sudah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini diketahui karena kasubsi PPh Badan melakukan pengawasan langsung terhadap lampiran
Daftar harta dan kekayaan serta Daftar kewajiban sehingga SPT tersebut telah diisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Ketentuan Pembukuan dan Pencatatan
Dalam melaporkan pendapatannya Wajib Pajak menggunakan pembukuan, pembukuan yang mereka pergunakan harus didukung oleh bukti-
bukti transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, hal ini dikatakan oleh salah satu petugas pemeriksa di Seksi PPh Badan. Namun ada
juga Wajib Pajak yang hanya melakukan pencatatan terhadap omset mereka atau penghasilan brutonya dan telah menghitung penghasilan neto mereka
dengan menggunakan norma perhitungan penghasilan neto yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Berdasarkan hasil pengamatan langsung di KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu pada seksi PPh Badan, pelaksanaan pemeriksaan pajak terhadap
Wajib Pajak dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pembuatan laporan. Adapun kegiatan dari masing-
masing tahapan tersebut adalah sebagai berikut: a.
Tahap Persiapan 1
Mempelajari berkas data Wajib Pajak Proses pemeriksaan dimulai sejak diterimanya SPT Tahunan oleh
petugas pelaksana dari seksi PPh Badan yang ditunjuk secara bergiliran di Tempat Pelayanan Terpadu TPT. Saat petugas pemeriksa menerima SPT
Tahunan dari Wajib Pajak tersebut, hal pertama yang dilakukannya adalah menerima kelengkapan pengisian dan lampiran yang di syaratkan sesuai
dengan jenis usaha dari Wajib Pajak. Sedangkan proses selanjutnya petugas tersebut melakukan perekaman dan editing untuk memastikan
bahwa SPT Tahunan tidak terjadi salah hitung dan salah tulis, sehingga data yang direkam kedalam komputer adalah data yang benar. Selama
proses tersebut petugas juga dapat memilah SPT Tahunan yang telah diterima dan direkam sesuai dengan jenis SPT Lebih Bayar, Kurang
Bayar, atau Nihil. Selain itu juga, petugas pemeriksa berusaha melakukan pemahaman terlebih dahulu terhadap laporan keuangan Wajib Pajak
seperti Laporan Neraca, Laporan Rugi-Laba, dan seterusnya.
2 Menganalisa SPT dan Laporan Keuangan Wajib Pajak
Setelah proses pemilihan SPT Tahunan berakhir, petugas pemeriksa melakukan penelahaan lebih lanjut dan membuat analisa terhadap SPT
tersebut, bagi yang memenuhi syarat untuk dilakukan pemeriksaan khusus. Analisa terhadap SPT dilakukan dengan cara melakukan komparasi
dengan data SPT tahun sebelumnya, atau juga dengan data SPT dari Wajib Pajak yang memiliki usaha sejenis. Selain itu analisa juga dilakukan
dengan cara memahami terlebih dahulu ketentuan apa saja yang terkait dengan kewajiban pajak Wajib Pajak.
3 Mengidentifikasi Masalah
Agar proses pelaksanaan pemeriksaan pajak dapat berlangsung dengan efektif dan efesien, petugas pemeriksa lebih berusaha lagi meningkatkan
melakukan identifikasi terhadap masalah yang akan dihadapi oleh pemeriksa pajak seperti permasalahan tentang pencabutan NPWP,
pemenuhan kewajiban perpajakan, Lebih Bayar, Kurang Bayar, SPT yang tidak masuk, SPT yang mengalami penundaan, serta masalah Wajip Pajak
pindah. 4
Melakukan Pengenalan Lokasi Wajib Pajak Pada saat petugas menyampaikan surat permintaan peminjaman buku,
catatan, dokumen dan daftar buku yang akan dipinjam dari Wajib Pajak, sekaligus menyampaikan SPT Pemeriksaan Pajak dan Surat Perintah
Pemeriksaan Pajak SP3, petugas pemeriksa tersebut mengambil kesempatan ini untuk melihat langsung bagaimana keadaan fisik tempat
tinggal dan atau tempat usaha Wajib Pajak tersebut, untuk digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pemeriksaan dan menentukan ruang lingkup pemeriksaan.
5 Menentukan Ruang Lingkup Pemeriksaan
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor.123PMK.032006 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, jenis pemeriksaan terbagi menjadi
dua yaitu: Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan Sederhana, dan menurut Peraturan Direktur jenderal Pajak Nomor. PER- 123PJ2006
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan, yang dimaksud dengan Pemeriksaan Lapangan adalah Pemeriksaan yang dilakukan di
tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak, tempat tinggal Wajib Pajak atau di tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal
Pajak yang meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, untuk tahun berjalan dan atau tahun sebelumnya.
Sedangkan Pemeriksaan Sederhana terbagi lagi menjadi dua yaitu: Pemeriksaan Sederhana Lapangan dan Pemeriksaan Sederhana Kantor.
Mengenai ruang lingkup atau jenis pemeriksaan yang digunakan oleh KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu atas SPT Tahunan PPh Badan adalah dalam
bentuk Pemeriksaan Sederhana Lapangan yaitu pemeriksaan lapangan untuk satu, beberapa atau seluruh jenis pajak, baik untuk tahun berjalan
dan atau tahun-tahun sebelumnya, yang dilaksanakan dengan menerapkan teknik-teknik pemeriksaan yang dipandang perlu menurut keadaan dalam
rangka mencapai tujuan pemeriksaan yakni mendapatkan hasil pemeriksaan yang lebih lengkap serta tercapainya hasil pemeriksaan yang
lebih efektif. Pemeriksaan Sederhana Lapangan tersebut dilakukan dalam jangka waktu 2 bulan, apabila pemeriksaan tersebut tidak selesai dalam
jangka waktu yang telah ditetapkan maka pemeriksaan akan terus dilanjutkan sampai dengan selesai.
6 Menyusun Program Pemeriksaan
Dalam menyusun program pemeriksaan, yang dilakukan oleh pemeriksa pajak adalah dengan cara menentukan buku, catatan, dan
dokumen apa saja yang akan diperlukan dalam proses pelaksanaan pemeriksaan pajak untuk mencapai sebuah tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. 7
Menentukan Buku, Catatan, Dokumen serta Bukti yang akan dipinjam Sehubungan dengan pelaksanaan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
No. PRIN-46WPJ.04KP.04052006 pada KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu pemeriksa pajak melakukan peminjaman terhadap buku, catatan, dan
dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan serta bukti lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas Wajib
Pajak. Diantara buku, catatan, dan dokumen yang dipinjam oleh pemeriksa pajak adalah SPT Tahunan PPh Badan dan PPh 21, SPT Masa PPh pasal
25, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 2326, Pasal 4 2, Laporan Keuangan, Daftar Akun, Neraca Percobaan Trial Balance, Buku Besar General Ledger
dan Sub Ledger, Akta Pendirian, Sruktus Organisasi, Bukti-bukti Pemasukan dan Pengeluaran, serta masih banyak lagi daftar buku, catatan,
dan dokumen yang akan dipinjam oleh pemeriksa pajak dalam rangka pemeriksaan.
Buku, catatan, dan dokumen serta bukti yang diperlukan petugas dalam pemeriksaan harus diserahkan paling lambat 7 tujuh hari setelah
Surat Permintaan Peminjaman diterima oleh Wajib Pajak. Buku, catatan, dan dokumen serta bukti tersebut akan dikembalikan kepada Wajib Pajak
secara utuh dan lengkap setelah proses pemeriksaan selesai dilaksanakan. Apabila dalam jangka waktu 7 hari tersebut Wajib Pajak tidak
memberikan atau meminjamkan buku, catatan, dan dokumen serta bukti yang diperlukan dalam pemeriksaan, maka pemeriksa pajak akan
memberikan surat peringatan I dan II. 8
Menyediakan Sarana Pemeriksaan Sarana yang diperlukan oleh pemeriksa pajak di Seksi PPh Badan
selama proses pemeriksaan harus terlebih dahulu dipersiapkan, untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pemeriksaan pajak. Sarana tersebut
dapat berupa: a
Surat Perintah Pemeriksaan Pajak SP3 b
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak c
Surat Pemberitahuan Wajib Pajak yang bersangkutan d
Surat Peminjaman buku, catatan, dokumen ke Wajib Pajak e
Formulir surat Peringatan I dan II peminjaman buku, catatan, dan dokumen ke Wajib Pajak
f Formulir Berita Acara Hasil Pemeriksaan
g Formulir Risalah Tim Pembahas
h Formulir Daftar Temuan Pemeriksaan Pajak
i Formulir Berita Acara Persetujuan Hasil Pemeriksaan
j Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
k Surat Tanggapan Hasil Pemeriksaan
l Formulir Berita Acara Tidak Memberikan Tanggapan
m Surat Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir
n Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan.
Selain sarana diatas, pada saat pelaksanaan petugas pemeriksa pajak menyediakan Tanda Pengenal Pemeriksa yang telah ditandatangani oleh
seorang Kepala Kantor untuk jangka waktu tertentu, yang akan ditunjukan kepada Wajib Pajak dalam setiap pelaksanaan pemeriksaan pajak
berlangsung. b.
Tahap Pelaksanaan 1
Memeriksa di tempat Wajib Pajak Pada tahap awal pelaksanaan pemeriksaan pajak, terlebih dahulu
petugas pemeriksa menyampaikan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak SP3 beserta dengan surat permintaan peminjaman buku, catatan,
dokumen serta bukti yang diperlukan yang akan dipinjam dari Wajib Pajak Badan. Dan pada kesempatan ini, petugas pemeriksa dapat melihat
langsung keadaan fisik tempat tinggal atau tempat usaha Wajib Pajak Badan tersebut.
Dalam jangka waktu 7 hari setelah surat permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen disampaikan, Wajib Pajak Badan tersebut harus
segera memberikan atau meminjamkan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan dan pencatatan yang berhubungan dengan
kegiatan usaha mereka. Apabila dalam jangka waktu yang telah ditetapkan Wajib Pajak tidak juga meminjamkan buku, catatan, dan dokumen yang
diperlukan dalam pemeriksaan, maka petugas pemeriksa pajak akan memberikan Surat Peringatan I kepada Wajib Pajak tersebut dan apabila
Wajib Pajak masih juga belum bersedia memberikan atau meminjamkan petugas pemeriksa selanjutnya akan memberikan Surat Peringatan Yang
ke-II, dan sebagai langkah terakhir akan dilakukan perhitungan pajak terutang secara jabatan.
2 Melakukan Penilaian atas Sistem Pengendalian Intern
Petugas pemeriksa pajak di Seksi PPh Badan melakukan penilaian terlebih dahulu atas Sistem Penendalian Intern, hal tersebut dilakukan
untuk menentukan apakah pemeriksaan yang dilakukannya telah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dalam Sistem Pengendalian Intern Wajib
Pajak. 3
Memutakhirkan Ruang Lingkup dan Program Pemeriksaan Ruang lingkup dan program pemeriksaan perlu disesuaikan kembali
oleh pemeriksa pajak dengan cara melihat langsung keadaan Wajib Pajak, hal tersebut dilakukan untuk menentukan apakah perlu dilakukan
perluasan pemeriksaan serta apakah perlu untuk menyusun kembali program pemeriksaan yang sesuai dengan keadaan Wajib Pajak.
4 Melakukan Pemeriksaan atas Buku, Catatan, dan Dokumen
Setelah buku, catatan, dokumen dan bukti lainnya telah diberikan atau dipinjamkan oleh Wajib Pajak, Pemeriksa pajak kemudian akan langsung
melakukan pemeriksaan apakah angka yang telah tercantum dalam SPT Wajib Pajak tersebut yang telah diisi olehnya sesuai dengan angka yang
tercatat didalam buku, catatan, dan dokumen Wajib Pajak. Apabila tidak sesuai dengan angka yang telah tercantum didalam buku, catatan dan
dokumen tersebut, maka oleh petugas pemeriksa pajak SPT akan dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk disesuaikan ulang.
5 Melakukan Konfirmasi Kepada Pihak Ke-3
Jika dianggap perlu, konfirmasi kepada pihak ke-3 akan dilakukan untuk menguji keabsahan pemotongan atau pemungutan PPh sebagaimana
dilakukan oleh Wajib Pajak dalam SPT nya, konfirmasi tersebut dilakukan melalui pos terhadap kredit pajak dan fiskal luar negeri.
6 Memberitahukan Hasil Pemeriksaan Kepada Wajib Pajak
Untuk memberitahukan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang diperiksa, Pemeriksa pajak akan mengirimkan Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan SPHP, Formulir Berita Acara Hasil Pemeriksaan BAHP, serta Daftar Temuan Pemeriksaan Pajak DTPP untuk ditandatangani dan
ditanggapi oleh Wajib Pajak pada waktu yang telah ditentukan. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara pemeriksa pajak dengan Wajib Pajak,
maka perbedaan tersebut akan dituangkan kedalam Kertas Kerja Pemeriksaan KKP disertai dengan alasan dari masing-masing pendapat
kedua belah pihak. 7
Melakukan Sidang Penutup Closing Conference Langkah terakhir dalam tahap pelaksanaan ini adalah dengan
melakukan Closing Conference dengan Wajib Pajak. Untuk itu pemeriksa pajak terlebih dahulu akan mengirimkan Surat Pemberitahuan Hasil
Pameriksaan SPHP dan Daftar Temuan Pemeriksaan Pajak DTPP kepada Wajib Pajak untuk diberikan tanggapan secara langsung. Hasil dari
tanggapan Wajib Pajak tersebut akan dituangkan kedalam Surat Tanggapan Hasil Pemeriksaan STHP apakah Wajib Pajak menyetujui
seluruh hasil pemeriksaan atau tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil pemeriksaan. Jika Wajib Pajak memberikan tanggapan dengan
menyetujui seluruh hasil pemeriksaan, maka Wajib Pajak akan memberikan Lembar Pernyataan Persetujuan Hasil Pemeriksaan LPPHP
yang sebelumnya telah diberikan oleh petugas pemeriksa, lembar tersebut digunakan untuk memberikan pernyataan yang sebenar-benarnya bahwa
Wajib Pajak telah menyetujui seluruh hasil pemeriksaan, yang kemudian pemeriksa pajak akan segera menerbitkan Formulir Berita Acara
Persetujuan Hasil Pemeriksaan BAPHP. Sebaliknya, jika Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh
hasil pemeriksaan tersebut, maka pemeriksa pajak akan menanggapinya dengan menerbitkan Formulir Risalah Tim Pembahas RTP yang terdiri
dari beberapa anggota. Tim pembahas tersebut akan menerima pendapat dari pemeriksa pajak serta tanggapan dari Wajib Pajak yang menjadi
pokok masalah koreksi, yang kemudian akan diambil sebuah kesimpulan oleh tim pembahas tersebut untuk dapat disetujui oleh kedua belah pihak
dan hasil akhir pembahasan tersebut akan dimasukan kedalam Formulir Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir IHPA.
Hasil pembahasan akhir dari closing conference digunakan sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terhutang. Setelah melakukan closing
conference , Wajib Pajak harus membuat dan menandatangani LPPHP,
namun apabila dalam jangka waktu 7 hari Wajib Pajak tidak memberikan tanggapan terhadap SPHP dan DTPP maka pemeriksa pajak akan segera
menerbitkan Formulir Berita Acara Tidak Memberikan Tanggapan BATMT kepada Wajib Pajak, yang kemudian akan ditutup dengan
ditandatangani oleh Tim Pemeriksa Pajak dan juga oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Kebayoran Baru Satu.
c. Tahap Pembuatan Laporan
Tahap pembuatan laporan pemeriksaan pajak akan dibuat oleh petugas pemeriksa pajak pada saat menjelang berakhirnya waktu pemeriksaan
pajak yang telah ditentukan yakni setelah dilakukannya proses closing conference dengan Wajib Pajak. Tahap ini merupakan tahap terakhir dari
proses pemeriksaan pajak, laporan pemeriksaan pajak tersebut menjelaskan tentang ruang lingkup pemeriksaan dan tujuan dari
pemeriksaan, identitas subjek dan objek pemeriksaan, serta menjelaskan
tentang usaha dari Wajib Pajak, kewajiban perpajakan yang harus dilaksanakan oleh Wajib Pajak.
Pembuatan laporan pemeriksaan pajak ini dilakukan dengan berpedoman pada Kertas Kerja Pemeriksaan KKP, Laporan Hasil
Pemeriksaan LHP, serta Nota Hitung yang telah dibuat pada saat proses pemeriksaan dan akan dituliskan dalam Formulir yang telah ditentukan
sebelumnya oleh pemeriksa pajak. Petugas pemeriksa pajak di KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu tidak melakukan pengecekan dan tidak pula
membuat laporan mengenai Klasifikasi Lapangan Usaha KLU Wajib Pajak serta mengenai Daftar Harta Kekayaan dari Wajib Pajak.
Setelah laporan hasil pemeriksaan pajak dibuat dan ditandatangani oleh Tim pemeriksa pajak, maka laporan tersebut harus segera disahkan
dengan ditandatangani oleh seorang Kepala Kantor bersamaan dengan Nota Perhitungan Pajak Terutang, hal ini dilakukan agar hasil dari
pemeriksaan pajak tersebut mempunyai sebuah kekuatan hukum yang sah. Selanjutnya Laporan Pemeriksaan Pajak dan Nota Perhitungan Pajak
Terutang tersebut akan diserahkan langsung kepada seksi Tata Usaha Perpajakan yang kemudian akan dibuatkan Surat Ketetapan Pajak SKP.
4. Monitoring Dan Tindak Lanjut Pemeriksa Pajak Di KPP