 Gedung Eks Pemeraman Tembakau
PTPN II
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
28
bangunan pada kawasan ini sehingga bangunan ini bisa menjadi beroperasi dan terus menerus dapat digunakan.
PUSAT KOMUNITAS
Pusat komunitas cukup banyak berkembang di Kota Medan contohnya adalah komunitas Medan Heritage, Medan Berkebun, komnuitas fotografi,
komunitas art dan pertunjukan dan lai sebagainya. Sebagai kawasan yang akan dijadikan kawasan wisata bersejarah maka pusat komunitas perlu
diletakkan pada kawasan ini dikarenakan ini menjadi wadah para komunitas untuk belajar banyak tentang sejarah dan juga kebun tembakau atau tanaman
lainnya. Selain itu adanya komunitas membuat kawasan ini menjadi wisata masyarakat untuk melihat komunitas yang ada di Medan dan berkesempatan
ikut dalam komunitas tersebut.
Gambar 3.11 Gedung Community Center
DIORAMA
Diorama menjadi salah satu fungsi wisata yang diterapkan pada kawasan ini. Fungsi ini perlu karena kawasan ini berada pada daerah
perindustrian perkebunan. Namun, pada kawasan wisata sejarah ini, jenis dari
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
29
diorama yang akan diterapkan nanti tidak seluruhnya akan memproduksi hasil perkebunan melainkan aka nada zona wisata seperti jalur wisata yang akan
membawa pengunjung dapat menjalani proses dari produksi tembakau seperti adanya diorama berupa patung yang akan di didrikan pada kawasan ini. Hal
ini akan menjadi daya tarik wisata bagi pengunjung untuk mengenal wisata perkebunan di kawasan ini.
Gambar 3.12 Diorama
HOTEL
Hotel adalah fasilitas yang disiapkan pada kawasan ini untuk para pengunjung yang mau menetap sementara untuk lebih merasakan suasana
wisata sungai dan bersejarah yang tidak dapat dirasakan ditempat yang lain. Penginapan nantinya akan berupa bangunan yang bertingkat banyak dan juga
berupa cottage kecil sehingga keluarga sekalipun dapat menetap pada kawasan ini.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
30
Gambar 3.13 Penginapan
PASAR
Pasar merupakan fungsi yang diletakkan pada kawasan ini. Hal ini menjadi pertimbangan bahwa pada daerah lingkungan sekitar kawasan wisata
ini tidak terdapat pasar bagi penduduk, sehingga fungsi pasar sangat diperlukan untuk menyediakan komoditi utama masyarakat. Selain itu, karena
berada dikawasan wisata,maka pasar ini juga berfungsi menjadi pasar wisata yang menyediakan souvenir yang berkaitan dengan wisata sejarah dan hasil
perkebunan.
Gambar 3.14 Pasar
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
31
PUSAT REKREASI KULINER
Pusat rekreasi dan kuliner menjadi fungsi wisata terakhir yang berada di kawasan ini. Fungsi ini diharapkan menjadi factor pemasukan juga selain
fungsi – fungsi wisata lainnya. Taman rekreasi yang berupa tempat
pemandian atau waterpark dibuat untuk menambah daya tarik wisata bagi pengunjung yang hadir dikawasan ini. Fungsi lainnya adalah fungsi wisata
kuliner yang dipertimbangkan karena banyaknya masyrarakat yang hadir memerlukan wadah untuk menikmati bermacam kuliner yang ada di kawasan
ini dengan suasana kolonial dan suasana alam terbuka.
Gambar 3.15 Taman Rekreasi
RTH PLAZA
RTH Ruang Terbuka Hijau adalah lahan yang difungsikan untuk kegiatan publik tanpa ada bangunan tinggi di dalamnya. Lahan ruang terbuka
hijau memang berupa lahan dengan taman-taman.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
32
Gambar 3.16. Plaza
AREA PROMANADE
Area promenade adalah area yang difungsikan berjalan-jalan. Fungsi ini muncul karena adanya fungsi sungai Deli yang berada di sekitar kawasan.
Area ini berjarak 15 meter dari pinggiran sungai sesuai dengan ketetapan garis sempadan sungai. Area ini akan dimanfaatkan dengan aktivitas bersantai
dan berolahraga seperti jogging track dan bicycle track. Selain itu, terdapat
Gambar 3.17. Area Promenade
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
33
Gazebo yang berada dipinggiran sungai sebagai tempat duduk bagi pengunjung yang ingin beristirahat sambil melihat pemandangan sungai Deli.
III.5. 2 Analisa Perletakan Bangunan
Analisa peletakan bangunan yang diperlukan untuk mendapatkan zona peletakan fungsi didalam siteberdasarkan pertimbangan dari analisa
aksesibilitas, view dan kebisingan.
III.5.3 Analisa Aksesibilitas
Analisa aksesibilitas diperlukan untuk mengetahui jalur untuk mencapai kawasan site.
Data yang terdapat pada kawasan adalah terdiri dari 3 sirkulasi yang dapat dilalui oleh kendaraan
yaitu jalan Helvetia By Pass, Gg. Melati, jalan
Gambar 3.18. Analisa Aksesbilitas
Karya dan pinggiran sungai. Keeempat jalur tersebut memiliki potensi untuk dijadikan jalur masuk kedalam kawasan.
ZONA POTENSI
REKOMENDASI
Helvetia By Pass
1 Merupakan jalan dengan lalu lintas
2 arah.
Lebar jalan sangat mendukung
sebesar 8 meter.
Jarang terjadi kemacetan pada
jalur ini
Museum Penginapan
Community Center
Pusat Rekreasi
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
34 Jalan Karya
2
Gg.Melati 3
Pinggiran Sungai
4 Banyak
kendaraan umum
melewati jalan ini
Jalan dengan lalu lintas 2 arah Jarang menjadi sumber kemacetan
Banyak kendaraan
umum
melewati jalan ini
Jalan dengan lalu lintas 2 arah
Jarang terjadi kemacetan karena tidak ada aktivitas angkutan kota
pada jalan ini.
Tidak dilalui oleh pengguna
kendaraan Jalan cukup lebar
Pasar Penginapan
Diorama Taman Rekreasi
Pasar Community
Center
Penginapan
Tabel 3.1.Analisa
Aksesibilitas
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
35
III.5. 4 Analisa Kebisingan
Analisa kebisingan diperlukan untuk mengetahui peletakan kawasan
dengan mempertimbangkan fungsi yang menyebabkan kebisingan tinggi dengan
fungsi yang menyebabkan kebisingan rendah.
Ada 2 jenis analisa kebisingan yang menjadi pertimbangan yaitu analisa
Gambar 3.19. Analisa Kebisingan
kebisingan yang disebabkan oleh bangunan
sekitar dan analisa kebisingan yang disebabkan oleh antar fungsi yang berada
di dalam kawasan
. ANALISA KEBISINGAN YANG DISEBABKAN BANGUNAN SEKITAR
ZONA POTENSI
REKOMENDASI
Helvetia By Pass
1 Jalan Karya
2 Gg. Melati
3
Sungai Kebisingan
yang disebabkan
dijalan ini cukup tinggi karena akses lalu lintas yang padat dan
banyak di lewati oleh truk besar. Kebisingan
yang disebabkan
dijalan ini cukup tinggi karena akses lalu lintas yang padat dan
banyak pemukiman
padat penduduk
Museum Pusat Komunitas
Pasat Taman Rekreasi
Diroama
Penginapan
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
36 4
Tingkat kebisingan rendah karena tidak ada aktivitas di area ini
Area Promanade RTH
ANALISA KEBISINGAN DISEBABKAN OLEH FUNGSI DALAM SITE FUNGSI
POTENSI REKOMENDASI
Museum
Penginapan
Diorama RTH
Pasar
Taman Potensi kebisingan pada museum
rendah karena tidak banyaknya aktivitas yang mengeluarkan suara.
Potensi kebisingan pada museum rendah karena aktivitas yang terjadi
adalah aktivitas
privat untuk
bertempat tinggal.
Potensi kebisingan yang dihasilkan cukup rendah karena aktivitas yang
ada didalamnya melihat diorama- diorama aktivtas perkebunan
Potensi kebisingan yang dihasilkan tinggi karena aktivitas yang ada
didalamnya melakukan aktivitas jual
beli dan
ramai akan
Tabel 3.2. Analisa Kebisingan
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
37 Rekreasi
Area Promanade
pengunjung.
Potensi kebisingan yang dihasilkan tinggi karena aktivitas yang ada
didalamnya melakukan aktivitas permainan dan banyak wahana yang
menimbulkan bunyi.
Potensi kebisingan yang dihasilkan rendah karena aktivitas yang ada
didalamnya melakukan aktivitas jual
beli dan
ramai akan
pengunjung.
Analisa diaatas menjadi bahan pertimbangan fungsi apa yang akan dibuat saling berdekatan dalam kawasan site untuk menciptakan kenyamanan di dalam site
III.5. 5 Analisa View
Analisa view
diperlukan untuk
mengetahui potensi
peletakan fungsi
berdasarkan pada potensi view yang breada di sekitar lingkungan site. Ada 2 jenis analisa view
yang menjadi pertimbangan yaitu view dari
Gambar 3. 20. Analisa View
Tabel 3.3. Analisa Kebisingan
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
38 dalam ke luar dan analisa view dari luar ke dalam.
ANALISA VIEW DARI DALAM KELUAR ZONA
POTENSI REKOMENDASI
Helvetia By Pass
1
Jalan Karya 2
Gg.Melati 3
Pinggiran Sungai
4 Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Sungai dan pemukiman penduduk
Museum
Diorama Taman Rekreasi
Community Center
Pasar
Penginapan
ANALISA VIEW DARI DALAM KELUAR ZONA
POTENSI REKOMENDASI
Helvetia By Pass
1 Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Museum Community
Center
Tabel 3.4. Analisa View dari
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
39 Jalan Karya
2
Gg.Melati 3
Pinggiran Sungai 4
Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Jalan raya dan pemukiman
penduduk
Sungai dan pemukiman penduduk
Diorama Taman Rekreasi
Community Center
Pasar
Penginapan
III.5. 6 Analisa Sirkulasi
Analisa sirkulasi diperlukan untuk mengetahui potensi bentukan sirkulasi yang
ada di dalam site. Sirkulasi yang ada didalam site sudah terbentuk dan memiliki
potensi untuk dipertahankan namun ada juga yang berpotensi untuk diubah karena tidak
sesuai dengan analisa yang telah dilakukan.
Gambar 3.21. Analisa Sirkulasi
Data Potensi
Rekomendasi
Sudah terdapat
jalur sirkulasi pada Jalur sirkulasi yang
berada pada
Sirkulasi didalam site
sebaiknya
Tabel 3.5. Analisa View dari
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
40 eksisting
Lebar sirkulasi
didalam site cukup baik.
eksisting dapat
menghubungkan langsung
jalan Helvetia By Pass
dan jalan Karya Pohon
Beringin yang sudah berusia
cukup tua
dapat dijadikan titik pusat
sirkulasi karena
berada ditengah
kawasan Dijadikan kawasan
dengan sistem jalur sirkulasi
pejalan kaki.
merupakan sirkulasi yang dapat dilalui
dengan berjalan
kaki karena jarak tempuh yang tidak
jauh Jalur
sirkulasi diperlebar
untuk memberi
kesan nyaman
saat berjalan kaki.
Opsi konsep
sirkulasi muncul
karena adanya
pohon beringin
yang ada ditengah kawasan
III.5. 7 Proses Analisa
Berdasarkan hasil yang didapat pada ketiga analisa tersebut, maka dapat diketahui bahwa ada 4 zona peletakan yang dapat dilakukan terhadap fungsi
–fungsi yang akan dibuat dalam kawasan ini ditambah 1 zona peletakan yang berada di
tengah dari kawasan.
Tabel 3.6.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
41
Gambar 3.22. Proses Analisa
Tiga zona publik yang dimaksud adalah zona Helvetia By Pass, zona Gg. Melati, zona jalan Karya dan satu zona privat yaitu zona pinggiran sungai. Fungsi
massa bangunan yang berada pada zona publik adalah museum, community center, pasar, taman rekreasi, dan diorama. Fungsi privat antara lain adalah fungsi
penginapan dan fungsi pusat adalah fungsi ruang terbuka hijau. Namun ini gambar diatas masih belum menunjukkan peletakan yang
sebenarnya sehingga masih terjadi banyak kemungkinan yang bisa dibuat terhadap peletakan bangunan pada setiap zona. Maka dari pada itu perlu dilakukan
perhitungan terhadap rekomendasi yang diberikan oleh seriap analisa kepada setiap fungsi dan juga adanya matriks keterkaitan fungsi bisa menjadi pertimbangan untuk
dapat mengetahui fungsi apa yang seharusnya bisa saling berdekatan dan juga tidak berdekatan.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
42
N o
Fungsi Helvetia
By Pass Gg.
Melati Jl.. Karya
Pinggi ran
sungai Pusat
1 2
3 4
5 6
7 8
Museum Penginapan
P. Rekreasi Pasar
Diorama Community
center RTH
Promanade 3
1 2
1 1
3 2
2 1
1 2
2
1 1
Gambar 3.23. Matriks
Tabel diatas merupakan akumulasi dari rekomendasi yang dihasolkan oleh analisa untuk dijadikan pedoman perletakan bangunan, diperkuat dengan tabel
matriks untuk memperlihatkan hubungan antar fungsisatu dengan yang lain bagaimana interaksi bangunan apakah hubungan antar fungsi tersebut bersifat dekat,
sedang ataupun jauh.
Tabel 3.7. Zoning
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
43
III.6 Konsep III.6.1 Konsep Zoning
Konsep Perancangan Zoning pada “Kawasan Wisata Sejarah Tembakau Deli” dibagi atas 3 Zona yaitu :
Zona Publik Zona Centre Publik
Zona Privat
Gambar 3.24. Konsep Zoning
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
44
III.6.2 Konsep Sirkulasi Circle pedestrians way
Konsep sirkulasi dimulai pada peletakan pintu masuk ke dalam kawasan site. Berdasarkan hasil analisa, pintu masuk kedalam kawasan
berada di jalan Helvetia By Pass dan jalan Gg. Melati karena aktivitas lalu lintas yang tidak sering terjadi kemacetan.
Gambar 3.25. Konsep Sirkulasi
Sirkulasi yang terjadi pada kawasan ini adalah sirkulasi pejalan kaki, tidak ada aktivitas lalu lalang dengan menggunakan kendaraan bermotor, sehingga
masyarakat dapat merasakan suasana segar dengan banyaknya zona hijau dan juga suasana kolonial yang terdapat pada kawasan ini. Jenis sirkulasi menggunakan
konsep sirkulasi radial seperti rekomendasi yang dihasilkan oleh analisa sirkulasi. Zona tengah menjadi pusat pertemuan dari pengunjung yang berada di kawasan ini
jadi jika ada yang merasa tersesat zona ini dapat menjadi tempat bertemu.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
45
III.6.3 Konsep Bentukan Bangunan
Gambar 3.26. Konsep Bentukan Bangunan
Konsep bentukan bangunan yang diterapkan adalah konsep bangunan sesuai dengan tema arsitektur kawasan ini adalah kontekstual harmoni. Bangunan
bersejarah rumah manager dan gedung eks pemeraman tembakau menjadi contoh bangunan untuk diterapkan kepada bangunan yang lain sehingga kawasan ini
semakin kental dengan nilai sejarahnya. Bangunan bersejarah tersebut menggunakan bentukan simetris yaitu
bentukan persegi panjang dan persegi, namun untuk menambah variasi bentukan akan ditambah bentukan bangunan yang digabung atau di coak.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
46
III.6. 4 Konsep RTH
Gambar 3.27. Konsep RTH
Konsep ruang terbuka hijau yang berada di kawasan ini adalah konsep ruang terbuka yang menanggapi vista yang telah ada sebelumnya pada posisi eksisting.
Untuk menanggapi hal tersebut maka dibuat beberapa zona untuk melengkapi vista yang ada menjadi vista yang baru. Bentukannnya diambil dari daun tembakau yang
menjadi ciri khas dari kawasan ini. Satu helai daun tembakau dibuat menjadi sebuah bunga dan menciptakan ruang pada titik tengahnya yang menjadi inti dari kawasan
ini. Konsep RTH juga menyajikan tanaman tanaman atau tumbuhan hijau sehingga bisa menjadi tempat peristirahatan sementara oleh masyarakat
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
47
III.6. 5 Konsep Orientasi
Gambar 28. Konsep Orientasi Bangunan
Kawasan ini menggunakan satu titik sebagai orientasi utama pada bangunan lainnya, yaitu zona center atau ruang terbuka hijau kawasan ini. Setiap bangunan
harus punya orientasi yang diarahkan menuju area ruang terbuka hijau, sehingga pada titik ini pengunjung dapat melihat sekeliling bangunan dan merasakan atmosfer
yang berbeda seperti berada di sebuah tempat yang jauh dari tempat tinggal mereka. Namun, walaaupun setiap bangunan memiliki satu orientasi yang sama, setiap
bangunan juga harus menanggapi bangunan sekitar mereka ataupun lingkungan diluar daripada kawasan sejarah tersebu
III.6.6 Konsep Skenario Kawasan
Kawasan ini memiliki 2 skenario untuk masuk kedalam kawasan wisatanya. Dua scenario itu diambil dari dua jalur masuk yang berada pada kawasan ini yaitu
melalui pintu gerbang selatan dan pintu gerbang utara.
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
48
Diagram 3. 2. Skenario Kawasan Perancangan
Universitas Sumatera Utara
MUSEUM DAN PUSAT KOMUNITAS SENI TEMBAKAU DELI
49
BAB IV HASIL PERANCANGAN