Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional pada hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah
sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam menjalankan pemerintahan serta memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat. Pembangunan daerah juga berarti memampukan daerah untuk mengelola sumber daya ekonominya secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
kemajuan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Otonomi yang di berikan kepada daerah di laksanakan dengan memberikan wewenang yang luas, nyata, dan
bertanggungjawab secara proporsional. Pelimpahan tanggungjawab akan di ikuti oleh pengaturan pembagian, pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan
serta perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Dengan demkian pemerintah daerah diharapkan lebih mengerti dan memenuhi aspirasi masyarakat
di daerahnya agar dapat mendorong timbulnya prakarsa dan pelaksanaan pembangunan yang merupakan prasyarat keberhasilan pelaksanaan pemerintahan.
Desentralisasi fiskal disatu sisi memberikan kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain memunculkan persoalan baru,
dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbeda-beda. Penelitian yang dilakukan Adi 2005 menunjukan terjadi disparitas pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi antar daerah kabupaten dan kota dalam pelaksanaan desentralisasi
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
fiskal. Pemerintah dalam perkembangannya memberikan dana perimbangan untuk mengatasi persoalan ketimpangan fiskal dan adanya kebutuhan pendanaan daerah
yang cukup besar tersebut dan salah satu komponen dana adalah Dana Bagi Hasi DBH. DBH dialokasikan dalam APBN untuk daerah-daerah tertentu dalam
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan termasuk dalam program prioritas nasional. Dalam beberapa tahun berjalan, proporsi DBH
terhadap penerimaan daerah masih cukup tinggi dibanding dengan penerimaan daerah yang lain. Hal ini menunjukan masih tingginya ketergantungan pemerintah
daerah terhadap pasokan dana dari pemerintah pusat ini. Namun demikian, dalam jangka panjang, ketergantungan semacam ini harus semakin kecil. Berbagai
investasi yang dilakukan pemerintah daerah diharapkan memberikan hasil yang positif.
DBH yang menjadi sumber dana tersebut terlebih dahulu harus melalui proses penganggaran yang melibatkan eksekutif dan legislatif. Pihak eksekutif membuat
draft anggaran kemudian disampaikan kepada legislatif untuk dibahas bersama- sama sebelum ditetapkan menjadi peraturan Daerah Perda. Namun pada
beberapa kabupaten di Sumatera Utara, anggaran belanja langsung pemerintah daerah terkadang terlalu kecil, tidak sebanding dengan sumber dana yang
diperoleh. Eksekutif dan legislatif dalam proses penyusunan anggaran tidak menjadikan belanja langsung menjadi belanja yang penting dalam penetapan
anggaran belanja langsung melalui penggunaaan sumber dana khususnya DAK harus melalui regulasi pusat, artinya pemerintah daerah harus berkonsultasi
dengan pemerintah pusat mengenai penggunaan anggaran. Hal ini secara tidak
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
langsung dapat menghambat pembagunan fasilitas-fasilitas publik yang mendukung penerimaan daerah dan ketertarikan investor untuk menanamkan
modalnya didaerah tersebut. Sejak otonomi daerah dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001, berbagai
kebijakan menyangkut keuangan daerah dan APBD mengalami perubahan. Dalam hal sumber pendapatan daerah misalnya, sebelum otonomi daerah digulirkan
sumber pendapatan daerah relatif terbatas. Lahirnya kebijakan Dana Perimbangan merupakan konsekuensi dari strategi desentralisasi fiskal. Pada prinsipnya Dana
Perimbangan tersebut merupakan sumber pembiayaan yang saling melengkapi dengan dana dari masing-masing daerah dengan tetap memperhatikan kebutuhan
wilayah daerah otonom yang bersangkutan. Namun dalam proses implementasi, desentralisasi fiskal belum menjadi salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan
otonomi daerah, jika Pemerintah Daerah tidak siap dalam mengelola dan memanfaatkan keuangan daerah secara efektif dan efisien untuk peningkatan
kesejahteraan rakyat. Hampir semua provinsi dan kabupaten dan kota di Indonesia memiliki
masalah ketimpangan fiskal. Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara merupakan Kabupaten dan Kota yang pemerintah daerahnya senantiasa
meningkatkan daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah di tetapkan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera Utara. Adapun upaya
peningkatan daerah tesebut adalah upaya untuk meningkatkan Penerimaan Pendapatan Daerah yang salah satunya berupa belanja modal.
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
Salah satu sumber pendapatan daerah pada pasal 157 Undang-Undang No.33 Tahun 2004 adalah Dana Perimbangan yang terdiri dari 1 Dana Bagi Hasil 2
Dana Alokasi Umum 3 Dana Alokasi Khusus. Dana Bagi Hasil di bagi menjadi dua bagian yaitu dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya
alam. Pajak dan Sumber Daya Alam merupakan unsur besar dalam menghasilkan pendapatan daerah yang salah satunya berupa belanja modal. Kontribusi Pajak dan
Sumber Daya Alam terhadap kelangsungan pelaksanaan pembangunan yang terangkum dalam dana perimbangan walaupun cukup besar nilainya dianggap
tidak cukup dalam menopang pendapatan daerah. Hal ini dikarenakan dana perimbangan yang termasuk dalam pajak pusat yang mana masih terdapat bagian
yang harus di bagi dengan pemerintah pusat. Berdasarkan penelitian Budi Setyawan, Priyo Hari Adi 2007, menunjukan
adanya pengaruh yang positif antara Fiscal Stress terhadap pertumbuhan belanja modal. Penelitian lain seperti yang dilakukan oleh Darwanto 2006 dan Irma
Syafitri 2009, menunjukan bahwa pendapatan asli daerah memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap belanja modal.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan pengujian Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam pada
KabupatenKota di Sumatera Utara, dalam skripsi yang berjudul :
“ Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal pada Kabupaten dan Kota Di Sumatera Utara “
Alfan H. Harahap : Pengaruh Dana Bagi Hasil Pajak Dan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Terhadap Belanja Modal Pada Kabupaten Dan Kota Di Sumatera Utara, 2010.
B. Perumusan Masalah