C. Kerangka Pemikiran
1. Hubungan Struktur Kepemilikan dan Keputusan Keuangan
Penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap keputusan investasi telah dilakukan oleh Eddy Suranta dan Pratana Puspa 2001
yang menemukan bahwa kepemilikan manajerial mempengaruhi investasi perusahaan meskipun hubungannya tidak dapat ditentukan dan juga menemukan
bahwa kepemilikan manajerial merupakan variabel eksogen terhadap investasi dan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian Untung
W. dan Hartini 2006. Penelitian mengenai pengaruh struktur kepemilikan manajerial terhadap
keputusan pendanaan telah dilakukan oleh banyak peneliti, diantaranya oleh Untung W. dan Hartini 2006, Mahadwartha 2002, Imanda F. Dan Moh. Nasir
2006. Hasil penelitian mereka menemukan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap keputusan pendanaan kebijakan
hutang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial maka akan semakin menurunkan hutang perusahaan. Penjelasan teori keagenan
mengatakan bahwa berkurangnya leverage disebabkan karena kekayaan pribadi manajemen berkaitan dengan kekayaan perusahaan sehubungan dengan
kepemilikan saham mereka dalam perusahaan, sehingga manajemen akan berusaha mengurangi hutangnya., karena jumlah hutang yang semakin meningkat
akan menimbulkan financial distress. Terjadinya financial distress akan mengakibatkan nilai perusahaan akan menagalami penurunan sehingga menguragi
kemakmuran pemilik saham. Penelitian ini mendukung hasil Chen dan Steiner
1999 dalam Imanda F. dan Moh. Nasir 2006:3. Hasil studi Faisal konsisten denagn hasil Moh’d et.al 1998, Jensen et.al 1992, Bathala et al 1994 serta
Fried dan Lang 1988 dalam Faisal 2003:145 menunjukkan bahwa struktur modal mempunyai hubungan negatif dengan insider ownership.
Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial dengan kebijakan dividen antara lain dilakukan oleh Sukmawati S. 2000 yang menemukan bahwa
kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen, dimana pada perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial yang
rendah atau bahkan sama sekali tidak memiliki kepemilikan manajerial, maka akan cenderung membagikan dividen yang tinggi. Hal ini dilakukan untuk
mengurangi konflik keagenan dan biaya keagenan yang tercipta. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Rozeff 1982 dalam Sukmawati S. 2000 : 55 yang
menyatakan bahwa pembagian dividen merupakan bagian dari firm’s optimum monitoring
atau bonding package dan akan menurunkan agency cost. Hasil penelitian Imanda F. dan Moh. Nasir menemukan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil ini konsisten dengan penelitian Wahidahwati 2002 dalam imanda F. dan Moh. Nasir 2006 :
7 yang menjelaskan bahwa bila manajer memiliki saham perusahaan yang tinggi, maka kekayaannya akan semakin tidak terdiversivikasi dengan baik, oleh karena
itu manajer mengharapakan return atas opportunity cost lebih besar yaitu dari pembagian dividen yang tinggi.
Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional terhadap keputusan investasi dilakukan oleh Untung W. dan Hartini 2006, namun hasil
penelitian mereka menemukan bahwa kepemilikan institusional tidak mempengaruhi semua keputusan keuangan. Hasil ini tidak sesuai dengan hasil
penelitian Fuerst dan Kang 2000 dan Smith 1992 dalam Untung W. dan Hartini 2006:4 yang menemukan hubungan positif antara institusional
ownership dengan nilai pasar setelah mengendalikan kinerja perusahaan.
Penelitian Crutchley 1999 dalam untung W. dan Hartini 2006 : 4 Penelitian mengenai kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang
dilakukan oleh Jensen, et.al., Bathala 1994, dan Moh’d, et al. 1998 serta konsisten dengan Shleifer dan Vishny 1986 dalam Faisal 2003:147 yang
menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Faisal
2003 serta Sujoko dan Ugy S. 2007. Semakin meningkat kepemilikan eksternal, maka akan semakin efektif kontrol perusahaan terhadap perilaku
manajer, sehingga manajer menggunakan hutang pada tingkat yang rendah. Selain itu, meningkatnya kepemilikan institusional juga dapat mengimbangi kebutuhan
terhadap hutang. Dengan demikian menyebabkan penggunaan hutang menurun, karena peranan hutang sebagai salah satu alat monitoring sudah diambil alih oleh
institutional investors . Dengan demikian dapat mengurangi agency cost of debt
Penelitian mengenai kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen dilakukan oleh Imanda F. dan Moh. Nasir 2006 yang mendukung penelitian
Crutchley 1999 dalam Imanda F. dan Moh. Nasir 2006:7 yang menemukan
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan dividen. Semakin tinggi kepemilikan institusional, maka akan semakin
kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dalam mengurangi agency cost, sehingga perusahaan cenderung memberikan dividen yang lebih rendah.
Hasil penelitian Eddy S. dan Pratana 2003 serta sukmawati S. 2000 menunjukkan estimasi positif meskipun tidak signifikan tetapi mendukung
beberapa hasil penelitian sebelumnya Wahidahwati, 2001; Jensen, et al., 1992; Chen dan steiner, 1999 dalam eddy S. dan Pratana, 2003:60 yang menyatakan
bahwa semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan, maka laba yang diperoleh juga akan semakin tinggi dan akan berdampak pada peluang investasi yang akan
datang. Myers dan Majluf 1984 dalam Faisal 2003:140 menyatakan bahwa
manajer mempunyai pecking order di dalam menahan laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan dengan hutang debt financing, kemudian
penerbitan saham baru. Profitabilitas yang semakin meningkat akan meningkatkan laba ditahan. Tersedianya dana intern yang meningkat tentunya akan menurunkan
minat perusahaan untuk melakukan pembiayaan perusahaan melalui hutang sehingga hutang pun akan menurun. Dengan demikian terdapat hubungan negatif
antara profitabilitas dan kebijakan hutang. Adanya hubungan negatif antara profitabilitas dan kebijakan hutang telah ditemukan oleh beberapa peneliti
diantaranya Moh’d, et al. 1998;Jensen, et al. 1992; Myers 1984 dalam Faisal 2003 : 140, Faisal 2003, dan Sujoko dan Ugy S. 2007.
2. Hubungan Struktur Kepemilikan dan Nilai Perusahaan