Perbandingan Hasil Uji Exact Fisher Dan Uji Koreksi Yates Dalam Meneliti Hubungan Karakteristik Ibu Dan Bayi Dengan Kejadian Infeksi (Studi Kasus Pada Bayi 0-6 Bulan Yang Diberi MP-ASI Di Puskesmas Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010)
PERBANDINGAN HASIL UJI EXACT FISHER DAN UJI KOREKSI YATES DALAM MENELITI HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN BAYI
DENGAN KEJADIAN INFEKSI (STUDI KASUS PADA BAYI 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DI PUSKESMAS SUNGGAL
KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2010)
SKRIPSI
Oleh :
RICHI RICHARDO S NIM : 041000093
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011 ABSTRAK
(2)
PERBANDINGAN HASIL UJI EXACT FISHER DAN UJI KOREKSI YATES DALAM MENELITI HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN BAYI DENGAN KEJADIAN INFEKSI (STUDI KASUS PADA BAYI 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DI PUSKESMAS SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2010)
Salah satu permasalahan dalam membandingkan uji Exact Fisher dan uji Koreksi Yates adalah bagaimana hasil perbandingan kedua uji tersebut dari nilai probabilitas yang dihasilkan. Data yang digunakan adalah data karakteristik ibu dan bayi (0-6 bulan) yang diberi MP-ASI dengan kejadian infeksi di Puskesmas Sunggal.
Dengan demikian perlu dilakukan analisis uji tersebut dengan menggunakan beberapa sampel dan pengkategorian yang sama pada setiap variabel dengan melihat nilai rata-rata dan nilai tengah sehingga dapat diketahui perbandingan hasil analisis kedua uji.
Jenis penelitian ini bersifat penelitian explanatory, populasi penelitian adalah seluruh bayi 6 bulan yang diberi MP-ASI dan sampel penelitian merupakan bayi 0-6 bulan yang diambil dari populasi yaitu sebanyak 50 bayi yang kemudian dijadikan sebagai sampel 20 dan sampel 30. Analisis data menggunakan uji Exact Fisher dan uji Koreksi Yates.
Hasil penelitian dengan sampel 20 berdasarkan nilai rata-rata terlihat tidak ada perbedaan dalam hasil hipotesa, pada sampel 20 berdasarkan nilai tengah juga tidak ada perbedaan dalam hasil hipotesa, pada sampel 30 berdasarkan nilai rata-rata didapat 3 variabel (paritas, umur bayi dan berat badan bayi) menunjukkan tidak ada perbedaan dalam hasil hipotesa sedangkan variabel umur ibu dan tinggi badan bayi tidak dapat dilakukan analisa pada kedua uji tersebut karena tidak mempunyai nilai ekspektasi dibawah 5, pada sampel 30 berdasarkan nilai tengah didapat variabel umur ibu, paritas dan umur bayi tidak ada perbedaan dalam hasil hipotesa, pada variabel berat badan bayi terdapat perbedaan hasil hipotesa dimana hasil uji Fisher menunjukkan adanya hubungan dengan nilai P (0,024) < α (0,05) dan hasil uji Yates menunjukkan tidak adanya hubungan dengan nilai P (0,058) > α (0,05), pada variabel tinggi badan bayi tidak dapat dilakukan analisis dengan kedua uji tersebut karena tidak terdapat nilai ekspektasi dibawah 5.
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah sebelum melakukan analisis data hendaknya dipenuhi syarat-syarat dari uji Fisher dan uji Yates dalam menentukan data yang tepat.
(3)
ABSTRACT
COMPARISON OF TEST RESULTS AND FISHER EXACT TEST YATES CORRECTION INVESTIGATED IN CONNECTION WITH THE CHARACTERISTICS OF MOTHER AND INFANT INFECTION INCIDENT (CASE STUDY ON INFANT 0-6 MONTHS FED MP-ASI IN HEALTH CENTER SUNGGAL SUB IN MEDAN SUNGGAL YEAR 2010)
One of the problems in comparing the Fisher Exact test and Yates correction test is how two comparison test results from the probability values generated using the data characteristics of mothers and infants (0-6 months) fed MP-ASI with the incidence of infection in health center Sunggal.
Thus it is necessary to test analysis by using multiple samples and categorizing the same on each variable by looking at the average and median values can be known so that comparisons of test results of the second analysis.
The objectives of this research is explanatory research, the study population was all infants 0-6 months fed MP-ASI and the study sample was drawn infants 0-6 months of population even as many as 50 infants, then used as the sample 20 and sample 30.
The results with a sample of 20 according to the average value seen no difference in outcome hypothesis, the sample 20 according to the median is also no difference in outcome hypothesis, the sample 30 based on the average value can be 2 variables (parity and age of the baby) that there was no difference in outcome hypothesis, one variable (infant weight) indicate a difference in the outcome variable hypothesis whereas maternal age and height analysis of baby can not do both these tests, the sample 30 based on the median values obtained variable parity, infant age and weight infants there were no differences in outcome variables hypothesis whereas maternal age and height infants can not be done a second analysis of the test.
As a suggestion in this study were prior to data analysis should be fulfilled the conditions of Fisher test and Yates test determine appropriate data for comparison.
(4)
DAFTAR ISI
Abstrak ... i
Daftar Riwayat Hidup ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.3.1. Tujuan Umum... 6
1.3.2. Tujuan Khusus ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perbandingan Antara Uji Exact Fisher dan Uji Koreksi Yates ... 8
2.1.1. Uji Exact Fisher ... 8
2.1.2. Uji Koreksi Yates ... 11
2.2. Pemberian MP-ASI ... 13
2.2.1. Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ... 13
2.2.2. Manfaat dan Tujuan Pemberian MP-ASI ... 13
2.2.3. Persyaratan Makanan Tambahan ... 14
2.2.4. Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI ... 15
2.3. Jenis dan Cara Pemberian MP-ASI ... 16
2.3.1. Jenis MP-ASI ... 16
2.3.2. Cara Pemberian MP-ASI yang Tepat dan Benar... 17
2.4. Resiko Pemberian MP-ASI yang Terlalu Dini ... 18
2.4.1. Resiko Jangka Pendek ... 18
2.4.2. Resiko Jangka Panjang ... 19
2.5. Karakteristik Ibu dan Bayi 0-6 Bulan ... 20
2.5.1. Umur Ibu ... 20
2.5.2. Paritas ... 21
2.5.3. Umur bayi ... 21
2.5.4. Berat Badan Bayi... 21
2.5.5. Tinggi Badan Bayi ... 22
2.6. Kejadian Infeksi... 22
2.7. Alur Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 28
3.2. Lokasi Penelitian ... 28
(5)
3.2.2. Waktu Penelitian ... 28
3.3. Populasi dan Sampel ... 28
3.3.1. Populasi ... 28
3.3.2. Sampel ... 28
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 29
3.5. Defenisi Operasional Variabel ... 29
3.6. Aspek Pengukuran ... 30
3.7. Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Puskesmas Sunggal ... 33
4.2. Analisa univariat dan analisa bivariat pada 20 sampel dan dikelompokkan berdasarkan rata-rata(mean) ... 33
4.3. Analisa univariat dan analisa bivariat pada 20 sampel dan dikelompokkan berdasarkan nilai tengah(median) ... 42
4.4. Analisa univariat dan analisa bivariat pada 30 sampel dan dikelompokkan berdasarkan rata-rata(mean) ... 50
4.5. Analisa univariat dan analisa bivariat pada 30 sampel dan dikelompokkan berdasarkan nilai tengah(median) ... 58
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Perbandingan Hasil Uji Fisher dan Uji Yates pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Rata-Rata (Mean) ... 66
5.2 Perbandingan Hasil Uji Fisher dan Uji Yates pada 20 Sampel Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah (Median) ... 67
5.3 Perbandingan Hasil Uji Fisher dan Uji Yates pada 30 Sampeldan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Rata-Rata (Mean) ... 69
5.4 Perbandingan Hasil Uji Fisher dan Uji Yates pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah (Median) ... 70
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 72
6.2. Saran ... 73
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur Ibu pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata (Mean) ... 34 Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Paritas
pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 34 Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur
Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 35 Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Berat
Badan Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 35 Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Tinggi
Badan Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 36 Tabel 4.6. Distribusi bayi yang menderita penyakit infeksi atau tidak pada
20 sampel ... 36 Tabel 4.7. Distribusi Hubungan Umur Ibu dan Penyakit Infeksi Bayi pada
20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean) ... 37 Tabel 4.8. Distribusi Hubungan Paritas dan Penyakit Infeksi Bayi pada 20
Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean) ... 37 Tabel 4.9. Distribusi Hubungan Umur Bayi dan Penyakit Infeksi Bayi pada
20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean) ... 38 Tabel 4.10. Distribusi Hubungan Berat Badan Bayi dan Penyakit Infeksi
Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 39 Tabel 4.11. Distribusi Hubungan Tinggi Badan Bayi dan Penyakit Infeksi
Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 40 Tabel 4.12. Gambaran nilai Probabilitas Uji Yates dan Uji Fisher pada 20
Sampel dan Pengelompokkan Berdasarkan Rata-Rata (Mean) ... 40 Tabel 4.13. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur
Ibu pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai
Tengah(Median) ... 42 Tabel 4.14. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Paritas
pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah(Median) ... 43 Tabel 4.15. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur
Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai
(7)
Tabel 4.16. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Berat Badan Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Nilai Tengah(Median) ... 44 Tabel 4.17. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Tinggi
Badan Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Nilai Tengah(Median) ... 44 Tabel 4.18. Distribusi Hubungan Umur Ibu dan Penyakit Infeksi Bayi pada
20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Nilai Tengah(Median) ... 45 Tabel 4.19. Distribusi Hubungan Paritas dan Penyakit Infeksi Bayi pada 20
Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Nilai Tengah(Median) ... 45 Tabel 4.20. Distribusi Hubungan Umur Bayi dan Penyakit Infeksi Bayi pada
20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Nilai Tengah(Median) ... 46 Tabel 4.21. Distribusi Hubungan Berat Badan Bayi dan Penyakit Infeksi
Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai
Tengah(Median) ... 47 Tabel 4.22. Distribusi Hubungan Tinggi Badan Bayi dan Penyakit Infeksi
Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai
Tengah(Median) ... 48 Tabel 4.23. Gambaran nilai Probabilitas Uji Yates dan Uji Fisher pada 20
Sampel dan Pengelompokkan Berdasarkan
Nilai Tengah (Median) ... 48 Tabel 4.24. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur
Ibu pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 50 Tabel 4.25. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Paritas
pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 51 Tabel 4.26. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur
Bayi pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 51 Tabel 4.27. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Berat
Badan Bayi pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 52 Tabel 4.28. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Tinggi
badn Bayi pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 52 Tabel 4.29. Distribusi bayi yang menderita penyakit infeksi atau tidak pada
30 sampel ... 53 Tabel 4.30. Distribusi Hubungan Umur Ibu dan Penyakit Infeksi Bayi pada
30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean) ... 53 Tabel 4.31. Distribusi Hubungan Paritas dan Penyakit Infeksi Bayi pada 30
(8)
Tabel 4.32. Distribusi Hubungan Umur Bayi dan Penyakit Infeksi Bayi pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 55 Tabel 4.33. Distribusi Hubungan Berat Badan Bayi dan Penyakit Infeksi
Bayi pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 55 Tabel 4.34. Distribusi Hubungan Tinggi Badan Bayi dan Penyakit Infeksi
Bayi pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Rata-Rata(Mean) ... 56 Tabel 4.35. Gambaran nilai Probabilitas Uji Yates dan Uji Fisher pada 30
Sampel dan Pengelompokkan Berdasarkan
Nilai Rata-Rata (Mean) ... 57 Tabel 4.36. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur
Ibu pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai
Tengah(Median) ... 58 Tabel 4.37. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Paritas
pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah(Median) ... 59 Tabel 4.38. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur
Bayi pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai
Tengah(Median) ... 59 Tabel 4.39. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Berat
Badan Bayi pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Nilai Tengah(Median) ... 60 Tabel 4.40 . Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Tinggi
Badan Bayi pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Nilai Tengah(Median) ... 60 Tabel 4.41. Distribusi Hubungan Umur Ibu dengan Penyakit Infeksi Bayi
pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Nilai Tengah(Median) ... 61 Tabel 4.42. Distribusi Hubungan Paritas dengan Penyakit Infeksi Bayi pada
30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Nilai Tengah(Median) ... 61 Tabel 4.43. Distribusi Hubungan Umur Bayi dengan Penyakit Infeksi Bayi
pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan
Nilai Tengah(Median) ... 62 Tabel 4.44. Distribusi Hubungan Berat Badan Bayi dengan Penyakit Infeksi
Bayi pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai
Tengah(Median) ... 63 Tabel 4.45. Distribusi Hubungan Tinggi Bayi dengan Penyakit Infeksi Bayi
pada 30 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah(Median) ... 63 Tabel 4.46. Gambaran nilai Probabilitas Uji Yates dan Uji Fisher pada 30
Sampel dan Pengelompokkan Berdasarkan
(9)
PERBANDINGAN HASIL UJI EXACT FISHER DAN UJI KOREKSI YATES DALAM MENELITI HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DAN BAYI DENGAN KEJADIAN INFEKSI (STUDI KASUS PADA BAYI 0-6 BULAN YANG DIBERI MP-ASI DI PUSKESMAS SUNGGAL KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2010)
Salah satu permasalahan dalam membandingkan uji Exact Fisher dan uji Koreksi Yates adalah bagaimana hasil perbandingan kedua uji tersebut dari nilai probabilitas yang dihasilkan. Data yang digunakan adalah data karakteristik ibu dan bayi (0-6 bulan) yang diberi MP-ASI dengan kejadian infeksi di Puskesmas Sunggal.
Dengan demikian perlu dilakukan analisis uji tersebut dengan menggunakan beberapa sampel dan pengkategorian yang sama pada setiap variabel dengan melihat nilai rata-rata dan nilai tengah sehingga dapat diketahui perbandingan hasil analisis kedua uji.
Jenis penelitian ini bersifat penelitian explanatory, populasi penelitian adalah seluruh bayi 6 bulan yang diberi MP-ASI dan sampel penelitian merupakan bayi 0-6 bulan yang diambil dari populasi yaitu sebanyak 50 bayi yang kemudian dijadikan sebagai sampel 20 dan sampel 30. Analisis data menggunakan uji Exact Fisher dan uji Koreksi Yates.
Hasil penelitian dengan sampel 20 berdasarkan nilai rata-rata terlihat tidak ada perbedaan dalam hasil hipotesa, pada sampel 20 berdasarkan nilai tengah juga tidak ada perbedaan dalam hasil hipotesa, pada sampel 30 berdasarkan nilai rata-rata didapat 3 variabel (paritas, umur bayi dan berat badan bayi) menunjukkan tidak ada perbedaan dalam hasil hipotesa sedangkan variabel umur ibu dan tinggi badan bayi tidak dapat dilakukan analisa pada kedua uji tersebut karena tidak mempunyai nilai ekspektasi dibawah 5, pada sampel 30 berdasarkan nilai tengah didapat variabel umur ibu, paritas dan umur bayi tidak ada perbedaan dalam hasil hipotesa, pada variabel berat badan bayi terdapat perbedaan hasil hipotesa dimana hasil uji Fisher menunjukkan adanya hubungan dengan nilai P (0,024) < α (0,05) dan hasil uji Yates menunjukkan tidak adanya hubungan dengan nilai P (0,058) > α (0,05), pada variabel tinggi badan bayi tidak dapat dilakukan analisis dengan kedua uji tersebut karena tidak terdapat nilai ekspektasi dibawah 5.
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah sebelum melakukan analisis data hendaknya dipenuhi syarat-syarat dari uji Fisher dan uji Yates dalam menentukan data yang tepat.
(10)
ABSTRACT
COMPARISON OF TEST RESULTS AND FISHER EXACT TEST YATES CORRECTION INVESTIGATED IN CONNECTION WITH THE CHARACTERISTICS OF MOTHER AND INFANT INFECTION INCIDENT (CASE STUDY ON INFANT 0-6 MONTHS FED MP-ASI IN HEALTH CENTER SUNGGAL SUB IN MEDAN SUNGGAL YEAR 2010)
One of the problems in comparing the Fisher Exact test and Yates correction test is how two comparison test results from the probability values generated using the data characteristics of mothers and infants (0-6 months) fed MP-ASI with the incidence of infection in health center Sunggal.
Thus it is necessary to test analysis by using multiple samples and categorizing the same on each variable by looking at the average and median values can be known so that comparisons of test results of the second analysis.
The objectives of this research is explanatory research, the study population was all infants 0-6 months fed MP-ASI and the study sample was drawn infants 0-6 months of population even as many as 50 infants, then used as the sample 20 and sample 30.
The results with a sample of 20 according to the average value seen no difference in outcome hypothesis, the sample 20 according to the median is also no difference in outcome hypothesis, the sample 30 based on the average value can be 2 variables (parity and age of the baby) that there was no difference in outcome hypothesis, one variable (infant weight) indicate a difference in the outcome variable hypothesis whereas maternal age and height analysis of baby can not do both these tests, the sample 30 based on the median values obtained variable parity, infant age and weight infants there were no differences in outcome variables hypothesis whereas maternal age and height infants can not be done a second analysis of the test.
As a suggestion in this study were prior to data analysis should be fulfilled the conditions of Fisher test and Yates test determine appropriate data for comparison.
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penelitian bidang kesehatan pada umumnya bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data yang diperlukan untuk perencanaan kegiatan medis-klinis atau medis sosial, atau untuk mengembangkan ilmu kesehatan itu sendiri yang pada akhirnya akan berguna bagi kesejahteraan manusia.
Tingkat penelitian dalam bidang ilmu kesehatan dapat dibagi ke dalam 2 golongan besar, yakni penelitian yang bersifat deskriptif dan analitik. Dalam penelitian deskriptif peneliti mengadakan eksplorasi fenomena tanpa berusaha mencari hubungan antar-variabel di dalam fenomena tersebut, sedangkan dalam penelitian analitik disamping dilakukan identifikasi serta pengukuran variabel, penelitipun akan mencari hubungan antar-variabel untuk menerangkan kejadian atau fenomena tersebut. Peneliti dapat hanya mengukur fenomena alamiah yang ada tanpa melakukan intervensi terhadap variabel (bersifat analitik observasional) akan tetapi ia dapat pula melakukan intervensi terhadap variabel tergantung (penelitian eksperimen atau intervensional) (Sastroasmoro, 1995).
Pengujian hipotesis berguna untuk membantu pengambilan keputusan apakah suatu hipotesis yang diajukan, seperti perbedaan atau hubungan cukup meyakinkan untuk ditolak atau tidak ditolak. Setelah hipotesis disiapkan, tentu kemudian dikumpulkan data empiris yang menghasilkan informasi mengenai dapatnya hipotesis tersebut diterima atau ditolak. Dalam rangka mencapai suatu keputusan objektif
(12)
mengenai apakah suatu hipotesis diperkuat oleh data, maka prosedur objektif untuk menolak atau menerima hipotesis harus diterapkan dengan baik (Lenny, 2003).
Mengacu pada uraian di atas maka peranan statistik dalam suatu penelitian pada umumnya adalah untuk membantu dalam pengolahan dan analisis data. Analisa statistik yang tepat dan benar dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui apakah hubungan kausalitas antara dua atau lebih vatriabel benar-benar terkait secara benar dalam kausalitas empiris atau apakah hubungan itu hanya bersifat random atau kebetulan saja.
Meskipun demikian praktek penggunaan metode statistik dalam suatu penelitian tidak selalu tepat. Beberapa bukti kajian kritis yang dilakukan Ross (1951), Badgley (1961), Schor dan Karten (1966), Gore, Jones dan Rytter (1977) terhadap ratusan laporan penelitian yang dimuat dalam literatur medik antara tahun 1950 dan 1976, mengungkapkan bahwa sekitar 30-50% di tahun 1976 memuat kesalahan-kesalahan pemakaian metode statistik (Murti, 1996).
Kesalahan dalam penggunaan metode statistik dapat mengakibatkan bias
(penyimpangan) yang mungkin akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan serta kesalahan dalam memberikan informasi-informasi penting sebagai hasil dari sebuah penelitian yang pada akhirnya akan membuat suatu penelitian menjadi tidak mempunyai manfaat dan mengurangi aspek ilmiah dari penelitian tersebut (Lenny, 2003).
Dari sekian banyak uji statistik yang dapat digunakan untuk analisis data, uji
exact fisher dan uji koreksi Yates merupakan metode analisis non parametrik yang lebih akurat daripada uji chi-kuadrat. Uji kai kuadrat (dilambangkan dengan χ2)
(13)
digunakan untuk menguji dua kelompok data baik variabel independen maupun dependen berbentuk kategorik atau dapat juga dikatakan sebagai uji proporsi untuk dua peristiwa atau lebih, sehingga datanya bersifat diskret.
Dasar uji kai kuadrat itu sendiri adalah membandingkan perbedaan frekuensi hasil observasi (O) dengan frekuensi yang diharapkan (E). Perbedaan tersebut meyakinkan jika harga dari Kai Kuadrat sama atau lebih besar dari suatu harga yang ditetapkan pada taraf signifikan tertentu (dari tabel χ2). Dalam menentukan uji kai kuadrat harus memenuhi syarat : 1) sampel dipilih secara acak, 2) semua pengamatan dilakukan dengan independen, 3) setiap sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1, sel-sel dengan frekuensi harapan < 5 tidak melebihi 20% dari total sel, 4) besar sampel sebaiknya > 40 (Cochran, 1954 dalam Murti, 1996).
Keterbatasan penggunaan uji Kai Kuadrat adalah tehnik uji kai kuadarat memakai data yang diskret dengan pendekatan distribusi kontinu. Pendekatan yang dihasilkan tergantung pada jenis dari tabel kontingensi. Untuk menjamin pendekatan yang memadai digunakan aturan dasar frekuensi harapan tidak boleh terlalu kecil, dengan ketentuan : tidak boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 1 (satu) dan tidak lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5 (lima). Bila terdapat nilai ekspektasi < 5 dalam suatu tabel kontingensi, maka cara untuk menanggulanginya adalah dengan menggabungkan nilai dari sel yang kecil ke sel lainnya (mengcollaps), artinya kategori dari variabel dikurangi sehingga kategori yang nilai harapannya kecil dapat digabung ke kategori lain. Khusus untuk tabel 2x2 hal ini tidak dapat dilakukan, maka solusinya adalah melakukan uji “Fisher Exact
(14)
Uji pasti Fisher merupakan alternatif yang biasa dipakai untuk ukuran sampel kecil. Prosedur uji pasti fisher dapat memberikan hasil yang akurat untuk semua tabel 2 x 2, yang nilai-nilai harapannya terlalu kecil untuk dapat dianalisis dengan uji Kai Kuadrat. Pada kondisi dimana uji Kai Kuadrat boleh digunakan, kedua uji ini akan memberikan hasil yang mendekati sama (Murti, 1996).
Atas dasar tersebut maka dilakukan penelitian uji exact Fisher dan uji koreksi Yates untuk melihat perbandingan kedua uji tersebut sebagai suatu nilai koreksi terhadap hasil distribusi kontinu. Peneliti menggunakan data karakteristik ibu dan bayi (0-6 bulan) dengan kejadian infeksi di Puskesmas Sunggal Kecamatan Medan Sunggal tahun 2010. Dimana data karakteristik ibu dan bayi (0-6 bulan) dan kejadian infeksi berbentuk skala nominal untuk melihat perbandingan kedua uji tersebut.
Pemberian makanan tambahan atau MP-ASI dini sama saja dengan membuka pintu gerbang masuknya berbagai jenis kuman, belum lagi jika tidak disajikan higienis. Pemberian makanan tambahan pada usia dini terutama makanan padat justru menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi pada salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan. Sedangkan pemberian cairan tambahan meningkatkan resiko terkena penyakit. Karena pemberian cairan dan makanan padat menjadi sarana masuknya bakteri pathogen (Pudjiadi, 2003).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2008, menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum berusia enam bulan, lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif dan mendapatkan MP-ASI dengan tepat waktu (usia pemberian MP ASI setelah enam bulan). Namun tidak menutup kemungkinan juga bahwa bayi atau anak
(15)
yang usianya lebih dari enam bulan dan telah diberi makanan pendamping ASI dengan tepat, dapat terserang diare, sembelit, batuk-pilek, dan panas. Sebab dilihat dari berbagai faktor seperti frekuensi pemberian makanan pendamping ASI, porsi pemberian makanan pendamping ASI, jenis makanan pendamping ASI, dan cara pemberian makanan pendamping ASI pada bayi ataupun anak sangat berpengaruh besar untuk terserangnya penyakit diare dan lain-lain (Depkes RI, 2007).
Menurut Suhardjo (2004), dari beberapa studi lapangan yang telah dilakukan, terdapat hasil bahwa masih banyak ibu-ibu yang memberikan MP-ASI secara dini, juga terkadang ibu memberikan makanan prelakteal (makanan yang diberikan kepada bayi sebelum diberi ASI) dengan alasan agar bayi berhenti menangis dan ASI belum keluar. Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi diberikan pada bayi saat bayi memasuki usia dua sampai tiga bulan tujuannya agar bayi tenang dan tidak rewel.
Berdasarkan pemikiran di atas dan dalam rangka pemahaman yang lebih komprehensif tentang metode analisa data, penulis tertarik untuk membandingkan uji exact fisher dan koreksi yates dengan mengunakan data bayi di wilayah kerja Puskesmas Sunggal Kecamatan Sunggal tahun 2010.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perbandingan hasil uji Hubungan Karakteristik Ibu dan Bayi dengan Kejadian Infeksi (Studi Kasus pada Bayi 0-6 Bulan yang Diberi MP-ASI di Puskesmas Sunggal Tahun 2010) dapat diketahui dengan uji statistik Exact Fisher ataupun Uji Koreksi Yates.
(16)
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi yates dalam meneliti hubungan karakteristik ibu dan bayi dengan kejadian infeksi (studi kasus pada bayi 0-6 bulan yang diberi MP-ASI di Puskesmas Sunggal tahun 2010)
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan umur ibu dengan kejadian infeksi pada bayi dengan menggunakan uji exact fisher dan uji koreksi yates.
2. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu dengan kejadian infeksi pada bayi dengan menggunakan uji exact fisher dan uji koreksi Yates.
3. Untuk mengetahui hubungan umur bayi dengan kejadian infeksi pada bayi dengan menggunakan uji exact fisher dan uji koreksi yates.
4. Untuk mengetahui hubungan berat badan bayi dengan kejadian infeksi pada bayi dengan menggunakan uji exact fisher dan uji koreksi yates.
5. Untuk mengetahui hubungan tinggi badan bayi dengan kejadian infeksi pada bayi dengan menggunakan uji exact fisher dan uji koreksi yates.
6. Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi Yates dalam menguji hubungan umur ibu dengan kejadian infeksi pada bayi.
7. Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi Yates dalam menguji hubungan paritas ibu dengan kejadian infeksi pada bayi.
8. Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi Yates dalam menguji hubungan umur bayi dengan kejadian infeksi pada bayi.
(17)
9. Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi Yates dalam menguji hubungan berat badan bayi dengan kejadian infeksi pada bayi. 10.Untuk mengetahui perbandingan hasil uji exact fisher dan uji koreksi Yates
dalam menguji hubungan tinggi badan bayi dengan kejadian infeksi pada bayi.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi pengguna statistik tentang perbandingan uji exact fisher dan uji koreksi Yates.
2. Sebagai bahan referensi atau bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan degan penelitian ini.
(18)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perbandingan Antara Uji Exact Fisher dan Koreksi Yates
Dalam bidang kesehatan pengujian hipotesa untuk menarik kesimpulan hampir tidak pernah dilakukan dengan sampel besar. Untuk itu dibutuhkan metode alternatif yang tidak bergantung pada bentuk distribusi populasi. Para ahli statistika telah menemukan metode statistika yang disebut statistika non-parametrik.
Uji exact Fisher dan uji koreksi Yates merupakan salah satu metode statistika non-parametrik karena tidak bertujuan menduga maupun menguji parameter populasi, tetapi cukup membandingkan. Kedua uji tersebut merupakan uji alternatif yang digunakan untuk tabel kontingensi 2x2 pada kondisi dimana terdapat niai sel yang terlampau kecil dari batas minimal yang ditentukan.
Uji pasti Fisher merupakan alternatif yang biasa dipakai untuk ukuran sampel kecil. Prosedur uji pasti fisher dapat memberikan hasil yang akurat untuk semua tabel 2 x 2, yang nilai-nilai harapannya terlalu kecil untuk dapat dianalisis dengan uji Kai Kuadrat. Pada kondisi dimana uji Kai Kuadrat boleh digunakan, kedua uji ini akan memberikan hasil yang mendekati sama (Murti, 1996).
2.1.1. Uji Exact Fisher
Fisher probability exact test merupakan salah satu metode statistik non parametrik untuk menguji hipotesis. Prosedur ini ditemukan oleh R.A. Fisher pada pertengahan tahun 1930. Pada penelitian dua variabel dengan data yang dinyatakan dalam persen, pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan statistik parametrik
(19)
chi-kuadrat. Bila sampel yang digunakan terlalu kecil (n<20) dan nilai ekspektasi < 5 maka chi-kuadrat tidak dapat digunakan walaupun telah mengalami koreksi dari Yates. Untuk mengatasi kelemahan uji chi-kuadrat tersebut digunakan Fisher probability exact test (Budiarto, 2002).
Menurut Sugiyono, (2005), uji exact fisher digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel kecil independen bila datanya berbentuk nominal. Untuk mempermudahkan perhitungan Dalam pengujian hipotesis, maka data hasil pengamatan perlu disusun ke dalam tabel kontingensi 2 x 2 (Sugiyono, 2005).
Fisher exact tes ini lebih akurat daripada uji chi-kuadrat untuk data-data berjumlah sedikit. Walaupun uji ini biasanya digunakan pada tabel sebanyak 2 x 2, namun kita dapat melakukan Uji exact Fisher dengan jumlah tabel yang lebih besar. Contoh tabel kontingensi 2 x 2 sebagai berikut :
Kelompok Jumlah
I a B a + b
II c D c + d
Jumlah a+c b+d N
Sumber : Sugiyono, 2005. Kelompok I = sampel I
Kelompok II = sampel II
Tanda hanya menunjukkan adanya klasifikasi, misalnya lulus-tidak lulus, gelap-terang, dan sebagainya. A B C D adalah data nominal yang berbentuk frekuensi.
(20)
Rumus dasar yang digunakan untuk pengujian exact fisher yaitu sebagai berikut :
Cohran (1954) dalam Siegel (1992) menganjurkan untuk menggunakan uji exact fisher bila pada uji chi-kuadrat dilakukan dengan sampel kecil tersebut akan baik bila digunakan pada kondisi sebagai berikut :
1. Bila sampel total kurang dari 20
2. atau bila jumlah sampel 20 < n < 40 dengan nilai ekspektasinya <5
Pada nilai marginal yang tetap dapat disusun berbagai kombinasi. Dari setiap kombinasi yang dihasilkan dapat dihitung selisih persentase antara yang berhasil (+) dan tidak berhasil (-) dan dihitung nilai p menggunakan rumus di atas.
Hasil perhitungan persentase setiap kombinasi dan nilai p dapat disusun dalam bentuk tebel. Melalui tabel tersebut kita dapat segera mengetahui besarnya p dari selisih persentase (+) dan (-) (Budiarto, 2002).
Keuntungan dan kerugian dengan menggunakan Uji exact Fisher yaitu sebagai berikut (Budiarto, 2002) :
Keuntungan :
1. Hasilnya langsung dengan nilai p yang pasti
2. Tes hanya didasarkan atas hasil pengamatan yang nyata 3. Tidak dibutuhkan asumsi populasi berdistribusi normal
(21)
4. Tidak dibutuhkan asumsi kedua kelompok yang diambil dari populasi secara random.
Kerugian :
1. Sulit untuk dilakukan ekstrapolasi terhadap populasi studi
2. Ahli statistika yang beranggapan bahwa tujuan akhir uji statistik adalah mengadakan estimasi terhadap parameter populasi tidak setuju dengan uji Fisher.
2.1.2. Koreksi Yates
Koreksi Yates adalah aturan yang diusulkan oleh F.Yates (1934), dimaksudkan sebagai suatu nilai koreksi terhadap hasil distribusi kontinu berdasarkan hasil dari data diskrit, koreksi Yates ini sebagai upaya untuk mengkontinukan tingkat penyebaran data dalam pengujian tabel kontingensi 2x2, agar lebih baik sebaran hampirannya (Murti, 1996).
Contoh tabel kontingensi 2 x 2 sebagai berikut :
Kelompok Jumlah
I a B a + b
II c D c + d
Jumlah a+c b+d N
Sumber : Sugiyono, 2005. Kelompok I = sampel I
Kelompok II = sampel II
Tanda hanya menunjukkan adanya klasifikasi, misalnya lulus-tidak lulus, gelap-terang, dan sebagainya. A B C D adalah data nominal yang berbentuk frekuensi.
(22)
Dalam menurunkan distribusi statistic χ2 perlu diperhatikan bahwa distribusi chi-kuadrat bertipe kontinu, maka untuk mereduksi akibat penghampiran n11 , Yates mengusulkan sebuah koreksi kekontinuan. Yaitu anggap frekuensi pengamatan dapat diambil semua nilai yang mungkin pada suatu selang kontinu dengan cara mengambil jarak ½ unit dari bilangan yang diperoleh.
Rumus Yates Correction :
Budiarto (2002), menyarankan bahwa untuk menggunakan koreksi Yates pada kondisi sebagai berikut :
1. Sampel kecil
2. Tabel kontingensi 2x2 3. Nilai ekspektasi < 5 4. dk = 1
Namun demikian penggunaan koreksi Yates tidak disarankan/diperlukan lagi, bila N terlampau banyak. Dahulu koreksi Yates banyak digunakan, namun akhir-akhir ini manfaatnya dipertanyakan. Bahkan Grizzle (1967) menganjurkan untuk tidak menggunakan koraksi Yates, karena cenderung memperbesar kesalahan tipe II (tidak menolak Ho, padahal Ho salah) (Murti, 1996).
(23)
2.2. Pemberian MP-ASI
Pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang (Irianto dan Waluyo, 2004).
2.2.1. Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Makanan pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Sedangkan pengertian makanan itu sendiri adalah merupakan suatu kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh (Irianto dan Waluyo, 2004).
Istilah untuk makanan pendamping ASI bermacam-macam yakni makanan pelengkap, makanan tambahan, makanan padat, makanan sapihan, weaning food, makanan peralihan, beiskot (istilah dalam bahasa Jerman yang berarti makanan selai dari susu yang diberikan pada bayi). Keseluruhan istilah ini mengacu pada pengertian bahwa ASI maupun pengganti ASI (PASI) untuk berangsur diubah ke makanan keluarga atau orang dewasa (Astuti, dkk, 2003).
2.2.2. Manfaat dan Tujuan Pemberian MP-ASI
Makanan pendamping ASI bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan zat gizi/anak, penyesuaian kemampuan alat cerna dalam menerima makanan tambahan dan merupakan masa peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Selain untuk
(24)
memenuhi kebutuhan bayi terhadap zat-zat gizi, pemberian makanan tambahan merupakan salah satu proses pendidikan dimana bayi diajar mengunyah dan menelan makanan padat dan membiasakan selera-selera baru (Soehardjo, 2003).
Sedangkan tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah sebagai berikut (Depkes RI, 1992) :
a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang karena kebutuhan zat gizi yang semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya juga umur bayi/anak.
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai bentuk, tekstur dan rasa.
c. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi
d. Mengembangkan kemampuan untuk mengunyah dan menelan
Selain itu menurut Muchtadi (2004), makanan pendamping untuk balita sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : nilai energi dan kandungan proteinnya cukup tinggi, dapat diterima dengan baik, harganya relatif murah, dan dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal. Makanan pendamping bagi balita hendaknya bersifat padat gizi, dan mengandung serat kasar serta bahan lain yang sukar dicerna sedikit mungkin. Sebab serat kasar yang terlalu banyak jumlahnya akan mengganggu pencernaan.
2.2.3. Persyaratan Makanan Tambahan
Pemberian MP-ASI dan pengaruhnya terhadap tumbuh kembang otak dan kognitif diyakini berdampak positif. Makanan pendamping ASI adalah makanan selain ASI yang ditujukan guna memenuhi kecukupan gizinya. Pemberian makanan
(25)
pendamping ASI yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, serta makanan tersebut sehat, diantaranya :
a. Berada dalam derajat kematangan
b. Bebas dari pencemaran pada saat menyimpan makanan tersebut dan menyajikan hingga menyuapi pada bayi atau anak
c. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzym, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan
d. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness)
e. Harus cukup mengandung kalori dan vitamin
f. Mudah dicerna oleh alat pencernaan (Irianto dan Waluyo, 2004).
Selain melihat kriteria diatas, menurut Depkes RI (2007) menyatakan bahwa pemberian makanan pendamping ASI hendaknya melihat juga usia pemberian makanan pendamping ASI pada anak, apakah pemberian makanan pendamping yang diberikan sudah pada usia yang tepat atau tidak.
2.2.4. Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping ASI
Menurut Depkes RI (2007) frekuensi dalam pemberian makanan pendamping ASI yang tepat biasanya diberikan tiga kali sehari. Pemberian makanan pendamping ASI dalam frekuensi yang berlebihan atau diberikan lebih dari tiga kali sehari, kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya penyakit.
(26)
Menurut Irianto dan Waluyo (2004), apabila dalam pemberian makanan pendamping ASI terlalu berlebihan atau diberikan lebih dari tiga kali sehari, maka sisa bahan makanan yang tidak digunakan untuk pertumbuhan, pemeliharaan sel, dan energi akan diubah menjadi lemak. Sehingga apabila anak kelebihan lemak dalam tubuhnya, dimungkinkan akan mengakibatkan alergi atau infeksi dalam organ tubuhnya dan bisa mengakibatkan kelebihan berat badan (obesitas).
2.3. Jenis dan Cara Pemberian MP-ASI 2.3.1. Jenis Pemberian MP-ASI
Menurut Depkes RI (2007), jenis makanan pendamping ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan yang segar, seperti tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan buah-buahan. Jenis-jenis makanan pendamping yang tepat dan diberikan sesuai dengan usia anak adalah sebagai berikut:
a. Makanan lumat
Makanan lumat adalah makanan yang dihancurkan, dihaluskan atau disaring dan bentuknya lebih lembut atau halus tanpa ampas. Biasanya makanan lumat ini diberikan pertama kali kepada bayi disamping ASI. Contoh dari makanan lumat itu sendiri antara lain berupa bubur susu, bubur sumsum, pisang saring atau dikerok, pepaya saring dan nasi tim saring. Apabila makanan tersebut hanya terdiri dari 1 atau 2 macam bahan makanan, sebaiknya dianjurkan untuk menambah bahan makanan ketiga di dalam makanan tersebut, sehingga lengkap. Misalnya : bubur tepung ditambah tempe dilumatkan dan sayuran hijau, nasi pisang sebelum ditambah ikan atau tahu.
(27)
b. Makanan Lembik
Makanan lembik adalah merupakan peralihan dari makanan lumat menjadi makanan orang dewasa, dapat berupa : bubur beras (padat), nasi lembik, dan lain-lain yang biasanya disertai dengan lauk pauk tertentu (tempe, tahu dan lain-lain-lain-lain). Untuk makanan ini sebaiknya dianjurkan dilengkapi dengan sayuran berwarna hijau.
2.3.2. Cara Pemberian MP-ASI
Menurut Depkes RI (2007) pemberian makanan pendamping ASI pada anak yang tepat dan benar adalah sebagai berikut :
a. Selalu mencuci tangan sebelum mulai mempersiapkan makanan pada bayi atau anak, terutama bila kontak dengan daging, telur, atau ikan mentah, dan sebelum memberi makanan pada bayi atau anak. Selain itu, juga mencuci tangan bayi atau anak.
b. Mencuci bahan makanan (sayuran, beras, ikan, daging, dll) dengan air mengalir sebelum diolah menjadi makanan yang akan diberikan kepada bayi atau anak. c. Mencuci kembali peralatan dapur sebelum dan sesudah digunakan untuk
memasak, walaupun peralatan tersebut masih tampak bersih.
d. Peralatan makan bayi atau anak, seperti mangkuk, sendok, dan cangkir, harus dicuci kembali sebelum digunakan oleh bayi atau anak.
e. Dalam pemberian makanan pendamping pada bayi atau anak, hendaknya berdasarkan tahapan usia anak.
f. Jangan menyimpan makanan yang tidak dihabiskan bayi atau anak. Ludah yang terbawa oleh sendok bayi atau anak akan menyebarkan bakteri.
(28)
Dengan memperhatikan MP-ASI yang tepat dan benar maka kemungkinan bayi mendapat penyakit tidak akan terjadi. Makanan pengganti atau pendamping ASI mutu gizinya harus baik, seperti susu sapi atau bahan makanan sumber protein hewani dalam jumlah yang cukup. Penghentian pemberian ASI yang terlalu awal mungkin tidak akan membawa akibat berupa penurunan tingkat gizi. Makanan yang disiapkan sebagai MP-ASI adalah makanan yang sangat terbuka akan berbagai kemungkinan kontaminasi, baik waktu membuatnya, maupun waktu menyimpannya. Ini berarti penyapihan akan diikuti oleh meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi, terutama infeksi pencernaan (Moehji, 1998).
2.4. Resiko Pemberian MP-ASI yang terlalu dini
Menurut Pudjiadi (2000), bayi belum siap untuk menerima makanan semi padat kira-kira berumur 6 bulan, dan makanan itu belum dirasakan perlu sepanjang bayi tersebut mendapatkan ASI yang cukup. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya berbagai penyakit seperti gangguan menyusui, beban ginjal yang terlalu berat dan mungkin gangguan terhadap selera makan.
2.4.1. Resiko Jangka Pendek
Resiko jangka pendek jika bayi mendapat MP-ASI terlalu dini yaitu sebagai berikut :
a. Gangguan Menyusui
Pengenalan makanan selain ASI secara dini akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, sehingga resiko untuk terjadinua pennurunan ASI semakin besar.
(29)
b. Penurunan absorbsi besi dari ASI
Pengenalan serealia dan sayuran-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI, walaupun konsentrasi zat besi rendah, tetapi lebih mudah.
c. Penyakit Diare
Resiko jangka pendek pada bayi yang mendapat makanan pendamping ASI terlalu dini adalah penyakit diare
2.4.2. Resiko Jangka Panjang
Menurut Syarief (1993) yang dikutip oleh Simanjuntak, E, (2009), beberapa resiko jangka panjang dalam pemberian MP-ASI sejak dini adalah :
a. Obesitas
Pemberian makanan pada bayi sejak usia dini dapat mengakibatkan kegemukan pada bayi. Bayi yang mendapat ASI tampaknya dapat mengatur masukan konsumsi sehingga konsumsi mereka dapat disesuaikan dengan kebutuhannya. b. Beban ginjal yang berlebihan dan hiperosmolaris
Makanan padat, banyak mengandung kadar Natrium Khlorida (NaCl) tinggi yang akan menambah beban ginjal. Beban tersebut masih ditambah oleh makanan pendamping lainnya yang mengandung daging.
c. Arteriosklerosis
Peranan faktor diit dalam patogenesis dan penyakit jantung ischemic tidak dipungkiri lagi. Faktor nutrisi yang terlibat disini antara lain : diit yang mengandung tinggi energi atau kalori dan kaya akan kolestrol serta lemak-lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak-lemak tak jenuh yang rendah.
(30)
d. Alergi terhadap makanan
Belum matangnya sistem kekebalan usus pada umur yang dini, dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan pada masa kanak-kanak. ASI kadang-kadang dapat menularkan penyebab-penyebab alergi dalam jumlah yang cukup banyak untuk menyebabkan gejala-gejala klinis, tetapi pemberian makanan pendamping yang dini menambah terjadinya alergi terhadap makana.
2.5. Karakteristik ibu dan bayi 0-6 bulan
Karakteristik ibu dan bayi 0-6 bulan yang akan dibahas adalah (karakteristik ibu) umur ibu, paritas, (karakteristik bayi) umur bayi, berat badan bayi, tinggi badan bayi. Dari karakteristik di atas akan memperlihatkan hubungannya terhadap kejadian infeksi bayi dari pemberian MP-ASI dini.
2.5.1. Umur Ibu
Umur adalah hal terpenting bagi seorang ibu, umur di bawah 20 tahun dianggap masih belum atau kurangnya kesiapan mental psikologis, karena dianggap masih belum cuklup matang dan dewasa untuk menghadapi kehamilan dan kelahiran. Apalagi dalam merawat dan mengurus anak, walaupun diketahui bersama keadaan tersebut datang dengan sendirinya (naluri keibuan). Untuk urusan pemberian makan pada bayi tidak dibutuhkan naluri ibu karena diperlukan pengalaman tentang pemberian makan pada bayi. Sedangkan umur lebih dari 20 tahun secara fisik juga mental sudah cukup dewasa dan kemungkinan sudah mempunyai pengalaman mengenai pemberian makan bayi yang baik.
(31)
2.5.2. Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Banyaknya kelahiran hidup dapat mempengaruhi keadaan kesehatan ibu dalam kehamilan. Dengan sendirinya keadaan kesehatan janin dalam kandungan menjadi kurang baik. Terganggunya kesehatan janin dapat menyebabkan bayi yang lahir dalam keadaan kurang gizi sehingga harus mendapatkan makanan pendamping ASI.
Jumlah kelahiran hidup yang ideal dianjurkan oleh pemerintah adalah sebanyak 2 orang.
2.5.3. Umur bayi
Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar untuk terjadinya kejadian infeksi. Oleh sebab itu kejadian infeksi pada bayi dan anak balita akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang dewasa. Kejadian infeksi pada bayi dan balita akan memberikan gambaran klinik yang lebih berat dan jelek, hal ini disebabkan karena infeksi pada bayi dan anak balita umumnya dikarenakan belum terbentuknya secara optimal proses kekebalan secara alamiah. Sedangkan orang dewasa sudah banyak terjadi kekebalan alamiah yang lebih optimal akibat pengalaman infeksi yang terjadi sebelumnya.
2.5.4. Berat badan bayi
Berat badan bayi merupakan ukuran yang menentukan tingkat kesehatan yaitu untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dapat diperhunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tubuh. Oleh
(32)
karena itu penurunan berat badan erat kaitannya dengan beberapa penyakit yang diderita oleh bayi. Itu dikarenakan metabolisme pertahanan tubuh bayi terganggu sehingga penyakit dapat masuk saat keadaan tubuh melemah.
2.5.5. Tinggi badan bayi
Tinggi badan bayi juga merupakan ukuran yang menentukan tingkat kesehatan yaitu untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi pada bayi. Disaat laju pertumbuhan tinggi badan terganggu akibat asupan gizi kurang baik dengan sendirinya pertahanan tubuh dari serangan penyakit akan melemah, sehingga bayi dapat terserang dari beberapa penyakit. Ukuran tinggi badan ini mudah dipantau karena terlihat dari fisik bayi, maka dari itu tinggi badan dapat menjadi ukuran awal dari pemeriksaan kesehatan bayi.
2.6. Kejadian Infeksi
Infeksi mempunyai efek terhadap status gizi untuk semua umur, tetapi lebih nyata pada kelompok anak-anak. infeksi juga mempunyai kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi lain karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan berkurang. Kebutuhan energi pada saat infeksi bisa mencapai dua kali kebutuhan normal karena meningkatnya metabolisme basal. Hal ini menyebabkan deplesi otot dan glikogen hati (Thaha, 1995).
Penyakit infeksi yang menyerang anak menyebabkan gizi anak menjadi buruk. Memburuknya keadaan gizi anak akibat penyakit infeksi dapat menyebabkan turunnya nafsu makan, sehingga masukan zat gizi berkurang padahal anak justru memerlukan zat gizi yang lebih banyak. Penyakit infeksi sering disertai oleh diare
(33)
dan muntah yang menyebabkan penderita kehilangan cairan dan sejumlah zat gizi seperti mineral, dan sebagainya (Moehji, 2003).
Penyakit yang terjadi pada bayi dan anak balita pada umumnya adalah penyakit yang ditimbulkan bertalian erat dengan pola pemberian makanan pada bayi. Pengolahan makanan yang kurang cermat, penjagaan kebersihan makanan yang tidak begitu baik, penyimpanan makanan yang tidak memenuhi syarat hingga mudah menyebabkan makanan menjadi rusak dan basi, semuanya akan mempermudah terjadinya penyakit pada bayi dan anak
Jenis penyakit yang paling sering ditemukan pada bayi dan anak adalah penyakit akibat gangguan pencernaan. Oleh karena itu, setiap gangguan kesehatan terutama memperlihatkan adanya gejala muntah, diare atau turunnya selera makan anak, haruslah terdapat perhatian dan anak segera dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat (Moehji, 1990).
Di banyak negara di dunia penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun, akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh (Moehji, 2003).
Seorang bayi sangat mungkin mengalami satu atau lebih penyakit, hal ini karena bayi belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang optimal, sehingga rentan terkena penyakit. Ada 5 penyakit yang sering menimpa bayi di bawah usia satu tahun, yaitu:
(34)
1. Diare (Gastroenterologi)
Penyebab bakteri dan virus. Seseorang dikatakan diare bila buang air besar yang encer/lembek seperti air dan sehari lebih dari empat kali mencret. Penyakit ini dapat ringan atau serius, datang secara mendadak atau akut (Depkes RI, 2003).
Faktor-faktor penyebab timbulnya diare adalah sebagai berikut : a. Tidak Memberi ASI secara penuh 4-6 bulan (ASI Eksklusif) b. Menggunakan botol susu yang susah dibersihkan.
c. Cara menyimpan makanan yang tidak baik sehingga dapat dihinggapi lalat dan serangga kotor lainnya.
d. Gizi kurang baik yang menyebabkan tubuh menjadi lemah
e. Infeksi usus disebabkan bakteri amuba, cacing dan giargi (parasit yang hidup di dalam usus).
f. Infeksi diluar usus, seperti infeksi kantong kemih, campak g. Ketidakmampuan usus mencerna makanan
Kelompok umur yang paling banyak terkena diare adalah anak usia 1-3 tahun, banyak juga ditemukan penderita yang usianya masih relatif muda yaitu antara 6-12 bulan. Pada usia ini balita mendapat makanan pendamping ASI sehingga kemungkinan termakan makanan yang sudah terkontaminasi menjadi lebih besar. Selain itu balita juga sudah mampu bergerak kesana kemari dan pada usia balita, senang sekali memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya (Moehji, 1990).
Sumber penyebab lainnya karena makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. Manifestasi Klinis :Bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh meninggi cair dan mungkin disertai dengan lendir atau darah (Nasution, SZ, 2003)
(35)
2. Konstipasi (sembelit)
Sembelit adalah suatu kondisi yang sangat umum terjadi dan kemungkinan mempengaruhi sekitar 30 persen anak-anak di usia tertentu. Biasanya bayi belum memiliki jadwal normal untuk buang air besar. Bisa saja bayi BAB setiap setelah makan, harus menunggu satu hari atau bahkan lebih dari sehari. Pola ini tergantung dari apa yang bayi makan, seberapa aktif bayi tersebut dan seberapa cepat ia mencerna makanan. Tapi nantinya orangtua akan bisa menemukan pola BAB bayinya.
Salah satu petunjuk yang menunjukkan bahwa bayi mengalami sembelit adalah frekuensi BAB-nya kurang dari biasanya, terutama jika sudah lebih dari 1-3 hari sehingga membuat ia merasa tidak nyaman. Selain itu feses yang keras atau kering juga merupakan salah satu gejala sembelit.
3. Disentri
Penyebab disentri adalah kuman golongan Shigella. Penyebarannya melalui makanan dan air yang kotor atau lalat. Disentri basiler dialami oleh anak-anak. Kumannya masuk ke dalam alat-alat pencernaan makanan, lalu mengakibatkan pembengkakan dan pemborokan. Peradangan terjadi pada seluruh usus besar dan usus halus bagian bawah.
4. Difteri
Penyakit difteri disebabkan oleh kuman Clostridum diphteriae dan disebarkan terutama melalui sekret hidung. Eksotoksin yang dikeluarkan organisme ini bertanggungjawab atas terjadinya miokarditis dan neuropati yang merupakan komplikasi yang paling berat dan paling sering terjadi.8 Difteri di samping
(36)
menyerang saluran nafas, juga menyerang mukosa dan luka pada permukaan kulit. Difteri larings dapat menyebabkan saluran nafas tersumbat, sehingga penderita dapat meninggal karena kegagalan pernafasan. Difteri dapat menimpa pada anak yang berumur kurang dari 1 (satu) tahun.(Mubin, 2005).
5. ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu panyakit infeksi yang erat kaitannya dengan masalah gizi. Tanda dan gejala penyakit ISPA ini bermacam-macam antara lain batuk, kesulitan bernafas, tenggorakan kering, pilek demam dan sakit telinga. Dua penelitian yaitu Maltene (1991) dan Walker (1992) menunjukkan adanya korelasi yang signifikan antara berat badan dan infeksi saluran pernafasan (Depkes RI, 1996).
Diperkirakan panas yang menyertai ISPA memegang peranan penting dalam penurunan asupan nutrien karenan menurunnya nafsu makan anak (Thaha, 1995). Hasil penelitian Thamrin (2002) di Kabupaten Maros menyimpulkan bahwa penyakit infeksi merupakan faktor resiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian KEP pada anak balita.
(37)
2.7. Alur Penelitian
Gambar 2.1 Alur penelitian Hubungan Hubungan Karakteristik Ibu dan Bayi dengan Kejadian Infeksi (Studi Kasus pada Bayi 0-6 Bulan yang Diberi MP-ASI di Puskesmas Sunggal Tahun 2010) dapat diketahui dengan uji statistik Exact Fisher ataupun Uji Koreksi Yates.
Karakteristik ibu dan bayi(0-6 bulan): 1. Umur ibu 2. Paritas 3. Umur bayi 4. Berat badan bayi 5. Tinggi badan bayi
Kejadian Infeksi
Uji Exact Fisher
Uji Koreksi Yates
Perbandingan uji
(38)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei bersifat explanatory research
yaitu untuk mengetahui dan menjelaskan perbandingan hasil uji Exact Fisher dan Uji Koreksi Yates dalam meneliti Hubungan Hubungan Karakteristik Ibu dan Bayi dengan Kejadian Infeksi (Studi Kasus pada Bayi 0-6 Bulan yang Diberi MP-ASI di Puskesmas Sunggal Tahun 2010).
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dalam penelitian dilaksanakan di Puskesmas Sunggal Kecamatan Medan Sunggal. Penelitian ini rencananya akan dilakukan pada bulan Mei 2011.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah data bayi usia 0-6 bulan yang mendapat MP-ASI yang terdapat di Puskesmas Sunggal Kecamatan Sunggal berdasarkan data tahun 2010.
3.3.2. Sampel
Teknik penarikan sampel dilakukan dengan cara menggunakan Simple Random Sampling, yaitu metode pencuplikan sampel secara acak di mana masing-masing subjek atau unit memiliki peluang yang sama dan independen untuk terpilih menjadi sampel.
Sampel dalam penelitian adalah data bayi usia 0-6 bulan yang mendapat MP-ASI yang mewakili wilayah kerja Puskesmas Sunggal, yaitu sebanyak 50 bayi.
(39)
Kemudian dicut menjadi 20 sampel dan 30 sampel. Cut point yang dilakukan adalah dengan melihat mean (rata-rata) dan median (nilai tengah).
3.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dipergunakan adalah data sekunder yang terdiri dari umur ibu, paritas, umur bayi, berat badan bayi, tinggi badan bayi dan kejadian infeksi pada bayi yang diperoleh dari catatan yang ada di Puskesmas Sunggal Kecamatan Medan Sunggal tahun 2010.
3.5. Definisi Operasional Variabel
Perbandingan uji adalah suatu cara yang digunakan untuk melihat perbandingan antara uji yang satu terhadap uji yang lainnya.
1. Uji Exact Fisher adalah metode analisis non parametrik digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel kecil independen bila datanya berbentuk nominal.
2. Uji Koreksi Yates adalah metode analisis non parametrik untuk mengkontinukan tingkat penyebaran data dalam pengujian tabel kontingensi 2x2
3. Umur ibu adalah usia ibu sewaktu melahirkan balita terbungsu (tahun).
4. Paritas adalah jumlah kelahiran hidup dari awal melahirkan sampai dengan bayi terbungsu.
5. Umur bayi adalah usia bayi pada saat dilakukan pendataan (bulan).
6. Berat badan bayi adalah ukuran timbangan berat badan bayi pada saat dilakukan pendataan (kg)..
(40)
7. Tinggi badan bayi adalah ukuran panjang badan pada saat dilakukan pendataan. 8. Kejadian infeksi adalah jenis penyakit yang diderita bayi usia 0-6 bulan akibat
dari pemberian makanan pendamping ASI.
3.6. Aspek Pengukuran
Pada masing-masing uji exact Fisher dan uji koreksi Yates akan dilakukan pengujian data dengan besar sampel yang memenuhi kriteria untuk ke dua uji tersebut. Dengan kriteria :
1. Hasil uji exact fisher dan uji koreksi yates:
a. Ada perbedaan hasil uji exact fisher dan uji koreksi yates, jika hasil hipotesa dari probabilitas (p) kedua uji berbeda
b. Tidak ada perbedaan hasil uji exact fisher dan uji koreksi yates, jika hasil hipotesa dari probabilitas (p) kedua uji sama
2. Kejadian infeksi dikategorikan atas :
a. Ada penyakit, jika bayi menderita penyakit infeksi
b. Tidak ada penyakit, jika bayi tidak menderita penyakit infeksi 3. Umur ibu, dikategorikan atas :
a. titik potong (cut of point) dari rata-rata/mean:
• ≤ mean
• < mean
b. titik potong (cut of point) dari nilai tengah/median:
• ≤ median
(41)
4. Paritas, dikategorikan atas :
a. titik potong (cut of point) dari rata-rata/mean:
• ≤ mean
• < mean
b. titik potong (cut of point) dari nilai tengah/median:
• ≤ median
• > median
5. Umur bayi, dikategorikan atas :
a. titik potong (cut of point) dari rata-rata/mean:
• ≤ mean
• < mean
b. titik potong (cut of point) dari nilai tengah/median:
• ≤ median
• > median
6. Berat badan bayi, dikategorikan atas :
a. titik potong (cut of point) dari rata-rata/mean:
• ≤ mean
• < mean
b. titik potong (cut of point) dari nilai tengah/median:
• ≤ median
(42)
7. Tinggi badan bayi, dikategorikan atas:
a. titik potong (cut of point) dari rata-rata/mean:
• ≤ mean
• < mean
b. titik potong (cut of point) dari nilai tengah/median:
• ≤ median
• > median
3.7 Teknik Analisis Data
Dari data pemberian MP-ASI dini dan data kejadian infeksi yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan uji exact Fisher dan uji koreksi Yates dari setiap cut yang dilakukan dengan menggunakan komputer yang memakai software SPSS untuk memperoleh hasil analisis data dari kedua uji tersebut. Perbandingan hasil kedua uji tersebut dianalisis secara deskriptif.
(43)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Puskesmas Sunggal
Wilayah penelitian ini adalah puskesmas sunggal yang terletak di Jl. Pinang Baris Kelurahan. Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal yang memiliki jarak ± 8 km dari kota dengan batas wilayah sebagai berikut :
1. Bagian Utara : Kecamatan Medan Helvetia 2. Bagian Selatan : Kecamatan Medan Selayang 3. Bagian Barat : Kabupaten Deli Serdang
4. Bagian Timur : Kecamatan Medan Baru dan Petisah
Luas wilayah kecamatan medan sunggal adalah 14. 116 Km2, yang terdiri dari 6 kelurahan dengan jumlah penduduk 108.688 jiwa.
4.2. Analisa univariat dan analisa bivariat pada 20 sampel dan dikelompokkan berdasarkan rata-rata(mean)
Karakteristik ibu dan bayi meliputi: umur ibu, paritas, umur bayi, berat badan bayi dan tinggi badan bayi dengan kejadian infeksi pada 20 sampel dan dikelompokkan berdasarkan titik potong (cut of point) rata-rata/mean.
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur Ibu pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean)
No. Kelompok Umur Ibu Jumlah %
1. ≤ 26,35 tahun 11 55%
2. > 26,35 tahun 9 45%
(44)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok umur ibu ≤ 26,35 tahun sebanyak 11 orang (55%), dan pada kelompok umur ibu > 26,35 tahun sebanyak 9 orang (45%).
Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Paritas pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean)
No. Kelompok Paritas Jumlah %
1. ≤ 2 14 70%
2. > 2 6 30%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah kelahiran hidup (paritas) ibu pada kelompok paritas ≤ 2sebanyak 14 bayi (70%) dan pada kelompok paritas ibu > 2 sebanyak 6 orang (30%).
Tabel 4.3. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean)
No. Kelompok Umur Bayi Jumlah %
1. ≤ 3.25 bulan 13 65%
2. > 3.25 bulan 7 35%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah bayi pada kelompok umur bayi ≤ 3,25 bulan sebanyak 13 bayi (65%), dan jumlah bayi pada kelompok umur bayi > 3,25 bulan sebanyak 7 bayi (35%).
(45)
Tabel 4.4. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Berat Badan Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean)
No. Kelompok Berat Badan Bayi Jumlah %
1. ≤ 5,7 kg 12 60%
2. > 5.7 kg 8 40%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah bayi pada kelompok berat badan bayi ≤ 5,7 kg sebanyak 12 bayi (60%), dan jumlah bayi pada kelompok berat badan bayi > 5,7 kg sebanyak 12 bayi (40%).
Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Tinggi Badan Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean)
No. Kelompok Tinggi Badan Bayi Jumlah %
1. ≤ 60.25 cm 11 55%
2. > 60.25 cm 9 45%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah bayi pada kelompok tinggi badan bayi ≤ 60.25 cm sebanyak 11 bayi (55%), dan jumlah bayi pada kelompok tinggi badan bayi > 60,25 cm sebanyak 9 bayi (45%).
(46)
Tabel 4.6. Distribusi bayi yang menderita penyakit infeksi atau tidak pada 20 sampel
No. Penyakit Infeksi Jumlah %
1. Ya 9 45%
2. Tidak 11 55%
Total 20 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah bayi yang menderita penyakit infeksi sebanyak 9 bayi (45%) sedangkan jumlah bayi yang tidak menderita penyakit infeksi sebanyak 11 bayi (55%).
Tabel 4.7. Distribusi Hubungan Umur Ibu dan Penyakit Infeksi Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean)
No.
Kelompok Umur Ibu
Ada Tidaknya Penyakit Infeksi Pada
Bayi Total Uji Yates Uji Fisher
Ada Tidak
n % n % n α P α P
1. ≤26.35 tahun 8 88.9% 3 27.3% 11
0.05 0.021 0.05 0.01
2 > 26.35 tahun 1 11.1% 8 72.7% 9
Total 9 100% 11 100% 20
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 11 orang ibu pada kelompok umur ibu ≤ 26,35 tahun ada 8 bayi (88,9%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 3 bayi (27,3%) yang tidak menderita penyakit infeksi. Sedangkan dari 9 ibu pada kelompok umur > 26,35 tahun ada 1 bayi (11,1%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 8 bayi (72,7%) yang tidak menderita penyakit infeksi.
(47)
Berdasarkan data di atas, nilai probabilitas hasil uji Yates diketahui bahwa P
value sebesar 0,021 pada α (0,05), dan pada hasil uji Fisher diketahui bahwa P value sebesar 0.010 pada α (0,05).
Tabel 4.8. Distribusi Hubungan Paritas dan Penyakit Infeksi Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean)
No. Kelompok Paritas
Ada Tidaknya Penyakit Infeksi Pada
Bayi Total Uji Yates Uji Fisher
Ada Tidak
n % n % n α P α P
1. ≤ 2 8 88.9% 6 54.5% 14
0.05 0.239 0.05 0.157
2 > 2 1 11.1% 5 45.5% 6
Total 9 100% 11 100% 20
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 14 orang ibu pada kelompok paritas ibu ≤ 2 kali ada 8 bayi (88.9%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 6 bayi (54.5%) yang tidak menderita penyakit infeksi. Sedangkan dari 6 ibu pada kelompok paritas > 2 kali ada 1 bayi (11.1%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 5 bayi (45.5%) yang tidak menderita penyakit infeksi.
Berdasarkan data di atas, nilai probabilitas hasil uji Yates diketahui bahwa P
value sebesar 0,239 pada α (0,05), dan pada hasil uji Fisher diketahui bahwa P value sebesar 0,157 pada α (0,05).
(48)
Tabel 4.9. Distribusi Hubungan Umur Bayi dan Penyakit Infeksi Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean)
No. Kelompok Umur Bayi
Ada Tidaknya Penyakit
Infeksi Pada Bayi Total Uji Yates Uji Fisher
Ada Tidak
n % n % n α P α P
1. ≤ 3.25 bulan 5 55.6% 8 72.7% 13
0.05 0.742 0.05 0.642 2 > 3.25 bulan 4 44.4% 3 27.3% 7
Total 9 100% 11 100% 20
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 13 bayi pada kelompok umur bayi < 3,25 bulan ada 5 bayi (55,6%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 8 bayi (72,7%) yang tidak menderita penyakit infeksi. Sedangkan dari 7 bayi pada kelompok umur bayi ≥ 3,25 bulan ada 4 bayi (44,4%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 3 bayi (27,3%) yang tidak menderita penyakit infeksi.
Berdasarkan data di atas, nilai probabilitas hasil uji Yates diketahui bahwa P
value sebesar 0,742 pada α (0,05), dan pada hasil uji Fisher diketahui bahwa P value sebesar 0,642 pada α (0,05).
Tabel 4.10. Distribusi Hubungan Berat Badan Bayi dan Penyakit Infeksi Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean)
No.
Kelompok Berat Badan Bayi
Ada Tidaknya Penyakit
Infeksi Pada Bayi Total Uji Yates Uji Fisher
Ada Tidak
n % n % n α P α P
1. ≤5.7 kg 7 77.8% 5 45.5% 12
0.05 0.313 0.05 0.197
2 > 5.7 kg 2 22.2% 6 54.5% 8
(49)
Berdasarkan tabel 4.10, diketahui bahwa dari 12 bayi pada kelompok berat badan bayi ≤ 5,7 kg ada 7 bayi (77.8%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 5 bayi (45.5%) yang tidak menderita penyakit infeksi. Sedangkan dari 8 bayi pada kelompok berat badan bayi > 5,7 kg ada 2 bayi (22.2%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 6 bayi (54.5%) yang tidak menderita penyakit infeksi.
Berdasarkan data di atas, nilai probabilitas hasil uji Yates diketahui bahwa P
value sebesar 0,313 pada α (0,05), dan pada hasil uji Fisher diketahui bahwa P value sebesar 0.197 pada α (0,05).
Tabel 4.11. Distribusi Hubungan Tinggi Badan Bayi dan Penyakit Infeksi Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Rata-Rata(Mean)
No.
Kelompok Tinggi Badan Bayi
Ada Tidaknya Penyakit
Infeksi Pada Bayi Total Uji Yates Uji Fisher
Ada Tidak
n % n % n α P α P
1. ≤ 60.25 cm 5 55.6% 6 54.5% 11
0.05 1.000 0.05 1.000
2 > 60.25 cm 4 44.4% 5 45.5% 9
Total 9 100% 11 100% 20
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 11 bayi pada kelompok tinggi badan bayi ≤60,25 cm ada 5 bayi (55,6%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 6 bayi (54,5%) yang tidak menderita penyakit infeksi. Sedangkan dari 9 bayi pada kelompok tinggi badan bayi > 60,25 cm ada 4 bayi (44,4%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 5 bayi (45,5%) yang tidak menderita penyakit infeksi.
(50)
Berdasarkan data di atas, nilai probabilitas hasil uji Yates diketahui bahwa P
value sebesar 1,000 pada α (0,05), dan pada hasil uji Fisher diketahui bahwa P value sebesar 1,000 pada α (0,05).
Tabel 4.12. Gambaran nilai Probabilitas Uji Yates dan Uji Fisher pada 20 Sampel dan Pengelompokkan Berdasarkan Rata-Rata (Mean)
Karakteristik Ibu dan Bayi
Probabilitas (P)
Hasil Hipotesa Uji Yates Uji Fisher
Umur Ibu 0,021 0,010 Ada hubungan Ada hubungan
Paritas 0,239 0,157 Tidak ada
hubungan
Tidak ada hubungan
Umur Bayi 0,742 0,642 Tidak ada
hubungan
Tidak ada hubungan
Berat Badan Bayi 0,313 0,197 Tidak ada
hubungan
Tidak ada hubungan
Tinggi Badan Bayi 1,000 1,000 Tidak ada
hubungan
Tidak ada hubungan Dari tabel di atas dapat dilihat nilai probabilitas masing-masing uji dari karakteristik ibu dan bayi yang dikelompokkan berdasarkan nilai rata-rata(mean) terhadap penyakit infeksi bayi pada 20 sampel.
Pada variabel umur ibu mempunyai nilai probabilitas Uji Yates (0,021) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian infeksi dan nilai probabilitas Uji Fisher (0,010) yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian infeksi. Hal ini berarti tidak ada perbedaan hasil uji Fisher dan uji Yates dalam pengambilan keputusan.
Pada variabel paritas mempunyai nilai probabilitas Uji Yates (0,239) yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian infeksi dan nilai probabilitas Uji Fisher (0,157) yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang
(51)
bermakna dengan kejadian infeksi. Hal ini berarti tidak ada perbedaan hasil uji Fisher dan uji Yates dalam pengambilan keputusan.
Pada variabel umur bayi mempunyai nilai probabilitas Uji Yates (0,742) yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian infeksi dan nilai probabilitas Uji Fisher (0,642) yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian infeksi. Hal ini berarti tidak ada perbedaan hasil uji Fisher dan uji Yates dalam pengambilan keputusan.
Pada variabel berat badan bayi mempunyai nilai probabilitas Uji Yates (0,313) yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian infeksi dan nilai probabilitas Uji Fisher (0,197) yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian infeksi. Hal ini berarti tidak ada perbedaan hasil uji Fisher dan uji Yates dalam pengambilan keputusan.
Pada variabel tinggi badan bayi mempunyai nilai probabilitas Uji Yates (1,000) yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian infeksi dan nilai probabilitas Uji Fisher (1,000) yang menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian infeksi. Hal ini berarti tidak ada perbedaan hasil uji Fisher dan uji Yates dalam pengambilan keputusan.
4.3. Analisa univariat dan analisa bivariat pada 20 sampel dan dikelompokkan berdasarkan nilai tengah(median)
Karakteristik ibu dan bayi meliputi: umur ibu, paritas, umur bayi, berat badan bayi dan tinggi badan bayi dengan kejadian infeksi pada 20 sampel dan dikelompokkan berdasarkan cut point nilai tengah (median).
(52)
Tabel 4.13. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur Ibu pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah(Median)
No. Kelompok Umur Ibu Jumlah %
1. ≤ 26 tahun 11 55%
2. > 26 tahun 9 45%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok umur ibu ≤ 26 tahun sebanyak11 orang (55%), dan pada kelompok umur ibu > 26 tahun sebanyak 9 orang (45%).
Tabel 4.14. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Paritas pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah(Median)
No. Kelompok Paritas Jumlah %
1. ≤ 2 14 70%
2. > 2 6 30%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok paritas ibu ≤ 2 kali sebanyak 14 orang (70%) dan > 2 kali sebanyak 6 orang (30%).
Tabel 4.15. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Umur Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah(Median)
(53)
No. Kelompok Umur Bayi Jumlah %
1. ≤ 3 bulan 13 65%
2. > 3 bulan 7 35%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok umur bayi ≤ 3 bulan sebanyak 13 orang (65%), dan pada kelompok umur bayi > 3 bulan sebanyak 7 orang (35%).
Tabel 4.16. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Berat Badan Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah(Median)
No. Kelompok Berat Badan Bayi Jumlah %
1. ≤ 5.7 kg 12 60%
2. > 5.7 kg 8 40%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok berat badan bayi ≤ 5.7 kg sebanyak 12 orang (60%), dan pada kelompok berat badan bayi > 5,7 kg sebanyak 8 orang (40%).
(54)
Tabel 4.17. Distribusi Karakteristik Ibu dan Bayi Menurut Kelompok Tinggi Badan Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah(Median)
No. Kelompok Tinggi Badan Bayi Jumlah %
1. ≤ 60 cm 11 55%
2. > 60 cm 9 45%
Total 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kelompok tinggi badan bayi ≤ 60 cm sebanyak 11 orang (55%), dan pada kelompok tinggi badan bayi > 60 cm sebanyak 9 orang (45%).
Tabel 4.18. Distribusi Hubungan Umur Ibu dan Penyakit Infeksi Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah(Median)
No. Kelompok Umur Ibu
Ada Tidaknya Penyakit
Infeksi Pada Bayi Total Uji Yates Uji Fisher
Ada Tidak
n % n % n α P α P
1. ≤26 tahun 8 88.9% 3 27.3% 11
0.05 0.021 0.05 0.010 2 > 26 tahun 1 11.1% 8 72.7% 9
Total 9 100% 11 100% 20
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 11 orang ibu pada kelompok umur ibu ≤ 26 tahun ada 8 bayi (88.9%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 3 bayi (55%) yang tidak menderita penyakit infeksi. Sedangkan dari 9 ibu pada kelompok umur > 26 tahun ada 1 bayi (11.1%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 8 bayi (45%) yang tidak menderita penyakit infeksi.
(55)
Berdasarkan data di atas, nilai probabilitas hasil uji Yates diketahui bahwa P
value sebesar 0,021 pada α (0,05), dan pada hasil uji Fisher diketahui bahwa P value sebesar 0.010 pada α (0,05).
Tabel 4.19. Distribusi Hubungan Paritas dan Penyakit Infeksi Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah(Median)
No. Kelompok Paritas
Ada Tidaknya Penyakit
Infeksi Pada Bayi Total Uji Yates Uji Fisher
Ada Tidak
n % n % n α P α P
1. ≤ 2 8 88.9% 6 54.5% 14
0.05 0.239 0.05 0.157
2. > 2 1 11.1% 5 45.5% 6
Total 9 100% 11 100% 20
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa dari 14 orang ibu pada kelompok paritas ibu ≤ 2 kali ada 8 bayi (88.9%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 6 bayi (70%) yang tidak menderita penyakit infeksi. Sedangkan dari 6 ibu pada kelompok paritas > 2 kali ada1 bayi (11.1%) yang menderita penyakit infeksi dan ada 5 bayi (45.5%) yang tidak menderita penyakit infeksi.
Berdasarkan data di atas, nilai probabilitas hasil uji Yates diketahui bahwa P
value sebesar 0,239 pada α (0,05), dan pada hasil uji Fisher diketahui bahwa P value sebesar 0.157 pada α (0,05).
Tabel 4.20. Distribusi Hubungan Umur Bayi dan Penyakit Infeksi Bayi pada 20 Sampel dan Dikelompokkan Berdasarkan Nilai Tengah(Median)
No.
Kelompok Umur
Bayi
Ada Tidaknya Penyakit
Infeksi Pada Bayi Total Uji Yates Uji Fisher
Ada Tidak
n % n % n α P α P
1. ≤ 3 bulan 5 55.6% 8 72.7% 13
0.05 0.742 0.05 0.642
2 > 3 bulan 4 44.4% 3 27.3% 7
(1)
umur bayi pada saat pendataan dalam kategori mean * apakah
bayi menderita penyakit infeksi atau tidak
Crosstab
penyakit infeksi
Total
ya tidak
umur bayi <= 3 Count 7 14 21
Expected Count 7.0 14.0 21.0
% within umur bayi 33.3% 66.7% 100.0%
% within penyakit infeksi 70.0% 70.0% 70.0%
% of Total 23.3% 46.7% 70.0%
> 3 Count 3 6 9
Expected Count 3.0 6.0 9.0
% within umur bayi 33.3% 66.7% 100.0%
% within penyakit infeksi 30.0% 30.0% 30.0%
% of Total 10.0% 20.0% 30.0%
Total Count 10 20 30
Expected Count 10.0 20.0 30.0
% within umur bayi 33.3% 66.7% 100.0%
% within penyakit infeksi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.3% 66.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .656
N of Valid Cases 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.00.
(2)
umur bayi pada saat pendataan dalam kategori median * apakah
bayi menderita penyakit infeksi atau tidak
Crosstab
penyakit infeksi
Total
ya tidak
umur bayi <= 3 Count 7 14 21
Expected Count 7.0 14.0 21.0
% within umur bayi 33.3% 66.7% 100.0%
% within penyakit infeksi 70.0% 70.0% 70.0%
% of Total 23.3% 46.7% 70.0%
> 3 Count 3 6 9
Expected Count 3.0 6.0 9.0
% within umur bayi 33.3% 66.7% 100.0%
% within penyakit infeksi 30.0% 30.0% 30.0%
% of Total 10.0% 20.0% 30.0%
Total Count 10 20 30
Expected Count 10.0 20.0 30.0
% within umur bayi 33.3% 66.7% 100.0%
% within penyakit infeksi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.3% 66.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .000a 1 1.000
Continuity Correctionb .000 1 1.000
Likelihood Ratio .000 1 1.000
Fisher's Exact Test 1.000 .656
(3)
Berat badan bayi pada saat pendataan dalam kategori mean *
apakah bayi menderita penyakit infeksi atau tidak
Crosstab
penyakit infeksi
Total
Ya tidak
Berat badan bayi <= 5.59 kg Count 7 7 14
Expected Count 4.7 9.3 14.0
% within Berat badan bayi 50.0% 50.0% 100.0%
% within penyakit infeksi 70.0% 35.0% 46.7%
% of Total 23.3% 23.3% 46.7%
> 5.59 kg Count 3 13 16
Expected Count 5.3 10.7 16.0
% within Berat badan bayi 18.8% 81.3% 100.0%
% within penyakit infeksi 30.0% 65.0% 53.3%
% of Total 10.0% 43.3% 53.3%
Total Count 10 20 30
Expected Count 10.0 20.0 30.0
% within Berat badan bayi 33.3% 66.7% 100.0%
% within penyakit infeksi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.3% 66.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 3.281a 1 .070
Continuity Correctionb 2.026 1 .155
Likelihood Ratio 3.340 1 .068
Fisher's Exact Test .122 .077
N of Valid Cases 30
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.67.
(4)
Berat badan bayi pada saat pendataan dalam kategori median *
apakah bayi menderita penyakit infeksi atau tidak
Crosstab
penyakit infeksi
Total
ya tidak
Berat badan bayi <= 5.7 kg Count 9 9 18
Expected Count 6.0 12.0 18.0
% within Berat badan bayi 50.0% 50.0% 100.0%
% within penyakit infeksi 90.0% 45.0% 60.0%
% of Total 30.0% 30.0% 60.0%
> 5.7 kg Count 1 11 12
Expected Count 4.0 8.0 12.0
% within Berat badan bayi 8.3% 91.7% 100.0%
% within penyakit infeksi 10.0% 55.0% 40.0%
% of Total 3.3% 36.7% 40.0%
Total Count 10 20 30
Expected Count 10.0 20.0 30.0
% within Berat badan bayi 33.3% 66.7% 100.0%
% within penyakit infeksi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.3% 66.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 5.625a 1 .018
Continuity Correctionb 3.906 1 .058
Likelihood Ratio 6.353 1 .012
(5)
Tinggi badan bayi pada saat pendataan dalam kategori mean *
apakah bayi menderita penyakit infeksi atau tidak
Crosstab
penyakit infeksi
Total
ya tidak
Tinggi badan bayi <= 60.217 cm
Count 7 8 15
Expected Count 5.0 10.0 15.0
% within Tinggi badan bayi 46.7% 53.3% 100.0%
% within penyakit infeksi 70.0% 40.0% 50.0%
% of Total 23.3% 26.7% 50.0%
> 60.217 cm Count 3 12 15
Expected Count 5.0 10.0 15.0
% within Tinggi badan bayi 20.0% 80.0% 100.0%
% within penyakit infeksi 30.0% 60.0% 50.0%
% of Total 10.0% 40.0% 50.0%
Total Count 10 20 30
Expected Count 10.0 20.0 30.0
% within Tinggi badan bayi 33.3% 66.7% 100.0%
% within penyakit infeksi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.3% 66.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.400a 1 .121
Continuity Correctionb 1.350 1 .245
Likelihood Ratio 2.451 1 .117
Fisher's Exact Test .245 .123
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
(6)
Tinggi badan bayi pada saat pendataan dalam kategori median *
apakah bayi menderita penyakit infeksi atau tidak
Crosstab
penyakit infeksi
Total
ya tidak
Tinggi badan bayi <= 60.250 cm
Count 7 8 15
Expected Count 5.0 10.0 15.0
% within Tinggi badan bayi 46.7% 53.3% 100.0%
% within penyakit infeksi 70.0% 40.0% 50.0%
% of Total 23.3% 26.7% 50.0%
> 60.250 cm Count 3 12 15
Expected Count 5.0 10.0 15.0
% within Tinggi badan bayi 20.0% 80.0% 100.0%
% within penyakit infeksi 30.0% 60.0% 50.0%
% of Total 10.0% 40.0% 50.0%
Total Count 10 20 30
Expected Count 10.0 20.0 30.0
% within Tinggi badan bayi 33.3% 66.7% 100.0%
% within penyakit infeksi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.3% 66.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.400a 1 .121
Continuity Correctionb 1.350 1 .245
Likelihood Ratio 2.451 1 .117
Fisher's Exact Test .245 .123