UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28,75 diantaranya mengalami DRPs. Jumlah obat yang secara rutin diresepkan untuk 7 pasien sebagai subyek penelitian terdapat 3 jenis obat, 2 obat mengalami
DRPs kategori tidak tepat dosis yaitu Allupurinol 85,71 dan Nephrovit Fe 14,28.
Apoteker memegang peranan penting dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan yang berorientasi. Sebagai seorang apoteker, peningkatan mutu
pelayanan ini dapat dilakukan melalui suatu proses pelayanan kefarmasian pharmaceutical care, yaitu merupakan suatu kegiatan yang terpadu dengan
tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan Anonim, 2004. Oleh karena itu,
peran seorang apoteker sangat penting dalam keberhasilan penatalaksanaan dan pemberian terapi yang tepat, sehingga tidak menimbulkan Drug Related Problems
DRPs. Dengan demikian diperlukan penelitian tentang keberhasilan penatalaksanaan terapi obat melalui evaluasi DRPs untuk pasien gagal ginjal.
Berdasarkan paparan diatas, menunjukan bahwa pentingnya pemilihan obat terutama pada pasien gagal ginjal kronik untuk menghindari atau menurunkan
angka terjadinya DRPs khususnya pada kategori penyesuaian dosis, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas layanan di Rumah Sakit
Pelabuhan Jakarta Utara agar tercapai suatu keberhasilan terapi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini :
1. Salah satu penyebab terjadinya Gagal Ginjal Kronik adalah penyakit
penyerta yang menunjang terjadinya penyakit Ginjal. 2.
Banyaknya penyakit penyerta menyebabkan terjadinya pengobatan yang kompleks
3. Pengobatan yang kompleks dapat menyebabkan terjadinya DRPs.
4. Salah satu DRPs yang paling penting pada pasien GGK adalah
kesalahan dosis obat.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1.3
Pertanyaan Penelitian
Bagaimana DRPs kategori penyesuaian dosis pada pasien Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap RS Pelabuhan Jakarta Utara pada tahun 2014, yang
ditinjau dari : 1.
Dosis terlalu rendah under dosage ? 2.
Dosis terlalu tinggi over dosage ?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengideintifikasi DRPs kategori penyesuaian dosis pada pasien Gagal Ginjal Kronik yang di Rawat Inap di Rumah
Sakit Pelabuhan Jakarta Utara periode tahun 2014.
1.4.2 Tujuan Khusus
Mengetahui DRPs pada pengobatan pasien Gagal Ginjal Kronik yang mendapat terapi obat di Instalasi Rawat Inap RS Pelabuhan Jakarta Utara periode
Januari-Juni 2014 yang ditinjau dari : a.
Dosis terlalu rendah under dosage b.
Dosis terlalu tinggi over dosage
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, bagaimana cara mengevaluasi DRPs kategori penyesuaian dosis
pada pasien Gagal Ginjal Kronik di RS Pelabuhan
1.5.2 Metodologi
Metode dalam penelitian ini dapat digunakan untuk mengevaluasi DRPs kategori penyesuaian dosis pada pasien Gagal Ginjal Kronik.
1.5.3 Aplikatif
Secara aplikatif hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan ataupun informasi bagi dokter, apoteker dan tenaga kesehatan
lainnya dalam pemberian dosis obat pada pasien GGK di RS Pelabuhan.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Drug Related Problems DRPs
Drug Related Probems DRPs merupakan peristiwa yang tidak diinginkan yang dialami pasien yang memerlukan atau diduga memerlukan terapi obat dan
berkaitan dengan tercapainya tujuan terapi yang diinginkan. Identifikasi DRPs menjadi fokus penilaian dan pengambilan keputusan terakhir dalam tahap proses
patient care Cippole, Strand, Morley, 2004. Drug Related Problems DRPs sering disebut juga Drug Therapy Problems atau masalah-masalah yang
berhubungan dengan obat. Kejadian DRPs ini menjadi masalah aktual maupun potensial yang kental dibicarakan dalam hubungan antara farmasi dengan dokter.
Yang dimaksud dengan masalah aktual DRPs adalah masalah yang sudah terjadi pada pasien dan farmasis harus berusaha menyelesaikannya. Masalah DRPs yang
potensial adalah suatu masalah yang mungkin menjadi risiko yang dapat berkembang pada pasien jika farmasi tidak melakukan tindakan untuk mencegah
Rovers, 2003. Jika DRPs aktual terjadi, farmasi sebaiknya mengambil suatu tindakan untuk memecahkan masalah yang terjadi. Bila DRPs potensial terjadi
maka farmasis sebaiknya mengambil tindakan seperlunya saja untuk mencegah masalah-masalah yang akan muncul Roverse, 2003.Mengetahui hal tersebut
maka seorang farmasis memegang peran penting dalam mencegah maupun mengendalikan masalah tersebut.
Ada beberapa hal yang termasuk dalam kategori penyebab timbulnya permasalahan yang berhubungan dengan DRPs kategori ketidaktepatan
penyesuaian dosis Cippole dkk, 2004. 1.
Dosis terlalu rendah too low dosage Penyebab terjadinya ialah dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon
yang diinginkan, interaksi obat mengurangi jumlah ketersediaan obat yang aktif, durasi obat terlalu singkat untuk menghasilkan respon yang
diinginkan, pemilihan obat, dosis, rute pemberian dan sediaan obat tidak
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tepat. Penyebab dosis rendah, seperti frekuensi pemberian dosis yang tidak sesuai, jarak dan waktu pemberian terapi obat terlalu singkat,
penyimpanan obat yang tidak sesuai misalnya, menyimpan obat di tempat yang terlalu panas atau lembab, menyebabkan degradasi bentuk sediaan
dan dosis subterapi, pemberian obat yang tidak sesuai, dan interaksi obat Mahmoud, 2008.
2. Dosis terlalu tinggi too high dosage
Hal ini terjadi ketika dosis yang diberikan terlalu tinggi untuk memberikan efek, dosis obat dinaikkan cepat, frekuensi pemberian, durasi terapi, cara
pemberian obat pada pasien yang tidak tepat, dan konsentrasi obat diatas kisaran terapi Strand, et al, 1998. Seorang pasien yang menerima dosis
obat yang terlalu tinggi dan mengalami efek toksik yang tergantung dosis atau konsentrasi menunjukkan pasien mengalami DRPs Cippole et.al
1998. Pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal, kemampuan ginjal untuk menghilangkan obat-obatan dan metabolitnya menurun, yang
akhirnya menyebabkan akumulasi obat dan produk-produk beracun di ginjal. Misalnya, jika dosis prokainamid tidak disesuaikan untuk pasien
dengan compromised-fungsi
ginjal, N-acetylprocainamide
dapat terakumulasi dalam ginjal Mahmoud, 2008.
3. Interaksi obat
Interaksi obat merupakan hasil interaksi dari obat dengan obat, obat dengan makanan dan obat dengan laboratorium. Hal ini dapat terjadi pada
pasien yang menerima obat dari kelas farmakologis yang berbeda serta dalam kelas farmakologis yang sama Mahmoud, 2008.
2.2 Ginjal