Keterangan: r
it
= koefisien reliabilitas instrumen k
= banyaknya butir soal
2 i
= jumlah varians skor tiap-tiap item
2 t
= varians skor total
Setelah melakukan penghitungan mengenai reliabilitas, didapat koefisien reliabelitasnya adalah 0,93 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 12.
Angka 0,93 terdapat pada rentang 0,90 r
it
≤ 1,00. Berarti nilai koefisien reliabelitas masuk dalam kategori sangat tinggi. Maksud dari reliabelitas yang
tinggi adalah tes yang peneliti gunakan mempunyai keajegan atau kekonsitenan yang sangat tinggi.
3. Perhitungan Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang menjawab dengan benar berkemampuan tinggi dengan siswa
yang menjawab salah berkemampuan rendah. Daya pembeda tiap-tiap butir soal ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
4
DP =
JB BB
JA BA
Keterangan: BA = Jumlah skor maksimal kelompok atas yang menjawab soal dengan
benar BB = Jumlah skor maksimal kelompok bawah yang menjawab soal
dengan benar
4
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan …, hlm 213
JA = Jumlah skor maksimal kelompok atas JB = Jumlah skor maksimal kelompok bawah
DP = Daya pembeda tiap soal
Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal digunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.3 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda
Nilai D
p
Interpretasi D
p
= 0,00 0,00 D
p
≤ 0,20 0,20 D
p
≤ 0,40 0,40 D
p
≤ 0,70 0,70 D
p
≤ 1,00 Sangat jelek, dibuang
Jelek, dirombak Cukup, mungkin perlu diperbaiki
Baik, dapat digunakan Sangat baik, langsung digunakan tanpa pertimbangan
Pada lampiran 14 mengenai perhitungan daya pembeda instrument tes, hanya terdapat 6 soal yang memiliki daya pembeda baik dengan demikian soal dapat
langsung digunakan tanpa pertimbangan lagi. Dan 1 soal yang lainnya memiliki daya pembeda dengan kriteria cukup. Satu nomor soal ini dapat digunakan
asalkan diperbaiki terlebih dahulu, sebagai instrument. Karena soal yang satu mendapat kriteria cukup maka perlu diperbaiki. Soal ini
dapat diperbaiki dengan mengganti angka yang terdapat didalam soal atau kata- kata dalam soal agar siswa dapat mengerti apa yang kita maksud agar siswa dapat
menjawab soal dengan baik atau diganti oleh peneliti kelompok peserta tes yang memiliki kemampuan tinggi dengan kelompok peserta tes yang memiliki
kemampuan rendah.
4. Pengujian Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran untuk setiap item soal menunjukkan apakah butir soal itu tergolong sukar, sedang atau mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap
butir soal berbentuk uraian digunakan rumus
5
maks n
S S
TK
B A
Keterangan: TK
= tingkat kesukaran S
A
= jumlah skor kelompok atas S
B
= jumlah skor kelompok bawah n
= jumlah siswa kelompok atas dan bawah Maks
= skor maksimal soal yang bersangkutan Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal
digunakan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.4 Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran
Nilai TK Interpretasi
P = 0,00 0,00 P
≤ 0,30 0,30 P
≤ 0,70 0,70 P
≤ 1,00 Sangat sukar
Sukar Sedang
Mudah
5
Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran Yogyakarta: Multi Pressindo, cet 3, 2009, hlm. 182
Pada lampiran 16 mengenai perhitungan tingkat kesukaran semua soal kategori yaitu soal dengan tingkat kesukaran sedang. Hal ini disebabkan juga oleh judul
penelitian peneliti yang memilih hanya sampai tingkat hasil belajar sebagai aspek kognitif yang di nilai. Dalam perhitungan tersebut semua soal mempunyai tingkat
kesukarannya dalam kategori soal sedang.
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Analisis Instrumen
No Soal Uji coba Tes
Hasil Validitas No Soal
Uji Tes Daya Pembeda
Taraf Kesukaran
1 0,792
Valid 1
Baik Sedang
2 -0,398
Tidak Valid _
Sangat Jelek Sedang
3 0,802
Valid 2
Baik Sedang
4 0,827
Valid 3
Baik Sedang
5 0,770
Valid 4
Baik Sedang
6 0,758
Valid 5
Baik Sedang
7 0,016
Tidak Valid _
Sangat Jelek Sukar
8 0,117
Tidak Valid _
Sangat Jelek Sukar
9 0,784
Valid 6
Baik Sedang
10 0,789
Valid 7
Baik Sedang
E. Teknik Analisis Data