2. Hubungan Struktur Kepemilikan dan Nilai Perusahaan
Morck, et al. 1988 dan Mc. Connell dan Servaes 1990 dalam Mahadwartha 2003:56 menemukan hubungan yang non-monotonic antara
struktur kepemilikan dan nilai perusahaan yang diproksi dengan nilai tobin’s Q. Hasil penelitian mereka didukung oleh Luciana Spica A. 2006 yang menyatakan
bahwa hubungan positif terjadi antara nilai pasar ekuitas dengan persentase kepemilikan manajerial. Fuerst dan Kang 2000 dalam Untung W. dan Hartini
2006:4 serta Itturiaga dan Sanz 1998 dalam Mahadwartha 2003:56 menemukan hubungan yang positif antara struktur kepemilikan manajerial dan
penciptaan nilai dalam perusahaan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Untung W. dan Hartini 2006 yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun melalui keputusan pendanaan.
Sujoko dan Ugy S. 2007 menemukan bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian Sudarma 2003 dalam Sujoko dan Ugy S. 2007:46. Penelitian Slovin dan Sushka 1993 dalam Fifi S. 2004:64
menunjukkan bahwa nilai perusahaan dapat meningkat jika institusi mampu menjadi alat monitoring efektif. Smith 1996 dalam Fifi S. 2004:64
menunjukkan bahwa aktifitas monitoring institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan meningkatkan kemakmuran pemegang saham.
3. Hubungan Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan
Perluasan aktiva dan peluang investasi baru yang menguntungkan menjadi faktor yang secara potensial akan mempengaruhi tingkat dividen yang dibagikan
Partington, 1989 dalam Bahtiar Usman, 2006:32. Hal ini konsisten dengan model residual dividend dari Brigham dan Gapenski 1996 dalam Bahtiar Usman
2006:32 yang menyatakan bahwa pendanaan terhadap peluang investasi yang menguntungkan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dividen dibayarkan.
Myers Majluf 1984 dalam Hartini Prasetyaning 2005:211 menyatakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi diharapkan memiliki
kesempatan investasi yang tinggi. Untuk meningkatkan pertumbuhan yang tinggi, perusahaan memerlukan dana yang besar yang dibiayai dari sumber internal
perusahaan. Jika terdapat penurunan pembayaran dividen artinya perusahaan memiliki sumber dana internal yang cukup untuk perluasan investasi. Namun di
lain pihak, peningkatan dividen merupakan sinyal positif untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Manajemen memberikan sinyal positif kepada investor
melalui pembagian dividen, sehingga investor mengetahui terdapat peluang investasi di masa yang akan datang yang menjanjikan bagi nilai perusahaan
Miller dan Rock, 1985 dalam Hartini Prasetyaning 2005:212. Penelitian mengenai pengaruh investasi terhadap kebijakan dividen di
Indonesia antara lain telah dilakukan oleh Untung W. dan Hartini 2006; MG Kentris Muh. Yusuf 2005; Bahtiar Usman 2006; Sukmawati S. 2000; Sri
Hasnawati 2005; Tettet Fitrijanti dan Jogiyanto 2002; Imanda F. dan Moh. Nasir 2006; serta Sih Widhi 2006.
Keputusan investasi secara positif mempengaruhi keputusan pendanaan ditemukan oleh Sri Hasnawati 2005. Temuan ini mendukung temuan terdahulu
yang dilakukan oleh Myers 1984; Myers dan Majluf 1984 dalam Sri Hasnawati 2005:40. Secara tidak langsung keputusan investasi mempengaruhi
keputusan pendanaan melalui kebijakan dividen. Namun temuan ini bertentangan dengan hasil studi Kaaro dan Hartono 2002 dalam Sri Hasnawati 2005:40 yang
menyimpulkan bahwa investasi akan didanai oleh sumber internal terlebih dahulu sehingga keputusan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.
Agency theory dapat menjelaskan hubungan dividen dengan kebijakan
hutang melalui free cash flow hypothesis kas internal perusahaan digunakan untuk membayar dividen sehingga diperlukan tambahan dana eksternal melalui
hutang yang memprediksi bahwa dividen mempengaruhi hutang dengan hubungan yang positif Megginson, 1997 dalam Endar Pituriningsih, 2005:195.
Sedangkan Jensen, et.al 1992 dalam Faisal 2003:139 menyatakan pembayaran dividen muncul sebagai pengganti hutang dalam struktur modal untuk mengawasi
perilaku manajer. Dalam hal ini, perusahaan yang mempunyai dividen payout ratio
yang tinggi menyukai pendanaan dengan modal sendiri, sehingga mengurangi biaya keagenan hutang. Penelitian mengenai pengaruh kebijakan
dividen terhadap keputusan pendanaan dilakukan oleh Sekar Mayangsari 2001; Faisal 2003; Imanda F. dan Moh. Nasir 2006; Mahadwartha 2002; dan Endar
Pituriningsih 2005.
Penelitian mengenai pengaruh investasi terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Sri Hasnawati 2005; Hartini Prasetyaning 2005; serta Eddy
Suranta Pratana 2003. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, yang berarti
bahwa investasi akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil ini konsisten dengan pendapat Fama 1978 dalam Hartini Prasetyaning 2005:219 bahwa nilai
perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu maksimalisasi
nilai perusahaan dapat dicapai melalui kegiatan investasi perusahaan. Hasil penelitian mereka juga mendukung teori sinyal, dimana pengeluaran modal
perusahaan capital expenditure sangat penting dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. Adanya kegiatan investasi akan memberikan sinyal tentang
pertumbuhan pendapatan di masa yang akan datang dan mampu meningkatkan nilai pasar saham perusahaan. Fama dan French, 1998 dalam Sri Hasnawati,
2005:38. Dividen merupakan aliran kas masuk bagi pemegang saham, sehingga
semakin tinggi dividen, maka akan semakin sejahtera pemegang saham. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek perusahaan
yang bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat Rozeff, 1982 dalam Sri Hasnawati, 2005:39.
Penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Sri Hasnawati 2005 serta Sujoko dan
Ugy S. 2007.
Salah satu instrumen yang sangat sensitif terhadap nilai perusahaan adalah kebijakan hutang. Perusahaan diharapkan menjaga hutang pada tingkat tertentu
untuk meningkatkan nilai perusahaan. Walaupun tingkat hutang akan meningkatkan pula harga saham, tetapi jika telah mencapai titik tertentu maka
akan menurunkan nilai perusahaan Modigliani, Miller, dan Brigham, 1999 dalam Etty M. dan Fielyandi, 2006:106. Masulis 1980 dalam Sri Hasnawati 2005:38
menyatakan bahwa keputusan pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Apabila pendanaan didanai melalui hutang peningkatan tersebut terjadi akibat dari
efek tax deductible. Artinya perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat
memberi manfaat bagi pemegang saham. Penelitian mengenai pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai
perusahaan dilakukan oleh Etty M. dan Fielyandi 2006, Sri Hasnawati 2005, Eddy S. dan Pratana 2003, Sujoko dan Ugy S. 2007, Hartini Prasetyaning
2005, dan Untung W. dan Hartini Prasetyaning 2006. Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan
dengan teori, konsep jalur, dan hasil penelitian terdahulu maka skematis dapat dibuat kerangka pemikiran yang dapat dilihat dari path diagram berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Dari gambar di atas juga dapat menunjukkan keterangan- keterangan sebagai berikut, yaitu :
• gama yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel eksogen ke variabel endogen. Seperti dari X
1
ke Y
1
, X
1
ke Y
2
, dan X
1
ke Y
3
. • beta yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel
endogen ke variabel endogen lainnya. Seperti Y
1
ke Y
2
, Y
1
ke Y
3,
Y
1
ke Y
4,
Y
2
ke Y
3
, Y
2
ke Y
4
, dan Y
3
ke Y
4
. • ε residual variable yang berkaitan dengan variabel endogen.
Paradigma penelitian yang dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural adalah sebagai berikut :
Y
1
=
1
X
1
+ ε
.......... Persamaan
1 Y
2
=
2
X
1
+
1
Y
1
+ ε
.......... Persamaan
2 Y
3
=
3
X
1
+
2
Y
1
+
4
Y
2
+ ε ..........
Persamaan 3
Y
4
=
4
X
1
+
3
Y
1
+
5
Y
2
+
6
Y
3
+ ε ..........
Persamaan 4
Pada persamaan struktural pertama, X
1
merupakan variabel eksogen, Y
1
sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan
variabel endogen dan
1
adalah koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel eksogen X
1
ke variabel endogen Y
1
. Pada persamaan struktural kedua, X
1
merupakan variabel eksogen, Y
2
sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan
variabel endogen,
2
adalah koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari
variabel eksogen X
1
ke variabel endogen Y
2,
dan
1
yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y
1
ke variabel endogen Y
2
. Pada persamaan struktural ketiga, X
1
merupakan variabel eksogen, Y
3
sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan
variabel endogen,
3
adalah koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel eksogen X
1
ke variabel endogen Y
4, 2
yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y
1
ke variabel endogen Y
3, 4
yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y
2
ke variabel endogen Y
3
. Pada persamaan struktural keempat, X
1
merupakan variabel eksogen, Y
4
sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan
variabel endogen,
3
adalah koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel eksogen X
1
ke variabel endogen Y
3, 3
yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y
1
ke variabel endogen Y
4, 5
yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y
2
ke variabel endogen Y
4, 6
yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y
3
ke variabel endogen Y
4
. Penelitian ini diawali dengan mengamati perusahaan-perusahaan yang
terdaftar berturut-turut dalam Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004, 2005, dan 2006. Selanjutnya dari perusahaan-perusahaan tersebut, peneliti mengambil data
laporan keuangan yang berupa total aktiva, total hutang, total ekuitas, laba bersih tersedia bagi pemegang saham, earning per share EPS, dividen per share DPS,
persentase kepemilikan saham, harga penutupan, kapitalisasi pasar, dan jumlah
saham beredar. Data tersebut selanjutnya diolah untuk mendapatkan variabel- variabel yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian ini melibatkan variabel laten
dan beberapa indikator sebagai variabel manifest. Variabel laten yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator
sebagai proksi dan variabel manifest adalah variabel yang secara langsung dapat diukur.
Variabel laten terdiri dari variabel endogen dan variabel eksogen. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah keputusan investasi Y
1
, kebijakan dividen Y
2
, kebijakan hutang Y
3
, dan nilai perusahaan Y
4
. Sedangkan variabel eksogennya adalah struktur kepemilikan X
1
. Setelah variabel manifest indikator tersebut diperoleh maka dilakukan
pengujian dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling SEM. Metode ini dibantu dengan program Lisrel Linear Structural Relationship 8.54.
D. Hipotesis