yang bernilai positif dan hampir seluruh perusahaan memiliki nilai Tobin’s Q lebih dari 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan di Bursa
Efek Indonesia pada periode 2004 sampai 2006 memiliki nilai perusahaan yang cenderung baik dan meningkat.
C. Pengujian dan Pembahasan Hipotesis
1. Pengujian Hipotesis a.
Uji t Pengujian pertama yang dilakukan adalah uji t, yaitu untuk mengetahui
apakah terjadi trimming atau tidak antara indikator terhadap variabel latennya. Hasil pengujian tersebut dapat ditunjukkan pada path diagram berikut :
Path diagram di atas menunjukkan bahwa pada seluruh indikator mempunyai nilai signifikan terhadap variabel latennya. Tetapi pada Y
1,
Y
4,
Y
6
, Y
8
, tidak terdapat nilai t hitung, ini dikarenakan salah satu indikator pengukuran dari variabel laten tidak ditetapkan nilai loadingnya menjadi 1 Imam Ghozali dan
Fuad, 2005. Akibatnya variabel laten secara default akan distandarkan oleh LISREL sehingga indikator dari variabel laten endogen tidak memiliki nilai
standar error dan nilai t tidak dapat ditentukan. Agar hasil yang diperoleh lebih bermakna, maka ditentukan unit pengukuran variabel laten dalam hubungannya
dengan variabel observed sehingga akan memudahkan dalam membandingkan besarnya pengaruh antara variabel laten pada persamaan strukturalnya Imam
Ghozali dan Fuad, 2005. Oleh karena itu Y
1
, Y
4
, Y
6
, dan Y
8
ditentukan nilainya sama dengan masing-masing variabel endogennya. Y
1
sama dengan keputusan investasi, Y
4
sama dengan kebijakan dividen, Y
6
sama dengan kebijakan hutang, Y
8
sama dengan nilai perusahaan. Indikator yang ditentukan sama dengan variabel latennya disebut sebagai variabel reference, yaitu indikator yang paling
representatif mewakili variabel latennya. Begitu juga X
2
yang nilainya ditentukan sama dengan variabel latennya yaitu struktur kepemilikan. Ini
dikarenakan t-hitung pada X
2
-15.4780 lebih kecil dari t-tabel -1.980 dan lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan X
3
yang t hitungnya 12.8532 lebih besar dari t tabel 1.980, sehingga dapat dikatakan sebagai indikator yang paling
representatif terhadap variabel latennya, yaitu struktur kepemilikan. Dari keterangan tersebut maka dapat diperoleh hasil pengujian sebagai berikut :
b. Penilaian Model Fit
Penilaian model fit adalah bagian dari SEM. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah output yang dihasilkan mempunyai nilai fit atau tidak. Nilai fit
dalam suatu model dapat dilihat dari beberapa indikator goodness of fit index. Output yang dihasilkan dari penelitian awal menunjukkan bahwa model adalah
tidak bagus atau tidak fit. Ini dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4.7
Pengujian Kesesuaian Model
Indikator Fit Nilai yang Direkomendasikan
Hasil Model
Evaluasi Model Absolute Fit
Probabilitas P 0.05 tidak signifikan 0.0000 Signifikan
Normed Chi- Square
X
2
df ≤ 2
2 X
2
df 5 5.5918
Tidak fit
RMSEA 0.10
0.05 0.01
0.1891 Tidak fit
P-value for test of close fit
0.05 0.0000
Tidak fit GFI
0.90 0.7200
Tidak fit AGFI
0.90 0.5253
Tidak fit Comparative Fit
NFI 0.9
0.7612 Tidak fit
NNFI or Tucker Lewis Index TLI
0.9 0.7003
Tidak fit CFI 0.9
0.7912 Tidak
fit RFI 0.9
0.6574 Tidak
fit Parsimonious Fit
PNFI 0 – 1 lebih besar lebih baik
0.5306 Kurang baik
PGFI 0 – 1 lebih besar lebih baik
0.4246 Kurang baik
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan model dinyatakan tidak fit. Ini dapat dilihat dari :
• Nilai probabilitas yang jauh dari nilai kritis, dimana nilai kritisnya lebih besar dari 0.05, sedangkan hasil modelnya adalah 0.0000.
• Nilai RMSEA yang lebih besar dari 0.10 yaitu sebesar 0.1891, sedangkan suatu model dikatakan fit jika RMSEA kurang dari 0.10 sehingga model
dikatakan jauh dari fit. • Nilai GFI dan AGFI yang kurang dari 0.90 sehingga model dapat
dikatakan tidak fit. • Nilai NFI yang besarnya kurang dari 0.90, begitu juga nilai NNFI, CFI,
dan RFI yang kurang dari 0.90 sehingga dapat dikatakan model tidak fit. • Nilai PNFI dan PGFI dikatakan tidak fit, karena hanya mempunyai nilai
0.5306 untuk PNFI dan 0.4246 untuk PGFI sedangkan nilai yang dianjurkan 0 – 1 lebih besar lebih baik.
Model yang tidak fit dapat menyebabkan penelitian ini tidak berarti, karena salah satu tujuan dari analisis SEM adalah menentukan model yang fitbaik
dalam permodelan struktural dan juga model measurement. Oleh karena itu untuk model yang fit diperlukan beberapa modifikasi indeks untuk menjawab
pertanyaan mengenai parameter mana yang ditambahkan pada model sehingga menghasilkan model yang fit.
Modifikasi indeks menginformasikan penurunan nilai chi-square jika parameter yang sebelumnya merupakan parameter yang ditentukan nilainya
sekarang menjadi parameter yang diestimasi dan model kemudian diestimasi
ulang. Modifikasi indeks yang paling besar menginformasikan parameter mana yang harus dijadikan free dengan menambah hubungan langsung dan atau
menambah jumlah kovarians. Modifikasi dapat dilakukan apabila chi-square menurun minimal 3.84 semakin besar semakin baik Imam Ghozali dan Fuad,
2005. Modifikasi yang dianjurkan oleh LISREL dapat digambarkan pada path
diagram sebagai berikut :
1. Mengkorelasikan dua indikator X
2
kepemilikan institusional dan X
1
kepemilikan manajerial, karena dengan mengkorelasikan indikator tersebut maka akan menurunkan chi-square sebesar 41.9 lampiran III:12
dan menghasilkan kovarians baru yaitu sebesar 0.00. Korelasi tersebut juga dapat didukung dengan penelitian Bathala 1994 dalam Faisal 2003:
117 dan juga Crutchley 1999 dalam Etty M. Fielyandi 2006 yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial mempunyai hubungan negatif
dengan kepemilikan institusional dimana kehadiran institutional ownership
pada perusahaan efektif dalam melakukan monitoring terhadap perilaku manajer, dan menggantikan peran hutang dalam mengurangi
agency problem sehingga mengurangi biaya keagenan.
2. Mengkorelasikan dua indikator yaitu Y
4
Dividend Payout Ratio dan Y
2
MVEBVE, karena dengan mengkorelasikan kedua indikator tersebut maka akan menurunkan chi-square sebesar 37.5 dengan kovarians baru
yaitu sebesar -0.01 lampiran IV:16. Korelasi tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tettet Fitrijanti Jogiyanto 2002 yang
menyatakan bahwa rasio MVABVA, MVEBVE, dan PER yang diuji dengan analisis sensitivitas-rasio individual menunjukkan hubungan
positif signifikan dengan Dividend Payout Ratio DPR. Sedangkan penelitian Smith Watts 1992 dalam MG. Kentris Muh. Yusuf
menemukan hubungan negatif meskipun tidak signifikan antara MVEBVE dengan Dividend Payout Ratio DPR. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan yang profitable memiliki dorongan untuk membayar dividen lebih rendah guna membiayai proyek-proyek investasinya.
3. Menambah path hubungan antara Y
4
dan Keputusan Investasi Y
4
Dividend Payout Ratio selain merupakan indikator dari kebijakan dividen juga dapat menjadi indikator dari keputusan investasi, karena
dengan menambah hubungan dari indikator tersebut ke variabel laten keputusan investasi maka akan menurunkan chi-square sebesar 30.3
lampiran V:20. Hubungan tersebut juga berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Smith dan Watts 1992 dalam MG Kentris Muh.
Yusuf 2005:120 serta Bahtiar Usman 2006 yang menyatakan bahwa pelauang investasi yang tinggi pada masa yang akan datang akan
menyebabkan adanya penahanan untuk pengeluaran dividen untuk membiayai investasi di masa datang. Maka dapat dikatakan bahwa
Dividend Payout Ratio DPR juga merupakan indikator dari keputusan
investasi.
Berdasarkan beberapa modifikasi yang dilakukan dalam LISREL Linier Structural Relationship
, maka dapat diperoleh output kesesuaian model sebagai berikut.
Tabel 4.8 Pengujian Kesesuaian Model
Indikator Fit Nilai yang Direkomendasikan
Hasil Model
Evaluasi Model Absolute Fit
Probabilitas P 0.05 tidak signifikan 0.0001 Signifikan
Normed Chi- Square
X
2
df ≤ 2
2 X
2
df 5 2.2430
Fit
RMSEA 0.10
0.05 0.01
0.1011 Cukup fit
P-value for test of close fit
0.05 0.0820
Fit GFI
0.90 0.8467
Cukup fit AGFI
0.90 0.7343
Kurang fit Comparative Fit
NFI 0.9 0.9063
Fit NNFI or Tucker
Lewis Index TLI 0.9
0.9189 Fit
CFI 0.9 0.9447
Fit RFI 0.9
0.8626 Cukup
fit Parsimonious Fit
PNFI 0 – 1 lebih besar lebih baik
0.6179 Cukup baik
PGFI 0 – 1 lebih besar lebih baik
0.4885 Kurang baik
Sumber : data diolah
Output di atas dapat menunjukkan bahwa hampir seluruh indikator fit menunjukkan model cukup fit. Hal ini dapat ditunjukkan dari beberapa indikator
fit di antaranya adalah : • Normed chi-square yang mempunyai nilai sebesar 2.243, karena nilai
tersebut mendekati nilai yang direkomendasikan ≤ 2 maka dapat dikatakan
bahwa model tersebut fit. Hal ini disesuaikan dengan standar penilaian kesesuaian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu Kelloway 1998
dalam Malla Bahagia 2007 menyatakan bahwa model dikatakan fit apabila 2 X
2
df 5 dan dikatakan overfitting jika nilai normed chi- square
≤ 2. Selain itu Carmines dan Melver 1981 dalam Imam Ghozali 2005 menganjurkan normed chi-square sebesar 2 sedangkan nilai yang
dihasilkan model di atas sedikit lebih besar dari 2 sehingga dapat disimpulkan bahwa model memiliki fit yang cukup baik.
• RMSEA Root Mean Square Error of Approximation yang menunjukkan model yang cukup fit, karena RMSEA model di atas memiliki nilai 0.1011
yang sedikit lebih besar dari 0.10. • P-value for test of close fit menunjukkan nilai 0.0082 sedangkan nilai yang
direkomendasikan adalah 0.05 sehingga dapat dikatakan nilai P-value for test of close fit
model di atas mendekati kurang fit. • GFI Goodness of Fit Index yang mempunyai nilai sebesar 0.8467. Nilai
tersebut sedikit lebih kecil dari nilai yang direkomendasikan yaitu 0.90, tetapi model dapat dikatakan cukup fit.
• AGFI Adjusted Goodness of Fit Index yang mempunyai nilai sebesar 0.7343 lebih kecil dari nilai yang direkomendasikan yaitu 0.90, sehingga
dapat dikatakan model kurang fit. • NFI Normed Fit Index menunjukkan bahwa model fit. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai NFI model sebesar 0.9063 sesuai dengan rekomendasi nilai NFI yaitu 0.90.
• NNFI atau Tucker Lewis Index TLI yang mempunyai nilai sebesar 0.9189 sesuai dengan rekomendasi nilai NNFI yaitu 0.90 sehingga dapat
dikatakan bahwa model fit. • CFI Comparative Fit Index mempunyai nilai sebesar 0.9447 sesuai
dengan rekomendasi nilai CFI yaitu 0.90 sehingga dapat dikatakan model fit.
• RFI Relative Fit Index yang menunjukkan bahwa model cukup fit. Hal ini dapat terlihat dari nilai RFI model sebesar 0.8626 yang sedikit lebih
kecil dari nilai rekomendasi RFI yaitu 0.90, sehingga dapat dikatakan bahwa model cukup fit.
• PNFI Parsimony Normed Fit Index menunjukkan bahwa model cukup baik, ini dapat dilihat dari nilai PNFI model sebesar 0.6179, sedangkan
nilai PGFI Parsimony Goodness Fit mempunyai nilai sebesar 0.4885 sehingga dikatakan bahwa model kurang fit namun kedua nilai tersebut
masih dalam interval rekomendasi, yaitu 0 – 1 sehingga kedua indikator parsimonious fit
model dapat dikatakan mendekati fit meskipun nilai yang lebih besar lebih baik.
Jadi dari kesimpulan dari uji kesesuaian fit menunjukkan bahwa secara keseluruhan model dikatakan cukup fit karena masih ada keterbatasan-
keterbatasan pada beberapa indikator fit yang menunjukkan nilai yang kurang dari nilai yang direkomendasikan.
c. Evaluasi Model Pengukuran
Setelah melakukan pengujian model fit dan menunjukkan bahwa model cukup fit secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya yaitu evaluasi model
pengukuran yang berfokus pada hubungan-hubungan antara variabel laten dan indikatornya variabel manifest. Tujuan dalam mengevaluasi model pengukuran
ini adalah untuk menentukan kemampuan suatu indikator dalam mengukur variabel latennya dan untuk mengetahui seberapa besar proporsi varians yang
dijelaskan oleh variabel latennya sedangkan sisanya dijelaskan oleh measurement error
. Evaluasi model pengukuran dapat ditunjukkan pada path diagram berikut :
Berdasarkan path diagram di atas dapat menunjukkan hubungan indikator terhadap variabel latennya yaitu sebagai berikut :
• X
1
Kepemilikan Manajerial terhadap Struktur Kepemilikan Kepemilikan manajerial mempunyai koefisien unstandardized estimate
pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur kepemilikan. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai t-hitung yang sebesar 0.3284 lebih kecil dibandingkan
dengan t-tabel sebesar 1.980 dan koefisien pengaruh sebesar 0.01334. • X
2
Kepemilikan Institusional terhadap Struktur Kepemilikan Kepemilikan institusional merupakan indikator dari struktur kepemilikan,
dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Sehingga variabel ini merupakan variabel yang signifikan dengan koefisien unstandardized estimate
pengaruh sebesar 1.000 terhadap struktur kepemilikan. • X
3
Kepemilikan Publik terhadap Struktur Kepemilikan Kepemilikan publik mempunyai koefisien unstandardized estimate
pengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur kepemilikan. Hal ini dapat ditunjukkan dari nilai t-hitung yang sebesar -22.5724 lebih kecil dibandingkan
dengan t-tabel sebesar -1.980 dan koefisien pengaruh sebesar -0.9797. • Y
1
Rasio PPE terhadap Keputusan Investasi Rasio PPE merupakan indikator dari keputusan investasi, dimana indikator
ini paling mewakili variabel latennya. Sehingga variabel ini merupakan variabel yang signifikan dengan koefisien unstandardized estimate pengaruh sebesar
1.000 terhadap keputusan investasi.
• Y
2
Rasio MVEBVE terhadap Keputusan Investasi Rasio MVEBVE mempunyai koefisien unstandardized estimate
pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasi. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung sebesar 4.7926 lebih besar dari nilai t tabel sebesar
1.980 dan koefisien pengaruh sebesar 15.2202. • Y
3
Rasio MVABVA terhadap Keputusan Investasi Rasio MVABVA mempunyai koefisien unstandardized estimate
pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan investasi. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung sebesar 4.8309 lebih besar dari nilai t tabel sebesar
1.980 dan koefisien pengaruh sebesar 9.2809. • Y
4
Dividend Payout Ratio terhadap Kebijakan Dividen Dividend Payout Ratio
merupakan indikator dari kebijakan dividen, dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Sehingga variabel ini
merupakan variabel yang signifikan dengan koefisien unstandardized estimate pengaruh sebesar 1.000 terhadap kebijakan dividen.
• Y
4
Dividend Payout Ratio terhadap Keputusan Investasi Dividend Payout Ratio
DPR mempunyai koefisien unstandardized estimate
pengaruh negatif dan signifikan terhadap keputusan investasi. Hal ini ditunjukkan dari nilai t-hitung sebesar -3.9538 lebih kecil dari t-tabel sebesar -
1.980 dan koefisien pengaruh sebesar -0.4524. • Y
5
Dividend Yield terhadap Kebijakan Dividen Dividend yield
mempunyai koefisien unstandardized estimate pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini ditunjukkan dari nilai t
hitung 34.2116 lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1.980 dan koefisien pengaruh sebesar 0.9691.
• Y
6
Debt Ratio terhadap Kebijakan Hutang Debt ratio
merupakan indikator dari kebijakan hutang, dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Sehingga variabel ini merupakan variabel
yang signifikan dengan koefisien unstandardized estimate pengaruh sebesar 1.000 terhadap kebijakan hutang.
• Y
7
Debt to Equity Ratio terhadap Kebijakan Hutang Debt to Equity Ratio
DER mempunyai koefisien unstandardized estimate pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini ditunjukkan
dari nilai t-hitung sebesar 51.7183 lebih besar dari nilai t tabel sebesar 1.980 dan koefisien pengaruh sebesar 3.5593.
• Y
8
Price Earning Ratio terhadap Nilai Perusahaan Price Earning Ratio
PER merupakan indikator dari nilai perusahaan, dimana indikator ini paling mewakili variabel latennya. Sehingga variabel ini
merupakan variabel yang signifikan dengan koefisien unstandardized estimate pengaruh sebesar 1.000 terhadap nilai perusahaan.
• Y
9
Tobin’s Q terhadap Nilai Perusahaan Tobin’s Q mempunyai koefisien unstandardized estimate pengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung sebesar 4.6774 lebih besar dari nilai t hitung sebesar 1.980 dan koefisien
pengaruh sebesar 0.1719.
• Korelasi antara Y
4
Dividend Payout Ratio dan Y
2
Rasio MVEBVE Korelasi antara Dividend Pyout Ratio DPR dan rasio MVEBVE
menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan. Hal ini ditunjukkan dari nilai t- hitung sebesar -5.2554 lebih kecil dari t-tabel sebesar 1.980 dan koefisien
unstandardized estimate pengaruh sebesar -0.0125.
• Korelasi antara X
2
Kepemilikan Institusional dan X
1
Kepemilikan Manajerial
Korelasi antara Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial menunjukkan pengaruh negatif dan signifikan. Hal ini ditunjukkan dari nilai t-
hitung sebesar -5.4071 lebih kecil dari nilai t-tabel sebesar 1.980 dan memiliki nilai koefisien unstandardized estimate pengaruh sebesar -0.0019.
2. Pembahasan Hipotesis
Pembahasan hipotesis dalam penelitian ini berkaitan dengan model struktural, yaitu mengenai hubungan-hubungan antara variabel eksogen dan
endogen yang diberi simbol Gamma dan hubungan antara variabel endogen yang diberi simbol Beta . Tujuan dalam menilai model struktural adalah untuk
memastikan bagaimana hubungan-hubungan yang dihipotesiskan pada model konseptualisasi. Output hubungan antara variabel eksogen dan endogen
maupun hubungan antara variabel endogen dapat ditunjukkan pada path diagram
berikut :
Berdasarkan output path di atas dapat dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 4.9
Hubungan Beta Gamma Hipotesis
Variabel Independen
Variabel Dependen
Koefisien Pengaruh t hitung
Kesimpulan
H
1a
Struktur Kepemilikan
Keputusan Investasi
-0.0945 -1.4182 Tidak
Signifikan H
1b
Struktur Kepemilikan
Kebijakan Dividen
-0.8615 -18.7003 Signifikan
H
1c
Struktur Kepemilikan
Kebijakan Hutang
-1.6136 -2.6557 Signifikan
H
1d
Struktur Kepemilikan
Nilai Perusahaan
2.4138 0.2990 Tidak
Signifikan H
2a
Keputusan Investasi
Kebijakan Dividen
-1.1138 -4.6898 Signifikan
H
2b
Keputusan Investasi
Kebijakan Hutang
-1.1914 -1.4439 Tidak
Signifikan H
2c
Keputusan Investasi
Nilai Perusahaan
54.0938 2.9056 Signifikan
H
3a
Kebijakan Dividen
Kebijakan Hutang
-1.2672 -1.8846 Tidak
Signifikan H
3b
Kebijakan Dividen
Nilai Perusahaan
2.8690 0.3281 Tidak
Signifikan H
4
Kebijakan Hutang
Nilai Perusahaan
0.9601 0.7005 Tidak
Signifkan
Sumber : Data diolah
Pada tabel di atas menunjukkan beberapa hubungan antar variabel laten yang signifikan sehingga dapat digambarkan pada path diagram di bawah ini :
Jadi dengan melihat output yang diperoleh dari path diagram dan ditunjukkan dengan tabel, maka didapatlah hasil penelitian sebagai berikut :
a Struktur Kepemilikan Terhadap Keputusan Investasi
Tabel di atas menunjukkan adanya pengaruh negatif dan tidak signifikan antara struktur kepemilikan terhadap keputusan investasi. Ini dapat dilihat dari t-
hitung sebesar -1.4182 yang lebih besar dari t-tabel yang sebesar -1.980 dan koefisien pengaruh sebesar 0.0945. Artinya semakin tinggi struktur kepemilikan
saham perusahaan maka akan menurunkan kesempatan investasi perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Crutchley dan Hansen 1989 dalam
Luciana Spica 2006:6 yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai book to market
yang tinggi berarti perusahaan tersebut memiliki kesempatan investasi yang rendah. Kesempatan investasi yang rendah akan mengurangi
keatraktifan manajer sehingga manajer akan mengurangi kepemilikan sahamnya. b
Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Dividen Tabel di atas menunjukkan adanya pengaruh negatif dan signifikan antara
struktur kepemilikan saham perusahaan dengan kebijakan dividen. Hal ini ditunjukkan nilai t-hitung sebesar -18.7003 yang lebih kecil dari nilai t-tabel
sebesar -1.980 dan koefisien pengaruh yaitu sebesar -0.8615, artinya semakin tinggi struktur kepemilikan saham maka semakin rendah dividen yang dibagikan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rozeff 1982 dalam Muslimin 2006 yang menyatakan bahwa dividen yang tinggi dibayarkan oleh perusahaan
dengan kepemilikan manajerial yang rendah. Peningkatan dividen dilakukan perusahaan untuk memperkuat posisi perusahaan dalam mencari tambahan dana
dari pasar modal. Perusahaan diawasi oleh tim pengawas pasar modal atau kreditur sehingga pengawasan terhadap perilaku manajer lebih efektif dan
mengurangi agency cost perusahaan. Penelitian ini juga mendukung penelitian Imanda F. Moh. Nasir 2006
yang menyatakan bahwa semakin tinggi kepemilikan instutusional maka semakin kuat kontrol ekternal terhadap perusahaan kinerja manajemen dan mengurangi
biaya keagenan, sehingga perusahaan akan cenderung memberikan dividen yang rendah. Hal ini menunjukkan adanya hubungan subtitusi antara kepemilikan
institusional dan kebijakan dividen dalam mekanisme pengurangan agency problem
. c
Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang menunjukkan
arah negatif dan signifikan antara struktur kepemilikan saham perusahaan dan kebijakan hutang. Hal ini ditunjukkan nilai t-hitung sebesar -2.6557 yang lebih
kecil dari nilai t-tabel sebesar -1.980 dan koefisen pengaruh, yaitu -1.6136, artinya semakin tinggi struktur kepemilikan maka semakin rendah hutang perusahaan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Jensen, et.al 1992 dalam Muslimin 2006 yang menyatakan bahwa jika manajer memiliki kepemilikan saham yang
tinggi, maka mereka akan mengurangi tingkat hutang secara optimal untuk menyelaraskan kepentingan. Selain itu hasil penelitian ini sesuai dengan
pernyataan Cruchley, et.al 1999 dalam Etty M. Fielyandi 2006 dan mendukung hasil penelitian Faisal 2003 dan Muslimin 2006 yang menyatakan
bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional, maka menyebabkan usaha
monitoring semakin efektif, karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik
manajer dan memaksa manajer untuk mengurangi tingkat hutang secara optimal, sehingga akan mengurangi agency cost. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional memiliki efek substitusi terhadap kebijakan hutang dalam mengurangi biaya keagenan
d Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan
Struktur kepemilikan memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung sebesar 0.2990
lebih kecil dari nilai t tabel sebesar 1.980 dan koefisien pengaruh sebesar 2.4138. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Steiner 1998 dalam Muslimun 2006
yang menemukan bahwa institutional ownership dan insider ownership berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Artinya dengan peningkatan
kepemilikan saham institusional maka akan meningkatkan nilai perusahaan, hal ini disebabkan oleh peranan institusional sebagai alat monitoring dalam
meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Untung W. Hartini P.
2006 yang menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial
akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham luar institusi, sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta
menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Oleh karena itu, manajemen akan cenderung lebih giat untuk kepentingan
pemegang saham yang tak lain adalah dirinya. Hal ini akan mendorong peningkatan nilai perusahaan.
e Keputusan Investasi Terhadap Kebijakan Dividen
Pengaruh keputusan investasi terhadap kebijakan dividen menunjukkan arah negatif dan signifikan dengan nilai t-hitung sebesar -4.6898 lebih kecil dari
nilai t-tabel sebesar -1.980 dan koefisien pengaruh sebesar -1.1138, artinya semakin tinggi investasi perusahaan akan menurunkan besarnya dividen yang
dibagikan perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Untung W. dan Hartini 2006, Bahtiar Usman 2006, Sukmawati S. 2000, Tettet Fitrijanti
dan Jogiyanto 2002, serta Sih Widhi 2006. Selain itu, hasil penelitian ini mendukung model residual dividend oleh
Brigham dan Gapenski 1996 dalam Bahtiar Usman 2006 yang menyatakan bahwa pendanaan terhadap peluang investasi yang menguntungkan harus
dilakukan terlebih dahulu sebelum dividen dibayarkan. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi diharapkan memiliki kesempatan investasi yang tinggi.
Untuk meningkatkan pertumbuhan yang tinggi, perusahaan memerlukan dana yang besar yang dibiayai dari sumber internal perusahaan. Jika terdapat
penurunan pembayaran dividen artinya perusahaan memiliki sumber dana internal yang cukup untuk perluasan investasi.
f Keputusan Investasi Terhadap Kebijakan Hutang
Pengaruh keputusan investasi terhadap kebijakan hutang menunjukkan arah negatif dan tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dari nilai t-hitung sebesar -
1.4439 yang lebih besar dari nilai t-tabel sebesar -1.980 dan koefisien pengaruh
sebesar -1.1914. Hasil ini sesuai dengan penelitian Noronha, et.al 1996 dalam Sekar Mayangsari 2001:16 yang menyatakan bahwa perusahaan yang
mempunyai pertumbuhan tinggi IOS yang tinggi akan cenderung menahan labanya untuk kepentingan reinvestasi dan mengurangi pembayaran dividen.
Berkurangnya pembayaran dividen ini akan meningkatkan modal sendiri perusahaan. Karena itu perusahaan tidak perlu menambah dana dari luar sehingga
dapat mengurangi hutang perusahaan. Selain itu hasil penelitian ini juga mendukung pernyataan Smith Watts 1992 dalam Yeye Susilowati 2003:28
yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki growth option yang tinggi akan disertai leverage yang rendah.
g Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan
Keputusan investasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari t hitung sebesar 2.9056 yang lebih besar
dari t tabel sebesar 1.980 dan koefisien pengaruh sebesar 54.0938, artinya semakin tinggi investasi maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil ini
sesuai dengan penelitian Sri Hasnawati 2005 serta mendukung teori persinyalan Fama French 1998 dalam Untung W. Hartini P. 2006 yang menyatakan
bahwa kegiatan investasi akan memberi sinyal positif tentang pertumbuhan pendapatan perusahaan yang diharapkan di masa mendatang, sehingga
meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan. Kesimpulan tersebut didasarkan pada asumsi bahwa maksimalisasi nilai perusahaan akan
dicapai melalui pemilihan investasi yang menguntungkan, yaitu investasi yang memberikan NPV positif
h Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang
Pengaruh kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang menunjukkan arah yang negatif dan tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan t-hitung sebesar -1.8846
yang lebih besar dari nilai t-tabel sebesar -1.980 dan koefisien pengaruh yang sebesar -1.2672. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Faisal 2003 yang
menemukan bahwa dividend payment mempunyai pengaruh negatif terhadap debt ratio
. Hal ini dikarenakan pembayaran dividen muncul sebagai pengganti hutang di dalam struktur modal untuk mengawasi perilaku manajer, sehingga akan
mengurangi biaya keagenan. Selain itu, hasil penelitian ini mendukung penelitian Jensen, et.al 1992
dalam Sekar Mayangsari 2001 yang menyatakan bahwa apabila perusahaan menggunakan tingkat hutang yang tinggi, maka ada kemungkinan bahwa dalam
jangka panjang perusahaan tidak akan mampu membayar dividen yang stabil karena sebagian besar keuntungannya digunakan untuk membayar beban tetap
hutang. i
Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung sebesar 2.3281 lebih kecil dari t tabel sebesar 1.980 dan koefisien pengaruh yaitu sebesar 2.8690, artinya semakin
besar dividen yang dibagikan maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Arah pengaruh positif dari hasil penelitian ini mendukung signalling
theory yang dikembangkan oleh Ross 1978; Bhattacharya 1979; dan Rozeff
1982 dalam Sri Hasnawati 2005 menyatakan bahwa pembayaran dividen berisi
informasiisyarat tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Sri Hasnawati 2005, Muslimun 2006, serta Sujoko Ugy S. 2007 yang menemukan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. j
Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan hutang memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan. Hal ini ditunjukkan dari nilai t hitung sebesar 0.7005 yang lebih kecil dari t tabel sebesar 1.980 dan koefisien pengaruh sebesar 0.9601. Penelitian
ini mendukung penelitian Steiner 2004 dalam Muslimin 2006 yang menemukan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan. Pengaruh positif ini menunjukkan bahwa peran leverage turut membantu dalam monitoring tindakan dan perilaku manajer sehingga
meningkatkan nilai perusahaan dan mengurangi konflik keagenan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Sri Hasnawati 2005 dan Hartini
Prasetyaning 2005.
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka penelitian ini dapat diambil kesimpulan yang merupakan
jawaban dari perumusan masalah adalah sebagai berikut : 1.
Pengaruh struktur kepemilikan terhadap keputusan investasi, kebijakan dividen, kebijakan hutang, dan nilai perusahaan.
a Terdapat koefisien pengaruh negatif dan tidak signifikan antara struktur
kepemilikan terhadap keputusan investasi. Ini sesuai dengan penelitian Crutchley dan Hansen 1989 dalam Luciana S. 2006 yang menyatakan
bahwa perusahaan dengan book to market yang tinggi mencerminkan perusahaan dengan kesempatan investasi yang rendah sehingga
mengurangi keatraktifan manajer atau dengan kata lain manajer akan mengurangi kepemilikan sahamnya jika perusahaan memiliki book to
market yang tinggi.
b Struktur kepemilikan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap
kebijakan dividen. Ini menggambarkan bahwa semakin tinggi struktur kepemilikan baik kepemilikan manajerial, institusi, maupun publik maka
akan semakin rendah dividen yang dibagikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rozeff 1982 dalam Muslimin 2006 yang menyatakan
bahwa dividen yang tinggi dibayarkan oleh perusahaan dengan
kepemilikan manajerial yang rendah. Peningkatan dividen dilakukan perusahaan untuk memperkuat posisi perusahaan dalam mencari tambahan
dana dari pasar modal. Perusahaan diawasi oleh tim pengawas pasar modal atau kreditur sehingga pengawasan terhadap perilaku manajer lebih efektif
dan mengurangi agency cost perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga mendukung penelitian Imanda F. Moh. Nasir 2006.
c Pengaruh negatif dan signifikan juga ditunjukkan oleh variabel struktur
kepemilikan terhadap kebijakan hutang. Ini menggambarkan bahwa semakin tinggi struktur kepemilikan baik kepemilikan manajerial, institusi,
maupun publik maka akan semakin rendah hutang yang digunakan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Jensen, et.al 1992 dalam
Muslimin 2006 yang menyatakan bahwa jika manajer memiliki kepemilikan saham yang tinggi, maka mereka akan mengurangi tingkat
hutang secara optimal untuk menyelaraskan kepentingan. Selain itu hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Cruchley, et.al 1999 dalam Etty
M. Fielyandi 2006 dan mendukung hasil penelitian Faisal 2003 dan Muslimin 2006.
d Struktur kepemilikan memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan
terhadap nilai perusahaan. Ini menunjukkan bahwa peningkatan struktur kepemilikan akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Steiner 1998 dalam Muslimun 2006 yang menemukan bahwa institutional ownership dan insider ownership
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Artinya dengan