2.3 Perilaku
Perilaku pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta
lingkungan. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap hanya sebagian dari bentuk perilaku manusia.
8
Menurut Lewrence Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor pokok, yaitu:
8
1. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors, mencakup pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal- hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat dan
sebagainya. 2.
Faktor-faktor pendukung enabling factors, mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
3. Faktor-faktor pendorong reinforcing factors, mencakup sikap dan perilaku
tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas kesehatan, pemerintah dan daerah yang terkait dengan kesehatan.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut adalah faktor perilaku masyarakat terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut.
Tindakan pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut dalam masa kehamilan dapat dilakukan di rumah, yaitu dengan melakukan pencegahan primer. Pencegahan primer
dilakukan sebelum terjadinya keadaan patologis di dalam rongga mulut, yaitu dengan kontrol plak. Kontrol plak dapat dilakukan dengan membersihkan gigi dan mulut secara
teratur.
4
Universitas Sumatera Utara
2.4 Kehamilan dan kaitannya dengan kesehatan gigi dan mulut 2.4.1 Definisi kehamilan
Kehamilan berasal dari kata latin “graviditas” yang berarti suatu fetus atau embrio yang dikandung di dalam tubuh seorang wanita.
9
Kehamilan biasanya berlangsung rata- rata selama 40 minggu yang dimulai dari hari pertama menstruasi terakhir. Menurut
WHO, masa kehamilan normal berlangsung antara 37 – 42 minggu. Masa kehamilan ini dibagi dalam tiga bagian yang sama atau trimester, yakni:
9,10
1. Trimester pertama:
1 – 14 minggu 2.
Trimester kedua: 14 – 30 minggu
3. Trimester ketiga:
30 – 40 minggu
2.4.2 Perubahan pada Wanita Hamil
Kehamilan pada umumnya merupakan suatu proses alamiah dalam kehidupan wanita, yang melibatkan perubahan hormonal yang kompleks. Efek perubahan
hormonal ini akan menyebabkan perubahan fisik dan perubahan fisiologis.
1,11,12
Perubahan-perubahan ini merupakan proses adaptif penyesuaian diri selama masa kehamilan untuk kebutuhan perkembangan janin dan persiapan untuk melahirkan.
5,12
Kehamilan melibatkan adaptasi maternal yang meliputi perubahan-perubahan fisik dan fisiologis. Perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi, seperti: perubahan sistem
kardiovaskular, hematologi, respirasi, gastrointestinal, saluran kemih dan endokrin
12-14
Perubahan yang terjadi merupakan hasil dari peningkatan sekresi hormonal dan pertumbuhan janin.
9,12
Universitas Sumatera Utara
Perubahan sistem kardiovaskular Sistem kardiovaskular mengalami perubahan pada masa kehamilan. Perubahan
sistem kardiovaskular meliputi posisi dan ukuran jantung, peningkatan volume darah dan kardiac output, penurunan tekanan darah dan kemungkinan mengalami sindrom
supine hipotensi.
12-14
Uterus yang membesar menyebabkan diafragma mengalami elevasi, sehingga jantung bergeser ke atas dan sedikit ke kiri dengan rotasi pada aksis jantung. Selain itu,
ukuran jantung meningkat sekitar 12 karena peningkatan volume atau hipertropi otot jantung.
13
Perubahan vaskular pada masa kehamilan ditandai dengan meningkatnya volume darah sekitar 32 dan kardiac output sekitar 20-40.
10,12
Kardiak output sangat sensitif terhadap perubahan posisi tubuh. Sensitivitas ini meningkat seiring dengan usia
kehamilan, karena uterus menekan vena kava inferior, sehingga terjadi penurunan aliran darah balik ke jantung. Peningkatan kardiak output menyebabkan denyut nadi
meningkat 10-20 denyutan per menit sebagai proses adaptasi maternal.
12,13
Penurunan tekanan darah terjadi pada trimester pertama.
12,13
Tekanan darah dapat menurun baik pada sistolik maupun diastolik. Tekanan darah sistolik mengalami sedikit
perubahan, namun tekanan darah diastolik menurun 5-10 mmHg pada minggu ke 12-28 kehamilan. Setelah minggu ke 36 kehamilan, tekanan darah akan meningkat seperti
keadaan normal.
13
Sindrom supine hipotensi adalah keadaaan yang mempengaruhi hampir 8 wanita hamil dan biasanya terjadi pada trimesrter ketiga. Sindrom ini diakibatkan karena
Universitas Sumatera Utara
penekanan uterus pada vena kava inferior dan terhalangnya venous return ke jantung pada saat posisi terlentang. Keadaan ini menyebabkan penurunan tekanan darah dan
kehilangan kesadaran.
10,12
Perubahan sistem respirasi Perubahan sistem respirasi pada masa kehamilan diperlukan untuk pertumbuhan
janin dan kebutuhan oksigen maternal. Perubahan sistem respirasi meliputi perubahan kebutuhan oksigen, dyspnea sesak nafas dan peningkatan volume tidal.
12
Kebutuhan oksigen berubah pada masa kehamilan. Kebutuhan oksigen wanita hamil akan meningkat sebesar 20 dan persediaan oksigen cadangan akan berkurang.
Hal ini akan menyebabkan wanita hamil rentan mengalami hipoksia.
12
Produksi hormon seks wanita yang meningkat akan mempengaruhi mukosa saluran respirasi. Hal ini ditandai dengan adanya pembesaran pada nasofaring, laring,
trakhea dan bronkus. Keadaan tersebut menyebabkan perubahan suara dan pernafasan melalui hidung mengalami gangguan. Oleh karena itu, keluhan dyspnea sering dijumpai
pada wanita hamil.
11,12,14
Peningkatan volume tidal disebabkan oleh uterus menekan diafragma ke atas. Pergeseran diafragma ini akan menyebabkan kapasitas paru total menurun 4-5.
Kapasitas residu fungsional, volume residu, dan volume cadangan respirasi mengalami penurunan sekitar 20. Volume tidal yang lebih besar dan volume residu yang menurun
menyebabkan peningkatan ventilasi alveolar sebesar 65 pada masa kehamilan. Selain itu, kapasitas inspirasi meningkat 5-10.
13
Universitas Sumatera Utara
Perubahan hormonal juga menyebabkan pembesaran mukosa saluran respirasi. Pernafasan melalui hidung akan semakin sulit, sehingga wanita hamil cenderung
bernafas dengan mulut, terutama pada malam hari. Hal ini akan menyebabkan terjadinya xerostomia.
11
Insidensi xerostomia pada wanita hamil adalah sekitar 44.
15
Xerostomia ini akan meningkatkan frekuensi karies gigi.
11
Perubahan sistem hematologi Perubahan sistem hematologi yang terjadi adalah peningkatan volume darah,
anemia dan peningkatan faktor koagulan, kecuali faktor XI dan XIII.
12,13
Peningkatan volume darah diperlukan untuk mengkompensasi aliran darah ke uterus, kebutuhan
metabolisme fetus dan peningkatan perfusi pada organ lain terutama ginjal.
13
Anemia yang terjadi pada wanita hamil disebabkan karena peningkatan jumlah volume darah
yang lebih besar daripada jumlah volume sel darah merah. Faktor koagulan VIII-X akan meningkat, namun faktor XI dan XIII akan menurun pada wanita hamil. Dengan
demikan, kehamilan merupakan suatu keadaan hiperkoagulasi. Keadaan hiperkoagulasi ini akan meningkatkan resiko terjadinya trombosis.
12-14
Perubahan sistem gastrointestinal Perubahan sistem gastrointestinal terjadi karena perubahan hormonal dan akibat
pembesaran uterus. Perubahan tersebut terlihat dengan adanya nausea rasa mual dan muntah.
12
Nausea dan muntah terjadi pada awal kehamilan yang dimulai dari 5 minggu setelah menstruasi terakhir dan puncaknya terjadi sekitar 8-12 minggu. Setelah itu,
gejalanya akan perlahan-lahan menurun. Hal ini disebabkan karena kadar estrogen dan
Universitas Sumatera Utara
progesteron yang meningkat. Nausea yang berlebihan akan menyebabkan hiperemesis. Insidensi hiperemesis hanya terjadi sekitar 1 pada wanita hamil.
12
Selain itu, nausea dapat menyebabkan ptyalism hipersalivasi. Hipersalivasi disebabkan karena
kemampuan wanita hamil yang nausea untuk menelan saliva menjadi berkurang.
11
Peningkatan hormon gastin akan menyebabkan peningkatan volume lambung dan penurunan pH lambung.
13
Selain itu, pembesaran uterus menyebabkan peningkatan tekanan intragastrik gastric reflux.
12,13
Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya pyrosis heartburn. Insidensi heartburn terjadi kira-kira 32-50 pada wanita hamil.
12
Perubahan sistem saluran kemih Perubahan sistem saluran kemih meliputi peningkatan jumlah filtrasi glomerulus
GFR, perubahan biokimia pada urin dan darah, dan infeksi saluran kemih. Peningkatan aliran plasma ginjal sekitar 50-80 dan pada GFR sekitar 50.
Peningkatan ini sebagai akibat dari peningkatan volume darah. Peningkatan GFR dan lemahnya kapasitas resorbsi tubuler untuk menfiltrasi glukosa akan menyebabkan
terjadinya glukosuria. Peningkatan glukosa dalam urin akan meningkatkan insiden infeksi saluran kemih.
12,13
Perubahan sistem endokrin
Hormon seks wanita yang utama diproduksi oleh plasenta, yaitu: estrogen, progesteron dan gonadotrophin. Hormon-hormon ini berpengaruh terhadap perubahan-
perubahan fisiologis pada masa kehamilan. Estrogen dan progesteron adalah hormon antagonis dari insulin. Meningkatnya kedua hormon ini akan menyebabkan hormon
insulin menjadi resisten, sehingga hormon insulin akan meningkat sebagai proses
Universitas Sumatera Utara
homeostatik. Akan tetapi, sekitar 45 wanita hamil tidak mampu memproduksi hormon insulin sehingga keseimbangan tidak terjadi. Keadaan ini meningkatkan resiko
terjadinya diabetes gestational, terutama pada wanita yang mengalami obesitas dan memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus tipe II.
12
Diabetes gestational biasanya terdeteksi pada masa trimester ketiga kehamilan.
14
2.4.3 Hubungan Kehamilan dengan Rongga Mulut
Kehamilan melibatkan perubahan-perubahan hormonal kompleks yang
menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis pada hampir seluruh tubuh, termasuk rongga mulut.
1
Perubahan-perubahan ini dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit mulut. Peningkatan resiko terjadinya penyakit mulut pada wanita hamil disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti: 1.
Refleks muntah gagging Pada trimester pertama kehamilan, beberapa wanita hamil sulit menyikat gigi
karena sikat gigi atau pasta gigi merangsang refleks muntah. Hal ini menyebabkan penyikatan gigi sulit dilaksanakan, sehingga meningkatkan frekuensi karies gigi.
16
2. Nausea dan muntah
Insiden nausea dan muntah sekitar 50-90 pada trimester pertama kehamilan. Muntah-muntah yang berkepanjangan dapat menyebabkan permukaan lingual dari gigi
anterior terpapar asam lambung dan pH saliva berubah sehingga meningkatkan frekuensi karies gigi.
4,16
3. Perubahan pola makan
Universitas Sumatera Utara
Kehamilan dapat mengubah selera makan dan pola makan kebiasaan mengidam. Pada umumnya nafsu makan wanita hamil akan meningkat. Hal ini menjadi penyebab
diet makanan menjadi tidak seimbang. Selain itu, kebiasaan memakan makanan berkadar gula tinggi dalam waktu yang lama akan meningkatkan frekuensi karies
gigi.
16,17
4. Rasa takut
Keadaan gingiva yang lebih sensitif terhadap pendarahan dan rasa sakit dapat mempengaruhi wanita hamil untuk menjadi takut menggosok gigi. Keadaan ini
menyebabkan poket periodontal semakin dalam.
4
Sebagian wanita hamil merasa takut untuk melakukan kunjungan ke dokter gigi. Hal ini akan memperpanjang waktu pengabaian diet yang tidak seimbang, akibatnya
terjadi peningkatan konsumsi karbohidrat berfermentasi selama kehamilan.
17
5. Perubahan perilaku kebiasaan
Frekuensi kebersihan mulut yang berkurang dapat disebabkan karena kelelahan atau rasa malas, nausea pada saat menyikat gigi, kekhawatiran tentang kecenderungan
meningkatnya pendarahan gingiva saat menyikat gigi.
16,17
Kebiasaan mengabaikan kebersihan gigi dan mulut ini dapat berakibat terjadinya peningkatan frekuensi karies
dan penyakit periodontal.
4
Hal-hal di atas menunjukkan bahwa pada wanita hamil terjadi perubahan fisiologis yang disertai dengan perubahan sikap dan perilaku yang tidak biasa. Oleh karena itu,
penyakit mulut yang terjadi pada masa kehamilan bukan semata-mata dipengaruhi oleh kehamilan, melainkan juga dipengaruhi oleh faktor sikap dan perilaku wanita hamil.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit mulut ini tidak hanya mempengaruhi kondisi rongga mulut wanita hamil, melainkan juga mempengaruhi pertunbuhan dan perkembangan janin.
2.4.3.1 Efek Kehamilan terhadap Kesehatan Rongga Mulut
Kehamilan menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh dan termasuk juga di rongga mulut.
1
Hal ini dapat terlihat terutama pada gingiva. Perubahan ini dipengaruhi oleh perubahan pada sistem hormonal dan vaskular bersamaan dengan faktor iritasi.
10
Efek kehamilan terhadap kesehatan rongga mulut meliputi gingivitis kehamilan, tumor kehamilan, erosi gigi, karies gigi dan mobiliti gigi.
2,4,12,16-20
Universitas Sumatera Utara
A. Gingivitis kehamilan
Gingivitis kehamilan adalah peradangan gingiva pada wanita hamil. Prevalensi gingivitis kehamilan terjadi sekitar 60-75.
18
Keadaan ini disebabkan karena meningkatnya hormon seks wanita dan biasanya tidak terjadi tanpa keberadaan iritan
lokal.
19-21
Oleh karena itu, kehamilan bukanlah penyebab langsung dari gingivitis kehamilan, tetapi perubahan metabolisme jaringan pada kehamilan yang memperburuk
respons gingiva terhadap iritan lokal.
10,21
Gambar 1. Gingivitis Kehamilan
18
Gingivitis kehamilan terlihat sejak bulan kedua dari kehamilan dan mencapai puncaknya pada bulan kedelapan.
10,21
Secara klinis, gingivitis kehamilan sangat bervariasi. Distribusi peradangan biasanya generalisata, dan cenderung lebih menyolok
pada sisi interproksimal daripada sisi vestibular dan oral.
21
Gingiva yang terlibat berwarna merah terang, lunak, mudah tercabik, dengan permukaan yang licin dan
berkilat. Pendarahan gingiva bisa terjadi secara spontan atau disebabkan oleh iritasi
Universitas Sumatera Utara
ringan, seperti gingiva cenderung berdarah pada saat menyikat gigi.
19-21
Kadang-kadang, penderita akan mengalami sedikit rasa sakit.
10
B. Tumor Kehamilan granuloma pyogenik
Tumor kehamilan adalah lesi peradangan hiperplastik yang lunak. Prevalensi tumor kehamilan terjadi sekitar 1,8-5 .
18
Keadaan ini disebabkan karena meningkatnya hormon seks wanita, iritasi lokal dan bakteri.
10,22
Tumor kehamilan sebenarnya bukanlah neoplasma, melainkan respon inflamatoris terhadap iritan lokal
yang dimodifikasi oleh kondisi pasien.
21
Gambar 2. Tumor Kehamilan
18
Tumor kehamilan biasanya terlihat pada trimester ketiga kehamilan, tetapi bisa juga terjadi lebih cepat.
21,22
Secara klinis, tumor kehamilan terlihat seperti massa bulat dan pipih berwarna merah keunguan sampai merah kebiruan yang menjulur dari tepi
gingiva atau dari ruang interproksimal.
10,21
Lesi ini biasanya terjadi di sekitar daerah papilla interdental dan pada daerah-daerah yang terdapat iritan lokal.
23
Lesi ini lebih sering terjadi pada rahang atas terutama di sisi vestibular pada daerah anterior dan dapat
Universitas Sumatera Utara
membesar menutupi mahkota gigi. Lesi ini biasanya tidak disertai nyeri sakit, namun jika lesi berbentuk besar dapat menyebabkan ulserasi yang disertai nyeri sakit. Selain itu,
tumor kehamilan mudah berdarah jika terkena injuri.
18,21
Meskipun tumor kehamilan berkurang besarnya secara spontan setelah persalinan, penyingkiran lesi ini secara tuntas memerlukan penyikiran semua bentuk iritan
lokal.
21,22
C. Erosi gigi
Erosi enamel adalah kerusakan gigi pada bagian enamel. Selama masa kehamilan, rongga mulut lebih sering terpapar pada asam lambung akibat rasa mual dan muntah
yang dapat merusak dental enamel.
19
Keadaan ini biasanya terjadi pada bagian palatal dari anterior rahang atas. Erosi gigi lebih sering dialami oleh wanita hamil yang
mengalami hyperemesis gravidarum.
18
Gambar 3. Erosi Gigi
19
D. Karies gigi
Universitas Sumatera Utara
Karies gigi adalah proses demineralisasi enamel akibat asam yang berasal dari proses fermentasi karbohidrat.
18
Proses karies lebih cepat terjadi pada masa kehamilan. Keadaan ini disebabkan karena pH saliva wanita hamil lebih asam daripada wanita tidak
hamil, kebiasaan memakan makanan berkadar gula tinggi, dan adanya rasa mual dan muntah yang membuat wanita hamil malas memelihara kebersihan rongga mulut.
2,18
Gambar 4. Karies Gigi
18
E. Mobiliti gigi
Mobiliti gigi dapat terjadi pada masa kehamilan. Keadaan ini disebabkan karena peningkatan hormon seks wanita yang mempengaruhi jaringan periodontal, yakni
ligamen periodontal dan tulang alveolar yang mendukung gigi. Oleh karena itu, mobiliti gigi dapat disebabkan oleh penyakit periodontal, seperti: gingivitis dan
periodontitis.
2,18
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Periodontitis disertai dengan mobiliti gigi
18
Universitas Sumatera Utara
2.4.3.2 Efek Kesehatan Rongga Mulut terhadap Kehamilan
Berbagai penelitian menunjukkan hubungan antara penyakit periodontal dengan kehamilan, berupa persalinan dini, yaitu masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan
bayi dengan berat lahir rendah BBLR.
11-13,18
Bukti pertama adanya hubungan ini adalah penelitian Galloway 1931 yang menunjukkan adanya efek infeksi bakteri dari
penyakit periodontal terhadap wanita hamil dan perkembangan fetus.
19
Offenbacher dkk melakukan penelitian pada 93 wanita hamil yang melahirkan BBLR. Dengan memperhitungkan faktor resiko lain seperti: merokok, konsumsi alkohol,
penyalahgunaan obat, frekuensi perawatan prenatal, paritas dan infeksi saluran kemih, ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara BBLR dengan penyakit periodontal.
Wanita hamil dengan periodontitis mempunyai resiko tujuh kali lebih besar daripada wanita hamil tanpa periodontitis untuk melahirkan BBLR.
15,23
Penelitian Offenbacher dkk selanjutnya menemukan bahwa kadar PG
2
lebih tinggi pada wanita yang melahirkan bayi dengan BBLR. Selain itu, mereka juga menemukan
bakteri patogen periodontal, yaitu B. forsythus, P. Gingivalis, T. denticola dan A. Actinomyecetemcomitans pada wanita hamil. Hal ini menunjukkan adanya hubungan
antara penyakit periodontal dengan kelahiran BBLR.
15,23
Penyakit periodontal disebabkan oleh bakteri anaerob gram negatif. Toxin dari bakteri ini berupa endotoksin lipopolisakarida LPS, yang akan mencapai uterus
melalui aliran darah dan merangsang respon inflamatori jaringan periodontal.
18
Proses ini akan menimbulkan bakterimia. Oleh karena itu, LPS akan memicu mediator
inflamatori pada organ sistemik dan jaringan periodontal, terutama sitokinin, tumor nekrosis faktor TNF-
α, interleukin IL-1ß, dan prostaglandin PGE
2
yang dapat
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi kehamilan.
19,23
Mediator ini dapat membahayakan unit fetoplasenta dengan menimbulkan kontraksi otot rahim dan dilatasi leher rahim. Keadaan ini
meningkatkan resiko kelahiran BBLR.
12,19
Berikut adalah gambar mengenai mekanisme efek penyakit periodontal terhadap kelahiran BBLR.
Gambar 6. Mekanisme efek penyakit periodontal terhadap kelahiran BBLR
Pada kenyataannya, perawatan penyakit periodontal telah dibuktikan dapat mengurangi resiko kelahiran BBLR. Selain itu, penelitian lain juga menunjukkan efek
penyakit periodontal terhadap kehamilan berupa resiko terjadinya pre-eklampsia.
18
Penyakit periodontal
Jaringan periodontal
Flora patogenik Pelepasan LPSendotoksin
Jaringan periodontal
Pelepasan mediator inflamatori secara local,
IL-1 ß, TNF-
α
, PGE2
Organ-organ sistemik
Terpapar LPS dan memicu mediator untuk
peningkatan sitokinin
Unit fetoplasenta
Peningkatan IL-1 ß, PGE2 Kontraksi otot rahim
Dilatasi leher rahim
Universitas Sumatera Utara
Akan tetapi, ada juga penelitian yang masih mempertanyakan adanya hubungan antara penyakit periodontal dengan kehamilan.
12,15,18
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Kesehatan Gigi dan Mulut pada Masa Kehamilan
Masalah kesehatan gigi dan mulut yang tidak ditangani pada masa kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan wanita hamil dan janinnya.
24
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut adalah faktor perilaku
masyarakat terhadap pencegahan penyakit gigi dan mulut.
10,17
Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan perlu diperhatikan.
10
Adanya kerusakan gigi atau penyakit periodontal di rongga mulut akan menimbulkan berbagai gangguan. Untuk mencegah timbulnya gangguan di rongga
mulut pada masa kehamilan, perlu diciptakan kebersihan mulut yang optimal. Pelaksanaan program kontrol plak penting dilakukan untuk mencegah peradangan pada
gingiva akibat iritasi lokal, gangguan keseimbangan hormonal dan kelainan-kelainan di rongga mulut pada masa kehamilan.
10
Hal yang perlu ditekankan kepada wanita hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan,
adalah pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan tidak hanya untuk kepentingan kesehatan wanita hamil, tetapi juga untuk kesehatan janin.
10,16
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan, yaitu:
1. Menyikat gigi, penggunaan benang gigi dental floss dan obat kumur
Menyikat gigi dan penggunaan benang gigi dental floss dilakukan setelah makan dan sebelum tidur, dilanjutkan dengan berkumur dengan larutan antiseptik.
24,25
Menyikat gigi dilakukan setiap hari. Lama penyikatan gigi sekitar dua menit. Pemakaian sikat gigi diganti dengan yang baru setiap tiga bulan untuk menghindari
Universitas Sumatera Utara
iritasi jaringan lunak mulut seperti gusi, yang dapat mengakibatkan infeksi bakteri. Selain itu, pasta gigi yang digunakan sebaiknya mengandung flourida untuk mencegah
terjadinya kerusakan gigi.
10,16
Apabila refleks muntah gagging timbul pada saat menyikat gigi, maka penggunaan gel fluoride seperti 1,23 NaF dianjurkan. Gel fluoride mengandung
sedikit pemanis dan tidak ada agen busa sehingga sesuai digunakan jika rasa manis atau busa pasta gigi sebagai faktor yang menimbulkan masalah gagging.
16,26
Penggunaan benang gigi dental floss dianjurkan untuk membersihkan daerah interdental gigi dari sisa-sisa makanan, sedangkan obat kumur larutan antiseptik untuk
mengurangi prevalensi karies gigi dan pembengkakan gusi.
16,17
Obat kumur yang digunakan dapat berupa obat kumur yang mengandung kombinasi 0,05 sodium
flourida dan 0,12 klorheksidin pada enam bulan pertama masa kehamilan hingga persalinan.
25
Plak gigi hanya dapat disingkirkan jika penyikatan gigi terlaksana secara efektif. Lamanya waktu sikat gigi dan usia sikat gigi sangat mempengaruhi keefektifan
penyikatan gigi. Namun, plak gigi juga dapat terbentuk lagi dalam waktu 1 sampai 3 menit sesudah menyikat gigi. Untuk menghambat pembentukan plak kembali,
penggunaan obat kumur antiseptik setelah menyikat gigi bisa dipercaya untuk mengurangi plak secara kimiawi. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian di
Amerika Serikat yang menyatakan bahwa penggunaan obat kumur sebagai penunjang dalam penyikatan gigi dan dental floss dapat mengurangi pembentukan plak sekitar
20 dibandingkan dengan hanya melakukan penyikatan gigi dan dental floss.
27
Universitas Sumatera Utara
2. Berkumur- kumur setelah refluks lambung atau setelah emesis muntah-
muntah Refluks lambung atau emesis membawa HCl dengan pH 1-1,5 sehingga pH dalam
rongga mulut menurun dan berubah menjadi asam.
16
Pada keadaan ini, dianjurkan untuk mencuci mulut berkumur-kumur dengan air sesegera mungkin. Penyikatan gigi tidak
boleh dilakukan setelah muntah untuk menghindari terjadinya erosi gigi. Setelah berkumur dengan air, dilanjutkan dengan berkumur dengan larutan yang mengandung
fluorida untuk memperkuat dentin dan mengurangi tingkat sensitivitas gigi terhadap asam lambung yang dikeluarkan, atau dengan larutan sodium bikarbonat yang dapat
menetralisasi asam pada permukaan gigi. Penyikatan gigi dilakukan satu jam setelah muntah.
16,25,26
3. Mempertahankan diet seimbang pola makanan 4 sehat 5 sempurna
Diet makanan yang seimbang sangat penting untuk kesehatan ibu dan anak. Selama kehamilan, frekuensi makan dapat meningkat karena beberapa alasan, seperti:
membantu mengontrol nausea, rasa lapar terus menerus, dan lain-lain.
16
Oleh karena itu, strategi untuk mengurangi prevalensi karies gigi adalah melakukan diet rendah gula
makanan yang bersifat non-kariogenik. Apabila selera makan ngidaman hanya terpenuhi dengan makanan manis, maka makanan yang dipilih adalah buah-buahan.
17
Pola makan wanita hamil dapat mempengaruhi kesehatan janin. Pola makan yang sehat penting untuk menyediakan kebutuhan nutrisi yang cukup untuk ibu dan anak.
Nutrisi yang penting untuk kesehatan rongga mulut pada ibu dan anak meliputi vitamin A, C, dan D; kalsium; fosfor; protein; dan fluor.
23
Pada masa kehamilan, kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
nutrisi akan meningkat. Akan tetapi, konsep ”makan untuk porsi dua orang” sangat tidak dianjurkan.
17
Makanan diet ibu hamil harus mendapat perhatian terutama mengenai jumlah kalori dan protein yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemi, abortus dan pendarahan pasca persalinan. Jika makan makanan berlebihan karena beranggapan untuk porsi dua orang dapat
menyebabkan komplikasi seperti gemuk, janin besar dan sebagainya.
17
4. Melakukan pemeriksaan keadaan rongga mulut ke dokter gigi.
Kunjungan ke dokter gigi pada masa kehamilan bukanlah hal yang kontraindikasi.
10
Kunjungan ini bertujuan untuk meminimalkan komplikasi dari penyakit yang terjadi pada masa kehamilan dan mengembalikan fungsi dari bagian yang
hilang oleh dokter gigi. Kunjungan wanita hamil ke dokter gigi dilakukan minimal satu kali selama masa
kehamilan. Masa paling baik melakukannya adalah setelah trimester pertama, agar faktor penyebab penyakit gigi dan mulut dapat dideteksi lebih awal dan dapat
dihilangkan sedini mungkin.
28
Dalam masa kehamilan, kunjungan ke dokter gigi dianjurkan untuk:
28
a. Perawatan jaringan lunak dianjurkan untuk menghilangkan semua jenis iritasi
lokal penyebab gingivitis dan memperbaiki restorasi atau gigi tiruan yang rusak. b.
Perawatan fungsional rongga mulut berupa perbaikan fungsi gigi dan mulut, seperti penambalan karies gigi atau pembuatan gigi tiruan jika diperlukan.
Universitas Sumatera Utara
c. Perawatan kesehatan umum. Wanita hamil dianjurkan untuk memperhatikan
kesehatan selama kehamilan secara menyeluruh. Keadaan ini penting diketahui karena
sangat menentukan perawatan gigi lain yang akan dilakukan.
d. Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Wanita hamil dianjurkan untuk
mencegah kambuhnya penyakit gigi dan mulut dengan pemeliharaan kebersihan mulut di rumah dan dengan melakukan
kunjungan berkala ke dokter gigi.
Universitas Sumatera Utara
5. Pemakaian obat-obatan
Sekitar 20-40 wanita hamil menggunakan obat-obatan selama masa kehamilan. Pemakaian obat-obatan selama masa kehamilan sedapat mungkin dihindari, terutama
pada trimester pertama. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya pengaruh teratogenik obat pada janin.
10,29
Pengaruh teratogenik, yaitu terjadinya gangguan pertumbuhan janin, merupakan kejadian yang sungguh penting karena dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim,
keguguran dan cacat bawaan yang sementara ataupun menetap. Faktor penentu terjadinya pengaruh teratogenik pada penggunaan obat bagi wanita hamil, yaitu status
fisiologi ibu, status patologi ibu, usia kehamilan saat pemberian obat, kemudahan filtrasi obat melalui plasenta, dosis dan lama terapi obat, dan daya teratogenik obat.
10,29
Hal yang terpenting untuk diperhatikan dalam menghindari terjadinya pengaruh teratogenik obat adalah
a. Memperhatikan usia kehamilan saat pemberian obat.
Selama masa kehamilan, wanita hamil akan mengalami perubahan-perubahan seiring dengan periode kehamilan. Sebagian obat dapat memberikan pengaruh
teratogenik terhadap jaringan tertentu, terutama pada organ-organ janin yang belum maturasi, seperti: tetrasiklin yang dapat mempengaruhi tulang dan dental enamel janin.
b. Memperhatikan penggunaan obat-obatan selama masa kehamilan.
Beberapa obat-obatan yang biasa digunakan di kedokteran gigi belum menunjukkan pengaruh buruk pada janin, tetapi ada obat-obatan yang dengan cepat
dapat melalui plasenta sehingga kemungkinan akan memberikan efek negatif terhadap
Universitas Sumatera Utara
janin. Oleh karena itu, perhatian dalam pemakaian obat-obatan pada wanita hamil sangat penting.
10
Universitas Sumatera Utara
c. Konsultasi dengan dokter.
Untuk mengurangi efek negatif dari obat-obatan, wanita hamil sebaiknya harus memperhatikan penggunaan obat-obatan sesuai dengan nasehat atau resep dokter dan
melaksanakan konsultasi dengan dokter mengenai resiko medikasi dan obat-obat yang bersifat teratogenik.
10
Oleh karena itu, pemakaian obat-obatan pada masa kehamilan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena pemakaian obat dapat memberikan efek terhadap dua
subjek, yakni ibu dan janinnya.
2.5 Kerangka Teori
PENGETAHUAN SIKAP
PERILAKU WANITA HAMIL
KESEHATAN GIGI DAN MULUT
KEHAMILAN 1.Gingivitis kehamilan
2.Tumor kehamilan 3.Erosi gigi
4.Karies gigi 5.Mobiliti gigi
BBLR Bayi dengan
berat lahir rendah
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional.
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi penelitian adalah wanita hamil pengunjung Poliklinik Ibu Hamil PIH
RSU Dr.Pirngadi Medan. 3.2.2 Sampel
Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, penulis menggunakan proporsi perilaku wanita hamil terhadap kebersihan gigi dan mulut serta
penyakit periodontal berdasarkan penelitian oleh Natalia E dan Sjahruddin FLD 2005 di Indonesia yaitu p = 0,52 diperoleh sampel dengan menggunakan rumus:
N = Za
2
.p.q d
2
Dimana : Za = confidence level 95 1,96
p = proporsi perilaku wanita hamil terhadap kebersihan gigi dan mulut serta penyakit periodontal 0,52
q = 1-p d = presisi relatif 10
Maka N = 1,96
2
. 0,52. 1-0,52 0,1
2
Universitas Sumatera Utara