Surat Ketetapan Pajak SKP Strategi Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak

c. With Holding System Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.

6. Surat Ketetapan Pajak SKP

Pada prinsipnya pajak terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenakan pajak, tanpa menunggu adanya Surat Ketetapan Pajak SKP. Surat Ketetapan Pajak hanya berfungsi sebagai surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah pengurangan pembayaran pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar. Berdasarkan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak tidak lagi berkewajiban untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atas keseluruhan Surat Pemberitahuan SPT Wajib Pajak. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak hanya terbatas pada wajib pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran pengisian SPT atau ditemukannya data fiskal yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak. Surat Ketetapan Pajak baru diterbitkan bila Wajib Pajak tidak membayar pajak sebagaimana mestinya menurut peraturan Perundang-undangan Perpajakan. Untuk mengetahui apakah Wajib Pajak tidak atau kurang membayar pajak, adalah karena dilakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang bersangkutan dan hasil pemeriksaan itu diketahui bahwa pajaknya kurang dibayar dari jumlah yang seharusnya terutang. Pemeriksaan dapat dilakukan ditempat Wajib Pajak dengan memeriksa pembukuan dengan melalui penelitian administrasi.

7. Strategi Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak

Menurut data yang diperoleh dari www.pajak.go.id Inovasi online edisi vol.6xiiiMaret 2006 Strategi yang ditempuh guna meningkatkan dan menjaga kepatuhan Wajib Pajak adalah: a. Pembangunan pusat data dan pembentukan system nomor induk tunggal sigle identification number. Upaya ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemampuan Direktorat Jenderal Pajak untuk lebih efektif dalam melakukan pengawasan terhadap Wajb Pajak. b. Pemanfaatan teknologi informasi dalam rangka pembentukan pusat data secara nasional, koordinasi dengan lembaga keuangan dan otoritas moneter dalam rangka peningkatan akses informasi atas transaksi keuangan Wajib Pajak dan penyisiran wilayah-wilayah dimana banyak terdapat anggota masyarakat yang belum terdaftar sebagai Wajib Pajak. Strategi ini telah menghasilkan pertambahan jumlah Wajib Pajak dalam kurun waktu satu tahun. Tabel 2.1 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Tahun 2002- Desember 2007 Tahun Jumlah Wajib Pajak Badan dan Orang Pribadi 2002 5.835.493 2003 6.603.479 2004 7.374.028 2005 8.090.140 2006 8.683.121 2007 13.107.723 c. Perbaikan Manajemen Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Perbaikan manajemen pemeriksaan pajak, sebagai upaya peningkatan penegakan hukum law enforcement pajak, dilaksanakan dengan pengembangan risk analysis sebagai dasar pemeriksaan, pengembangan system administrasi pemeriksaan pajak, dan pengembangan data matching sebagai basis elektronik audit. Sementara itu, perbaikan manajemen penyidikan pajak dilaksanakan dengan pengembangan kegiatan intelijen sebagai dasar penyidikan, pengembangan kerja sama dengan instansi penegak hukum lainnya, dan pengembangan system administrasi penyidikan pajak. Pengembangan penegakan hukum pajak dari November 2004-September 2005 adalah sebanyak 20 Wajib Pajak disidik, 159 Wajib Pajak dicegah dan 4 Wajib Pajak disandera. d. Peningkatan program penyuluhan kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran Wajib Pajak, memperluas, dan meningkatkan pengetahuan pajak. Upaya penyuluhan pajak dilaksanakan dengan cara: 1 Penerapan pendidikan perpajakan kepada generasi muda, baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal, 2 Sosialisasi perpajakan kepada masyarakat, dan 3 Penyediaan hot line service bagi masyarakat untuk memperoleh pengetahuan tentang perpajakan, serta 4 Optimalisasi fungsi public relation juga dilaksanakan untuk dapat meningkatkan citra positif aparatur pajak.

8. Perlawanan Terhadap Pajak