Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD
Menurut Mamesah 1995 : 16, keuangan daerah dapat diartikan sebagai ”semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala
sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah sepanjang belum dimiliki dikuasai oleh negara atau daerah yang lebih tinggi serta
pihak-pihak lain sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. ”Menurut Halim 2004 : 20, ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari ”keuangan daerah yang
dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan. Keuangan daerah yang dikelola langsung adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD dan
barang-barang inventaris milik daerah. Keuangan daerah yang dipisahkan meliput i Badan Usaha Milik Daerah BUMD.
”Keuangan daerah dalam arti sempit yakni terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Oleh sebab itu,
keuangan daerah identik dengan APBD. ” Saragih, 2003 : 12. Bentuk dan susunan APBD berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Kepmendagri
No. 29 Tahun 2002 adalah terdiri atas tiga bagian, yaitu Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.anggaran daerah merupakan salah satu alat yang memegang peranan
penting dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan didalamnya tercemin
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
kenutuhan masyarakat dengan memperhatikan potensi dan sumber-sumber kekayaan daerah.
Menurut Mamesah 1995 : 20, APBD dapat didefinisikan sebagai : rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah, dimana disatu pihak
menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu
tahun anggaran tertentu, dan pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi
pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.
Pada era Orde Lama, definisi APBD yang dikemukakan oleh Halim2004:16 adalah :
rencana pekerjaan keuangan financial Workplan yang dibuat untuk jangka waktu tertentu, dalam waktu mana badan legislatif DPRD
memberikan kredit kepada badan eksekutif kepala daerah untukl melakukan pembiayaan guna kebutuhan rumah tangga daerah sesuai
dengan rancangan yang menjadi dasar grondslag penetapan anggaran, dan yang menunjukan semua penghasilan untuk menutup pengeluran
tadi.
Unsur-Unsur APBD menurut Halim 2004 : 16 adalah : a. rencana kegiatan suatu daerah, beserta urainnya secara rinci,
b. adanya sumber penerimaan yang merupakan target minimal untuk
menutupi biaya-biaya sehubungan dengan aktivitas tersebut, dan adanya biaya-biaya yang merupakan batas maksimal pengeluaran-pengeluaran
yang akan dilaksanakan,
c. jenis kegiatan dan proyek yang dituangkan dalam bentuk angka, periode
anggaran yang biasanya 1 tahun.
Menurut Bastian 2000 : 189, APBD merupakan “pengejawantahan rencana kerja Pemda dalam bentuk satuan uang untuk kurun waktu satu tahunan dan
berorientasi pada tujuan kesejahteraan publik.” Menurut Saragih 2003 : 122. “Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD adalah dasar dari
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
pengelolaan keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu, umumnya satu tahun. “ Keterbatasan sumberdaya sebagai pangkal masalah utama dalam
pengalokasian anggaran sektor publik dapat diatasi dengan pendekatan ilmu ekonomi melalui berbagai teori tentang teknik dan prinsip seperti yang dikenal
dalam Public expenditure management. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja semakin kuat, khususnya pada daerah-daerah yang mengalami kapasitas
fiskal rendah Halim, 2001.
B. Otonomi Daerah