14. Tambahkan 2 ml 0-phenantroline 0,2
15. Tepatkan hingga tanda batas, kocok dan biarkan pewarna selama 10 menit.
b. Penyiapan larutan blanko
Untuk penyiapan blanko digunakan langkah yang sama dengan penyiapan larutan sampel, tetapi blanko tidak menggunakan sampel dan bebas dari ion.
c. Penyiapan larutan standar
1. Pipet larutan standar Fe
2
O
3
0,01 mgml sebanyak 0, 3, 5, 10, 15 ml masing-masing ke dalam beaker polyetilen 100 ml
2. Tambahkan 10 ml CH
3
COONa 50 3.
Buat larutan di atas menjadi pH 3-4 dengan menambahkan CH
3
COONa 50 dan HNO
3
1+1 4.
Tuangkan ke dalam labu ukur 100 ml 5.
Tambahkan 2 ml hydroxylamine hydrochloride 1 6.
Tambahkan 2 ml o-phenantroline 0,2 7.
Tepatkan hingga tanda, kocok dan biarkan pewarna selama 10 menit.
d. Pengukuran larutan sampel
Ambil sebagian dari masing-masing larutan sampel lalu dimasukkan ke dalam kuvet, kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm.
Universitas Sumatera Utara
e. Pengukuran larutan blanko dan larutan standar
Diambil sebagian dari larutan blanko dan sebagian larutan standar lalu dimasukkan ke dalam kuvet, kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
510 nm.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh data dalam tabel berikut :
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Fe
2
O
3
No Standar Konsentrasi
µgmL Absorbansi
1 Standard 1
0.0000 0.0007
2 Standard 2
0.3000 0.0350
3 Standard 3
0.5000 0.0602
4 Standard 4
1.0000 0.1256
5 Standard 5
1.5000 0.1928
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Sampel Fe
2
O
3
dalam Alumina
No Sampel
Absorbansi 1
Alumina LM 5-003 A 0.0194
2 Alumina LM 5-003 B
0.0224 3
Alumina KR 0914 I-A 0.0198
4 Alumina KR 0914 I-B
0.0244
Universitas Sumatera Utara
4.2 Perhitungan
4.2.1 perhitungan persamaan garis regresi
Untuk menghasilkan persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi dapat ditentukan dengan menggunakan metode least square sebagai berikut :
No X
Y XY
X
2
1 0.0000
0.0007 0.0000
0.0000 2
0.3000 0.0350
0.0105 0.0900
3 0.5000
0.0602 0.0301
0.2500 4
1.0000 0.1256
0.1256 1.0000
5 1.5000
0.1928 0.2892
2.2500 n = 5
∑X = 3.3000 ∑Y = 0.4143 ∑XY = 0.4554 ∑X
2
= 3.5900
Dimana : X = konsentrasi larutan standar
Y = absorbansi larutan standar
a =
=
= 0.1276
b =
Universitas Sumatera Utara
=
= − 0.0020
Persamaan garis regresi baru
Y = ax + b
Y
1
= 0.12760.0000 − 0.0020 = − 0.0020
Y
2
= 0.12760.3000 – 0.0020 = 0.0362
Y
3
= 0.12760.5000 – 0,0020 = 0.0618
Y
4
= 0.12761.0000 – 0.0020 = 0.1256
Y
5
= 0.12761.5000 – 0.0020 = 0.1894
X Y
0.0000 − 0.0020
0.3000 0.0362
0.5000 0.0618
1.0000 0.1256
1.5000 0.1894
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan konsentrasi Fe
2
O
3
dalam alumina
Konsentrasi sampel dapat dihitung dengan mensubtitusikan harga Y absorbansi larutan ke dalam persamaan garis regresi Y = ax + b, maka untuk sampel dapt dihitung X =
Konsentrasi Fe
2
O
3
dalam sampel alumina LM 5-OO3 A
X =
=
= 0.1677
Konsentrasi Fe
2
O
3
dalam sampel alumina LM 5-OO3 B
X =
=
= 0.1912
Konsentrasi Fe
2
O
3
dalam sampel alumina KR0914 I-A
X =
=
Universitas Sumatera Utara
= 0.1708
Konsentrasi Fe
2
O
3
dalam sampel alumina KR0914 I-B
X =
=
= 0.2108
Kadar Fe
2
O
3
dalam alumina sebagai berikut :
Fe
2
O
3
=
Dimana :
[ ] = konsentrasi pembacaan grafik µgml
V = volume labu ukur ml
Fp = factor pengenceran
Ws = berat sampel gr
Universitas Sumatera Utara
1. menghitung kadar Fe
2
O
3
dalam sampel alumina LM 5-003 A
Fe
2
O
3
=
=
= 0.0041
2. mengitung kadar Fe
2
O
3
dalam sampel alumina LM 5-003 B
Fe
2
O
3
=
=
= 0.0047
3. menghitung kadar Fe
2
O
3
dalam sampel alumina KR 0914 I-A
Fe
2
O
3
=
=
= 0.0042
Universitas Sumatera Utara
4. menghitung kadar Fe
2
O
3
dalam sampel alumina KR 0914 I-B
Fe
2
O
3
=
=
= 0.0052
4.3 Pembahasan
Dari hasil analisa yang dilakukan pada analisa kadar Fe
2
O
3
dalam bahan baku alumina secara spektrofotometri maka didapatkan nilai rata-rata dari hasil analisis yaitu 0.0039 dan
0.0042 . Berdasarkan dari hasil analisis, maka alumina dapat digunakan sebagai bahan baku aluminium karena kadar Fe
2
O
3
di dalam alumina masih berada dalam batas standar Fe
2
O
3
yang telah ditentukan yaitu 0.020 .
Besi oksida di dalam alumina harus mempunyai skala yang lebih kecil, karena besi dapat bersifat korosi. Apabila kadar besi dalam alumina tinggi akan mempengaruhi kualitas aluminium
yang diperoleh. Banyak paduan yang telah dikembangkan yang tujuan untuk meningkatkan kekuatan sementara tetap mempertahankan diinginkan dari sifat aluminium, yang paling ringan
khususnya dan ketahanan korosi. Sedangkan penambahan sebuah elemenpaduan meningkatkan kekuatan, itu mengurangi ketahanan korosi, membuat kompromi property yang diperlukan.
Rosenqvist, 1983
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan