UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
k. Kemoterapetik
Pada penelitian ini hanya 1 obat yang ditemukan diberikan pada 1 pasien, yaitu hydrea hidroksi urea. Hidroksi urea bekerja mengganggu dengan
mensintesis DNA, selama fase S dari pembelahan sel, tanpa mengganggu sintesis RNA, dengan menghambat ribonukleosida difosfat reduktase, mencegah
perubahan ribonukleotida menjadi deoksiribonukleotida, siklus sel tertentu untuk fae S dan menahan sel lain pada fase G1 pada siklus sel Drug Information
Handbook. l.
Larutan IV Steril Lain Pada penelitian ini terdapat Larutan IV yang berfungsi sebagai albumin
octalbin. Octalbin yang diberikan dalam bentuk larutan 20 x 50 mL, obat ini biberikan pada 6 pasien. Albumin dapat memperbaiki dan memelihara sirkulasi
volume darah MIMS Indonesia. Albumin menjaga peningkatan tekanan onkotik intrasvaskular dan menyebabkan pergerakan cairan intertisial ke celah
intravaskular Drug Information Handbook.
4.2.3 DRPs Kategori Dosis Dibawah Dosis Terapi
Pemberian obat dengan dosis dibawah terapi mengakibatkan tidak efektif dalam mencapai efek terapi yang diinginkan. Dosis pemberian harus sesuai
dengan keadaan pasien dan dosis yang sudah ditetapkan pada literatur Drug Information Handbook. Data dosis pasien dibandingkan dengan beberapa
literatur seperti Drug Information Handbook, ISO dan MIMS Indonesia. Penilaian evaluasi DRPs dosis dibawah dosis terapi pada pasien didasarkan pada dosis
regimen yang diberikan terhadap literatur. Dari hasil analisis deskriptif dapat ditemukan bahwa terdapat 9 34,62 pasien dari 26 jumlah pasien yang
mengalami DRPs kategori dosis dibawah dosis terapi obat pada pasien rawat inap GGK di Rumah Sakit Pelabuhan. Dari 9 pasien terdapat 10 obat yang berpotensi
tidak tepat dosis berada dibawah dosis terapi, yaitu Aminefront sebanyak 5 kali 50 , diikuti dengan Isosorbid Dinitrate ISDN sebanyak 3 kali 30 , lalu
masing –masing, Captopril dan Furosemid yang masing – masing 1 kali 10 .
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Aminefront tidak tepat dosis dikarenakan, pada dosis pemberian regimennya hanya diberikan maksimal 3 kaplet 3x sehari. Sedangkan di dalam
literatur MIMS Indonesia pemberian diberikan 4-8 kaplet 3x sehari pada pasien LFG 5-50 mLmenit, hal ini terjadi pada semua pasien sampel yang diberikan
aminefront. Sehingga dapat disimpulkan pemberian dosis aminefront tidak sesuai dengan literatur yang ada dan tidak tepat pemberian dosisnya. Obat ini harus lebih
diperhatikan dan dievaluasi lagi kedepannya. Aminefront merupakan nutrisi untuk menunjang terapi disfungsi ginjal kronik, dalam kombinasi diet tinggi kalori
rendah protein MIMS Indonesia. Untuk golongan kardiovaskular terdapat ISDN, captopril dan furosemid
jika digabungkan golongan ini sama banyaknya dengan aminefront terdapat 5 kali kejadian atau yang terbanyak pada penelitian ini. Hal ini serupa dengan penelitian
Stephanie Belaiche dkk pada tahun 2010 pada RS Universitas Grenoble, terdapat 27 kejadian 28,4 dari 69 kejadian dosis pemberian dibawah dosis terapi. Obat
kardiovaskular paling banyak terjadi DRPs tidak tepat dosis dibawah terapi. Dari aspek interaksi obat yang tidak tepat dosis di bawah dosis terapi,
terdapat 1 kejadian interaksi obat yang berefek pada dosis yaitu pada pasien nomer 20, ketorolac diberikan bersamaan dengan captopril. Ketorolac
menurunkan efek captopril dengan antagonis farmakodinamik, dan interaksi ini berpotensi membahayakan moderat, ditambah lagi dosis captopril yang
diberikan kurang dari dosis terapi sehingga menyebabkan tidak tercapainya efek terapi yang diinginkan.
4.2.4 DRPs Kategori Dosis Diatas Dosis Terapi