Kategori Penyebab Kategori GFR Glomerulus Filtration Rate LFG Laju Filtrasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Faktor Progresi Dapat mempercepat penurunan fungsi ginjal setelah inisiasi kerusakan ginjal. Yang termasuk faktor progresi adalah :  Glikemia pada diabetes  Hipertensi  Proteinuria  Merokok  Hiperlipidemia

2.3.2 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Klasifikasi GGK menurut KDIGO Clinical Practice Guideline for Evaluation and Management of CKD 2012, klasifikasi GGK dibagi menjadi 3 kategori, yaitu :

2.3.2.1 Kategori Penyebab

Tabel 2.1 Kategori Penyebab KDIGO Clinical Practice Guideline for Evaluation and Management of CKD, 2012 Contoh penyakit sistemik, yang berpengaruh pada ginjal Contoh gangguan primer ginjal tanpa ada penyakit sistemik yang berpengaruh pada ginjal Gangguan Glomerulus Diabetes, penyakit autoimmun sistemik, infeksi sistemik, obat - obatan, neoplasia termasuk amyloidosis Difusi, fokal atau proliferasi bulan sabit; fokal dan glomerusklerosis tersegmentasi, nefropati membran, mpenyakit yang berganti – ganti Gangguan Tubulusinterstisial Infeksi sistemik, autoimmun, sarkiodosis, obat - obatan, asam urat, toxin ISK, batu ginjal, sembelit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lingkungan asam aristolisik, sklerosis sistemik Gangguan Vaskular Arterosklerosis, HT, iskemi, emboli kolesterol, vaskulitik sistemik, pembekuan mikroangiopati, sklerosis sistemik Displasia fibromuskular, ANCA-berhubungan dengan vaskulitik terbaas pada ginjal Kista dan Penyakit Bawaan Polikista ginjal, sidrom alport, penyakaait fabry Displasia ginjal, kista sumsum tulang belakang, podositopati Catatan : bahwa ada banyak cara yang berbeda di mana untuk mengklasifikasikan CKD. Metode ini satu – satunya yang memisahkan penyakit sistemik dan penyakit ginjal primer, yang diusulkan oleh Kelompok Kerja, untuk membantu dalam pendekatan konseptual.

2.3.2.2 Kategori GFR Glomerulus Filtration Rate LFG Laju Filtrasi

Glomerulus 1. Stadium 1: kerusakan ginjal dengan LFG normal atau menurun, LFG  90 mlmin1,73 m 2 2. Stadium 2: kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan, LFG 60 – 89 mlmin1,73 m 2 3. Stadium 3: penurunan LFG sedang moderat, LFG 30 – 59 mlmin1,73 m 2 4. Stadium 4: penurunan LFG berat, LFG 15 – 29 mlmin1,73 m 2 5. Stadium 5: gagal ginjal, LFG 15 mlmin1,73 m 2 atau dialisis Catatan : Jika tidak menunjukan kerusakan ginjal, untuk stadium 1 dan 2 tidak memenuhi kriteria GGK KDIGO Clinical Practice Guideline for Evaluation and Management of CKD, 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.3.2.3 Kategori Albuminuria Tabel 2.2 Menurut Albuminuria KDIGO Clinical Practice Guideline for Evaluation and Management of CKD, 2012 Kategori Laju Ekskresi Albumin mg24 jam Rasio Albumin Kreatinin Kondisi mgmmol mgg A1 30 3 30 Meningkat normal dan perlahan A2 30-300 3-30 30-300 Meningkat secara moderat A3 300 300 300 Meningkat dengan parah Catatan : relatif untuk tingkatan muda dan dewasa termasuk sindrom nefrotik ekskresi albumin biasanya 2200 mg24 jam[Rasio albumin-kreatinin 2220 mgg;220 mgmmol]. Kategori albuminuria merupakan prediktor penting dari hasil. Hubungan tingginya kadar proteinuria dengan tanda-tanda dan gejala sindrom nefrotik sangat dikenali. Deteksi dan evaluasi kecil dari jumlah proteinuria telah mendapatkan hasil yang signifikan. Beberapa penelitian telah menunjukkan pentingnya diagnostik, patogen, dan prognosisnya. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.3.3 Patofisiologi Gagal Ginjal Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Pengurangan masa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa surviving nephrons sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfitrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi berlangsung singkat, akhirnya diikuti oleh proses maladaptasi berupa sklerosis nefron yang masih tersisa. Proses ini akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi Suwitra dalam Sudoyo, 2006. Fungsi renal menurun menyebabkan produk akhir metabolisme protein yang normalnya diekskresikan ke dalam urin tertimbun dalam darah. Akibatnya terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah, maka gejala akan semakin berat Smeltzer dan Bare, 2002. Retensi cairan dan natrium akibat dari penurunan fungsi ginjal dapat mengakibatkan edema, gagal jantung kongestif CHF, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angiotensin dan kerjasama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. CKD juga menyebabkan asidosis metabolik yang terjadi akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam H- yang berlebihan. Asidosis 19 metabolik juga terjadi akibat tubulus ginjal tidak mampu mensekresi ammonia NH3- dan mengabsorpsi natrium bikarbonat HCO3. Pada stadium paling dini penyakit GGK, terjadi kehilangan daya cadangan ginjal ranal reserve, pada keadaan mana basal Laju Filtrasi Glomerulus LFG masih normal. Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron, yang ditandai dengan peningkatan kadar urea dan kretinin serum. Sampai pada LFG sebesar 60, pasien belum menunjukkan keluhan asimtomatik, tetapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG 30, mulai terjadi keluhan pasien seperti nokturia, badan lemah, nafsu makan berkurang, penurunan berat badan. Sampai pada LFG di bawah 30, pasien memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang sangat nyata seperti, anemia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta peningkatan tekanan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium, mual muntah dan lain sebagainya. Pada LFG dibawah 15 akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih serius, dan pasien sudah memerlukan terapi pengganti ginjal antara lain dialisis atau transplantasi ginjal Suwitra, 2006.

2.3.3.1 Protokol Pasien Gagal Ginjal Kronik

Dokumen yang terkait

Sindrom Depresi Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis

0 40 9

Sindrom Depresi Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis

2 45 9

Karakteristik Penderita Gagal Ginjal Kronik Rawat Inap di Rumah Sakit St Elisabeth Medan Tahun 1998-2002

0 22 97

Hubungan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis Terhadap Sensitivitas Pengecapan di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

3 100 81

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

2 39 174

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

1 17 174

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) PADA PASIEN ASMA RAWAT INAP KATEGORI DOSIS IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) PADA PASIEN ASMA RAWAT INAP KATEGORI DOSIS DAN OBAT SALAH RSUD PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007.

0 0 15

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH DAN DOSIS KURANG PADA PASIEN INFEKSI EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH DAN DOSIS KURANG PADA PASIEN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO

0 1 16

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL KATEGORI KETIDAKTEPATAN DOSIS PADA IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) POTENSIAL KATEGORI KETIDAKTEPATAN DOSIS PADA PASIEN HIPERTENSI GERIATRI DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH

1 17 74

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) KATEGORI OBAT SALAH, DOSIS RENDAH, DOSIS TINGGI DAN Evaluasi Drug Related Problems (DRPS) Kategori Obat Salah, Dosis Rendah, Dosis Tinggi Dan Interaksi Obat Pada Pasien Kanker Payudara Di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr

1 3 17