Hubungan Pemberian Mp-Asi Dini Dengan Kejadian Penyakit Infeksi Pada Bayi 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

(1)

HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SINDAR RAYA KECAMATAN RAYA KAHEAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh:

NIM : 081000010

DEWI SRI NAULI HARAHAP

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

SINDAR RAYA KECAMATAN RAYA KAHEAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 081000010

DEWI SRI NAULI HARAHAP

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT INFEKSI PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINDAR RAYA KECAMATAN RAYA KAHEAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh : NIM. 081000010

DEWI SRI NAULI HARAHAP

Telah Diuji Dan Dipertahankan Di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 19 Juni 2012 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes) (

NIP. 19620529 198903 2 001 NIP. 19670613 199303 1 004 Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si)

Penguji II Penguji III

(Dra. Jumirah, Apt.,M.Kes) (Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si) NIP:19580315 198811 2 001 NIP. 19680616 199303 2 003

Medan, Juni 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

NIP. 19610831 198903 1 001 (Dr.Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

ABSTRAK

Masa bayi adalah masa kritis dalam kehidupan manusia. Bayi usia 0-6 bulan dapat tumbuh secara optimal dengan mengandalkan ASI selama 6 bulan pertama kehidupannya. Namun kenyataanya, sebelum usia 6 bulan, banyak bayi yang sudah diberi MP-ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang berusia 0-6 bulan. Pengambilan sampel diambil dengan tekhnik total sampling. Kejadian penyakit infeksi pada bayi 0-6 bulan dalam penelitian ini adalah ISPA dan diare. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukan bayi yang memperoleh MP-ASI dini 54,8% dan ASI 45,2%. Kejadian penyakit infeksi pada bayi yang memperoleh MP-ASI dini 91,2% dan yang tidak memperoleh MP-ASI dini 28,6%. Terdapat hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian penyakit infeksi (p<0,0001). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi 0-6 bulan adalah pengetahuan ibu dan pendidikan ibu. Sedangkan pekerjaan ibu, pendapatan keluarga dan dukungan dari petugas kesehatan tidak berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini.

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan pemberian makanan yang tepat bagi bayi 0-6 bulan sewaktu ibu memeriksakan kehamilan agar ibu mengetahui lebih dini risiko pemberian MP-ASI dini pada bayi. Selain itu diharapkan perlunya kemauan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.


(5)

ABSTRACT

Infancy is a critical period in human life. Infants of age 0-6 months can grow

This type of research was the descriptive study with cross-sectional designs. The populations in this study were all babies aged 0-6 months. Sampling was taken with total sampling techniques. Infectious diseases in this research were the Acute Respiratory Infection (ARI) and diarrhea. The data was collected using questionnaires.

optimally by using breast milk for the first six months. However, in reality, before six months many babies have been given complementary breastfeeding. The purpose of this research is to know the relationship of early complementary breastfeeding with the infection incidence of infants 0-6 months in working area of Sindar Raya Health Center.

The results of this study showed that babies who have been given early complementary breastfeeding is 54.8% and who has been given breast milk is 45.2%. Occurrences of infectious disease in infants who have been given early complementary breastfeeding is 91.2% and who have not been given early complementary breastfeeding is 28.6%. There is a relationship between the early complementary breastfeeding with the incidence of infectious disease (p <0.0001). Factors associated with the early complementary breastfeeding for infants 0-6 months is the mother’s knowledge and education, while the employment, family income and support of health workers are not related to the early complementary breastfeeding.

It is recommended to health workers to provide the proper feeding for infants 0-6 months when the mother is checking of her pregnancy so the mother knows morethe risks of early complementary breastfeeding. In addition, the need for mother awareness is expected to give exclusive breastfeeding to her baby.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewi Sri Nauli Harahap

NIM : 08100010

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Anggota Keluarga : 7 orang

Alamat Rumah : Jln. Jamin Ginting, Gang Sarmin No. 15, Padang Bulan, Medan

Alamat Orang Tua : Jln, Tuan Johim, No. 96, Kelurahan Sindar Raya, Kecamatan Raya Kahean, Kabupaten Simalungun

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1996-2002 : SD Negeri 091713 Amborokan 2. Tahun 2002-2005 : SMP N 1 Raya Kahean

3. Tahun 2005-2008 : SMA N 1 Raya Kahean

4. Tahun 2008-2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua tercinta, Ayah Hotnauli Harahap dan Ibu Hotriani Purba yang tiada henti memberikan kasih sayang, mendoakan penulis tiada henti, serta selalu memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis dalam menuliskan skripsi ini.

Selanjutnya tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Pembantu Dekan I sekaligus Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan dukungan dan bimbingan yang sangat menginspirasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU sekaligus Dosen Pembimbing II dan Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu untuk dan bimbingan dan selalu


(8)

sabar dalam memberikan pengarahan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Jumirah, Apt. Mkes dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini

5. Ibu Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M. Si selaku dosen penguji III yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Ibu Ernawati Nasution, SKM., M. Kes selaku Sekretaris Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU yang telah banyak memberikan saran yang membangun dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

7. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, M. Kes selaku dosen pembimbing akademik penulis.

8. Seluruh dosen dan pegawai administrasi di lingkungan FKM USU khususnya dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU dan Bapak Marihot Samosir S.T. yang telah sabar memberi masukan serta membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

9. Ibu dr. Henny Roselia Pane selaku kepala Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean dan seluruh tenaga kerja di Puskesmas Sindar Raya yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak meluangkan waktunya serta membantu penulis dalam penulisan skripsi ini

Selanjutnya, secara khusus penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :


(9)

1. Adikku tersayang Riski Ernauli Harahap, Raja Pauja Nauli Harahap dan si kembar Harja dan Harji yang selalu memberikan doa dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

2. Nenek, om dan tante yang selalu memberikan dukungan dan doa yang tiada henti dalam penulisan skripsi ini.

3. Teman-temanku dari peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat Diza, Nazwa, Uci, Riska, Dinnya, Riama, Ithy, Kak Cut, Kak Lia, Kak Endang , Kak Christine, Kak Dian, Ervina, Kak Jannah, Kak Yusi, dan teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak membantu dalam memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga menambah inspirasi penulis untuk penulisan skripsi ini

4. Teman-teman stambuk 2008 FKM USU Merlyn, Nursiani, Helda, Eva serta teman-teman lainnya yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu.

5. Teman-temanku di kos Manda, Kak Kasih, Lina, Kak Gundu terima kasih atas dukungannya selama ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semu

Medan, Juni 2012 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Dafar Tabel ... xi

Dafar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Makanan Pendamping ASI ... 6

2.1.1. Jenis MP-ASI ... 7

2.1.2. Anjuran Pemberian ASI ... 8

2.2. Faktor yang Mempengaruhi MP-ASI Dini ... 10

2.3. Masalah- Masalah dalam Pemberian MP-ASI Dini ... 11

2.4. Hubungan MP-ASI Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi 12

2.5. Pengaruh Tingkat Gizi terhadap penyakit Infeksi ... 14

2.6. Penyakit Infeksi yang Sering Terjadi pada Bayi ... 16

2.6.1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas ... 16

2.6.2. Diare ... 17

2.5. Faktor-Faktor yang Berhubungan denga MP-ASI Dini dan Infeksi ... 24

2.7.1. Pengetahuan Ibu ... 20

2.7.2. Pendapatan ... 21

2.7.3. Pekerjaan Ibu ... 22

2.7.4. Pendidikan ... 23

2.7.5. Petugas kesehatan ... 24

2.8. Kerangka Konsep ... 25

2.9. Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 27

3.2.2. Waktu Penelitian ... 27

3.3. Populasi dan Sampel ... 28


(11)

3.3.2. Sampel ... 28

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

3.4.1. Data Primer ... 28

3.4.2. Data Sekunder ... 28

3.5. Instrumen Penelitian ... 29

3.6. Definisi Operasional ... 29

3.7. Aspek Pengukuran ... 30

3.8. Pengolahan dan Analisis Data ... 33

3.8.1. Pengolahan Data ... 33

3.8.2. Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 35

4.1.1. Letak Geogragis ... 35

4.1.2. Demografi ... 35

4.1.3. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya 37

4.2. Karakteristik Responden ... 38

4.3. Karakteristik Bayi yang Berusia 0-6 bulan ... 39

4.4. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP-ASI dini ... 42

4.4.1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini ... 42

4.4.2. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemberian MP-ASI Dini ... 43

4.4.3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini ... 44

4.4.4. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Pemberian MP-ASI Dini ... 45

4.4.5. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini ... 46

4.5. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi ... 47

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Umum Responden ... 50

5.1.1. Pemberian MP-ASI Dini ... 50

5.1.2. Prevalensi Kejadian Infeksi 1 Bulan Terakhir ... 52

5.2. Hubungan Antara Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi ... 53

5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi ... 55

5.3.1. Pengetahuan Ibu ... 55

5.3.2. Pendapatan Keluarga ... 56

5.3.3. Pekerjaan ... 57

5.3.4. Pendidikan ... 58


(12)

BAB VI KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan ... 61 6.2. Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Pendudukuk di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun

2012 ... 36 Tabel 4.2. Distribusi Bayi yang Berusia 0-6 Bulan berdasarkan Desa/ Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya

Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2011 ... 37 Tabel 4.3. Distribusi Data Karakteristik Ibu yang Mempunyai bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya

Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012 ... 38 Tabel 4.4. Distribusi Bayi yang Berusia 0-6 Bulan Menurut Jenis Kelamin

di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya

Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012 ... 39 Tabel 4.5. Distribusi Bayi yang Berusia 0-6 Bulan Menurut Umur di

Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean ... 40 Tabel. 4.6. Distribusi Bayi yang Berusia 0-6 Bulan Memperoleh ASI dan

MP-ASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya

Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012 ... 40 Tabel 4.7. Distribusi Bayi yang Berusia 0-6 Bulan yang Memperoleh

MP-ASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya

Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012 ... 41 Tabel 4.8. Distribusi Alasan Ibu Memberikan MP-ASI Dini di Wilayah

Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean

Kabupaten Simalungun Tahun 2012 ... 41 Tabel 4.9. Distribusi Jenis MP-ASI Dini yang Diberikan Ibu pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten

Simalungun Tahun 2012 ... 42 Tabel 4.10. Hasil Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian

MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun


(14)

Tabel.4.11. Hasil Analisa Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun

Tahun 2012 ... 44 Tabel 4.12. Hasil Analisa Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012 ... 45 Tabel 4.13. Hasil Analisa Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan

Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten

Simalungun Tahun 2012 ... 45 Tabel. 4.14. Hasil Analisa Hubungan Pendidikan Ibu dengan Pemberian

MP- ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun

Tahun 2012 ... 46 Tabel 4.15. Hasil Analisa Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun

Tahun 2012 ... 47 Tabel. 4.16. Hasil Analisa Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian

Diare pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun

2012 ... 48 Tabel. 4.17. Hasil Analisa Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian

ISPA pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun

2012 ... 49 Tabel 4.18. Distribusi Bayi yang Berusia 0-6 Bulan yang Mengalami Kejadian Penyakit Infeski Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka konsep kaitan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi 0-6 bulan


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitia Lampiran 2 Master Data

Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian

Surat Keterangan Permohonan Izin Penelitian dari Dekan FKM USU


(17)

ABSTRAK

Masa bayi adalah masa kritis dalam kehidupan manusia. Bayi usia 0-6 bulan dapat tumbuh secara optimal dengan mengandalkan ASI selama 6 bulan pertama kehidupannya. Namun kenyataanya, sebelum usia 6 bulan, banyak bayi yang sudah diberi MP-ASI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian penyakit infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang berusia 0-6 bulan. Pengambilan sampel diambil dengan tekhnik total sampling. Kejadian penyakit infeksi pada bayi 0-6 bulan dalam penelitian ini adalah ISPA dan diare. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian menunjukan bayi yang memperoleh MP-ASI dini 54,8% dan ASI 45,2%. Kejadian penyakit infeksi pada bayi yang memperoleh MP-ASI dini 91,2% dan yang tidak memperoleh MP-ASI dini 28,6%. Terdapat hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian penyakit infeksi (p<0,0001). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi 0-6 bulan adalah pengetahuan ibu dan pendidikan ibu. Sedangkan pekerjaan ibu, pendapatan keluarga dan dukungan dari petugas kesehatan tidak berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini.

Disarankan kepada petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan pemberian makanan yang tepat bagi bayi 0-6 bulan sewaktu ibu memeriksakan kehamilan agar ibu mengetahui lebih dini risiko pemberian MP-ASI dini pada bayi. Selain itu diharapkan perlunya kemauan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.


(18)

ABSTRACT

Infancy is a critical period in human life. Infants of age 0-6 months can grow

This type of research was the descriptive study with cross-sectional designs. The populations in this study were all babies aged 0-6 months. Sampling was taken with total sampling techniques. Infectious diseases in this research were the Acute Respiratory Infection (ARI) and diarrhea. The data was collected using questionnaires.

optimally by using breast milk for the first six months. However, in reality, before six months many babies have been given complementary breastfeeding. The purpose of this research is to know the relationship of early complementary breastfeeding with the infection incidence of infants 0-6 months in working area of Sindar Raya Health Center.

The results of this study showed that babies who have been given early complementary breastfeeding is 54.8% and who has been given breast milk is 45.2%. Occurrences of infectious disease in infants who have been given early complementary breastfeeding is 91.2% and who have not been given early complementary breastfeeding is 28.6%. There is a relationship between the early complementary breastfeeding with the incidence of infectious disease (p <0.0001). Factors associated with the early complementary breastfeeding for infants 0-6 months is the mother’s knowledge and education, while the employment, family income and support of health workers are not related to the early complementary breastfeeding.

It is recommended to health workers to provide the proper feeding for infants 0-6 months when the mother is checking of her pregnancy so the mother knows morethe risks of early complementary breastfeeding. In addition, the need for mother awareness is expected to give exclusive breastfeeding to her baby.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia adalah gizi. Gizi merupakan faktor penting yang memegang peranan dalam siklus kehidupan manusia terutama bayi dan anak yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa (Depkes, 2002).

Pencapaian tumbuh kembang yang optimal pada bayi, di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting yang harus diperhatikan yaitu: pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (Depkes, 2006). Meski demikian dalam pelaksanaannya menunjukan banyaknya pelanggaran. Banyak bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif yaitu dengan memberi bayi yang baru lahir dengan produk makanan pendamping ASI.

Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfluktuasi dan menunjukkan kecenderungan menurun selama 3 tahun terakhir. Hal ini


(20)

menggambarkan meningkatnya pemberian MP-ASI dini dari 71,4% pada tahun 2007 menjadi 75,7% pada tahun 2008 (Depkes, 2010).

Pemberian makanan tambahan pada usia dini terutama makanan padat justru menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi pada salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan. Pemberian cairan tambahan meningkatkan resiko terkena penyakit karena pemberian cairan dan makanan padat menjadi sarana masuknya bakteri pathogen (Fika, 2009). Hasil penelitian sesuai dengan pendapat dari Depkes RI yang mengatakan bahwa, MP-ASI dini merupakan faktor risiko dan dapat meningkatkan morbiditas pada bayi (Wiwoho, 2005).

Dampak negatif dari pemberian MP-ASI dini berdasarkan riset yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan selama 21 bulan

diketahui, bayi ASI parsial lebih banyak yang terserang diare, batuk-pilek, dan panas ketimbang bayi ASI predominan. Semakin bertambah umur bayi, frekuensi terserang diare, batuk-pilek, dan panas semakin meningkat (Anies, 2007).

Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia penyebab utama kematian pada balita adalah diare, yaitu sebesar 25,2%, dan kematian akibat ISPA sebesar 15,5%. Salah satu faktor risikonya adalah pemberian MP- ASI dini (Riskesdas, 2007)

Hasil penelitian yang dilakukan di Meksiko oleh Fajardo (1999),

mengungkapkan bahwa lama pemberian ASI berhubungan dengan kejadian ISPA dan diare pada bayi. Penelitian yang dilakukan oleh Arifeen (2001) menunjukan bahwa bayi yang diberi MP-ASI dini mempunyai resiko 2,4 kali mengalami kematian apabila menderita ISPA dan 3,9 kali saat menderita diare dibandingkan bayi yang diberi MP-ASI setelah berumur 6 bulan (Anonim, 2009). Sebaliknya menurut Gibney


(21)

(2008) anak yang tidak mendapat MP-ASI dini sedikitnya 15 minggu setelah lahir mengalami penurunun peluang terkena infeksi pernapasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Depkes (2005) bayi 0-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif dapat menurunkan angka kesakitan 10-20 kali dan angka kematian 7 kali dibanding dari yang diberikan MP-ASI dini. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2009) di wilayah kerja puskesmas Cipayung kota Depok ditemukan bahwa pemberian MP-ASI dini pada bayi menyebabkan prevalensi penyakit ISPA dan diare mencapai 48,8%

Berdasarkan hasil Riskesdas Provinsi Sumatera Utara (2007), prevalensi diare pada bayi sebesar 60,8% dan prevalensi ISPA pada bayi sebesar 39,5%. Di

Kabupaten Simalungun prevalensi diare sebesar 73,2% dan prevalensi ISPA sebesar 44,8% dan Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten dengan prevalensi diare paling tinggi di Provinsi Sumatera Utara dan merupakan salah satu dari 6 kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang prevalensi ISPA diatas 30% (Depkes, 2009).

.

Kecamatan Raya Kahean merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Simalungun. Di Kecamatan Raya Kahean, ditemukan ibu- ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan memberian MP-ASI dini pada bayi. Dari 62 bayi tersebut yang berusia 4-6 bulan terdapat 100 % bayi yang memperoleh MP-ASI dini. Adapun MP-ASI dini yang diberikan yaitu susu formula, nasi tim, pisang dan pada bulan Januari sampai Februari tidak ada program penyuluhan ASI eksklusif (Laporan Puskesmas Sindar Raya, 2012).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan, ibu-ibu memberikan MP-ASI dini karena mereka beranggapan bahwa ASI belum cukup mengenyangkan bagi si bayi,


(22)

terkadang bayi sering menangis dan dianggap lapar. Selain itu ibu menginginkan bayinya cepat gemuk. Puskesmas Sindar Raya merupakan puskesmas di Kecamatan Raya Kahean. Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan, pada bulan Februari 2012 menunjukkan dari 62 bayi yang berusia 0-6 bulan terdapat prevalensi diare sebesar 42 % dan prevalensi ISPA sebesar 53% (Laporan Puskesmas Sindar Raya, 2012).

Berdasarkan uraian tersebut peneliti merasa tertarik mengetahui bagaimana hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean, Kabupaten Simalungun tahun 2012.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu bagaimana hubungan pemberiaan MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun tahun 2012.

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun tahun 2012.


(23)

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu berdasarkan pemberian MP-ASI dini di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun tahun 2012.

2. Untuk mengetahui pemberian MP-ASI dini berdasarkan pendapatan keluarga di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun tahun 2012.

3. Untuk mengetahui pemberian MP-ASI dini berdasarkan pekerjaan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun tahun 2012.

4. Untuk mengetahui pemberian MP-ASI dini berdasarkan pendidikan ibu di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun tahun 2012.

5. Untuk mengetahui pemberian MP-ASI dini berdasarkan dukungan petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini maka akan didapatkan informasi tentang hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terutama ibu-ibu terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif agar terhindar dari penyakit infeksi. Serta memberikan masukan informasi bagi petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya untuk lebih meningkatkan cakupan ASI eksklusif


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makanan Pendamping- ASI

MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006). MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan

keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk menyesuaikan kemampuan alat pencernaan bayi dalam menerima MP-ASI (Depkes RI, 2004).

MP-ASI merupakan peralihan asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan ketrampilan motorik oral. Ketrampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang (Depkes,2000).

Adapun waktu yang baik dalam memulai pemberian MP-ASI pada bayi adalah umur 6 bulan. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum umur tersebut akan menimbulkan risiko sebagai berikut :

- Rusaknya sistem pencernaan karena perkembangan usus bayi dan pembentukan enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan memerlukan waktu 6 bulan. Sebelum sampai usia ini, ginjal belum cukup berkembang untuk dapat menguraikan sisa yang dihasilkan oleh makanan padat.


(25)

- Tersedak disebabkan sampai usia 6 bulan, koordinasi syaraf otot (neuromuscular) bayi belum cukup berkembang untuk mengendalikan gerak kepala dan leher ketika duduk dikursi. Jadi, bayi masih sulit menelan makanan dengan menggerakan makanan dari bagian depan ke bagian belakang mulutnya, karena gerakan ini melibatkan susunan refleks yang berbeda dengan minum susu.

- Meningkatkan resiko terjadinya alergi seperti asma, demam tinggi , penyakit seliak atau alergi gluten (protein dalam gandum).

- Batuk, penelitian bangsa Scotlandia adanya hubungan antara pengenalan makanan pada umur 4 bulan dengan batuk yang berkesinambungan.

- Obesitas, penelitian telah menghubungkan pemberian makanan yang berlebih di awal masa perkenalan dengan obesitas dan peningkatan resiko timbulnya kanker, diabetes dan penyakit jantung di usia lanjut (Lewis, 2003).

2.1.1 Jenis MP-ASI

Beberapa Jenis MP-ASI yang sering diberikan adalah:

1). Buah, terutama pisang yang mengandung cukup kalori. Buah jenis lain yang sering diberikan pada bayi adalah : pepaya, jeruk, dan tomat sebagai sumber vitamin A dan C.

2). Makanan bayi tradisional :

a). Bubur susu buatan sendiri dari satu sampai dua sendok makan tepung beras sebagai sumber kalori dan satu gelas susu sapi sebagai sumber protein.


(26)

b). Nasi tim saring, yang merupakan campuran dari beberapa bahan makanan, satu sampai dua sendok beras, sepotong daging, ikan atau hati, sepotong tempe atau tahu dan sayuran seperti wortel dan bayam, serta buah tomat dan air kaldu. 3). Makanan bayi kalengan, yang diperdagangkan dan dikemas dalam kaleng,

karton, karton kantong (sachet) atau botol : untuk jenis makanan seperti ini perlu dibaca dengan teliti komposisinya yang tertera dalam labelnya (Lewis, 2003). Menurut WHO Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang dianggap baik adalah apabila memenuhi beberapa kriteria hal berikut :

a). Waktu pemberian yang tepat, artinya MP-ASI mulai diperkenalkan pada bayi ketika usianya lebih dari 6 bulan dan kebutuhan bayi akan energy dan zat-zat melebihi dari apa yang didapatkannya melalui ASI

b). Memadai, maksudnya adalah MP-ASI yang diberikan memberikan energy, protein dan zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak.

c). Aman, makanan yang diberikan bebas dari kontaminasi mikroorganisme baik pada saat disiapkan, disimpan maupun saat diberikan pada anak.

2.1.2 Anjuran Pemberian ASI

` Dalam deklarasi Innoceti tentang perlindungan, promosi dan dukungan pada pemberian ASI antara perwakilan WHO dan UNICEF pada tahun 1991, pemberian makanan bayi yang optimal adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari saat lahir hingga usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua kehidupannya.

Makanan tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6 bulan. Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi Expert Panel Meeting yang


(27)

meninjau lebih dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian ASI eksklusif (Gibney, 2008).

Pemberian makan setelah bayi berusia 6 bulan memberikan perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan imunitas bayi > 6 bulan sudah lebih sempurna dibandingkan dengan umur bayi < 6. Pemberian MP-ASI dini sama saja dengan mebuka gerbang masuknya berbagai jenis kuman penyakit. Hasil riset menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas dibandingkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif.

Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, amilase baru akan diproduksi sempurna. Saat bayi berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel disekitar usus belum siap menerima kandungan dalam makanan, sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi. Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat

menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan (Gibney, 2009).

Selain itu pada tahun 2002, Morten El et Jama melakukan penelitian pada 3.253 orang di Denmark. Mereka yang disusui kurang dari 1 bulan IQ-nya lebih rendah dari yang disusui setidaknya 7 hingga 9 bulan. Ini menunjukkan terdapat korelasi antara lamanya pemberian ASI dan tingkat IQ ( Anonim, 2009).


(28)

2.2. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian MP-ASI Dini

Banyak kepercayaan dan sikap yang tidak mendasar terhadap makna pemberian ASI yang membuat para ibu tidak melakukan pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi meraka dalam periode 6 bulan pertama. Alasan umum mengapa mereka memberikan MP-ASI secara dini meliputi rasa takut bahwa ASI yang mereka hasilkan tidak cukup dan kualitasnya buruk. Hal ini dikaitkan dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang terlihat encer dan menyerupai air selain itu keterlambatan memulai pemberian ASI dan praktek membuang kolostrum juga mempengaruhi alasan pemberian MP-ASI dini karena banyak masyarakat di negara berkembang percaya kolostrum yang berwarna kekuningan merupakan zat beracun yang harus dibuang. Teknik pemberian ASI yang salah yang menyebabkan ibu mengalami nyeri, lecet pada puting susu, pembengkakan payudara dan mastitis dapat menyebabkan ibu menghentikan pemberian ASI. Serta kebiasaan yang keliru bahwa bayi memerlukan cairan tambahan selain itu dukungan yang kurang dari pelayanan kesehatan seperti tidak adanya fasilitas rumah sakit dan rawat gabung dan disediakannya dapur susu formula akan meningkatkan praktek pemberian MP-ASI predominan kepada bayi yang baru lahir di rumah sakit. Serta pemasaran susu formula pengganti ASI yang menimbulkan anggapan bahwa formula PASI lebih unggul daripada ASI sehingga ibu akan lebih tertarik pada iklan PASI dan memberikan MP-ASI secara dini (Gibney, 2009)


(29)

2.3. Masalah-Masalah dalam Pemberian MP-ASI

Masalah dalam pemberian MP-ASI pada bayi adalah meliputi pemberian makanan prelaktal (makanan sebelum ASI keluar). Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi dan menggangu keberhasilan menyusui serta kebiasaan membuang kolostrum padahal kolostrum mengandung zat-zat kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat gizi yang tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang.

Selain itu pemberian MP-ASI yang terlalu dini (sebelum bayi berumur 6 bulan) dapat menurunkan konsumsi ASI dan meningkatkan terjadinya gangguan pencernaan/diare, dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi ASI berkurang yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat mengakibatkan anak menderita kurrang gizi, seharusnya ASI diberikan dahulu baru MP-ASI

Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang bekerja karena kurangnya pemahaman tentang manajemen laktasi pada ibu bekerja. Ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa tutup makanan/ tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit infeksi seperti diare ( mencret) dan lain-lain (Depkes, 2000).


(30)

2.4. Hubungan MP-ASI Dini dengan Kejadian Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi adalah masuknya kuman tau bibit penyakit baik virus , bakteri

maupun jamur ke dalam organ tubuh dan berkembang biak serta menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dalam tubuh. Gejala utama terjadinya infeksi pada

manusia adalah meningkatnya suhu badan yang disebut dengan demam (Setiawan,2009).

Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui plasenta. Tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI (Roesli, 2005).

Di negara-negara berkembang, bayi yang mendapat ASI mempunyai angka kesakitan dan kematian yang secara bermakna lebih rendah dibandingkan yang diberikan susu formula. Hal ini disebabkan adanya faktor pelindung spesifik dalam ASI. Dalam faktor tersebut terdapat antibodi terhadap berbagai bakteri dan virus patogen seperti faktor antistafilokok, lisozim, komponen C3 komplomen, laktoferin, substansi antivirus non-spesifik, sel darah putih dan lain-lain. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit (Suharyono, 2008).


(31)

Pemberiaan MP-ASI yang terlalu dini dapat menyebabkan penurunan produksi ASI. Karena insting bayi untuk mengisap akan menurun sehingga jumlah ASI yang dikonsumsi juga menurun sehingga kebutuhan bayi tidak tercukupi. Kekurangan gizi banyak terjadi karena pemberian MPASI yang terlalu dini.

MP-ASI dini dan makanan pralaktal akan berisiko diare dan ISPA pada bayi. Dengan terjadinya infeksi tubuh akan mengalami demam sehingga kebutuhan zat gizi dan energi semakin meningkat sedangkan asupan makanan akan menurun yang berdampak pada penurunan daya tahan tubuh. Pada suatu penelitian di Brazil Selatan bayi-bayi yang diberi MP-ASI dini mempunyai kemungkinan meninggal karena mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif (Utami, 2002).

Selain itu dapat

menyebabkan ganguan pencernaan karena lambung dan usus belum berfungi secara sempurna sehingga bayi menderita diare, yang apabila terus berlanjut dapat berakibat buruk berupa status gizi yang kurang atau buruk bahkan tidak jarang menyebabkan kematian. Kekurangan gizi menyebabkan bayi mudah terserang penyakit infeksi (Depkes, 2002).

Menurut WHO (2000), bayi yang diberi susu selain ASI, mempunyai risiko 17 kali lebih mengalami diare, dan tiga sampai empat kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI saja (Depkes RI,2005).

Kekebalan bayi yang diperoleh melalui plasenta diperkirakan hilang 75% pada usia 3 bulan. Pada saat yang sama, tubuh belum aktif membentuk imunitas sehingga resiko infeksi karena pemberian makanan botol sangat besar terutama pada masyarakat miskin (Simanjuntak, 2002).


(32)

Pemberian MP-ASI dini sama halnya dengan membuka gerbang masuknya berbagai jenis penyakit. Hasil riset menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk, pilek dan panas dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif.

Pada bayi < 6 bulan beberapa enzim pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, amilase belum diproduksi secara sempurna. Sel-sel disekitar usus belum siap menerima kandungan dalam makanan sehingga makanan yang masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadinya alergi. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat menyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan.

2.5. Pengaruh Gizi Terhadap Penyakit Infeksi

Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu setiap bentuk gangguan gizi sekalipun dengan defesiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi. Penelitian yang dilakukan di berbagai negara menunjukan bahwa kematian bayi akan menjadi lebih tinggi jika jumlah anak penderita gizi buruk meningkat. Demikian halnya dengan infeksi protozia, pada anak-anak yang tingkat gizi buruk lebih parah dibandingkan anak yang gizinya baik.


(33)

Gizi buruk mengakibatkan terjadi gangguan terhadap produksi zat badan anti di dalam tubuh. Penurunan produksi zat badan anti tertentu akan mengakibatkan mudahnya bibit penyakit masuk ke dalam dinding usus. Dinding usus dapat mengalami kemunduran dan dapat juga menggangu produksi berbagai enzim untuk pencernaan makanan. Makanan tidak dapat dicerna dengan baik dan ini berarti penyerapan zat gizi akan mengalami gangguan, sehingga dapat memperburuk keadaan gizi (Sjahmien, 1988).

Interaksi antara malnutrisi dan infeksi secara sinergis sudah lama diketahui. Infeksi berat dalam memperburuk keadaan gizi melalui gangguan makan dan meningkatnya kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi baik ringan sampai berat berpengaruh negatif terhadap daya tahan tubuh terhadap infeksi. Keduanya berjalan sinergis, oleh karena salah gizi dan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibanding dengan dampak infeksi dan salah gizi secara terpisah (Pudjiadi, 1990).

2.6.Penyakit Infeksi yang Sering Terjadi pada Bayi 2.6.1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas

ISPA atau influenza adalah penyakit infeksi akut saluran pernapasan yang ditandai dengan demam, sakit kepala, pilek, nyeri menelan dan batuk non produktif. Penyebaran dapat menjalar dengan cepat di lingkunga masyarakat melalui partikel udara yang dikeluarkans melalui percikan (droplet) pada saat batuk/ bersin.Batas waktu 14 hari diambil untuk menunjukkan berlangsungnya proses akut, meskipun


(34)

beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA, proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40%-60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit ISPA. Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA mencakup 20% -30%. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan hal ini disebabkan oleh pemberian MP-ASI dini ( Irawati, 2004).

Prevalensi ISPA Berdasarkan Riskesdas tahun 2007 oleh Depkes sebesar 25,50%. Di Indonesia ISPA merupakan penyebab kematian pada anak. Prevalesi dunia dilaporkan kasus ISPA pada anak mencapai 2 juta anak pada tahun 2000.

Beberapa sumber yang digunakan untuk meneliti hubungan antara menyusui dan resiko ISPA pada bayi yang lahir cukup bulan. Analisis dari data-data yang diteliti menunjukkan pada negara-negara berkembang, bayi yang diberikan susu formula mengalami 3 kali lebih sering gangguan pernafasan yang membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit, dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI eksklusif selama 4 bulan atau lebih. Para peneliti di Australia Barat melakukan penelitian terhadap 2602 anak-anak untuk melihat peningkatan resiko asma dan gangguan pernafasan pada 6 tahun pertama. Anak-anak yang tidak mendapatkan ASI beresiko 40% lebih tinggi terkena asma dan gangguan pernafasan dibandingkan dengan anak-anak yang mendapatkan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan. Para


(35)

peneliti ini merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif sekurangnya 4 bulan untuk mengurangi resiko terkena asma dan gangguan pernafasan (Anonim, 2009).

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin. Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang.

2.6.2. Diare

Diare adalah suatu gejala dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari) buang air hingga lima kali sehari dan fesesnya lunak. Neonatus diyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak , bila frekuensi lebih dari 3 kali (Staf Pengejar Ilmu Kesehatan Anak, 2000).

Neonatus adalah bayi yang berumur 0 ( baru lahir) sampai usia 1 bulan sesudah lahir (Muslihatun, 2010). Sistem pencernaan bayi belum sepenuhnya berfungsi seperti sistem pencernaan orang dewasa. Pada saat lahir bayi memasukan makanan dari mulut, mencerna dan mengabsorbsi nutrien-nutrien, memfungsikan ginjal untuk mengeluarkan limbah-limbah metabolik serta mempertahankan air dan hemoestasis elektrolit.

Diare pada neonatus dan diare pada anak > 1 bulan itu berbeda karena alat pencernaan dan sistem ekskresi belum berkembang sempurna batas toleransi terhadap


(36)

air, mineral secara keseluruhan dan yang spesifik masih sangat sempit jika dibandingkan dengan bayi yang berusia lebih tua. Pada saat bayi lahir sampai beberapa bulan ginjal belum mapu mengonsentrasikan urine untuk dapat mengeluarkan mineral yang memadai, bayi membutuhkan makanan dengan kandungan air yang tinggi ( Setyorini, 2009).

Diare merupakan penyebab kematian yang banyak dijumpai pada anak kecil. Kematian karena diare umumnya disebabkan oleh dehidasi karena diare dan muntah yang berdampak pada hilangnya air dan garam tubuh.. Hal ini terjadi saat anak belajar mendapatkan MP-ASI. Makanan yang dimakan anak mungkin mengandung banyak kuman yang dapat menyebabkan infeksi usus dan anak terkena diare.

Antara keadan gizi buruk dan dan penyakit diare terhadap hubungan yang sangat erat, sungguhpun sulit untuk mengatakan apakah terjadinya gizi buruk akibat adanya diare ataukah kejadian diare adalah disebabkan keadaan gizi buruk.Diare murupakan suatu gejala penyakit yang dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti salah makan, makanan yang basi atau busuk seperti sering terjadi pada pemberian susu botol yang telah basi, disamping akibat infeksi. Mengingat tingginya angka kematian akibat diare dan gizi buruk, maka penanganan penderita harus dilakukan dengan cermat. Disamping pengembalian cairan yang hilang, pemberian makanan pun harus seksama sehingga memungkinkan tercapainya kembali berat badan anak (Sjahmien, 1988).

Pemberian cairan dan makanan dapat menjadi sarana masuknya bakteri patogen. Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare, terutama di lingkungan yang kurang higienis dan sanitasi buruk. Di negara-negara kurang


(37)

berkembang, dua di antara lima orang tidak memiliki sarana air bersih. ASI menjamin bayi dapat memperoleh suplai air bersih yang siap tersedia setiap saat. Penelitian di Filipina menegaskan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif serta dampak negatif pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare. Seorang bayi (tergantung usianya) yang diberi air putih, teh, atau minuman herbal lainnya berisiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibanding bayi yang diberi ASI eksklusif ( Linkages, 2009).

Penelitian terhadap 358 baduta di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah dengan gizi buruk 34,6% menunjukkan tingginya prevalensi demam 29,1%, ISPA 22,6% dan diare 11,2% pada baduta sesuai dengan rendahnya praktik pemberian ASI Eksklusif 20,5% . Terjadi peningkatan penggunaan susu formula pasca gempa tahun 2006 di Jawa Tengah pada bayi yang menyusu akibat maraknya sumbangan, diikuti

peningkatan insiden diare pada bayi yang mengkonsumsi susu formula dua kali lipat (25%) dibanding yang tidak mendapatkan formula yaitu 12% ( Anonim, 2009).

Penelitian yang dilaksanakan oleh Winda di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta pada tahun 2010 menunjukkan prevalensi kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 43,33 %. Sedangkan prevalensi kejadian diare pada bayi umur 0-6 bulan yang mendapat MP-ASI dini sebesar 56,67 % ( Winda, 2010).

Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal usus bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri


(38)

penyebab botol untuk susu formula, berisiko tinggi menyebabkan diare yang dapat mengakibatkan gizi buruk.

Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Depkes RI dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.) ( Jendela Data dan Informasi Kesehatan, 2011).

2.7. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan MP-ASI Dini dan Infeksi 2.7.1. Pengetahuan Ibu

Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik, maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik. Pengetahuan ibu berhubungan dengan tingkat pengenalan informasi tentang pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan.Pengetahuan ibu tentang kapan pemberian makanan tambahan, fungsi makanan tambahan, makanan tambahan dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan risiko pemberian makanan pada bayi kurang dari enam bulan sangatlah penting. Tetapi bayak ibu-ibu yang tidak mengetahui hal tersebut diatas sehingga memberikan


(39)

makanan tambahan pada bayi usia di bawah enam bulan tanpa mengetahui risiko yang akan timbul.

Tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi gizi. Masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah akan lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan makanan. Sehinga sulit menerima informasi baru tentang gizi. ( Suhardjo. 1996).

Dari hasil penelitian Ragil Marni, 1998 dilaporkan bahwa ibu dengan pengetahuan gizi baik 70% memberikan kolostrum pada bayi dan ibu dengan pengetahuan gizi kurang baik sebanyak 21, 7% yang memberikan kolostrum pada bayi mereka (Simanjuntak, 2002).

Pengetahuan gizi adalah pengetahuan tentang cara yang benar memilih bahan makanan, mengolah dan mendistribusikannya. Seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu mampu menyusun makanan yang memenuhi syarat gizi. Karena sekalipun pendidikan rendah jika rajin mendengarkan informasi tentang gizi, maka pengetahuan gizi mereka akan lebih cepat baik ( Khomsan, 2004).

2.7.2. Pendapatan

Pendapatan adalah salah satu faktor yang berhubungan dengan kondisi keuangan yang menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan menjadi lebih besar. Pendapatan menyangkut besarnya penghasilan yang diterima, yang jika dibandingkan dengan pengeluaran, masih memungkinkan ibu untuk memberikan makanan tambahan bagi bayi usia kurang dari enam bulan. Biasanya semakin baik perekonomian keluarga maka daya beli akan makanan tambahan juga mudah,


(40)

sebaliknya semakin buruk perekonomian keluarga, maka daya beli akan makanan tambahan lebih sukar

Tingkat penghasilan keluarga berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini. Penurunan prevalensi menyusui lebih cepat terjadi pada masyarakat golongan ekonomi menengah ke atas. Penghasilan keluarga yang lebih tinggi berhubungan positif secara signifikan dengan pemberian susu botol pada waktu dini dan makanan buatan pabrik (Zulfanetti, 1998). Disamping itu, ibu dengan status ekonomi lebih rendah cenderung terlambat memulai menyusui, membuang kolostrum dan

memberikan makanan pralaktal. Selanjutnya, menurut penelitian Zulfanetti di Jambi, ibu-ibu dengan penghasilan keluarga Rp.260-000 –Rp.360.000 yang memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar 30%, 26% pada ibu-ibu dengan pendapatan keluarga sebesar Rp.361.000-Rp.560.000, sedangkan ibu-ibu dengan pendapatan keluarga lebih dari Rp.561.000 memberikan MP-ASI berupa susu formula sebesar 44% (Pernanda 2010).

2.7.3. Pekerjaan Ibu

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat pekerja memiliki peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktifitas yang tinggi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan (Siregar, 2010)


(41)

Faktor pekerjaan ibu adalah faktor yang berhubungan dengan aktivitas ibu setiap harinya untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya yang menjadi alasan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan. Pekerjaan ibu bisa saja dilakukan di rumah, di tempat kerja baik yang dekat maupun jauh dari rumah. Ibu yang belum bekerja sering memberikan makanan tambahan dini dengan alasan melatih atau mencoba agar pada waktu ibu mulai bekerja bayi sudah terbiasa (Siregar, 2008).

Pada penelitian Winikoff (1988) di empat negara menunjukkan bahwa status ibu bekerja saja tidak dapat dipakai sebagai ukuran untuk menduga penggunaan susu formula dan lamanya bayi disusui. Karakteristik pekerjaan, apakah harus

meninggalkan rumah atau tanpa meninggalkan rumah perlu dipertimbangkan. Ibu yang bekerja meninggalkan rumah berhubungan positif dengan penggunaan susu botol dan penyapihan dini (Pernanda, 2010).

Praktek pemberian makan pada bayi dari ibu bekerja di rumah sama dengan pada ibu yang tidak bekerja. Ibu yang bekerja dengan meninggalkan rumah 2 kali lebih besar kemungkinannya memperkenalkan susu botol pada bayinya dalam waktu dini dibanding yang bekerja tanpa meninggalkan rumah dan 4 kali dibanding ibu yang tidak bekerja. Pertukaran jam kerja yang kaku, tidak tersedianya tempat penitipan anak, jarak lokasi bekerja yang jauh dan kebijakan cuti melahirkan yang kurang mendukung menyebabkan ibu harus meninggalkan bayinya selama beberapa jam sehingga sulit untuk menyusui on demand (Pernanda, 2010).


(42)

2.7.4. Pendidikan

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik indiviidu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoadmojo, 2003). Pada beberapa hasil penelitian (Behm, 1976-78; Haines & Avery, 1978; Caldwell, 1979, Farah & Preston, 1982; Cochrane, 1980; Caldwell & Mc. Donald, 1981) yang dikutip oleh Ware (1984, 193) ditemukan hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kelangsungan hidup anak walaupun berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi cara berpikir dan perilaku. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk mengukur tingkat pendidikan ibu dapat dibagi dalam dua kategori yaitu Pendidikan Dasar dan Pendidikan Lanjutan ( Simanjuntak, 2002).

Ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung memberikan susu botol lebih dini dan ibu yang mempunyai pendidikan formal lebih banyak

memberikan susu botol pada usia 2 minggu dibanding ibu tanpa pendidikan formal (Pernanda, 2010).

2.7.5. Petugas Kesehatan

Petugas kesehatan adalah orang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan di bidang kesehatan atau orang mampu melakukan pekerjaan di bidang kesehatan. Faktor petugas kesehatan adalah kualitas petugas kesehatan yang akhirnya menyebabkan ibu memilih untuk memberikan makanan tambahan pada bayi atau tidak. Petugas

kesehatan sangat berperan dalam memotivasi ibu untuk tidak memberi makanan tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan.


(43)

Biasanya, jika dilakukan penyuluhan dan pendekatan yang baik kepada ibu yang memiliki bayi usia kurang dari enam bulan, maka pada umumnya ibu mau patuh dan menuruti nasehat petugas kesehatan, oleh karena itu petugas kesehatan diharapkan menjadi sumber informasi tentang kapan waktu yang tepat memberikan makanan tambahan dan risiko pemberian makanan tambahan dini pada bayi.

Prevalensi ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan berdasarkan hasil Susenas 2010 provinsi Sumatera Utara adalah 88,4%. Pengaruh tenaga keseatan merupakan faktor pendorong perilaku dan pola asuh bagi ibu pada bayi misalnya pemberian ASI eksklusif ( Depkes, 2010)

Penelitian di sebuah kota di Ghana menunjukkan 93% bidan berpendapat cairan harus diberikan kepada semua bayi sejak hari pertama kelahirannya. Di Mesir, banyak perawat menyarankan para ibu untuk memberi air manis kepada bayinya segera setelah melahirkan (Linkages, 2009). Keadaan ini memperkuat pendapat bahwa petugas kesehatan dapat dikatakan belum atau masih kurang mendukung perlindungan dan peningkatan menyusui.


(44)

2.8. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka konsep kaitan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi ada bayi 0-6 bulan

Dari skema terlihat bahwa karakteristik keluarga (pengetahuan ibu, pendapatan, pekerjaan, pendidikan) dan dukungan petugas kesehatan mempengaruhi pemberian MP-ASI dini yang merupakan variabel independen dan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan merupakan variabel dependen. Pemberian MP-ASI dini mempengaruhi kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan.

2.9. Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Tahun 2012

Ha: Ada hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Tahun 2012.

Kejadian Penyakit: - ISPA - Diare

Karakteristik Keluarga;

- Pengetahuan Ibu - Pendapatan - Pekerjaan - Pendidikan

MP-ASI Dini

Dukungan Petugas Kesehatan


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriftif dengan desain cross sectional

yaitu melihat hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan di wilyah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012.

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah berdasarkan survei awal diperoleh diantara 62 bayi yang berusia 0-6 bulan prevalensi diare sebesar 42% dan prevalensi ISPA sebesar 53%. Dari 62 bayi tersebut yang berusia 4-6 bulan terdapat 100 % bayi yang memperoleh ASI dini sehingga perlu dilakukan penelitian tentang hubungan pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2012 di wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya kahean Kabupaten Simalungun.


(46)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi yang berusia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya yakni sebanyak 62 orang sesuai dengan data bulan Februari 2012 dan keseluruhan populasi merupakan sampel dalam penelitian ini.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data primer dan data sekunder di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya

3.4.1. Data Primer

Data primer yang meliputi data karakteristik keluarga yang meliputi

pengetahuan ibu, pendapatan, pekerjaan, pendidikan serta data pemberian MP-ASI dini pada bayi 0-6 bulan dan kejadian infeksi yaitu diare dan ISPA diperoleh dengan melakukan wawancara kepada ibu dengan menggunakan kuesioner secara langsung

3.4.2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Pukesmas Sindar Raya dan Kantor Lurah Sindar Raya meliputi data demografi, data geografis dan data pendukung lainnya.

3.5. Instrumen Penelitian


(47)

3.6. Defenisi Operasioanal

1. Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang diberikan kepada bayi atau anak yang berumur 6-24 bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya

2. Pemberian MP-ASI dini adalah pemberian makanan dan minuman kepada bayi yang berusia < 6 bulan.

3. Kejadian penyakit infeksi adalah ada tidaknya kejadian penyakit ISPA dan diare pada bayi 0-6 bulan.

4. Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Pada neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan frekuensinya lebih dari 3 kali

5. Infeksi Saluran Pernapasan Atas ( ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang terjadi pada bayi ditandai dengan gejala batuk, pilek, disertai demam atau tidak pada bayi 0-6 bulan.

6. Pengetahuan ibu adalah pemahaman ibu tentang makanan yang tepat untuk bayi 0-6 bulan dan cara pemberiannya.

7. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal yang telah diselesaikan atau ditamatkan oleh responden.

8. Pekerjaan yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh ibu untuk memperoleh upah, dapat di lakukan di dalam dan di luar rumah

9. Pendapatan keluarga adalah sejumlah uang yang diperoleh keluarga dalam satu bulan.


(48)

10.Dukungan petugas kesehatan adalah informasi makanan yang tepat untuk bayi 0-6 bulan yang diperoleh ibu dari petugas kesehatan menurut pendapat ibu. 3.7.Aspek Pengukuran

1. Pemberian MP-ASI Dini

a. Ya : Apabila memberikan makanan selain ASI ≤ 6 bulan b. Tidak : Apabila memberikan makanan selain ASI > 6 bulan

Maka untuk jawaban Ya (a) diberi skor = 1 dan jawaban Tidak ( b) diberi skor = 0 2. Diare

Diare pada neonatus apabila mengalami frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali dan konsistensi tinjanya encer dan pada bayi yang berumur lebih dari 1 bulan frekuensinya lebih dari 3 kali dan konsistensi tinjanya encer.

- Jawaban Ya (a) diberi skor = 1 - Jawaban Tidak ( b) diberi skor = 0 3. ISPA

ISPA pada bayi 0-6 bulan dikategorikan dengan tanda-tanda klinis pada bayi 0-6 bulan dalam waktu 1 bulan terakhir, dapat dikategorikan atas:

a. Ya ( ISPA ) : apabila mengalami batuk dan atau pilek, disertai demam atau tidak

b. Tidak ( Tidak ISPA) : apabila tidak terdapat salah satu dari tanda-tanda batuk dan atau pilek, disertai demam atau tidak


(49)

4. Pengetahuan ibu tentang pola pembarian ASI dan MP-ASI dini

Pengetahuan mengenai pemberian MP-ASI dan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan kepada ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dapat diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 8 dengan score tertinggi adalah 16 dan score terendah adalah 0.

a. Untuk jawaban mempunyai 3 pilihan: - Untuk jawaban (a) baik diberi score 2, - Untuk jawaban (b) cukup diberi score 1, - Untuk jawaban (c) kurang diberi score 0,

Nilai semua pertanyaan dijumlahkan hingga didapat nilai total skor pengetahuan. Total skor dinyatakan dengan skala ordinal. Dikelompokkan sebagai berikut (Arikunto, 2002) :

- Baik bila nilai responden > 66% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai > 11

- Sedang bila nilai responden 33-66 % dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai antara 5-11

- Kurang bila nilai < 33% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai < 5

5. Penghasilan keluarga

Penghasilan keluarga responden dikategorikan berdasarkan Upah Minumum Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012 berdasarakan Surat Keputusan


(50)

No.20/MEN/XI/2011 Tentang Pembentukan Satuan Tugas Pemantauan Penetapan Upah Minimum 2012 (Anonim , 2012).

a. Rendah < Rp. 1.200.000,00 b. Tinggi ≥ Rp. 1.200.000,00 6. Pekerjaan

Untuk mengetahui jenis pekerjaan ibu dilihat dari berapa lama waktu ibu mengasuh anaknya dalam satu hari didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner yang terbagi dalam dua kategori yaitu:

a. Bekerja : bila ibu bekerja melakukan kegiatan rutin selain ibu rumah tangga diluar rumah amupun di dalam rumah (petani, PNS, pegawai swasta, pembantu, pedagang, wiraswasta).

b. Tidak bekerja : kegiatan rutinitas ibu hanya mengurus rumah tangga 7. Pendidikan

Untuk mengukur tingkat pendidikan ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan dibagi atas 3 (tiga) kategori:

a. Pendidikan Tinggi : apabila responden adalah lulusan Akademi atau Perguruan Tinggi

b. Pendidikan Sedang : apabila responden adalah lulusan SLTP dan SLTA

c. Pendidikan Rendah : apabila responden adalah lulusan SD dan tidak sekolah.


(51)

8. Petugas Kesehatan

Dukungan dari petugas kesehatan berdasarkan 6 pertanyaan yang diajukan dengan skor total 6, masing-masing pertanyaan mempunyai 2 (dua) jawaban dengan kriteria sebagai berikut:

Ya = Mendukung, jika petugas kesehatan memberikan penjelasan, tidak memberikan MP-ASI kurang dari 6 bulan, mendukung ibu memberikan MP- ASI tepat waktu dan aktif dalam melakukan penyuluhan ASI eksklusif

Tidak = Tidak Mendukung, jika petugas kesehatan tidak memberikan penjelasan, memberikan MP-ASI kurang dari 6 bulan, mendukung ibu memberikan MP- ASI tidak tepat waktu dan tidak aktif dalam melakukan penyuluhan ASI eksklusif

Maka untuk jawaban Ya (a) diberi skor = 1 dan jawaban Tidak ( b) diberi skor = 0

3.8.. Pengolahan dan Analisis Data 3.8.2. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing, yaitu melihat dan memeriksa apakah pertanyaan sudah diteliti dan dapat dibaca dan tidak ada lagi kekeliruan yang dapat menggangu pada proses pengolahan data


(52)

3. Tabulating, yaitu untuk mempermudah pengolahan ddan analiis data serta pengambilan kesimpulan maka data ditabulasikan dalam bentuk distribusi frekuensi.

4. Entry data

3.8.2 Analisis Data.

Data yang telah dikumpulkan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian dapat dianalisis secara deskriftif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Ada tidaknya hubungan antara pemberian MP-ASI dini dengan kejadian infeksi pada bayi 0-6 bulan dilihat dengan menggunakan tingkat kepercayaan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 0,05 wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012.


(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Kecamatan Raya Kahean merupakan salah satu kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Simalungun. Puskesmas Sindar Raya merupakan salah satu puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Simalungun. Wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya adalah 21.900 Ha. Kecamatan Raya Kahean di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Raya, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Silau Kahean. Jarak tempuh Tebing Tinggi menuju Kecamatan Raya Kahean yaitu 47 km ke arah barat. Dapat ditempuh dengan waktu ±1,5 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Letak geografis antar desa di wilayah kerja Puskemas Sindar Raya termasuk mudah dijangkau karena jarak antar desa yang tidak terlalu jauh serta akses transportasi yang mudah.

4.1.2. Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Raya Kahean adalah 9.880 jiwa, terdiri dari 4.782 orang laki-laki dan 5.098 orang perempuan dengan jumlah balita 2098 jiwa, jumlah bayi 320 jiwa. Dari jumlah bayi 320 jiwa yang berusia 0-6 bulan adalah 62 jiwa. Penyebaran penduduk di Kecamatan Raya Kahean


(54)

tidak merata baik jumlah penduduk dengan luas wilayah, hal ini disebabkan letak geografis masing-masing desa dan kelurahan. Distribusi desa/kelurahan dan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Distribusi Pendudukuk di Wilayah Kerja Puskesamas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012. Desa/ Kelurahan Jumlah Penduduk

(Jiwa)

%

Bah Bulian 1120 11,3

Bah Tonang 902 9,13

Bangun Raya 1020 10,55

Durian Baggal 945 9,75

Lupat Nihirik 456 4,89

Panduman 906 9,30

Panei Raya 789 7,91

Sambosar Raya 876 8,87

Sindar Raya 1132 11,46

Sorba Bandar 1100 11,13

Sorba Dolok 634 6,45

Jumlah 9880 100,0

Sumber: Data Demografi Kecamatan Raya Kahean Tahun 2012

Dari Tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya terdiri atas 10 desa dan 1 kelurahan. Desa Sindar Raya adalah satu-satunya kelurahan di Kecamatan Raya Kahean dan merupakan ibu kota Kecamatan Raya Kahean. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Sindar Raya yang juga merupakan ibu kota Kecamatan Raya Kahean yaitu 1132 jiwa dan yang paling sedikit adalah Desa Lupat Nihirik yaitu 456 jiwa. Jumlah bayi yang berusia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya adalah 62 jiwa dan distribusinya tidak merata. Distribusi bayi yang berusia 0-6 bulan berdasarkan desa/ kelurahan dapat dilihat pada tabel 4.2.


(55)

Tabel 4.2. Distribusi Bayi yang Berusia 0-6 Bulan berdasarkan Desa/ Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesamas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2011

Desa/ Kelurahan Jumlah Bayi ( Jiwa)

%

Bah Bulian 6 9,7

Bah Tonang 4 6,5

Bangun Raya 8 12,9

Durian Baggal 5 8,1

Lupat Nihirik 4 6,5

Panduman 4 6,5

Panei Raya 7 11,3

Sambosar Raya 5 8,1

Sindar Raya 8 12,9

Sorba Bandar 7 11,3

Sorba Dolok 4 6,5

Jumlah 62 100

Sumber: Data Demografi Kecamatan Raya Kahean Tahun 2012

Dari Tabel 4.2. di atas dapat diketahui bahwa bayi yang berusia 0-6 bulan terbanyak terdapat di Kelurahan Sindar Raya dan Desa Bangun Raya yaitu 8 jiwa (12,9%) dan paling sedikit terdapat di Desa Lupat Nihirik dan Desa Panduman (6,5%) hal ini sebanding dengan jumlah penduduk Sindar Raya yang lebih banyak dibanding Desa Lupat Nihirik dan Desa Panduman.

4.1.3. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya

Wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya meliputi warga di 1 kelurahan dan 10 desa yakni Kelurahan Sindar Raya, Desa Bangun Raya, Desa Sambosar Raya, Desa Sorba Dolok,Desa Bah Tonang, Desa Durian Baggal, Desa Panduman, Desa Bah Bulian, Desa Lupat Nihirik, Desa Panei Raya dan Desa Sorba Bandar.


(56)

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara yang meliputi umur ibu, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pendapatan keluarga. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3. Distribusi Data Karakteristik Ibu yang Mempunyai bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

Karakteristik Responden Frekuensi %

Umur Ibu

< 30 36 58,1

>30 26 41,9

Pendidikan Ibu

SD 10 16,1

SLTP 10 16,1

SMA 35 56,5

Perguruan Tinggi 7 11,3

Pekerjaan Ibu

Bekerja 36 58,1

Tidak Bekerja 26 41,9

Pendapatan

Rendah 22 35,5

Tinggi 40 64,5

Dari Tabel 4.3. dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut umur yang terbanyak adalah < 30 tahun yaitu sebanyak 36 orang (58,1 %). Hal ini menunjukan bahwa mayoritas responden di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya berada pada usia dewasa.


(57)

Distribusi responden berdasarkan jenjang pendidikan formal, sebagian besar responden (56,5%) berpendidikan SMA. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendididikan responden di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya berada dalam kategori sedang. Hal ini sejalan dengan pendapatan keluarga yang lebih banyak dalam kategori tinggi.

Distribusi responden menurut pekerjaan yang terbanyak adalah bekerja yaitu sebanyak 36 orang (58,1%) artinya responden di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya lebih banyak yang bekerja (petani, PNS, pedagang)

Distribusi responden menurut pendapatan yang terbanyak adalah responden dengan keluarga pendapatan tinggi yaitu sebanyak 40 orang (64,5%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden pendapatan ≥ Rp. 1.200.000,00/ bulan.

4.3. Karakteristik Bayi yang Berusia 0-6 bulan

Sampel penelitian adalah bayi berumur 0-6 bulan. Berikut menampilkan distribusi frekuensi sampel penelitian berdasarkan umur bayi yang diambil dari data kuesioner. Karakteristik bayi dapat dilihat dengan menggunakan kuesioner melalui wawancara kepada ibu yang meliputi umur bayi, jenis kelamin dan pemberian MP-ASI dini. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4. Distribusi Bayi yang Berusia 0-6 Bulan Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

Jenis Kelamin Jumlah %

Perempuan 30 48,4

Laki-laki 32 51,6


(58)

Dari Tabel 4.4. dapat diketahui bahwa distribusi bayi menurut jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Sindar Raya yang terbanyak adalah berjenis kelamin laki yaitu sebanyak 32 bayi (51,6%). Hal ini menggambarkan kelahiran bayi laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan kelahiran bayi perempuan.

Tabel 4.5. Distribusi Bayi yang Berusia 0-6 Bulan Menurut Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean

Umur (Bulan)

Jumlah %

0 8 12,9

1 1 1,6

2 6 9,7

3 18 29

4 13 21

5 8 12,9

6 8 12,9

Jumlah 62 100

Berdasarkan tabel diatas, sampel bayi yang terbanyak adalah bayi yang berusia 3 bulan yaitu 18 orang (29,0%).

Tabel. 4.6. Distribusi Bayi yang Berusia 0-6 Bulan Memperoleh ASI dan MP-ASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

ASI dan MP ASI Dini Jumlah %

ASI 28 45,2

MP ASI Dini 34 54, 8

Jumlah 62 100,0

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa bayi yang memperoleh MP-ASI dini lebih banyak yaitu 34 bayi (54,8%) dibandingkan ASI saja yaitu sebanyak 28 bayi (45,2%).


(59)

Tabel 4.7. Distribusi Bayi yang Berusia 0-6 Bulan yang Memperoleh MP-ASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

Umur (Bulan)

Pemberian MP-ASI Dini %

0 0 0,0

1 0 0,0

2 3 8,8

3 2 5,9

4 13 38,2

5 8 23,5

6 8 23,5

Jumlah 34 100,0

Berdasarkan tabel diatas, sampel bayi yang memperoleh MP-ASI dini lebih banyak pada bayi yang berusia 4 bulan yaitu 13 orang (38,2%). Hal ini dikarenakan anggapan ibu bahwa bayi nya sudah besar sehingga ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi sehingga perlu di tambah makanan lain.

Tabel 4.8. Distribusi Alasan Ibu Memberikan MP-ASI Dini di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

Alasan Pemberian MP-ASI Dini

Jumlah %

Bayi menangis 16 47,1

Bayi lapar 10 29,4

Bayi cepat gemuk 8 23,5

Jumlah 34 100

Berdasarkan tabel diatas , dapat diketahui bahwa alasan ibu memberikan MP-ASI dini lebih banyak disebabkan bayi menangis yaitu 16 orang (47,1%). Karena apabila diberi makanan sepertis susu formula, pisang dan nasi tim, bayi berhenti menangis.


(60)

Tabel. 4.9. Distribusi Jenis MP-ASI Dini yang Diberikan Ibu pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

Jenis MP-ASI Dini Jumlah %

Nasi Tim 18 52,9

Susu Formula 5 14,7

Pisang 2 5,9

Susu Formula dan Nasi Tim 9 26,5

Jumlah 34 100

Berdasarkan tabel diatas, jenis MP-ASI dini lebih banyak ibu memberikan nasi tim yaitu sebesar 52,9%. Hal ini karena biaya untuk nasi tim lebih murah dibandingkan susu formula karena nasi tim dapat dibut sendiri sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya yang tinggi.

4.4. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP-ASI Dini Pemberian MP-ASI dini adalah pemberian makanan selain ASI pada bayi yang berusia 0-6 bulan. Berikut merupakan hasil analisa faktor-faktor yang mempengaruhi MP-ASI dini.

4.4.1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini

Pada penelitian ini bayi yang dikategorikan mendapatkan MP-ASI dini adalah bayi yang mendapatkan makanan lain selain ASI yaitu nasi tim, susu formula, pisang. Tabel 4.10. menyajikan hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini.


(61)

Tabel. 4.10. Hasil Analisa Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

Pengetahuan Gizi

Pemberian MP-ASI Dini

Jumlah P

Value

Ya Tidak

n % n % n %

Kurang 12 80,0 3 20,0 15 100,0 0,003

Cukup 16 64,0 9 36,0 25 100,0

Baik 6 27,3 16 72,7 22 100,0

Hasil analisis menunjukan bahwa proporsi pemberian MP-ASI dini lebih tinggi pada bayi yang ibunya mempunyai pengetahuan kurang yaitu 80,0%. Ibu dengan pengetahuan cukup proporsi pemberian MP-ASI dini yaitu 64,0% dan ibu yang mempunyai pengetahuan baik, bayi yang memperoleh MP-ASI dini yaitu sebanyak 27,3%. Hasil uji statistik dengan Uji Chi Square diperoleh nilai p= 0,003 (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi 0-6 bulan.

4.4.2. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemberian MP-ASI Dini

Pendapatan keluarga adalah merupakan penghasilan yang dipeoleh keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan. Tabel 4.10 menyajikan hubungan pendapatan keluarga dengan pemberian MP-ASI dini. Pendapatan keluarga berdasarkan UMP Sumatera Utara yaitu sebesar Rp. 1.200.000,00.


(62)

Tabel. 4.11. Hasil Analisa Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Pemberian MP-ASI Dini pada Bayi 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

Pendapatan Keluarga

Pemberian MP-ASI Dini

Jumlah P

Value

Ya Tidak

n % n % n %

Rendah 16 72,7 6 27,3 22 100,0 0,067

Tinggi 18 45,0 22 55,0 40 100,0

Hasil analisis hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian MP-ASI dini menununjukan bahwa dari 62 responden yang pendapatannya < UMP, 72,7% memperoleh MP-ASI dini dan yang pendapatannya ≥ UMP yang memperoleh MP-ASI dini sebanyak 45,0%. Hasil uji statistik dengan Uji Chi Square diperoleh nilai p= 0,067 (p>0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi 0-6 bulan.

4.4.3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian MP-ASI Dini

Pekerjaan ibu dikategorikan atas bekerja di luar rumah (petani, PNS, pegawai swasta, pembantu), bekerja di dalam rumah ( pedagang dan wiraswasta) dan tidak bekerja (ibu hanya mengurus rumah tangga). Tabel 4.12. menyajikan hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini.


(1)

Pemberian MP-ASI dini pada bayi * Kejadian Penyakit Infeksi Crosstabulation

20 1 7 0 28

10.4 .9 8.6 8.1 28.0

71.4% 3.6% 25.0% .0% 100.0% 87.0% 50.0% 36.8% .0% 45.2% 32.3% 1.6% 11.3% .0% 45.2%

3 1 12 18 34

12.6 1.1 10.4 9.9 34.0

8.8% 2.9% 35.3% 52.9% 100.0% 13.0% 50.0% 63.2% 100.0% 54.8% 4.8% 1.6% 19.4% 29.0% 54.8%

23 2 19 18 62

23.0 2.0 19.0 18.0 62.0

37.1% 3.2% 30.6% 29.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 37.1% 3.2% 30.6% 29.0% 100.0% Count

Expected Count % within Pemberian MP-ASI dini pada bayi % within Kejadian Penyakit Infeksi % of Total Count Expected Count % within Pemberian MP-ASI dini pada bayi % within Kejadian Penyakit Infeksi % of Total Count Expected Count % within Pemberian MP-ASI dini pada bayi % within Kejadian Penyakit Infeksi % of Total tidak

ya Pemberian MP-ASI dini pada bayi

Total

tidak infeksi diare ISPA

Diare dan ISPA Kejadian Penyakit Infeksi

Total

Ch i-Sq uar e Te sts

31.596a 3 .000

39.776 3 .000

30.711 1 .000

62 Pearson Chi-S quare

Lik elihood Rati o Linear-by-Linear As soc iation N of V alid Cases

Value df

As ymp. Si g. (2-sided)

2 c ells (25.0%) have ex pec ted c ount les s than 5. The mi nimum expected count is .90.


(2)

Usia bayi * Kejadian Diare Crosstabulation

8 0 8

100.0% .0% 100.0%

19.0% .0% 12.9%

12.9% .0% 12.9%

0 1 1

.0% 100.0% 100.0%

.0% 5.0% 1.6%

.0% 1.6% 1.6%

6 0 6

100.0% .0% 100.0%

14.3% .0% 9.7%

9.7% .0% 9.7%

16 2 18

88.9% 11.1% 100.0%

38.1% 10.0% 29.0%

25.8% 3.2% 29.0%

9 4 13

69.2% 30.8% 100.0%

21.4% 20.0% 21.0%

14.5% 6.5% 21.0%

2 6 8

25.0% 75.0% 100.0%

4.8% 30.0% 12.9%

3.2% 9.7% 12.9%

1 7 8

12.5% 87.5% 100.0%

2.4% 35.0% 12.9%

1.6% 11.3% 12.9%

42 20 62

67.7% 32.3% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

67.7% 32.3% 100.0%

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Diare % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Diare % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Diare % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Diare % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Diare % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Diare % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Diare % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Diare % of Total

< 1 bulan

1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan Us ia bayi Total tidak diare Kejadian Diare Total


(3)

Usia bayi * Kejadian Ispa Crosstabulation

6 2 8

75.0% 25.0% 100.0%

24.0% 5.4% 12.9%

9.7% 3.2% 12.9%

1 0 1

100.0% .0% 100.0%

4.0% .0% 1.6%

1.6% .0% 1.6%

3 3 6

50.0% 50.0% 100.0%

12.0% 8.1% 9.7%

4.8% 4.8% 9.7%

12 6 18

66.7% 33.3% 100.0%

48.0% 16.2% 29.0%

19.4% 9.7% 29.0%

2 11 13

15.4% 84.6% 100.0%

8.0% 29.7% 21.0%

3.2% 17.7% 21.0%

0 8 8

.0% 100.0% 100.0%

.0% 21.6% 12.9%

.0% 12.9% 12.9%

1 7 8

12.5% 87.5% 100.0%

4.0% 18.9% 12.9%

1.6% 11.3% 12.9%

25 37 62

40.3% 59.7% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

40.3% 59.7% 100.0%

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadian Is pa % of Total

< 1 bulan

1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan Us ia bayi Total tidak ISPA

Kejadian Is pa


(4)

Usia bayi * Kejadian Ispa Crosstabulation

6 2 8

75.0% 25.0% 100.0% 24.0% 5.4% 12.9% 9.7% 3.2% 12.9%

1 0 1

100.0% .0% 100.0% 4.0% .0% 1.6% 1.6% .0% 1.6%

3 3 6

50.0% 50.0% 100.0% 12.0% 8.1% 9.7% 4.8% 4.8% 9.7%

12 6 18

66.7% 33.3% 100.0% 48.0% 16.2% 29.0% 19.4% 9.7% 29.0%

2 11 13

15.4% 84.6% 100.0% 8.0% 29.7% 21.0% 3.2% 17.7% 21.0%

0 8 8

.0% 100.0% 100.0% .0% 21.6% 12.9% .0% 12.9% 12.9%

1 7 8

12.5% 87.5% 100.0% 4.0% 18.9% 12.9% 1.6% 11.3% 12.9%

25 37 62

40.3% 59.7% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 40.3% 59.7% 100.0% Count

% within Us ia bayi % within Kejadi an Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadi an Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadi an Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadi an Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadi an Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadi an Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadi an Is pa % of Total

Count

% within Us ia bayi % within Kejadi an Is pa % of Total

< 1 bul an

1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan Us ia bayi Total tidak ISPA Kejadian Is pa


(5)

Lampiran 3

Dokumentasi Penelitian

Gambar 1 : Proses Wawancara yang Dilakukan Kepada Ibu yang Mempunyai

Bayi 0-6 Bulan


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare pada Bayi 0-6 Bulan Di Desa Kwala Pesilam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat Tahun 2014

3 74 98

HUBUNGAN PEMBERIAN MP ASI DINI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 0 6 BULAN DI WIL AYAH KERJA PUSKESMAS ROWOTENGAH KABUPATEN JEMBER

0 3 19

HUBUNGAN PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ROWOTENGAH KABUPATEN JEMBER

0 4 29

Hubungan Pemberian MP-ASI Dini Dengan Status Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember

2 31 19

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA BAYI USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Pemberian MP-ASI DINI Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Bayi Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kartasura, Sukoharjo.

0 1 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Pemberian MP-ASI DINI Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Bayi Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kartasura, Sukoharjo.

0 1 7

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA BAYI USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Pemberian MP-ASI DINI Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Bayi Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kartasura, Sukoharjo.

0 1 22

1. Nama Ibu Anak - Hubungan Pemberian Mp-Asi Dini Dengan Kejadian Penyakit Infeksi Pada Bayi 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

0 0 21

Hubungan Pemberian Mp-Asi Dini Dengan Kejadian Penyakit Infeksi Pada Bayi 0-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sindar Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun Tahun 2012

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

0 0 14