anak yang merupakan alat mendeteksi secara dini masalah kesehatan ibu, alat komunikasi dan penyuluhan informasi dari petugas kesehatan kepada ibu. Uraian
diatas dapat diartikan bahwa pemanfaatan buku KIA berperan baik secara tidak langsung mempengaruhi tingginya kejadian kematian bayi di Puskesmas Balige.
Berdasarkan situasi dan fenomena tersebut maka untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi maka perlu dilakukan penelitian mengenai mengenai
bagaimana determinan buku KIA pada ibu bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang, tingginya angka kematian bayi di Puskesmas Balige yang disebabkan secara tidak langsung karena pemanfaatan buku
KIA sebagai alat pengamatan kondisi kesehatan ibu dan bayi, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada determinan ibu bayi dalam
memanfaatkan buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan ibu bayi dalam pemanfaatan buku KIA di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba
Samosir.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Hipotesis
Ada determinan ibu bayi dalam pemanfaatan buku KIA di Wilayah Kerja
Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1.
Bagi pihak Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir untuk meningkatkan pelayanan bagi pasien ibu hamil dan ibu yang memiliki bayi di bawah 1 tahun
tentang pemakaian buku Kesehatan Ibu Anak KIA serta mengajak ibu-ibu hamil untuk memakai buku KIA dalam menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
2. Untuk meningkatkan partisipasi ibu hamil dan ibu bayi dalam pemanfaatan buku
KIA dalam meningkatkan kesehatan ibu dan bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.
3. Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis dalam aplikasi
keilmuan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi perpustakaan hingga menjadi dasar pemikiran untuk pelaksanaan penelitian sejenis dan
berkelanjutan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Buku Kesehatan Ibu dan Anak KIA
Buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan
informasi yang penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan, kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannya dan paket standar pelayanan KIA, gizi,
imunisasi, dan tumbuh kembang balita Kepmenkes RI, 2004 Salah satu tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak KIA adalah
meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan ibu dan anak. Dalam keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok yang paling rentan terhadap
berbagai masalah kesehatan seperti kesakitan dan gangguan gizi yang seringkali berakhir dengan kecacatan atau kematian. Untuk mewujudkan kemandirian keluarga
dalam memelihara kesehatan ibu dan anak maka salah satu upaya program adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga melalui penggunaan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak Buku KIA Depkes RI dan JICA, 2003 Manfaat Buku KIA secara umum adalah ibu dan anak mempunyai catatan
kesehatan yang lengkap, sejak ibu hamil sampai anaknya berumur lima tahun sedangkan manfaat buku KIA secara khusus ialah 1 untuk mencatat dan memantau
kesehatan ibu dan anak 2 alat komunikasi dan penyuluhan yang dilengkapi dengan informasi penting bagi ibu, keluarga dan masyarakat tentang kesehatan, gizi dan
Universitas Sumatera Utara
paket standar pelayanan KIA 3 alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau masalah kesehatan ibu dan anak 4 catatan pelayanan gizi dan
kesehatan ibu dan anak termasuk rujukannnya Depkes RI dan JICA, 2003.
2.1.1. Pemanfaatan Buku KIA
Kebijakan dan berbagai upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, antara lain dengan kegiatan Gerakan Sayang Ibu GSI, strategi making
pregnancy safer dan pengadaan buku KIA. Buku KIA telah diperkenalkan sejak 1994 dengan bantuan Badan Kerjasama Internasional Jepang JICA. Buku KIA diarahkan
untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA selain sebagai catatan kesehatan ibu dan anak, alat monitor
kesehatan dan alat komunikasi antara tenaga kesehatan dengan pasien Hasanbasri dan Ernoviana, 2006.
Buku KIA dapat diperoleh secara gratis melalui puskesmas, rumah sakit umum, puskesmas pembantu, polindes, dokter dan bidan praktek swasta. Buku KIA
berisi informasi dan materi penyuluhan tentang gizi dan kesehatan ibu dan anak, kartu ibu hamil, KMS bayi dan balita dan catatan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Buku
KIA disimpan di rumah dan dibawa selama pemeriksaan antenatal di pelayanan kesehatan. Petugas kesehatan akan mencatatkan hasil pemeriksaan ibu dengan
lengkap di buku KIA, agar ibu dan keluarga lainnya mengetahui dengan pasti kesehatan ibu dan anak. Hasanbasri dan Ernoviana, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Buku KIA sebagai sarana informasi pelayanan KIA. Bagi kader sebagai alat penyuluhan kesehatan serta untuk menggerakkan masyarakat agar datang dan
menggunakan fasilitas kesehatan. Bagi petugas puskesmas, buku KIA dapat dipakai sebagai standar pelayanan, penyuluhan dan konseling kesehatan, sehingga pelayanan
kepada ibu dan anak dapat diberikan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pemanfaatan buku KIA oleh petugas dalam melaksanakan pemeriksaan ibu dan anak
dapat mencegah terjadinya ibu hamil anemia, BBLR, angka kematian ibu dan bayi, serta mencegah terjadinya balita kurang gizi. Hasanbasri dan Ernoviana, 2006.
Buku KIA sebagai materi penyuluhan dalam pelayanan antenatal berisikan 13 materi yaitu 1 apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil 2 bagaimana menjaga
kesehatan ibu hamil 3 bagaimana makan yang baik selama hamil 4 apa saja tandatanda bahaya pada ibu hamil 5 apa saja persiapan keluarga menghadapi
persalinan 6 apa saja tanda-tanda persalinan 7 apa saja yang dilakukan ibu bersalin 8 apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil 9 apa saja yang dilakukan ibu nifas
10 bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas 11 apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu nifas 12 mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program
Keluarga Berencana KB 13 apa saja alat kontrasepsicara ber-KB. Depkes, 2005.
2.1.2. Buku KIA sebagai Materi Penyuluhan
Buku Kesehatan Ibu dan Anak KIA merupakan satu-satunya buku untuk keluarga yang berisikan informasi dan catatan kesehatan ibu dan anak. Untuk
memahami pesan atau informasi yang tercantum dalam Buku KIA, ibu dan keluarga
Universitas Sumatera Utara
perlu mendapatkan dukungan dan bimbingan dari petugas kesehatan. Adapun materi penyuluhan sebagai berikut :
1. Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil
a. Periksa hamil secepatnya dan sesering mungkin sesuai anjuran petugas
b. Timbang berat badan setiap kali periksa hamil
c. Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama hamil
d. Minta imunisasi Tetanus Toksoid kepada petugas kesehatan
e. Minta nasihat kepada petugas kesehatan tentang makanan bergizi selama
hamil f.
Sering mengajak bicara bayi sambil mengelus-elus perut setelah kandungan berumur 4 bulan
2. Bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil
a. Mandi pakai sabun setiap hari, pagi dan sore. Gosok gigi dua kali sehari
b. setelah makan pagi dan sebelum tidur
c. Istirahat berbaring sedikitnya 1 jam pada siang hari dan kurangi kerja berat
d. Tanyakan kepada bidan atau dokter tentang hubungan suami-istri yang aman
selama hamil e.
Jangan merokok, memakai narkoba, minum jamu atau minum minuman keras. f.
Di daerah malaria, sebaiknya ibu tidur pakai kelambu 3.
Bagaimana makan yang baik selama hamil a.
Makan makanan yang bergizi sesuai dengan anjuran petugas kesehatan b.
Makan 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil
Universitas Sumatera Utara
c. Untuk menembah tenaga, makan makanan selingan, pagi dan sore hari seperti
kolak, bubur kacang hijau, kue-kue dan lain-lain d.
Tidak ada pantangan makanan bagi ibu selama hamil 4.
Apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu hamil a.
Pendarahan b.
Bengkak di kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala kadangkala disertai kejang
c. Demam tinggi
d. Keluar air ketuban sebelum waktunya
e. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
f. Ibu muntah terus dan tidak mau makan
5. Apa saja persiapan keluarga menghadapi persalinan
a. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh
bidan atau dokter b.
Suamikeluarga perlu menabung untuk biaya persalinan c.
Siapkan donor darah, jika sewaktu-waktu diperlukan ibu d.
Ibu dan suami menanyakan kebidandokter kapan perkiraan tanggal persalinan e.
Suami dan masyarakat menyiapkan kendaraan jika sewaktu-waktu ibu dan bayi perlu segera ke Rumah Sakit
f. Jika bersalin di rumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan :
1 Ruangan yang terang, tempat tidur dengan alas kain yang bersih
2 Air bersih dan sabun untuk cuci tangan
Universitas Sumatera Utara
3 Kain, handuk dan pakaian bayi yang bersih dan kering
4 Kain dan pakaian ganti yang bersih dan kering bagi ibu setelah melahirkan
6. Apa saja tanda-tanda persalinan
a. Mulas-mulas yang teratur timbul semakin sering dan semakin lama
b. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
c. Keluar cairan ketuban dari jalan lahir akibat pecahnya selaput ketuban
7. Apa saja yang dilakukan ibu bersalin
a. Proses persalinan berlangsung 12 jam sejak terasa mulas. Jadi ibu masih bisa
makan, minum, buang air kecil dan jalan-jalan b.
Jika mulas-mulas bertambah, tarik napas panjang melalui hidung dan keluarkan melalui mulut
c. Jika ibu merasa ingin buang air besar berarti bayi akan lahir. Segara beritahu
bidandokter d.
Ikuti anjuran bidan atau dokter kapan ibu harus mengejan waktu bayi akan lahir
8. Apa saja tanda-tanda bahaya pada ibu bersalin
a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas
b. Pendarahan lewat jalan lahir
c. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
d. Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
e. Air ketuban keruh dan berbau
f. Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar
Universitas Sumatera Utara
g. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang berat
9. Apa saja yang dilakukan ibu nifas
a. Segera menetekimenyusui bayi dalam 30 menit setelah bersalin untuk
mencegah pendarahan dan merangsang ASI cepat keluar b.
Tetekisusui bayi sesering mungkin dan setiap kali bayi menginginkan secara bergantian payudara kiri dan kanan
c. Rawat bayi baru lahir dengan baik
d. Tanyakan ke bidandokter cara meneteki secara eksklusif dan merawat bayi
baru lahir 10.
Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas a.
Makan makanan bergizi 1 piring lebih banyak dari sebelum hamil b.
Istirahat cukup supaya ibu sehat dan ASI keluar banyak c.
Minum 1 kapsul vitamin A dosis tinggi d.
Minum 1 tablet tambah darah setiap hari selama nifas e.
Jaga kebersihan alat kelamin, ganti pembalut setiap kali basah 11.
Apa saja tanda-tanda bahaya dan penyakit pada ibu hamil a.
Pendarahan lewat jalan lahir b.
Keluar cairan berbau dari jalan lahir c.
Demam lebih dari 2 hari d.
Bengkak di muka, tangan atau kaki, sakit kepala dan kejang-kejang e.
Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit f.
Mengalami gangguan jiwa
Universitas Sumatera Utara
12. Mengapa setelah bersalin ibu perlu ikut program Keluarga berencana KB
a. Agar ibu punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga kesehatan
ibu serta mengurus keluarga b.
Untuk mengatur agar jarak kehamilan tidak terlalu dekat, lebih dari 2 tahun 13.
Apa saja alat kontrasepsicara ber-KB a.
Alat Kontrasepsicara ber-KB bagi suami 1
Kondom 2
Vasektomi b.
Alat Kontrasepsicara ber-KB bagi istri 1
Pil 2
Suntik 3
Implan 4
Spiral 5
Tubektomi
2.1.3. Indikator Kesehatan Ibu dan Anak
Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA, yaitu : 1.
Akses pelayanan antenatal cakupan K1 Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal
serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat. 2.
Cakupan ibu hamil cakupan K4 Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap
memenuhi standar pelayanan dan mendapati waktu yang ditetapkan, yang
Universitas Sumatera Utara
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
jumlah kunjungan ibu hamil K4 dibagi jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun dikalikan 100.
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
Dengan indikator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA
dalam pertolongan persalinan secara profesional. 4.
Penjaringan deteksi ibu hamil berisiko oleh masyarakat Dengan indikator ini dapat diukur tingkat kemampuan dan peran serta
masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil berisiko di suatu wilayah. 5.
Penjaringan deteksi ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan Dengan indikator ini dapat diperkirakan besarnya masalah yang dihadapi oleh
program KIA dan harus ditindak-lanjuti dengan intervensi secara intensif. 6.
Cakupan pelayanan neonatal KN oleh tenaga kesehatan Dengan indikator ini dapat diketahui jangkauan pelayanan kesehatan neonatal
serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat untuk melakukan rujukan neonatal. Dasar-dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Kebidanan,
2012.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Perilaku Ibu
Menurut Green 1980 yang dikutip Soekidjo perilaku manusia dalam hal kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku behaviour causes
dan faktor di luar perilaku non behaviour cause. Selanjutnya menurut Soekidjo, Green menjabarkan faktor perilaku menjadi tiga faktor yaitu: a faktor predisposisi,
yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan
sebagainya; b faktor pendukung, yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan; c faktor pendorong, yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Dari uraian diatas Soekidjo menyimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan
tradisi dari masyarakat itu sendiri. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku. Implisit dari proses perubahan perilaku adalah adanya sesuatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada individu dan
diharapkan untuk diterimadipakai oleh individu tersebut Liliweri, 2007. Pengetahuan ini menimbulkan minatnya untuk mengenal lebih jauh tentang
objek tersebut, dan kemudian petugas kesehatan mulai membujuk atau meningkatkan motivasinya guna bersedia menerima objektopik yang dianjurkan; 2 Persuasion
pendekatan, yaitu tahap dimana individu membentuk suatu sikap kurang baik atau
Universitas Sumatera Utara
yang baik terhadap inovasi; 3 tahap decision, yaitu tahap dimana individu mengambil keputusan untuk menerima konsep baru yang ditawarkan petugas
kesehatan; 4 tahap implementation, yaitu tahap penggunaan, yaitu individu menempatkan inovasi tersebut untuk dimanfaatkan atau diadopsi; 5 tahap
confirmation, yaitu tahap penguatan, dimana individu meminta dukungan dari lingkungannya atas keputusan yang diambilnya.
2.2.1. Perubahan Perilaku
Hosland et.al. 1953 dalam kutipan Soekidjo mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses
Perubahan Perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:
1. Stimulus rangsang yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti di sini. Tetapi bila
stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.
2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme diterima maka ia
mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. 3.
Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya bersikap
Universitas Sumatera Utara
4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungannya, maka
stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari pada individu tersebut perubahan perilaku.
Gambar 2.1. Skema Teori Stimulus-Organisme-Respons
Agar upaya pembentukan atau perubahan perilaku terjadi sebagaimana yang diharapkan diperlukan suatu strategi perubahan perilaku. WHO seperti yang dikutip
oleh Soekidjo 2007 mengelompokkan strategi perubahan perilaku menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Menggunakan kekuatankekuasaan atau dorongan, cara ini ditempuh misalnya
dengan adanya peraturan-peraturanperundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan
tetapi perubahan tersebut tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri. 2.
Pemberian Informasi, dengan memberikan informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Stimulus
Organism : − Perhatian
− Pengertian − Penerimaan
Reaksi Perubahan Skrip
Reaksi Perubahan Praktek
Universitas Sumatera Utara
Cara ini akan memakan waktu lama tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari pada kesadaran sendiri bukan karena paksaan.
3. Diskusi dan partisipasi, cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua
tersebut di atas dimana di dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat satu arah saja, tetapi juga keaktifan berpartisipasi melalui diskusi-diskusi
tentang informasi yang diterimanya.
2.2.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemanfaatan Buku KIA 2.2.2.1. Faktor Predisposing
Predisposing Factor
Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
1. Pendidikan
Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi pekerjaan. De Partie Santis 1996 dikutip oleh Laurenta 2001 dimana dalam
penelitiannya membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan dan cara kerja seseorang.
Faktor pendidikan adalah salah satu hal yang sangat besar pengaruhnya terhadap peningkatan produktifitas kerja yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin besar kemungkinan tenaga kerja dapat bekerja dan melaksanakan pekerjaannya Ravianto, 1990. Menurut Heru, yang di kutip
Laksmono dan Tirto 2009, makin tinggi pendidikan makin mudah menerima
Universitas Sumatera Utara
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki . Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk siap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi
sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangannya sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau berubah ke
arah yang lebih dewasa, lebih baik dan matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat.
2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan ranah yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan cenderung tidak bersifat langgeng atau
berlangsung lama Soekidjo, 2007. Selanjutnya menurut Soekidjo pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan yang di cakup dalam ranah pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:
a. Tahu Know; tahu diartikan pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsang yang telah diterima. Oleh karena itu ”tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah. b.
Memahami Comprehension; memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebut contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. c.
Aplikasi Application; penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi nyata sebenanya.
Aplikasi disini dapat diartikan penggunaan metode, rumus, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
d. Analisis Analysis; analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain
e. Sintesis Synthesis; sintesis menunjukkan pada kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
Universitas Sumatera Utara
f. Evaluasi Evaluation; evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur. Pengetahuan
dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan jenis kuesioner yang bersifat self administered questioner yaitu jawaban diisi sendiri oleh responden. Dan bentuk
pertanyaannya berupa pilihan berganda, dimana hanya ada satu jawaban yang benar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari penilaian yang bersifat subyektif.
3. Sikap
Sikap individu tidak terlepas dari perilaku, sebab proses terjadinya perilaku seseorang berlangsung karena adanya sikap orang terhadap obyek. Menurut
Berkowitz 1972 dalam kutipan Azwar sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak favourable, maupun perasaan tidak mendukung
atau memihak unfavourable pada obyek tersebut. Secara lebih spesifik Thurstone memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau negatif terhadap suatu obyek
psikologis Azwar, 1995. Pengertian yang kurang lebih sama dikemukakan oleh Purwanto bahwa sikap
sebenarnya sudah mengandung unsur penilaian suka atau tidak suka, positif atau negatif, yang disebut subyek atau obyek. Kalau seseoorang bersikap positif terhadap
sesuatu hal, subyek akan mendekati, memakai, menganut atau mengadopsi obyek
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Sebaliknya kalau orang bersikap negatif terhadap suatu obyek, orang tersebut akan menjauhi, menolak, menggagalkan atau menghindari obyek tersebut.
Sedangkan Edgley 1980 yang di kutip Azwar mendefenisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Hal yang sama juga dikemukakan
oleh Soekidjo 1997 bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan “predisposisi” bagi suatu tindakan atau perilaku tertentu.
Dari bahan-bahan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu.
Soekidjo 2007 menggambarkan terjadinya sikap dan reaksi tingkah laku manusia melalui suatu rangkaian proses tertentu, seperti terlihat pada skema berikut:
Gambar 2.2. Skema Proses Terjadinya Sikap dan Reaksi Tingkah Laku
Dari skema diatas dapat dijelaskan bahwa dalam diri individu sebenarnya
terdapat suatu dorongan yang didasarkan pada kebutuhan, perasaan, perhatian dan kemampuan untuk mengambil suatu keputusan pada suatu saat terhadap suatu
Rangsangan Stimulus
Proses Stimulus
Reaksi
Tingkah Laku Terbuka
Sikap Tertutup
Universitas Sumatera Utara
perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya masih bersifat tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila terus menerus
diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih terbuka dan berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku.
2.2.2.2. Faktor Pemungkin Enabling Factor
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Sarana dalam hal ini adalah tersedianya buku KIA di
Puskesmas. Nurdin, 1998 berpendapat dibutuhkan pedoman tertentu tentang penempatan fasilitas dan penanganannya, disamping untuk memenuhi kebutuhan
jabatan seseorang, azas keserasian juga tetap untuk meningkatkan efisiensi kerja pegawai. Keserasian perbandingan antara manusia dengan alat kerja sehingga turut
menjamin adanya suasana kerja yang mengairahkan. Peralatan dan perlengakapan harus tepat guna yang diadakan sesuai dengan tingkat kebutuhan Laurenta, 2001.
2.2.2.3. Faktor Penguat Reinforcing Factor
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga undang-
undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Syamsudin, 2003 mengemukakan bahwa salah satu tugas
pimpinan adalah melakukan supervisipenilaian terhadap evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam upaya pencapaian tujuan. Evaluasi yang digunakan berdasarkan pada
efektifitas dan efisiensi. Adanya dua kategori evaluasi yaitu kesesuaian appropriateness yang dihubungkan dengan kebutuhan memenuhi tujuan program
Universitas Sumatera Utara
dan prioritas pilihan dan nilai-nilai yang tersedia, dan kecukupan adequency yang berhubungan dengan masalah dapat terselesaikan melalui kegiatan yang telah di
programkan. Rosidin dalam Putra 2008, menyimpulkan bahwa supervisi yang baik dilakukan sebanyak enam kali dalam satu tahun. Sulasmi dalam Putra juga
mengemukakan hal yang sama bahwa ada hubungan yang bermakna antara supervisi dengan kinerja bidan dimana bidan yang kurang mendapat supervisi mempunyai
resiko sebanyak 9,2 kali untuk berkinerja kurang.
2.3. Landasan Teori
Pemanfaatan buku KIA merupakan perwujudan dari perilaku individu, faktor manusia memegang peranan penting dalam mempengaruhi pemanfaatan buku KIA,
di samping itu ketersediaan fasilitas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Menurut Green 1980 yang dikutip oleh Notoatmodjo 1990, yang mendasari timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi faktor prediposing, enabling, dan
reinforcing. Faktor –faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain pengetahuan, sikap, dan pendidikan. Faktor enabling faktor pemungkin, mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana dalam hal ini buku KIA. Sedangkan faktor reinforcing faktor penguat mencakup tidak langsung yang mempengaruhi perilaku
bidan sehubungan dengan pemanfaatan buku KIA berupa pengawasan petugas kesehatan. Notoatmodjo, 1990.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Konsep