BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Kegiatan pasar modal di Indonesia resmi dimulai pada tahun 1977 sewaktu perusahaan PT. Semen Cibinong menerbitkan saham di BEI. Perkembangan pasar
modal Indonesia sangat lambat, ini dapat kita lihat bahwa pada sampai tahun 1982 baru 23 perusahaan yang menerbitkan sahamnya di BEI, tetapi setelah itu terhenti
pada angka 24 perusahaan sampai dengan tahun 1988. Baru kemudian pada tahun- tahun berikutnya terjadi peningkatan yang cukup pesat, yaitu mencapai 124
perusahaan pada tahun 1990. Hal ini dikarenakan pertama BAPEPAM mulai menetapkan kebijakan baru yang intinya BAPEPAM tidak ingin mencampuri
pembentukan harga saham di pasar perdana, kedua batasan perubahan harga saham maksimum sebesar empat persen setiap transaksi ditiadakan karena harga
yang terbentuk diserahkan pada kekuatan permintaan dan penawaran, dan ketiga yaitu ada dua kebijakan pemerintah yang mempunyai dampak sangat besar bagi
perkembangan pasar modal, dimana kebijakan tersebut diantaranya dikenakan pajak sebesar 15 atas bunga deposito yang semula ditunda dan diizinkannya
pemodal asing untuk membeli saham-saham yang terdaftar di BEI dengan maksud menambah supply dana jangka panjang karena perkembangan pasar modal akan
terjadi dengan baik kalau supply dan demand akan dana jangka panjang tersedia dalam jumlah yang cukup. Bahkan pada tahun 1995 mencapai lebih dari Rp. 130
Milyar dari kegiatan perdagangan sahamdan pada tahun 1997 sebelum terjadi krisis moneter pun dalam satu hari perdagangan mencapai lebih dari Rp. 500
Milyar. Tapi semenjak rentang tahun 1997 – 2000 pasar modal Indonesia dalam keadaan tidak stabil sebagai akibat krisis moneter. Meskipun di tahun 2000 situasi
perekonomian masih kurang menguntungkan, akan tetapi tahun tersebut mempunyai arti tersendiri bagi pasar modal Indonesia karena pada tanggal 11 Juli
2000 sistem perdagangan tanpa warkat scripless trading mulai diterapkan. Dengan diterapkannya sistem tersebut maka arus perpindahan efekdan dana
menjadi lebih efisien dan efektif sehingga likuiditas perdagangan saham akan meningkat. Selain itu, sistem tersebut dapat mengurangi resiko dalam pedagangan
saham seperti saham hilang, saham rusak, atau pemalsuan saham. Perubahan sistem perdagangan di bursa juga harus didukung dengan
adanya peraturan yang memadai. Untuk itu, beberapa peraturan baru maupun perubahan peraturan bursa telah disetujui oleh BAPEPAM seperti dalam hal
perubahan peraturan perdagangan, BAPEPAM telah menyetujui perubahan peraturan BEI tentang penerapan multi fraksi harga di bursa, sistem du-papan
perdagangan dan perubahan biaya transaksi, sedangkan dalam hal peraturan pencatatan, BAPEPAM telah menyetujui perubahan peraturan BEI tentang
pendaftaran saham atau waran perusahaan tercatat dalam peniyipan kolektif PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia dalam rangka imobilisasi, dan BAPEPAM juga
telah menyetujui perubahan peraturan BEI tentang ketentuan umum pencatatan efek bersifat ekuitas dan ketentuan tentang persyaratan dan prosedur pencatatan
saham di bursa.
Pada laporan BI akhir semester II tahun 2002, IHSG mengalami kenaikan dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap
dollar, menurunnya suku bunga SBI, dan rendahnya tingkat inflasi yang mengakibatkan suku bunga riil Indonesia lebih kompetitif. Begitu juga dengan
harga saham mengalami kenaikan tapi mengakibatkan turunnya volume dan nilai perdagangan, ini dikarenakan kenaikan IHSG belum diikuti peningkatan likuiditas
pasar, dimana transaksi saham yang dilakukan investor asing menurum sebagi akibat dari sentimen bursa regional dan dunia sehubungan dengan serangan AS
dan sekutunya ke Irak. Tapi pada laporan BI semester II tahun 2003, kondisi likuiditas pasar saham menunjukkan peningkatan karena indikator likuiditas pasar
volume, nilai, kapitalisasi pasar mengalami kenaikan yang cukup signifikan dimana nilai kapitalisasi pasar menurut data BI meningkat 48,3, yakni dari Rp.
460 Triliun pada akhir tahun 2004 menjadi Rp.683 Triliun pada 29 Desember 2004. Adapun total nilai transaksi meningkat 96,33, dari nilai transaksi 2003
sebesar Rp. 125,4 Triliun menjadi Rp. 246,2 Triliun. Sementara itu nilai transaksi harian meningkat 97,9, dari Rp. 518 Milyar pada 2003 menjadi Rp. 1,03 Triliun
pada tahun 2004. Jakarta, Tempo Interaktif dalam laporan kinerja sepanjang 2004, bursa
efek Indonesia menunjukkan pertumbuhan paling tinggi di Asia. Tercatat, IHSG pada akhir perdagangan 30 Desember 2004 ditutup pada posisi 1004,43 poin,
meningkat 44,93 dibandingkan 29 Desember 2004 yang berada di posisi 693,033. Namun berdasarkan paparan Kustodian Sentral Efek Indonesia KSEI
perdagangan bursa sepanjang tahun 2004 masih didominasi investor asing.
Berdasarkan data sampai akhir Desember 2004 tercatat 77 atau 297.966 investor di pasar saham merupakan investor asing. Sedangkan sisanya sebanyak 23 atau
89.779 investor lokal begitu juga pada tahun 2005 dan 2006.
B. Deskriptif Analisis