perubahan atau stimulus. Proses dalam tahapan ini sesungguhnya masih bersifat tertutup, tetapi sudah merupakan keadaan yang disebut sikap. Bila terus menerus
diarahkan, maka pada suatu saat akan meningkatkan menjadi lebih terbuka dan berwujud pada suatu reaksi yang berupa perilaku.
2.2.2.2. Faktor Pemungkin Enabling Factor
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Sarana dalam hal ini adalah tersedianya buku KIA di
Puskesmas. Nurdin, 1998 berpendapat dibutuhkan pedoman tertentu tentang penempatan fasilitas dan penanganannya, disamping untuk memenuhi kebutuhan
jabatan seseorang, azas keserasian juga tetap untuk meningkatkan efisiensi kerja pegawai. Keserasian perbandingan antara manusia dengan alat kerja sehingga turut
menjamin adanya suasana kerja yang mengairahkan. Peralatan dan perlengakapan harus tepat guna yang diadakan sesuai dengan tingkat kebutuhan Laurenta, 2001.
2.2.2.3. Faktor Penguat Reinforcing Factor
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga undang-
undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Syamsudin, 2003 mengemukakan bahwa salah satu tugas
pimpinan adalah melakukan supervisipenilaian terhadap evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam upaya pencapaian tujuan. Evaluasi yang digunakan berdasarkan pada
efektifitas dan efisiensi. Adanya dua kategori evaluasi yaitu kesesuaian appropriateness yang dihubungkan dengan kebutuhan memenuhi tujuan program
Universitas Sumatera Utara
dan prioritas pilihan dan nilai-nilai yang tersedia, dan kecukupan adequency yang berhubungan dengan masalah dapat terselesaikan melalui kegiatan yang telah di
programkan. Rosidin dalam Putra 2008, menyimpulkan bahwa supervisi yang baik dilakukan sebanyak enam kali dalam satu tahun. Sulasmi dalam Putra juga
mengemukakan hal yang sama bahwa ada hubungan yang bermakna antara supervisi dengan kinerja bidan dimana bidan yang kurang mendapat supervisi mempunyai
resiko sebanyak 9,2 kali untuk berkinerja kurang.
2.3. Landasan Teori
Pemanfaatan buku KIA merupakan perwujudan dari perilaku individu, faktor manusia memegang peranan penting dalam mempengaruhi pemanfaatan buku KIA,
di samping itu ketersediaan fasilitas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Menurut Green 1980 yang dikutip oleh Notoatmodjo 1990, yang mendasari timbulnya perilaku dapat dikelompokkan menjadi faktor prediposing, enabling, dan
reinforcing. Faktor –faktor yang tergolong sebagai faktor predisposing antara lain pengetahuan, sikap, dan pendidikan. Faktor enabling faktor pemungkin, mencakup
ketersediaan sarana dan prasarana dalam hal ini buku KIA. Sedangkan faktor reinforcing faktor penguat mencakup tidak langsung yang mempengaruhi perilaku
bidan sehubungan dengan pemanfaatan buku KIA berupa pengawasan petugas kesehatan. Notoatmodjo, 1990.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang telah dijelaskan, maka kerangka konseptual penelitian ini digambarkan pada Gambar 2.3 berikut ini
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Pemanfaatan
Buku KIA
Faktor Enabling:
Sarana Buku KIA
Faktor Predisposing:
1. Pendidikan
2. Pengetahuan
3. Sikap
Faktor Reinforcing:
Sikap Petugas Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah explanatory research dimana untuk menjelaskan variabel independen yaitu determinan perilaku ibu dalam pemanfaatan buku KIA
faktor prediposing, enabling, dan reinforcing terhadap variabel dependen pemanfaatan buku KIA di wilayah kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian