Tinjauan Pustaka Sistematika Penulisan

4. “Analisis Wacana Pesan Moral Dalam Novel De Winst Karya Afifah Afra”, oleh Yusriani Pulungan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Pada penelitiaanya juga menggunakan metode wacana Van Dijk dengan meneliti pesan moral yang terdapat pada novel tersebut.

N. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis membaginya menjadi lima bab, yang mana tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan dalam bab ini, memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. BAB II : Kajian teoritis, dalam bab ini memuat ruang lingkup pengertian analisis wacana dan analisis wacana Van Dijk, pengertian memoar, dan pengertian reporter dan berita. BAB III : Gambaran umum tentang buku memoar Reporter and the City, dalam bab ini diuraikan latar belakang penulisan buku, pembagian, kandungan buku serta sedikit tentang bigrafi penulis buku, dan profil Trans TV. BAB IV : Hasil analisis data, menguraikan tentang inti pembahasan bab ini yaitu analisis kerangka data secara struktur teks makro, superstruktur, dan struktur mikro, serta pesan berita di dalam memoar Reporter and the City, dan wacana dilihat dari kognisi sosial dan konteks sosial dalam memoar Reporter and the City. BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan, saran dan kritik serta dilengkapi dengan lampiran-lampiran berisi data-data dari berbagai sumber penelitian ini.

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Teori Konstruksi Sosial Realitas

Teori konstruksi sosial realitas merupakan ide atau prisip utama dari kelompok pemikiran atau tradisi kultural. Ide ini menyatakan bahwa dunia sosial tercipta karena adanya interaksi antara manusia. Cara bagaiman kita berkomunikasi sepanjang waktu mewujudkan pengertian kita mengenai pengalaman, termasuk ide kita tentang diri kita sebagai manusia dan komunikator. 13 Asal mula konstruksi sosial ialah dari filsafat konstruktivisme, yang dimulai dari gagasan konstruksi kognitif. Teori konstruktivisme yang meyakini bahwa makna atau realitas bergantung pada konstruksi pikiran dapat dirunut pada teori Popper 1973. Teori ini membagi tiga pengertian tentang alam semesta antara lain, dunia fisik atau keadaan fisik, dunia kesadaran atau dunia mental dan dunia dari isi objektif pemikiran manusia. Bagi Popper objektivisme tidak dapat dicapai pada dunia fisik, melainkan selalu dunia pemikiran manusia. 14 Teori ini menolak pandangan teori positivis yang memisahkan antara subjek dan objek komunikasi. Dalam pandangan teori ini, bahasa tidak hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif dan 13 Morissan, Andy Cory, dkk: Teori Komunikasi Massa. Bogor: PT Ghalia Indonesia, 2010 , h. 134 14 Elvinaro Ardianto dan Bambang Q-Anees, Filsafat Ilmu Komunikasi Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2007, h 153 dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Konstruktivis menganggap subjek sebgai faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan sosial lainnya. Istilah konstruksi sosial atas realitas pertama kali diperkenalkan oleh Peter L. Berger bersama Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul “The Social Construction of Reality, a Treatise in The Sociological of Knowledge” 1996. Dalam buku tersebut, Berger dan luckmann menjelaskan tentang prose sosial melalui tindkan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.Berger mengutarakan bahwa manusia dan masyarakat adalah produk yang dialektis, dinamis dan plural. 15 Realitas tidak dibentuk secara ilmiah ataupun diturunkan Tuhan, tetapi dibentuk dan dikonstruk. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda atau suatu realitas. Selain plural, konstruksi sosial itu juga bersifat dinamis, sebagai hasil konstruksi sosial, maka realitas tersebut meruakan realitas subjektif dan realitas objektif sekaligus. Dalam realitas subjektif, realitas tersebut menyangkut makna, interpretasi dan hasil relasi antara individu dengan objek. Sedangkan dalam realitas objektif, realitas sebagai sesuatu yang dialami, bersifat eksternal, berada diluar, atau istilah Berger, tidak dapat ditiadakan dengan angan-angan. Dalam konstruksi realitas, bahasa adalah unsur utama. Ia merupakan instrumen pokok untuk menceritakan realitas. Bahasa adalah 15 Eriyanto, Analsis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Pengantar Dr Deddy Mulyana, M.A Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara, 2005, h 257