B. Penelitian Terdahulu
Untung Wahyudi dan Hartini 2006 melakukan penelitian untuk mengetahui implikasi struktur kepemilikan terhadap nilai perusahaan dengan
keputusan keuangan sebagai variabel intervening. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap
keputusan investasi dan keputusan pendanaan, tetapi tidak terhadap kebijakan dividen. Menurut mereka hal ini membuktikan bahwa pemegang saham yang
sekaligus sebagai pengelola perusahaan cenderung memilih kompensasi berupa gaji bonus atau insentif jangka panjang lainnya dibandingkan dengan dividen.
Semntara itu, kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap seluruh keputusan keuangan. Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap keputusan
investasi sebesar 0,325 tapi keputusan investasi bukan merupakan variabel intervening
atas pengaruh kepemilikan manajerial terhadap nilai perusahaan. Sujoko dan Ugy S. 2007 meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikan
saham, leverage sebagai variabel antara, faktor intern, dan fakor ekstern terhadap nilai perusahaan menemukan bahwa kepemilikan institusional, suku
bunga, dan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage; kepemilikan manajerial, keadaan pasar modal, dan pangsa pasar relatif tidak
berpengaruh signifikan terhadap leverage; pertumbuhan pasar, kebijakan dividen, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap leverage.
Sedangkan pengujian pengaruh terhadap nilai perusahaan diperoleh hasil bahwa kepemilikan institusional dan nilai perusahaan berpengaruh negatif signifikan
terhadap nilai perusahaan; pertumbuhan pasar, profitabilitas, dividen, ukuran
perusahaan, pangsa pasar relatif, dan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan; sedangkan kepemilikan manajerial dan keadaan pasar
modal tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Sri Hasnawati 2005 dalam penelitiannya yang membahas implikasi
keputusan investasi, pendanaan, dan dividen terhadap nilai perusahaan publik di BEJ. Penelitiannya yang menggunakan SEM dengan bantuan program LISREL 8
menunjukkan hasil keputusan investasi memiliki pengaruh langsung terhadap nilai perusahaan secara positif sebesar 12,25. Keputusan pendanaan mempengaruhi
nilai perusahaan secara positif sebesar 16,00, artinya semakin banyak pendanaan ditingkatkan maka akan semakin meningkatkan nilai perusahaan.
Variabel kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 23,04, artinya semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham
akan semakin tinggi nilai perusahaan. Ketiga keputusan keuangan tersebut secara bersama-sama mempengaruhi nilai perusahaan sebesar 78, sedangkan sisanya
22 dipengaruhi oleh faktor lain. Keputusan investasi dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan melalui keputusan pendanaan dan
kebijakan dividen, sedangkan kebijakan dividen berpengaruh secara secara tidak langsung terhadap nilai perusahaan melalui keputusan pendanaan dengan
implikasi semakin besar dividen yang dibagikan akan semakin meningkatkan pendanaan yang digunakan baik dari sumber internal maupun eksternal.
Kebijakan dividen memiliki pengaruh yang paling besar dibandingkan kedua keputusan keuangan lainnya terhadap nilai perusahaan.
Hartini Prasetyaning 2005 melakukan penelitian mengenai implikasi keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan publik di BEJ menemukan hasil bahwa keputusan investasi yang diproksikan dengan IOS berpengaruh secara positif signifikan terhadap nilai
perusahaan; keputusan pendanaan berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan; kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Selain itu ketiga keputusan keuangan tersebut secara bersama- sama mempengaruhi nilai perusahaan.
Etty M. Nasser dan Fielyandi F. 2006 meneliti tentang pengaruh kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, profitabilitas, dan hutang sebagai
variabel intervening terhadap nilai perusahaan. Pengujian hipotesis menggunakan path analysis structural equation model dengan bantuan software Amos 4.0.
Hasil pengujian memperlihatkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini memberikan
bukti bahwa perusahaan- perusahaan besar cenderung memiliki level hutang yang tinggi karena perusahaan- perusahaan besar lebih mudah mengakses ke pasar
modal untuk memperoleh dana. Kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil ini tidak mendukung
penelitian Imanda F. dan Moh. Nasir 2006, Fitri dan Mamduh 2003, dan Crutchley et.al 1999 dimana kebijakan hutang menyebabkan perusahaan
dimonitor oleh pihak debtholders. Monitoring dalam perusahaan yang ketat, mendorong institusi meningkatkan kepemilikan sahamnya pada perusahaan
bersangkutan. Hasil analisa pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai
perusahaan ditemukan bahwa size mempunyai pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan, variabel profitabilitas juga memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan. Imanda F. Putri dan Moh. Nasir 2006 menganalisis persamaan simultan
kepemilikan manajerial, kepemilikan insititusional, risiko, kebijakan hutang, dan kebijakan dividen dalam perspektif teori keagenan. Hasil pengujian dengan
metode two stage least square 2SLS menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil
ini menjelaskan bahwa dengan tingginya kepemilikan manajerial akan semakin memungkinkan tindakan oprtunis manajer sehingga meresahkan shareholders.
Penggunaan hutang dapat menjadi solusi atas permasalahan ini. Kerena penggunaan hutang dapat meningkatkan monitoring dari bondholders dan
membuat shareholders lebih tenang karena pembiayaan investasi tidak menggunakan dananya sehingga mengurangi resiko shareholders. Kepemilikan
institusional tidak berpengaruh signifikan dan memiliki hubungan positif dengan kebijakan hutang. Profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan
hutang. Arah hubungan menunjukkan arah negatif. Pada tingkat profitabilitas rendah, perusahaan akan menggunakan hutang untuk membiayai operasionalnya
sebagai mekanisme transfer kekayaan antara kreditur dengan prinsipal. Kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen, kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan
institusional, maka semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan dan
mengurangi biaya keagenan, sehingga perusahaan cenderung akan membagikan dividen yang tinggi. Kebijakan hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen, investment opportunity set IOS dan profitabilitas berpengaruh signifikan lemah terhadap kebijakan dividen. Arah hubungan keduanya
menunjukkan arah yang negatif. Sih Widhi Utami 2006 dalam penelitiannya tentang asosiasi IOS dengan
kebijakan pendanaan, kebijakan dividen, dan implikasinya pada perubahan harga saham menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kebijakan dividen yang signifikan
antara perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh diukur dengan DPR. Pengukuran dengan dividen yield menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kebijakan dividen perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh. Kebijakan dividen yang rendah pada perusahaan tumbuh juga dapat mengindikasikan bahwa
perusahaan memiliki ketersediaan free cash flow yang terbatas untuk pembayaran dividen. Hal tersebut bisa terjadi disebabkan karena dana perusahaan lebih banyak
digunakan untuk mendanai investasi dan proyek perusahaan. Hasil pengukuran kebijakan hutang dengan Book Debt Equity diduga terjadi measurement error,
namun pengukuran dengan Market Debt Equity berhasil membuktikan bahwa perusahaan yang tumbuh yang diproksikan dengan IOS, memiliki rasio Debt to
Equity yang lebih rendah daripada perusahaan yang tidak tumbuh. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang tumbuh cenderung lebih konservatif dalam menggunakan pendanaan yanng berasal dari hutang. Selain itu penelitian ini juga
memberikan hasil bahwa bahwa MVEBE berkorelasi positif dengan pertumbujhan aktiva namun berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan ekuitas.
Rasio MVABVA berkorelasi negatif terhadap pertumbuhan aktiva dan ekuitas. Namun arah korelasi semuanya tidak menunjukkan signifikan. Penelitian ini
berhasil membuktikan adanya korelasi positif antara rasio PER dengan realisasi pertumbuhan aktiva, dan rasio CAPBVA dengan realisasi pertumbuhan aktiva,
dan CAPMVA dengan realisasi pertumbuhan aktiva. Adanya hubungan positif signifikan tersebut menunjukkan bahwa rasio- rasio tersebut memiliki akurasi
yang tinggi dalam memprediksi pertumbuhan perusahaan. Eddy Suranta dan Pratana Puspa 2003 menganalisis hubungan struktur
kepemilikan manajerial, nilai perusahaan, dan investasi dengan model persamaan linier simultan. Hasil pengujiannya memperlihatkan hubungan linier negatif
antara kepemilikan menajerial dengan nilai perusahaan, dimana semakin tinggi kepemilikan manajerial, akan semakin menurunkan nilai perusahaan dan variabel
kontrol leverage memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, mepelihatkan bahwa perusahaan cenderung meningkatkan hutang
untuk dapat meningkatkan nilai perusahaan dan menunjukkan adanya suatu mekanisme corporate governance untuk melekukan kontrol terhadap manajerial
guna mengurangi masalah keagenan karena shareholders tidak dapat melakukan kontrol secara langsung ke dalam perusahaan. Variabel size juga menunjukkan
estimasi positif walapun tidak signifikan, variabel ROA terhadap keputusan investasi menunjukkan estimasi positif meskipun tidak signifikan, nilai
perusahaan dan investasi menunjukkan hubungan linier, dimana semakin tinggi investasi maka akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil pengujian dengan OLS
dan 2SLS memberikan gambaran bahwa kepemilikan manajerial merupakan
variabel ekosogenus terhadap nilai dan investasi perusahaan, juga mengindikasikan bahwa kepemilikan saham oleh dewan direksi dan komisaris
merupakan variabel eksogenus terhadap investasi dan nilai perusahaan. Putu Anom Mahadwartha 2002 meneliti interdependensi antara
kebijakan leverage dengan kebijakan dividen dalam perspektif teori keagenan dengan metode Seemingly Unrelated Regression SUR. R
2
yang rendah menunjukkan bahwa teori keagenan kurang mampu menjelaskan interdependensi
antara kebijakan leverage dengan kebijakan dividen khususnya untuk kasus di Indonesia. Kebijakan leverage dengan kebijakan dividen berhubungan positif dan
signifikan. Variabel kontrol size, hanya signifikan pada persamaan pertama dalam menjelaskan hubungan leverage dengan dividen. Semakin besar size perusahaan,
maka akan semakin besar leveragenya, demikian juga dengan dividen yang diberikan kepada pemegang saham. Kepemilikan manajerial signifikan dalam
menjelaskan leverage, dimana bila perusahaan mempunyai managerial ownership program maka leverage akan berkurang. Penjelasan teori keagenan menagatakan
bahwa berkurangnya leverage disebabkan karena kekayaan pribadi manajer semakin berkaitan erat dengan kekayaan perusahaan, sehingga manajer akan
berusaha mengurangi leverage untuk menjaga resiko perusahaan terkendali. Dengan kata lain, resiko perusahaan juga merupakan resiko kekayaan pribadi
manajer. MG. Kentris Indarti dan Muh. Yusuf 2005 menganalisis kebijakan
dividen, pendanaaan, dan asimetri informasi pada perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Mann Whitney U-
Test. IOS sebagai prediktor pertumbuhan suatu perusahaan tidak efektif jika
diproksikan dengan satu variabel saja. Penelitian ini menggunakan tujuh proksi IOS. Korelasi proksi IOS berdasarkan harga MVEBE, Tobin’s Q, VPPE dengan
IONS dan VARRET, maupun IONS dengan VARRET menunjukkan hasil positif signifikan. Hal ini diperkirakan bahwa nilai aset pasar maupun nilai ekuitas pasar
berhubungan erat dan positif dengan tingkat investasi dan variansi return dari perusahaan serta peningkatan nilai investasi berhubungan dengan peningkatan
variansi keuntungan. Hasil pengujian hipotesis didapat bahwa perusahaan tumbuh memiliki kebijakan pendanaan melalui hutang dalam struktur modalnya rasio
DebtEquity lebih kecil daripada perusahaan yang tidak tumbuh. Ini mendukung teori biaya kontrak yang prinsipnya perusahaan dengan cara meyelaraskan
kepentingan agent manajer dan principal pemegang saham. Manajer ingin meningkatkan nilai perusahaan, sehingga keberhasilannya diketahui dan
pemegang saham ingin laba yang diperoleh tidak berkurang karena adanya kewajiban membayar hutang. Hasil pengujian hipotesis lainnya menunjukkan
bahwa perusahaan tumbuh membayar dividen lebih rendah daripada perusahaan tidak tumbuh baik dengan proksi DPR maupun dividend yield.
Luciana Spica A. dan Meliza Silvy 2006 dalam penelitiannya mengenai analisis kebijakan dividen dan kebijakan leverage terhadap prediksi kepemilikan
manajerial dengan teknik analisis multinomial logit. Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel DEBT hutang, IOS, nilai pasar ekuitas, dan ROA
mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap probabilitas perusahaan kepemilikan manajerial sedang dan tinggi. Sedangkan Tobin’s Q mempunyai
hubungan negatif signifikan terhadap probabilitas perusahaan kepemilikan manajerial sedang dan tinggi. Varaiabel yang dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan kelompok manajerial sedang dan tinggi adalah LNVAL nilai ekuitas pasar dan IOS.
Faisal 2003 meneliti tentang pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang pada industri manufaktur di BEJ menemukan hasil bahwa
variabel yang paling dominan mempengaruhi kebijakan hutang adalah kepemilikan saham oleh institusi. Sedangkan kepemilikan manajerial dan
penyebaran kepemilikan tidak dominan, namun yang paling penting adalah variabel ini juga mempunyai arah hubungan yang terbalik dengan debt ratio. Hal
ini mencerminkan adanya kecenderungan untuk meminimumkan biaya keagenan. Selain itu, lima variabel kontrol dalam penelitian ini, yaitu asset structure, firm
size , profitabilitas, pertumbuhan, dan tax rate mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap debt ratio. Artinya kelima variabel tersebut dapat digunakan sebagai instrumen pendukung kebijakan hutang untuk meminimumkan biaya
keagenan.
C. Kerangka Pemikiran