UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Karakteristik Pasien
Demografi pasien meliputi jenis kelamin, usia, dan jenis penyakit penyerta. Evaluasi Drug Related Problems pada pasien yang digambarkan secara
deskriptif dalam bentuk persentase. Jumlah pasien GGK di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta Utara, terdapat 53 pasien yang menderita GGK dalam setahun.
Lalu didapat 26 pasien yang masuk kriteria inklusi dalam penelitian ini.Pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah pasien rawat inap dengan penyakit GGK
yang memiliki rekam medis yang lengkap.
Tabel 4.1 Distribusi Pasien Berdasarkan Karakteristik
No Karakteristik Pasien
N= 26 Persentase
1. Berdasarkan usia
Manula 65 tahun 13
50 Lansia 45
– 65 tahun 10
38,46 Dewasa 26 - 45 tahun
3 11,54
2 Berdasarkan jenis kelamin
Laki – laki
16 61,54
Perempuan 10
38,46 3
Berdasarkan Tingkat Keparahan
Stadium 3 5
19,2 Stadium 4
6 23,1
Stadium 5 15
57,7
Tabel 4.2 Distribusi Penyakit Penyerta Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
No Penyakit Penyerta
N= 26 Persentase
1. Hipertensi
8 30,77
2. CHF
7 29,2
3. Diabetes Melitus
4 15,39
4. CAD
6 23,08
5. GERD
6 23,08
6. TBC
2 7,69
7. Colic abdomen
1 3,85
8. Leukimia
1 3,85
9. Colic Renal
1 3,85
10. Ketosidosis
1 3,85
11. Oedema Paru
1 3,85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
12. Cellulitis
1 3,85
13. Abses Faringeal
1 3,85
14. HHD
1 3,85
15. Dispnoe
2 7,69
16. Tumor Buli
1 3,85
17. Asidosis Metabolik
1 3,85
18. Stroke non hemorrage
1 3,85
19. Bronkopneumonia
1 3,85
Keterangan : CHF = Congestive Heart Failure; CAD = Coronary Arterial Disease; GERD = Gastroesophageal Reflux Disease, TBC = Tubercolusis, HHD
= Hypertension Heart Disease. Dari tabel diatas, dapat ditemukan bahwa pasien yang menderita GGK
paling banyak adalah manula 65 tahun yakni sebanyak 13 pasien 50, sedangkan sisanya lansia 46 - 65 tahun sebanyak 10 pasien 38,46 dan dewasa
26 – 45 tahun sebanyak 3 pasien 11,54. Berdasarkan jenis kelaminnya pasien
yang menderita GGK yang paling banyak adalah berjenis kelamin laki - laki yakni sebanyak 16 pasien 61,54, sedangkan sisanya perempuan sebanyak 10 pasien
38,46. Berdasarkan penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi sebanyak 8 pasien 30,77, CHF sebanyak 7 pasien 26,92, CAD dan GERD masing
masing sebanyak 6 pasien 23,08, lalu DM sebanyak 4 pasien 15,39. Sementara penyakit penyerta yang lainnya dibawah 15. Lalu berdasarkan
tingkat keparahannya, pasien stadium III sebanyak 5 pasien 19,2, stadium IV sebanyak 6 pasien 23,1, dan stadium V sebanyak 15 pasien 57,7.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.1.2
Profil Penggunaan Obat 4.1.2.1
Profil Penggunaan Obat Injeksi
Berdasarkan profil penggunaan obat injeksi, pasien rawat inap yang menderita GGK dapat dilihat digambar dibawah ini.
Tabel 4.3
Persentase Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Profil Penggunaan Obat Injeksi
No. Golongan Obat Terapi
Frekuensi Persentase
1. Saluran gastrointestinal
50 36,23
2. Antiinfeksi
24 17,39
3. Sistem kardiovaskular
21 15,22
4. Sistem endokrin
7 5,07
5. Saluran saraf
10 7,25
6. Vitamin mineral
8 5,8
7. Nutrisi
2 1,45
8. Hormon
7 5,07
9. Larutan IV steril lainnya
6 4,35
Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa pasien rawat inap yang menderita GGK. Penggunaan obat injeksi yang paling banyak digunakan berdasarkan golongan
adalah obat saluran gastrointestinal yakni sebanyak 50 36,23 , penggunaan obat antiinfeksi yakni sebanyak 24 17,39 , penggunaan obat sistem
kardiovaskular sebanyak 21 15,22 , penggunaan obat saluran saraf hormon masing
– masing sebanyak 10 7,25 , penggunaan golongan vitamin mineral sebanyak 8 5,8 , penggunaan obat sistem endokrin 7 5,07 , penggunaan
larutan IV steril lain sebanyak 6 4,35 . Sementara penggunaan golongan nutrisi sebanyak 2 1,45 dari 28 pasien
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.1.2.2
Profil Penggunaan Obat Oral
Berdasarkan profil penggunaan obat oral, pasien rawat inap yang menderita GGK dapat dilihat digambar dibawah ini.
Tabel 4.4. Persentase Distribusi Jumlah Pasien Berdasarkan Profil
Penggunaan Obat Oral
No. Golongan Obat Terapi
Frekuensi Persentase
1. Saluran gastrointestinal
53 19,34
2. Antiinfeksi
25 9,12
3. Sistem kardiovaskular
105 38,32
4. Sistem endokrin
7 2,56
5. Saluran saraf
26 9,49
6. Vitamin mineral
17 6,2
7. Nutrisi
23 8,39
8. Saluran Pernafasan
10 3,65
9. Antialergi
7 2,56
10. Kemoterapetik
1 0,37
Dari tabel 4.4. dapat dilihat bahwa pasien rawat inap yang menderita GGK. Penggunaan obat oral yang paling banyak digunakan berdasarkan golongan
adalah obat sistem kardiovaskular yakni sebanyak 105 38,32 , penggunaan obat sistem gastrointestinal yakni sebanyak 53 19,34 , obat sistem saraf
sebanyak 26 9,49 , obat antiinfeksi sebanyak 25 9,12 , golongan nutrisi sebanyak 23 8,39 , golongan vitamin mineral sebanyak 17 6,2 , obat
saluran pernafasan sebanyak 10 3,65 , dan obat antialergi sistem endokrin masing- masing sebanyak 7 2,56 . Sementara penggunaan golongan obat
neoplastik sebanyak 1 0,37 dari 28 pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.1.3
DRP’s Kategori Dosis Dibawah Dosis Terapi
Berdasarkan kejadian DRP kategori dosis dibawah dosis terapi pada pasien rawat inap yang menderita GGK dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.5. Presentase Prevalensi Dosis Dibawah Dosis Terapi Berdasarkan
Jumlah Pasien yang Mengalaminya Pasien
Jumlah Presentase
Tepat Dosis 17
65,39 Tidak Tepat Dosis
9 34,62
Total 26
100
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa terdapat 9 34,62 pasien dari 26 jumlah pasien yang mengalami DRPs kategori dosis dibawah dosis terapi obat
pada pasien rawat inap GGK di Rumah Sakit Pelabuhan. Adapun, hasil obat terapi yang terdapat DRP sebagai berikut :
Tabel 4.6. Presentase Distribusi Jumlah Dosis Dibawah Dosis Terapi
No Golongan
Nama Obat Frekuensi Persentase
1 Antiangina Nitrat
ISDN 3
30 2 Nutrisi Terapi
Penunjang Aminefront
5 50
3 Antihipertensi ACE Inhibitor
Captopril 1
10 4 Diuretik
Furosemid 1
10 Total : 10
referensi diambil dari MIMS Indonesia Dari Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa, terdapat 10 obat yang berpotensi tidak
tepat dosis berada dibawah dosis terapi pada pasien rawat inap yang mengalami GGK.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.1.4
DRP’s Kategori Dosis Diatas Dosis Terapi
Berdasarkan kejadian DRP kategori dosis dibawah dosis terapi pada pasien rawat inap yang menderita GGK dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.7. Presentase Prevalensi Dosis Diatas Dosis Terapi Berdasarkan
Jumlah Pasien yang Mengalaminya Pasien
Jumlah Presentase
Tepat Dosis 4
15,39 Tidak Tepat Dosis
22 84,62
Total 26
100
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa terdapat 22 84,62 pasien dari jumlah 26 pasien yang mengalami DRPs kategori dosis diatas dosis terapi obat pada
pasien rawat inap GGK di Rumah Sakit Pelabuhan. Adapun, hasil obat terapi yang terdapat DRPs sebagai berikut :
Tabel 4.8. Presentase Distribusi Jumlah Dosis Diatas Dosis Terapi
No Golongan
Nama Obat Frekuensi
Presentase 1
Anti Hiperlipidemia Simvastatin
1 2,38
2 Lambung
Antiemetik Vometa
Domperidon Tomit
Metoklopramid 9
1 21,43
2,38 3
Anti Alergi AR H1 Falergi
2 4,76
4 Anti Inflamasi
AINS Antiplatelet
Asetosal AINS Profenid
Thrombo Aspillet 1
1 2,38
2,38
5 Antibiotik
Cefalosphorin Cefixime
Ceftazidim 2
1 4,76
2,38 6
Antibiotik Carbapenem
Meropenem 1
2,38 7
Anti Hipertensi AR Angiotensin II
Acetensa Losartan
6 2
14,29 4,76
8 Lambung Antireflux
AR H2 Ranitidine
3 7,14
9 Antibiotik
Faslev 1
2,38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Quinolon levofloxacin
10 Anti TBC
Nikotinamid Pyrazinamid
2 4,76
11 Antitusif Opioid
Codipront 1
2,38 12
Antikoagulan Asam Traneksamat
Kalnex 3
7,14 13
Diuretik Spironolactone
1 2,38
14 Lambung Antasida
Antasida 2
4,76 15
Lambung Sukralfat Inpepsa
1 2,38
16 Antihipertensi ACE
Inhibitor Captopril
1 2,38
Total : 42
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa, terdapat 42 obat yang berpotensi tidak tepat dosis berada diatas dosis terapi pada pasien rawat inap yang mengalami
GGK.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.2
Pembahasan 4.2.1
Karakteristik Pasien
Terlihat pada tabel 4.1 ditemukan bahwa penderita GGK mulai rentan dan sering terjadi pada usia manula 65 tahun yakni sebanyak 13 pasien 50 ,
selebihnya lansia 46-65 thn sebanyak 10 pasien 38,46 , dan sisanya pasien dewasa 26-45 thn sebanyak 3 pasien 11,54 . Hal ini sejalan dengan
Riskesdas tahun 2013, dimana prevalensi GGK meningkat berdasarkan usia, yang meningkat tajam pada usia 35-44 sebanyak 0,3 , lalu diikuti pada usia 45-54
sebanyak 0,4 , dan pada usia 55-74 sebanyak 0,5 , tertinggi pada usia 75 tahun sebanyak 0,6 , pada pasien rata
– rata seluruh Indonesia. Namun pada penelitian ini hanya terdapat 1 pasien yang berusia 74 tahun. Pada usia ini, umur
sangat erat kaitannya dengan terjadinya GGK dikarenakan berkurangnya fungsi ginjal normal pada usia ini, sehingga semakin meningkat usia maka prevalensi
GGK juga semakin meningkat. Hal ini juga dikarenakan pada saat penelitian jumlah pasien di instalasi Rawat Inap di RS Pelabuhan sebagian besar adalah
pasien lansia dan manula 46-65 tahun. Dan juga pada penelitian Alessandra Bartista Marquito, dkk tahun 2013 menunjukan prevalensi GGK tertinggi terdapat
pada usia manula 60 tahun, yaitu terdapat 387 69,36 pasien dari total 558 pasien. Penuaan merupakan proses perubahan anatomis, biokimia dan fisiologi
tubuh. Hal ini dapat menyebabkan penurunan fungsi pada organ tubuh, salah satunya pada organ ginjal.
Berdasarkan jenis kelamin, dapat ditemukan bahwa pasien yang menderita GGK yang paling banyak adalah berjenis kelamin laki - laki yakni sebanyak 16
pasien 61,54, sedangkan sisanya perempuan sebanyak 10 pasien 38,46. Hal ini sejalan dengan Riskesdas tahun 2013, dimana prevalensi laki
– laki didapat 0,3 , sedangkan pada perempuan 0,2 . Kita bisa lihat bahwa
prevalensi laki – laki lebih besaar dibandingkan pasien perempuan. Namun pada
penelitian M Angeles Via-Sosa, dkk pada tahun 2013, pasien sampel perempuan lebih banyak dari laki
– laki, yaitu sebanyak 173 65,78 pasien perempuan, dan 90 34,22 pasien pada laki
– laki dari 263 jumlah total pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan penyakit penyerta dari tabel 4.2, hasil ditemukan bahwa penyakit penyerta terbanyak adalah hipertensi sebanyak 8 pasien 30,77, CHF
Congestive Heart Failure sebanyak 7 pasien 26,92, CAD Coronary Artery Disease dan GERD Gastroesophagus Reflux Disease masing masing sebanyak 6
pasien 23,08, lalu DM Diabetes Melitus sebanyak 4 pasien 15,39. Sementara penyakit penyerta yang lainnya dibawah 15. Hal ini sebanding
dengan penelitian Alesssandra Batista Marquito, dkk tahun 2013 dimana komorbiditas penyakit paling banyak yaitu hipertensi sebanyak 178 pasien 68,5
, diikuti dengan diabetes mellitus sebanyak 178 pasien 31,9 dari total 558 pasien. Dan juga pada penelitian M Angeles Via-Sosa, dkk tahun 2013 dengan
komorbiditas penyakit paling banyak yaitu hipertensi sebanyak 121 pasien 69,5 , diikuti dislipidemia sebanyak 65 pasien 37,4 dari total 174 pasien yang
memerlukan intervensi. Berdasarkan tingkat keparahannya, pasien yang menderita GGK dapat
ditemukan pada tabel 4.1. Tingkat keparahan dihitung berdasarkan perhitungan LFGnya, dengan rumus persamaan eMDRD 4 variabel. Hasil menunjukkan
bahwa pasien stadium III sebanyak 5 pasien 19,2, stadium IV sebanyak 6 pasien 23,1, dan stadium V sebanyak 15 pasien 57,7. Hal ini tidak
sebanding dengan penelitian Stephanie Belaiche, dkk tahun 2010. Dimana pasien terbanyak didapat pada stadium IV sebanyak 17 pasien 40,5 , lalu diikuti
dengan stadium III sebanyak 38,1 dari total 42 pasien. Tetapi hal ini juga tidak sejalan dengan penelitian Alessandra Batista Marquito, dkk tahun 2013
dimana pasein terbanyak didapat pada stadium III sebanyak 265 pasien 47,49 , diikuti pada stadium 4 sebanyak 153 pasien 27,42 dari total 558 pasien.
LFG merupakan suatu komponen dari fungsi ekskresi, tetapi secara luas diterima paling baik sebagai keseluruhan indeks dari fungsi ginjal, karena secara umum
tereduksi setelah rusak strukturnya secara meluas dan fungsi ginjal lainnya menurun bersamaan dengan LFG dalam GGK KDIGO, 2012. Perhitungan LFG
sendiri menggunakan rumus eMDRD. Setelah didapat nilai LFG, kategorikan nilai LFG dari yang nilainya besar dan kecil, nilai LFG berguna sebagai parameter
stadium keparahan ginjal.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4.2.2
Profl Penggunaan Obat
Profil obat merupakan seluruh kelompok obat yang digunakan oleh pasien GGK yang disertai penyakit penyertanya dari beberapa golongan obat, dan
mempunyai masing – masing tujuan pengobatan yang sama diberikan kepada
pasien. Penggolongan obat ini dilakukan berdasarkan literatur MIMS Indonesia tahun 2012. Dari tabel 4.3 dan 4.4 di atas dapat diketahui bahwa obat terapi yang
digunakan oleh semua pasien. Obat yang paling banyak digunakan pertama yaitu obat sistem kardiovaskular, sedangkan obat saluran gastrointestinal diuturan
kedua. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Stephanie Belaiche tahun 2010, dimana frekuensi penggunaan obat terbanyak adalah obat sistem
kardiovaskular, lalu diikuti obat saluran gastrointestinal. Dapat dikatakan obat terbanyak didapat pada sistem kardiovaskular, dikarenakan dominannya penyakit
penyerta kardiovaskular pada pasien, hipertensi terbanyak sebanyak 8 pasien, diikuti CHF sebanyak 7, lalu CAD sebanyak 6 pasien.
Penggolangan obat pada pasien yang menderita gagal ginjal kronik ini terdiri dari 12 kelas terapi, yang meliputi :
a. Obat Sistem Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular merupakan masalah yang sangat penting pada usia lanjut. Salah satunya, hipertensi merupakan faktor yang menginisiasi penyebab
gagal ginjal kronik DiPiro ed 6 7. Dan hal ini mempunyai pengaruh yang besar untuk penyakit lainnya juga, karena itu harus segera ditangani. Penggunaan
obat kardiovaskular oleh pasien berada pada urutan pertama terbanyak yang digunakan oleh pasien. Golongan obat kardiovaskular terbanyak yaitu, clopidogrel
sebagai antiplatelet digunakan sebanyak 15 pasien 65,21 . Clopidogrel secara langsung tetapi tidak sempurna diabsorbsi secara oral,
absorbsi baru berlangsung setidaknya 50 . Obat ini merupakan prodrug dan dimetabolisme lebih lama di liver, terutama pada turunan asam karboksilat yang
tidak aktif. Metabolisme diperantari dengan sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 dan CYP2B6, dan untuk lebih rendah jangkauannya dengan CYP1A2, CYP1A1
dan CYP2C19 Martindale, ed 36. Obat ini juga menyebabkan hemostasis, dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pendarahan. Resiko tergantung variabel yang banyak, termasuk penggunaan obat secara bersamaan yang merubah hemostasi pada pemakaian ganda Drug
Information Handbook. Penggunaan obat golongan obat anti hipertensi cukup banyak, hal ini sesuai seperti yang digambarkan pada karakteristik subjek
penelitian berdasarkan penyakit komplikasi yang paling banyak diderita yaitu hipertensi Gunawan, dkk., 2009.
b. Obat Saluran Cerna
Obat saluran cerna merupakan golongan obat kedua terbanyak pemakaiannya pada pasien rawat inap yang menderita GGK di RS Pelabuhan.
Obat saluran cerna pada penelitian ini merupakan golongan PPI, Antagonis Reseptor Histamin 2, antiemetik, pencahar, antidiare, serta enzim untuk
pencernaan. Masing – masing mempunyai banyak efek terapi tergantung pada
pasien, contohnya : golongan PPI Omeprazole dapat digunakan pada pasien yang menderita GERD, Peptic Ulcer Disease, dan penyakit peptik lainnya. Sama
halnya dengan golongan yang lain, tergantung besar pemberian dan frekuensi pemberian dosisnya saja. Dan juga berfungsi mengatasi efek samping yang timbul
dari penggunaan obat kardiovaskular yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi keluhan lainnya.
Salah satunya pada obat antagonis reseptor serotonin yaitu, ondansetron yang berguna sebagai anti mual anti muntah, beberapa pasien untuk mengatasi
obat kardiovaskular yang mempunyai efek samping mual seperti, clopidogrel yang diberikan pada 10 pasien. Obat ini bekerja secara selektif memblokir
serotonin, keduanya secara peripelar pada penghapit saraf vagal dan secara sentral dalam pemacu daerah kemoreseptor Drug Information Handbook.
c. Obat Antiinfeksi
Penggunaan antiinfeksi terdapat 2 macam pada pemakaian penelitian ini, yaitu antibiotik dan anti tubercolusis, karna ada beberapa pasien yang mengalami
tubercolusis seperti pada beberapa pasien. Obat antibiotik yang paling banyak digunakan yaitu ceftriaxone, Ceftriaxone bekerja menghambat sintesis membran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sel bakteri dengan ikatan satu ikatan atau lebih dari protein penicilin pengikatm yamg berubah menghambat bentuk tahap akhir transpeptidation dari sintesis
membran peptidoglycan sel bakteri, dan juga menghambat biosintesis sel membran Drug Information Handbook.
d. Obat Sistem Saraf
Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat SSP merupakan obat yang hampir semua obat SSP bekerja pada reseptor khusus yang mengatur transmisi
sinaps. Obat susunan saraf terdiri dari beberapa golongan yaitu analgesik –
antipiretik, AINS, ansiolitik, antipsikosis, antidepresan. Namun ada beberapa obat yang tidak terdapat pada penelitian in yaitu, golongan hipnotik sedatif, dan anti
epilepsi Obat analgesik antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid AINS
merupakan salah obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter. Salah satu fungsi dari golongan seperti golongan antiinflamasi nonsteroid-
antipirai, . Tetapi harus diingat bahwa obat ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak
menghentikan, memperbaiki atau mencegah jaringan pada kelainan muskoskeletal Gunawan, dkk., 2009. Contoh obat yang paling digunakan adalah farmadol yang
mempunya zat aktif parasetamol acetaminophen. Acetaminophen menghambat sintesis prostaglandid pada sistem saraf pusat, dan secara periferal memblokade
impuls nyeri umum, secara antipiresis dari inhibisi pusat pengatur panas pada hipotalamus Drug Information Handbook.
e. Obat Anti Alergi
Obat alergi yang banyak digunakan oleh pasien GGK yaitu falergi Cetirizine yang cukup aman bagi segala usia. Cetirizin adalah metabolit aktif
dari hidroksizin yang memiliki masa kerja yang lebih panjang, serta merupakan antihistamin yang selektif, Diaman hidrosizin merupakan antihistamin generasi
kedua Gunawan, dkk., 2009. Cetirizine digunakan oleh 4 pasien.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
f. Obat Saluran Pernafasan
Dalam penelitian ini terdapat 3 golongan obat yang digunakan yaitu antitusif, mukolitik dan antiasma. Obat paling banyak ditemukan adalah
ambroksol sebagai mukolitik, yaitu diberikan kepada 4 pasien. Obat mukolitik ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan memecah
benang-benang mukoprtein dan mukopolisakarida dari sputum Gunawan, dkk., 2009.
g. Obat Hormon
Obat hormon dapat mempunyai banyak fungsi, salah satunya pada penelitian ini obat hormon terbanyak diberikan yaitu dexamethasone.
Dexamethasone merupakan obat golongan kortikosteroid yang mempunyai banyak fungsi, bisa sebagai antiinflamasi, antialergi, dan penyakit lainnya yang
responsif terhadap glukokortikoid MIMS Indonesia. Mekanisme menguraangi inflamasinya dengan menekan perpindahan neutrofil, mengurangi produksi
mediator inflamasi, dan mengembalikan peremeabilitas kapiler yang meningkat, menekan respons imun yang normal. Drug Information Handbook.
h. Obat Sistem Endokrin
Obat sistem endokrin pada penelitian ini ditemukan sebagai agen antidiates. Karena terdapat 6 pasien yang mengalami diabetes mellitus. Obat yang paling
banyak digunakan melalui rute injeksi, yaitu Novorapid Insulin Asparatat. Novorapid digunakan untuk terapi DM tipe 1 2 , sedangkan juga terdapat
Lantus Insuline glargine yang diberikan pada 1 pasien saja. Banyaknya penggunaan injeksi novorapid disebabkan karena memiliki kerja yang cepat
rapid acting serta memiliki keunggulan dalam hal penyuntikannya. Insulin dapat disuntikkan 15 menit sebelum makan dan insulin regular dapat disuntikkan 30
menit sebelum makan. Inten Novita, 2015 Pada rute oral terdapat 3 jenis antidiabetes yaitu, metformin, glukuidon, dan
glimerpiride. Sedangkan pemberian terbanyak pada metformin diberikan sebanyak 3 pasien. Metformin adalah obat golongan biguanid, yang mejadi lini
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pertama pada obat antidiabetes pada rute oral dan juga dapat diberikan secara monoterapi serta tergolong memiliki harga yang relatif murah Inten Novita,
2013. i.
Nutrisi Nutrisi yang diberikan pada pasie GGK pada penelitian ini terdapat nutrisi
pada pasien hemodialisa, dan nutrisi untuk mengatasi gangguan ginjalnya itu sendiri. Salah satunya aminefron, diberikan sebanyak 5 pasien. Aminefron
merupakan nutrisi penunjang pada pasien GGK, berfungsi sebagai nutrisi diet tinggi kalori rendah protein, khususnya pada pasien hemodialisa. Selain itu
terdapat Bicnat Natrium Bikarbonat diberikan sebanyak 14 pasien, merupakan agen pengalkali. Bicnat dapat dijadikan obat multifungsi terapi, dapat dijadikan
terapi kardio, asidosis metabolik, antasid dan gagal ginjal kronik itu sendiri. Berdisosiasi untuk menjaga ion bikarbonat dengan menetralisir konsentrasi ion
hidrogen dan meningkatkan pH darah dan urin Drug Infromation Handook. j.
Vitamin Mineral Vitamin dan beberapa mineral penting untuk metabolisme. Vitamin
merupakan senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk mempertahankan kesehatan dan sering kali bekerja sebagai kofaktor untuk
enzim metabolisme. Sedangkan mineral merupakan senyawa anorganik yang merupakan bagian penting dari enzim, mengatur berbagai fungsi fisiologis, dan
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan termasuk tulang Gunawan, dkk., 2009.
Obat yang digunakan pada golongan ini yaitu vitamin B, Vit C, Vit K dan antianemia vitamin B kompleks sebagai vitamin neutropik yang sangat baik
deiberikan pada pasien lanjut usia. Lalu golongan obat antianemia yang digunakan adalah asam folat. Keadaan anemia pada pasien salah satunya dapat
disebabkan oleh defisiensi nutrisi tertentu dan karena penyakit penyerta yang dialami pasieng gagal ginjal kronik itu sendiri. Anemia merupakan keadaan
defisiensi eritrosit oengangkut oksigen Katzung, 2010.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
k. Kemoterapetik
Pada penelitian ini hanya 1 obat yang ditemukan diberikan pada 1 pasien, yaitu hydrea hidroksi urea. Hidroksi urea bekerja mengganggu dengan
mensintesis DNA, selama fase S dari pembelahan sel, tanpa mengganggu sintesis RNA, dengan menghambat ribonukleosida difosfat reduktase, mencegah
perubahan ribonukleotida menjadi deoksiribonukleotida, siklus sel tertentu untuk fae S dan menahan sel lain pada fase G1 pada siklus sel Drug Information
Handbook. l.
Larutan IV Steril Lain Pada penelitian ini terdapat Larutan IV yang berfungsi sebagai albumin
octalbin. Octalbin yang diberikan dalam bentuk larutan 20 x 50 mL, obat ini biberikan pada 6 pasien. Albumin dapat memperbaiki dan memelihara sirkulasi
volume darah MIMS Indonesia. Albumin menjaga peningkatan tekanan onkotik intrasvaskular dan menyebabkan pergerakan cairan intertisial ke celah
intravaskular Drug Information Handbook.
4.2.3 DRPs Kategori Dosis Dibawah Dosis Terapi