Jakarta Kebayoran Baru Satu telah memenuhi persyaratan tersebut. Hal ini dikarenakan isi dari peraturan pemerintah tersebut hanya mensyaratkan dua unsur
saja untuk menjadi seorang petugas pelaksana pemeriksaan pajak, yaitu: a.
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak atau Tenaga Ahli.
b. Diberi tugas dan wewenang serta tanggung jawab oleh Direktorat Jenderal
Pajak. Syarat ini jelas telah terpenuhi dengan baik, karena petugas pemeriksa
pajak di KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu selama ini diambil dari para pelaksana di bagian seksi PPh Badan demikian juga dengan pemberian tugas,
wewenang serta tanggung jawab dilakukan melalui penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan pajak SP3 kepada petugas pelaksana di seksi PPh Badan.
B. Hasil Dan Pembahasan
1. Wajib Pajak Badan
Wajib Pajak merupakan bagian dari masyarakat, baik sebagai pengusaha maupun karyawan yang tentu akan berhubungan dengan lembaga-
lembaga atau instansi pelayanan publik baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu peneliti perlu mengetahui berapa banyak jumlah
dari Wajib Pajak Badan maupun Orang Pribadi yang masih memenuhi kewajiban perpajakannya di KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu.
Sampai dengan tanggal 31 Desember 2006 jumlah Wajib Pajak Badan maupun Orang Pribadi yang telah terdaftar mempunyai NPWP di KPP
Jakarta Kebayoran Baru Satu berdasarkan data yang diperoleh dalam laporan pengolahan data Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2005
sampai dengan tahun 2006 dari Sistem Informasi Perpajakan yang ada adalah sejumlah 12.623 Wajib Pajak, yang terdiri dari 6.216 Wajib Pajak Badan dan
6.407 Wajib Pajak Orang Pribadi. Dari jumlah tersebut diatas, hanya 4.321 Wajib Pajak yang telah melaksanakan kewajiban perpajakannya dalam
melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilannya, yaitu 1.775 Wajib Pajak Badan dan 2.546 Wajib Pajak Orang Pribadi.
Dilihat dari segi jenis kegiatan usaha dan pekerjaan penduduk, Wajib Pajak Badan di KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu yang dilakukan
pemeriksaan terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Masa, Organisasi Sosial Politik, Lembaga, Bentuk Usaha Tetap
dan Bentuk Badan lainnya. Sedangkan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilakukan
pemeriksaan terdiri
dari Pegawai
NegeriPensiunan, DirekturKomisaris, Pegawai Swasta serta BUMNBUMD.
2. Surat Pemberitahuan SPT
a. Pelaksanaan ketentuan formal
Surat Pemberitahuan Tahunan PPh Badan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Kebayoran Baru Satu melalui tempat tersendiri
yang disebut Tempat Pelayanan Terpadu TPT. Pelaporan SPT Tahunan untuk tahun pajak 2006 dilakukan paling lambat 31 Maret 2007, bagi
Wajib Pajak yang terlambat melaporkan SPT Tahunannya akan dikenakan sanksi berupa denda dan Formulir SPT yang digunakan oleh Wajib Pajak
Badan adalah Form SPT 1771. b.
Penelitian kelengkapan SPT Setelah diteliti kelengkapan formalnya, SPT yang diterima oleh
petugas pemeriksa selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan atau editing untuk memastikan bahwa SPT yang dilaporkan tidak terdapat kesalahan
seperti lebih bayar, kurang bayar, tidak balans ataupun nihil. Apabila terjadi kesalahan tersebut maka petugas pemeriksa akan segera
mengirimkan surat teguran kepada Wajib Pajak tersebut untuk melakukan perbaikan ulang terhadap SPT Tahunan yang telah diserahkannya.
Data hasil penelitian yang dikumpulkan dari wawancara serta pengamatan langsung mengenai pelaksanaan pemeriksaan pajak atas SPT Tahunan PPh Wajib
Pajak Badan, dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2 Tabel SPT Tahunan untuk Tahun 2004 sd 31 Desember 2005
Uraian WP Badan
WP OP Jumlah
1. WP terdaftar
2. SPT PPh yang masuk
Nihil Kurang Bayar
Lebih Bayar Balans
Tidak Balans
Jumlah SPT yang masuk KP.PPh pasal 1 ayat 4
SPT PPh 17701-Y KP.PPh 1P
5.094 960
562 84
1.594 12
1.606 10
5.461 1.498
631 31
2.160
2.160 4
10.555 2.458
1.193 115
3.754 12
3.766 14
Pembukuan bukan Takwin SPT dan Penundaan
3. Belum memasukan SPT Th.
3 1.616
3.478 2.164
3.297 3
3.780 6.775
Sumber: KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu diolah sendiri
Pada tahun pajak 2004 SPT Tahunan PPh Badan yang masuk ke KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu berjumlah 1.618 yang terdiri dari:
a. 960 SPT menyatakan Nihil,
b. 562 merupakan SPT Kurang Bayar,
c. 84 SPT adalah SPT Lebih Bayar,
d. 12 SPT termasuk kategori Tidak Balans.
Dapat dijelaskan bahwa, SPT Nihil adalah SPT yang menunjukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau karena
pajak tidak terutang serta tidak ada kredit pajak. Sedangkan SPT Kurang Bayar adalah SPT yang menunjukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah
kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. SPT Lebih Bayar
adalah SPT yang menunjukan adanya jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah pokok pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang
seharusnya tidak terutang. SPT Balans adalah SPT yang menunjukan adanya keseimbangan diantara besarnya jumlah pokok pajak dengan jumlah pajak
yang terutang, sedangkan SPT Tidak Balans adalah SPT yang menunjukan
adanya ketidakseimbangan antara jumlah pokok pajak dengan jumlah pajak terutangnya.
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2004 sd 31 Desember 2005 tabel 4.2 dapat dihitung besarnya persentase efektifitas Wajib Pajak
Badan dalam melaporkan SPT Tahunannya, yaitu: Persentase tingkat efektifitas = SPT diterima KPP
WP terdaftar di KPP = 1.616
5.094 = 31,7
Hasil tersebut menjelaskan bahwa pelaksanaan pemeriksaan pajak yang telah dilakukan oleh petugas pemeriksa pajak atas SPT Tahunan PPh
Wajib Pajak Badan cukup memiliki pengaruh yang sangat baik terhadap peningkatan efektifitas Wajib Pajak Badan, yaitu sebesar 31,7 sangat
efektif Wajib Pajak Badan patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya untuk melaporkan SPT Tahunannya di KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu,
SPT yang dilaporkan oleh Wajib Pajak Badan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Pada tahun 2004 sd 31 Desember 2005 sebagian besar Wajib
Pajak Badannya yaitu sebanyak 3.478 tidak efektif Wajib Pajak Badan tidak memasukan SPT Tahunannya, menurut keterangan yang diperoleh dari KPP
bagian seksi PPh Badan hal ini dikarenakan sebagian Wajib Pajak Badan telah membubarkan usahanya walaupun belum ada akte pembubarannya dari
instansi yang berwenang, dan sebagian lagi berdasarkan hasil penelitian dan
pengamatan yang dilakukan pihak KPP Wajib Pajak Badan yang bersangkutan tidak melakukan kegiatan usaha lagi.
Akan tetapi pada tahun berikutnya, tahun 2005 sampai dengan 31 Desember 2006 diketahui bahwa tingkat efektifitas Wajib Pajak Badan dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya untuk melaporkan SPT Tahunannya sedikit mengalami penurunan, dari data yang diperoleh tahun 2005 sd 31
Desember 2006 tabel 4.3 tersebut dapat dihitung besarnya persentase tingkat efektifitas Wajib Pajak Badan dalam melaporkan SPT Tahunannya, yaitu:
Persentase tingkat efektifitas = SPT diterima KPP WP terdaftar di KPP
= 1.721 5.614
= 30,6
Hasil tersebut menjelaskan bahwa tingkat efektifitas Wajib Pajak Badan dalam melaporkan SPT Tahunannya hanya sebesar 30,6 Wajib Pajak
Badan memenuhi kewajiban perpajakannya dalam melaporkan SPT Tahunannya, pada tahun ini terjadi penurunan persentase tingkat efektifitas
yang disebabkan karena Wajib Pajak yang terdaftar yaitu sebanyak 3.893 Wajib Pajak Badan tidak melaporkan SPT Tahunannya pada KPP. Sebagian
dikarenakan Wajib Pajak Badan tersebut tidak diketahui lagi keberadaannya alamatnya walaupun sudah dilakukan pencarian oleh petugas verifikasi
petugas yang ditunjuk untuk itu, sedangkan sebagian lainnya diketahui telah
membubarkan usahanya serta tidak melakukan kegiatan usaha lagi, yang dapat dilihat dalam tabel 4.3 dibawah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Tabel SPT Tahunan untuk Tahun 2005 sd 31 Desember 2006
Uraian WP Badan
WP OP Jumlah
1. WP terdaftar
2. SPT PPh yang masuk
Nihil Kurang Bayar
Lebih Bayar Balans
Tidak Balans
Jumlah SPT yang masuk KP.PPh pasal 1 ayat 4
SPT PPh 17701-Y KP.PPh 1P
Pembukuan bukan Takwin SPT dan Penundaan
3. Belum memasukan SPT Th.
5.614 1.003
640 62
1.705
1.705 16
3 1.721
3.893 5.864
1.622 658
21 2.293
8 2.301
22 1
2.324
3.450 11.478
2.625 1.298
83 3.998
8 4.006
38 1
3 4.045
7.433
Sumber: KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu diolah sendiri
Untuk Tahun Pajak 2005, jumlah SPT Tahunan yang masuk mencapai 1.705 SPT, dari SPT yang masuk rinciannya adalah sebagai berikut:
1 1.003 SPT menyatakan Nihil
2 640 merupakan SPT Kurang Bayar
3 62 adalah SPT Lebih Bayar
4 Tidak ada SPT yang termasuk kategori Tidak Balans.
Tabel 4.4 Tabel SPT Tahunan untuk Tahun 2006 sd 31 Desember 2007
Uraian WP Badan
WP OP Jumlah
1. WP terdaftar
2. SPT PPh yang masuk
Nihil Kurang Bayar
Lebih Bayar Balans
Tidak Balans
Jumlah SPT yang masuk KP.PPh pasal 1 ayat 4
SPT PPh 17701-Y KP.PPh 1P
Pembukuan bukan Takwin SPT dan Penundaan
3. Belum memasukan SPT Th.
6.216 980
647 61
1.688 1.688
87 3
1.775
4.441 6.407
1.861 667
15 2.543
2.543 2
1 2.546
3.861 12.623
2.841 1.314
76 4.231
4.231 89
1 3
4.321
8.302
Sumber: KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu diolah sendiri
Untuk Tahun Pajak 2006 sampai dengan 31 Desember 2007 diketahui bahwa tingkat efektifitas Wajib Pajak Badan dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya untuk melaporkan SPT Tahunannya mengalami banyak penurunan, yaitu:
Persentase tingkat efektifitas = SPT diterima KPP WP terdaftar di KPP
= 1.775 6.216
= 28,5 Hasil tersebut menjelaskan bahwa hanya sebesar 28,5 Wajib Pajak
Badan melaporkan SPT Tahunannya, sebagian dari Wajib Pajak Badan yang telah terdaftar melakukan banyak penundaan serta tidak memasukan SPT Tahunannya
di KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu, yaitu sebanyak 4.441 Wajib Pajak Badan yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya selama 2 tahun berturut-turut
untuk melaporkan SPT Tahunannya. Dari Keterangan yang diperoleh hal ini dikarenakan selain banyak yang melakukan penundaan sebagian Wajib Pajak
Badan tersebut telah membubarkan usahanya tetapi belum ada akte pembubarannya dari instansi yang berwenang, Wajib Pajak Badan yang
berdasarkan hasil penelitian pengamatan sudah tidak melakukan kegiatan usaha lagi serta tidak diketahui lagi keberadaan alamatnya meskipun sudah dilakukan
pencarian oleh petugas yang ditunjuk oleh KPP. Dan jumlah SPT yang masuk pada tahun 2006 sd 31 Desember 2007 berjumlah 1.688 SPT, yaitu terdiri dari:
1. 980 SPT menyatakan Nihil
2. 647 merupakan SPT Kurang Bayar
3. 61 adalah SPT Lebih Bayar
4. Tidak ada SPT yang termasuk kategori Tidak Balans.
Berdasarkan dari hasil keseluruhan perhitungan persentase tersebut dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan pemeriksaan pajak yang telah dilakukan
oleh petugas pemeriksa pajak atas SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan memiliki pengaruh yang cukup baik terhadap peningkatan efektifitas Wajib
Pajak Badan untuk menyerahkan SPT Tahunannya, hal ini dapat dilihat pada penyerahan SPT Tahunan tahun 2004 sampai dengan 31 Desember 2005 yaitu
sebesar 31,7 Wajib Pajak Badan efektif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Akan tetapi hal tersebut tidak dapat berlangsung lama
dikarenakan pada tahun berikutnya persentase penyerahan SPT Tahunan ke
Kantor Pelayanan Pajak berangsur menurun, tahun 2005 sampai dengan 31 Desember 2006 tingkat efektifitas Wajib Pajak Badan dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya untuk melaporkan SPT Tahunannya sedikit mengalami penurunan yaitu sebesar 30,6 saja Wajib Pajak Badan
menyerahkan SPT Tahunannya. Sedangkan untuk tahun pajak 2006 sampai dengan 31 Desember 2007 tingkat efektifitas Wajib Pajak Badan dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya untuk melaporkan SPT Tahunannya banyak mengalami penurunan yaitu hanya sebesar 28,5 Wajib Pajak Badan
yang menyerahkan SPT Tahunannya, sebagian besar Wajib Pajak Badan yang telah terdaftar banyak melakukan penundaan terhadap SPT Tahunannya serta
tidak memasukan SPT Tahunannya ke KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu. Untuk Tahun Pajak 2007, jumlah SPT yang masuk belum dapat diketahui
karena baru akan dilaporkan pada tahun pajak 2008, yang baru diketahui hanya jumlah Surat Tagihan Pajak saja yang masuk yaitu sebesar 487 STP.
Jadi pada tahun ini belum dapat diketahui berapa jumlah SPT yang menyatakan Nihil, Kurang Bayar, Lebih Bayar, dan SPT Tidak Balans.
Kecenderungan penurunan ini dapat kemungkinan di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu diantaranya kurangnya pemahaman dan kesadaran
Wajib Pajak Badan atas kewajiban perpajakannya terutama dalam penyampaian SPT setiap tahunnya, serta beberapa tindakan pemeriksaan yang
terkadang kurang memperhatikan norma dan pedoman pemeriksaan sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No.16 pasal 29 tahun 2000
Tentang ketentuan umum dan Tata cara Perpajakan, seperti transparansi atas hasil pemeriksaan pajak yang dapat memacu rasa percaya Wajib Pajak Badan
pada pihak fiskus serta manfaat yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaan sebagai upaya penegakan keadilan bagi Wajib Pajak. Selain itu pada saat
pemeriksaan pajak berlangsung petugas pemeriksa sedikit mengalami hambatan yang cukup berarti yang berasal dari fiskusnya sendiri yaitu
kurangnya petugas pemeriksa pajak yang hanya berjumlah 12 orang di KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu.
Terjadi peningkatan dikarenakan sarana yang telah diberikan oleh KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu sudah cukup memadai, dan secara umum SPT
Tahunan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak Badan ke KPP telah memenuhi persyaratan formal yang ditentukan, walaupun masih ada Wajib Pajak Badan
yang salah dalam menggunakan norma perhitungan. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan yang tanggapannya untuk diperiksa cukup tinggi, sehingga
pemeriksa pajak dapat segera menyelesaikan pemeriksan tepat pada waktunya dan sesuai dengan Surat Perintah Pemeriksaam Pajak SP3. Selain itu dalam
rangka untuk terus meningkatkan penerimaan pajaknya KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu berusaha mengefektifkan Wajib Pajak Badan yang
selama ini belum terdaftar. Dan berdasarkan pengamatan serta wawancara dengan para petugas pemeriksa pajak di KPP Jakarta Kebayoran Baru Satu
seksi PPh Badan, SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak sudah lengkap dan
sudah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini diketahui karena kasubsi PPh Badan melakukan pengawasan langsung terhadap lampiran
Daftar harta dan kekayaan serta Daftar kewajiban sehingga SPT tersebut telah diisi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Ketentuan Pembukuan dan Pencatatan
Dalam melaporkan pendapatannya Wajib Pajak menggunakan pembukuan, pembukuan yang mereka pergunakan harus didukung oleh bukti-
bukti transaksi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, hal ini dikatakan oleh salah satu petugas pemeriksa di Seksi PPh Badan. Namun ada
juga Wajib Pajak yang hanya melakukan pencatatan terhadap omset mereka atau penghasilan brutonya dan telah menghitung penghasilan neto mereka
dengan menggunakan norma perhitungan penghasilan neto yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak