fasilitas dengan memberikan kemudahan pelayanan dan atau perizinan kepada perusahaan penanaman modal untuk memperoleh hak atas tanah.
Dengan mengikuti prosedur yang tercantum dalam Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 tahun 1993
dengan pelaksanaannya dalam Keputusan Menteri Negara AgrariaKepala BPN Nomor 21 tahun 1994, bahwa perolehan tanah menurut pasal 3 ayat 1
dapat dilakukan melalui cara pemindahan hak atas tanah atau melalui penyerahan atau pelepasan hak atas tanah yang diikuti dengan pemberian hak.
Dan kini tata cara pemberian hak tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999.
G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat Deskriftif Analistis, yaitu penelitian yang menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan
dengan teori-teori hukum dan pelaksanaan hukum positif.
27
27
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Cet. III, Semarang, 1988, G.I, hal. 97-98
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
2. Metode Pendekatan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan Yuridis Normatif dengan pertimbangan pendekatan ini dipandang cukup layak untuk
diterapkan karena akan didapatkan data dan informasi secara menyeluruh yang bersifat normatif .
3. Sumber Data
Berdasarkan sifat penelitian tersebut diatas, maka data yang dikumpulkan berasal dari data sekunder. Data sekunder dimaksud antara lain
meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier berupa Norma Dasar, perundang-undangan, hasil penelitian ilmiah, buku-buku
dan lain sebagainya
28
. Sebagai penunjang dari data sekunder ini juga akan dilakukan wawancara.
4. Alat Pengumpul Data
a. Studi Dokumen
Dilakukan untuk memperoleh data sekunder berupa bahan primer, bahan sekunder maupun bahan tertier yang ada pada peraturan
perundang-undangan, buku-buku hukum dan bentuk tulisan lainnya yang relevan dengan masalah penelitian.
28
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 30
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
b. Wawancara
Dilakukan dengan wawancara langsung tatap muka dengan menggunakan pedoman wawancara. Tujuannya agar mendapat data
yang diharapkan dan lengkap sehingga dapat dipakai untuk membantu menjawab permasalahan. Wawancara dilakukan pada :
a. Kantor Pertanahan Kota Medan.
b. Badan Investasi dan Promosi Propinsi Sumatera UtaraBainprom; c.Kantor Penanaman Modal Daerah Kota MedanKPMD.
5. Analisa Data
Penelitian ini
dilakukan dan dimulai dengan mengidentifikasi hukum positif dibidang Pertanahan dan peraturan perundang-undangan lain yang
mempunyai hubungan erat dengan perolehan tanah dan penanaman modal, khususnya Penanaman Modal Dalam Negeri yang berkedudukan di Medan.
Kemudian dilakukan penelitian dan dikaji antara data sekunder dan hasil wawancara yang akan dianalisa secara kwalitatif untuk memperoleh jawaban
dari permasalahan penelitian. Dengan menggunakan metode deduktif ditarik suatu kesimpulan dari data yang telah selesai diolah yang merupakan hasil
penelitia
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
BAB II KERANGKA HUKUM PEROLEHAN TANAH BAGI PERUSAHAAN
PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI A.
Peraturan Hukum Atas Penanaman Modal Dalam Negeri dan Badan Koordinasi Penanaman Modal
Dalam sejarah perkembangan penanaman modal di Indonesia dikenal pertama kali melalui kebijaksanaan pemerintah Hindia Belanda yang
memperkenankan masuknya modal asing Eropa untuk menanamkan usahanya dalam bidang perkebunan pada tahun 1870,
29
dikeluarkanlah Agrarische Wet untuk mengatur pertanahan di Indonesia. Dengan adanya peraturan tersebut,
penanaman modal asing khususnya yang datang dari swasta Eropa dan yang mempunyai hubungan dekat dengan pemerintahan Belanda diizinkan untuk
melakukan usahanya di Indonesia.
30
Pada kurun waktu tahun 1942-1945 Jepang menduduki Indonesia menggantikan posisi Belanda, penanaman modal
asing menurun drastis sebab adanya pelarangan-pelarangan oleh Jepang terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan penanaman modal asing
seperti melarang impor dan pasokan tenaga kerja bahkan segala aktiva penanaman modal asing diambil alih.
31
Setelah Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, secara yuridis Indonesia telah memulai babak baru
dalam mengelola secara mandiri perekonomian negara guna melaksanakan
29
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Op.Cit., hal.18
30
Ibid, hal. 19
31
Ibid, hal 24
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
pembangunan nasional. Namun tidaklah serta merta hal itu dapat dilaksanakan diantaranya karena masalah politik yang lebih hangat diperbincangkan, masih
adanya gangguan dari tentara kolonial Belanda, masalah keamanan, dan sumber daya manusia.
32
Usaha untuk membangun negeri terus dilakukan namun prospek masuknya penanaman modal asing menjadi sirna dengan
dilakukannya nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda pada tahun 1957, seperti De Javasche Bank dan Koninklijke Paketvaart Maatschppij NV KPM
dengan diundangkannya UU Nomor 861958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda Di Wilayah RI yang pelaksanaannya
dilakukan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1959 yang salah satu tujuannya untuk kemanfaatan sebesar-besarnya pada masyarakat Indonesia
33
, menyusul nasionalisasi terhadap perusahaan Inggris, Malaysia pada tahun
1963 dan terhadap perusahaan Amerika Serikat pada tahun 1965.
34
Pada tahun 1966 terjadi peralihan kekuasaan dari masa Orde Lama kepada Orde Baru
dengan model pertumbuhan ekonomi dengan menekankan pada pembentukan modal dengan jalan mengadakan pinjaman luar negeri maupun mendorong
penanaman modal asing.
35
Sasaran pemerintah Orde Baru tersebut ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Undang-Undang Penanaman Modal
AsingPMA Nomor 1 Tahun 1967 perubahannya Dalam Undang-Undang
32
Ibid
33
httpjurnalrepublik.blogspot.com200706nasionalisasipelayaran.htm.
34
Aminuddin Ilmar.Op.Cit, hal. 27
35
Ibid, hal. 29
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Nomor 11 Tahun 1970 yang menjanjikan keringanan pajak dan insentif- insentif lainnya. Kebijaksanaan penting lainnya dalam hal penanaman modal
asing diamanatkan dalam keputusan MPRS Nomor XXIIIMPRS1966 dalam Pasal 9 yang menyatakan bahwa: “pembangunan ekonomi terutama berarti
mengolah kekuatan ekonomi potensial, menjadi kekuatan ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan,
peningkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi, dan manajemen“, yang kesemuanya itu dimiliki oleh penanam modal asing.
36
Adanya dominasi modal oleh orang asing dimaksud dirasakan sangat membatasi kemampuan Pemerintah untuk bertindak secara radikal dalam
waktu yang sangat singkat, oleh karena itu dengan kesadaran akan perbaikan nasib rakyat, bahwa untuk pembangunan masyarakat adil dan makmur tidak
akan tercapai tanpa adanya pemupukan modal dalam negeri sendiri secara besar-besaran, oleh karena itu perlu diadakan ketentuan-ketentuan dan
pengaturan-pengaturan yang dapat memperbesar kemampuan masyarakat Indonesia untuk berusaha secara produktif, yang dapat dilakukan dengan cara
memanfaatkan orang asing dan modalnya tanpa meninggalkan realitas-realitas yang berlaku,
37
yang dituangkan dalam Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1968. Undang-Undang ini memberikan
36
Keputusan MPRS Nomor XXIIIMPRS1966, Pasal 9
37
Penjelasan umum UU No. 6 Tahun 1968.
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
pengertian bahwa penanam modal dalam negeri atau yang disebut juga sebagai pemegang sahamnya adalah terdiri dari : negara, swasta nasional dan swasta
asing yang berdomisili di Indonesia. Terhadap pihak swasta sebagai pemilik modal dapat terdiri atas perorangan dan atau badan hukum yang didirikan
berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia, demikian dinyatakan dalam pasal 1. Sedangkan terhadap bentuk badan usaha tidak dengan jelas
disebutkan, hanya dalam penjelasan pasal 3 disarankan berbentuk Perseroan Terbatas. Fasilitas yang diberikan hanya sebatas pada keringanan perpajakan
baik terhadap pajak modal maupun terhadap keringanan bea masuk barang impor.
Dalam perkembangan bernegara perubahan dari segala segi akan terus terjadi, demikian juga dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi
nasional disamping pembangunan dalam hukum nasional khususnya dibidang penanaman modal saat ini diperlukan peraturan perundangan yang lebih
sesuai.
38
Amanat yang tercantum dalam Ketetapan MPR RI Nomor XVIMPR1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi
yang menyerukan bahwa kebijakan penanaman modal selayaknya selalu mendasari ekonomi kerakyatan yang melibatkan pengembangan bagi usaha
38
Konsideran Menimbang UU Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
mikro, kecil, menengah dan koperasi,
39
maka diundangkanlah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Tujuan penyelenggaraan
Penanaman Modal tercantum dalam Pasal 3 ayat 2 antara lain untuk : a.
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional; b.
menciptakan lapangan kerja; c.
meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan; d.
meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional; e.
mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari
luar negeri;
f. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kebijakan dasar yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam penanaman modal sangatlah diperlukan, hal mana guna menunjang keberhasilan tujuan daripada
penanaman modal di Indonesia. Dalam menetapkan kebijakan dasar tersebut Pemerintah memberikan perlakuan yang sama bagi PMDN maupun PMA
dengan memperhatikan kepentingan nasional, dan menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha dan keamanan berusaha dari sejak proses pengurusan
perizinan sampai dengan berakhirnya kegiatan penanaman modal sesuai ketentuan yang berlaku, serta membuka kesempatan perkembangan dan
memberikan perlindungan kepada usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, demikian tercantum dalam pasal 4 undang-undang tersebut.
Telah disebutkan pada bab pendahuluan bahwa perubahan yang signifikan terdapat pada pengaturan mengenai subjek penanam modal dalam
39
Ibid
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
negeri yang terdiri dari : perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia baik yang berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan
hukum, dan negaradaerah Indonesia yang melakukan usaha di wilayah Indonesia. Bentuk badan usaha secara tegas disebutkan dalam pasal 5 yaitu
dapat berbentuk badan hukum maupun yang bukan badan hukum atau usaha perorangan, namun tidak detail diuraikan dalam penjelasan tentang bentuk
usaha yang bukan berbadan hukum. Pengaturan fasilitas bagi penanaman modal lebih luas lagi, dalam pasal 18 disebutkan penanaman modal yang
mendapat fasilitas penanaman modal seperti yang ditunjuk oleh pasal 20 hanya berlaku bagi penanaman modal yang berbentuk perseroan terbatas.
Penekanan dalam hal koordinasi, bahwa Pemerintah mengkoordinasi kebijakan penanaman modal baik koordinasi antar instansi pemerintah, antar instansi
pemerintah dengan Bank Indonesia, dengan pemerintah daerah maupun antara pemerintah daerah itu sendiri guna mengkoordinir kebijakan penanaman modal
seperti yang dimaksud dalam pasal 27 ayat 1, dan dalam ayat 2 disebutkan bahwa Koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal tersebut dilakukan
oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal. Pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal pertama kali
dilakukan dengan Keputusan Presiden Nomor 286 tahun 1968 dengan istilah ‘Panitia Teknis Penanaman Modal‘, dalam Keputusan Presiden Nomor 20
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Tahun 1973 dengan istilah ‘Badan Koordinasi Penanaman ModalBKPM ‘yang telah dicabut oleh Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1977 dan
kemudian Keppres ini dicabut oleh Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1981 dan dengan beberapakali mengalami perubahan terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2004. Sebagai peraturan pelaksana dari UU PMDN nomor 6 tahun 1968 jo. UU No. 12 tahun 1970, hingga kini
peraturan pelaksana tersebut masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan UU Penanaman Modal No. 25 tahun 2007 sesuai pasal 37 undang-
undang tersebut. Dalam Keppres Nomor 33 Tahun 1981 disebutkan Badan Koordinasi Penanaman ModalBKPM adalah suatu Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Aturan dalam Keppres ini masih relevan dengan UU Penanaman
Modal Nomor 25 Tahun 2007 pada pasal 27 yang menyatakan bahwa BKPM dipimpin langsung oleh seorang kepala, bertanggungjawab, diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden. Dasar pertimbangan pembentukan, untuk lebih meningkatkan koordinasi dalam penyelenggaraan dan proses penyelesaian
penanaman modal sebagai pusat pelayanan kegiatan penanaman modal.
40
Menurut Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 Pasal 28 disebutkan tugas dan fungsi dari BKPM adalah :
40
Konsideran Keppres No. 20 Th. 1973
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
a. melaksanakan tugas dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dibidang
penanaman modal; b.
mengkaji dan mengusulkan kebijakan pelayanan penanaman modal; c.
menetapkan norma, standar, dan prosedur pelaksanaan kegiatan dan pelayanan penanaman modal;
d. mengembangkan peluang dan potensi penanaman modal di daerah
dengan memberdayakan badan usaha; e.
membuat peta penanaman modal Indonesia; f.
mempromosikan penanaman modal; g.
mengembangkan sektor usaha penanaman modal melalui pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan kemitraan, meningkatkan
daya saing, menciptakan persaingan usaha yang sehat, dan menyebarkan informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup
penyelenggaraan penanaman modal;
h. membantu penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi
permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam menjalankan kegiatan penanaman modal;
i. mengkoordinasi penanam modal dalam negeri yang menjalankan
kegiatan penanaman modalnya diluar wilayah Indonesia; dan j.
mengkoordinasi dan melaksakan pelayanan terpadu satu pintu. Dalam Keppres Nomor 29 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan
Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing Dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui Sistem Pelayanan Satu Atap dalam istilah UU
Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 memakai ‘pelayanan terpadu satu pintu’ pasal 1 ayat 5 menyebutkan pengertian Sistem Pelayanan Satu Atap
adalah suatu sistem pelayanan pemberian persetujuan penanaman modal dan perizinan pelaksanaannya pada satu instansi Pemerintah yang bertanggung
jawab dibidang penanaman modal. Dalam ayat 2 disebutkan bahwa penyelenggaraan tersebut dilaksanakan oleh BKPM sebagai instansi
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Pemerintah. Dengan sistem ini diharapkan bahwa pelayanan terpadu di pusat dan di daerah dapat menciptakan penyederhanaan perizinan dan percepatan
penyelesaian nya.
41
Didalam melaksanakan tugas dan fungsi serta Pelayanan Terpadu Satu Pintu, BKPM harus melibatkan perwakilan secara langsung dari setiap sektor
dan daerah terkait dengan pejabat yang mempunyai kompetensi dan kewenangan, demikian disebutkan dalam pasal 29 UU Nomor 25 Tahun 2007.
Pedoman dan tata cara permohonan penanaman modal dalam rangka penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing diatur dalam
Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 57 Tahun 2004 jo. Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 70
Tahun 2007. Dengan semangat otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang memberikan wewenang
kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, dan dengan memperhatikan UU tersebut yang mengatakan bahwa pelayanan administrasi penanaman modal adalah sebagai
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
41
Penjelasan Umum dari UU PM No. 25 Th.2007
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
PropinsiKotaKabupaten
42
. Hal ini dipertegas kemudian dalam Peraturan pelaksana undang-undang tersebut yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun
2007. Sebelumnya dalam Keppres Nomor 26 Tahun 1980 yang terakhir dirubah dengan Keppres Nomor 122 Tahun 1999 yang mengatur tentang
Pembentukan Badan Koordinasi Penanaman Modal DaerahBKPMD, yang dibentuk berdasarkan pertimbangan agar lebih mempercepat peningkatan
penanaman modal serta pelayanan perijinan penanaman modal diseluruh daerah.
43
Oleh karena itu oleh Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Utara ditindaklanjuti dengan mengeluarkan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera
UtaraPERDA Prop. Sumut. Nomor 4 Tahun 2001 yang mengatur tentang Lembaga Teknis Daerah Propinsi Sumatera Utara yang menetapkan Badan
Investasi dan Promosi Propinsi Sumatera Utara atau Bainprom sebagai penyelenggara investasi dan promosi di bidang penanaman modal yang ruang
lingkupnya lintas kabupaten kota, dan untuk penyelenggaraan investasi dan promosi bidang penanaman modal dengan ruang lingkup berada dalam satu
kota dibentuk Kantor Penanaman Modal Daerah Kota Medan, demikian sesuai aturan dalam pasal 30 ayat 5 dan 6 Undang-Undang Penanaman Modal.
Bainprom adalah unsur penunjang Pemerintah Propinsi, dipimpin oleh seorang Kepala yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur
42
UU No.32 Th. 2004 tentang Pemerintahan Daerah Ps.13 Angka 1 huruf n
43
Konsideran Keppres No. 122 Th. 1999
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
Kepala Daerah. Penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya berada dalam satu kota menjadi urusan pemerintahan kota dan urusan
penanaman modalnya dilakukan oleh Kantor Penanaman Modal DaerahKPMD dalam lingkungan Pemerintahan Kota yang dipimpin oleh
seorang Kepala yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Kepala DaerahWalikota.
Badan Investasi dan Promosi Propinsi Sumatera Utara mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam penyelenggaraan investasi dan promosi,
dengan menyelenggarakan fungsi : a.
menyiapkan bahan dalam perumusan kebijakan teknis di bidang investasi dan promosi;
b. menyelenggarakan Pelayanan Administrasi, Promosi dan Informasi
serta Pengawasan Pengendalian; c.
melakukan Pengkajian dan Evaluasi Penyelenggaraan Promosi dan Investasi.
44
Kantor Penanaman Modal Daerah Kota Medan menyelenggarakan
fungsi : 1.
Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang penanaman modal;
2. Menyusun rencana dibidang penanaman modal serta mengidentifikasi
sumber-sumber potensi daerah untuk kepentingan perencanaan penanaman modal daerah, pemberian pelayanan konsultasi investasi
yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan perizinan, kemudahan infrastruktur dan kerjasama investasi;
3. Merumuskan dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan dibidang
pengembangan investasi;
44
Perda.Prop.Sumut No. 4 Th. 2001 Ps. 11
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
4. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang
tugasnya; 5.
Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
45
Jika dilihat pada kenyataannya bahwa fungsi atau kewenangan Badan
Investasi dan Promosi Propinsi Sumatera Utara dan fungsi Kantor Penanaman Modal Daerah Kota Medan yang ada saat ini, tidaklah mencerminkan
semangat otonomi daerah yaitu jiwa daripada Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah tersebut diatas, karena wewenang memberikan Surat
Persetujuan dan Perizinan dalam rangka penanaman modal berada pada Badan Koordinasi Penanaman Modal, sedangkan Bainprom Propinsi Sumut dan
KPMD Kota Medan hanya sebatas pemandu, memberikan sosialisasi, pengawasan dan pelaporan tentang penanaman modal, berdasarkan tembusan
dari Pusat ke Daerah.
46
Bahkan Kantor Penanaman Modal Daerah Kota Medan tidak memiliki data yang pasti tentang Perusahaan Penanaman Modal Dalam
Negeri yang ada di daerah Kota Medan hal tersebut dikarenakan tidak setiap berdirinya Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri di Kota Medan
diberikan ‘tembusanfile nya dari BKPM kepada KPMD Kota Medan.
47
45
www.pemkomedan.go.idktr-pmd.php , tanggal 2 Februari 2008.
46
Wawancara dengan Anthon Malau, Kasubbid.Pelayanan Administrasi Industri pada Kantor BAINPROM Propinsi Sumatera Utara, di Medan, tanggal 1 February 2008
47
Wawancara dengan Halida Hanum, Kasubbag. Tata Usaha pada Kantor Penanaman Modal Daerah Kota Medan, di Medan, tanggal 4 February 2008.
Nani Rosita Saragih: Kajian Yuridis Perolehan Tanah Bagi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri Di Kota Medan, 2008. USU e-Repository © 2008
B. Kerangka Hukum Atas Perolehan Tanah Bagi Perusahaan PMDN.