10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Syariah
Yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas
dasar prinsip syariah. Ahmad Rodoni, 2005 : 31 Secara konsep, bank syariah adalah bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip syariah islam, yaitu mengedepankan keadilan, kemitraan, keterbukaan dan universalitas bagi seluruh kalangan Yusak Laksmana, 2009 :
10. Menurut Muhammad 2005 : 1, bank syariah adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga, adalah lembaga keuanganperbankan yang
operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, bank islam adalah lembaga keuangan
yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya
disesuaikan dengan syariat Islam. Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian akad antar bank dengan pihak lain nasabah berdasarkan hukum Islam. Sehingga perbedaan antara
bank Islam syariah dengan bank konvensional terletak pada prinsip dasar
10
11
operasinya yang tidak menggunakan bunga, akan tetapi menggunakan prinsip bagi hasil, jual beli dan prinsip lain yang sesuai dengan syariat Islam, karena
bunga diyakini mengandung unsur riba yang diharamkan dilarang oleh Agama Islam Heithzal Rivai, dkk, 2007 : 758-759.
B. Nilai Tukar Rupiah 1. Definisi Nilai Tukar KURS
Menurut Adiningsih, dkk 1998 : 155, Nilai Tukar Rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang Negara lain . Jadi, nilai tukar rupiah
merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang Negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap dollar , nilai tukar rupiah
terhadap yen dan lain sebagainya. Menurut Lipsey et.al 1997, “Nilai tukar exchange rate adalah harga
suatu mata uang dalam satuan mata uang asing; ini adalah jumlah mata uang suatu negara asing yang harus dibayarkan untuk mendapatkan satu unit mata
uang domestik” Menurut Paul R Krugman dan Maurice 1994 : 34 Kurs adalah Harga
sebuah Mata Uang dari suatu Negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang.
Menurut Nopirin 1996 : 163 Kurs adalah Pertukaran antara dua Mata Uang yang berbeda,maka akan mendapat perbandingan nilaiharga antara
kedua Mata Uang tersebut. Menurut Suad Husnan 1998, “Kurs valuta asing di Indonesia
biasanya dinyatakan sebagai berapa rupiah yang diperlukan oleh bank untuk
12
membeli satu unit mata uang kurs beli dan berapa rupiah yang akan diterima kalau menjual satu unit mata uang asing kurs jual”
Menurut Mankiw 2007 “Exchange rate is the rate at which a country makes exchanges in world
markets.” Menurut Kuncoro 2008 “Kurs rupiah adalah nilai tukar sejumlah
rupiah yang diperlukan untuk membeli satu US US Dollar.” Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar
Madura, 1993, yaitu : 1. Faktor fundamental
Faktor fundamental berkaitan dengan indicator-indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar-negara,
ekspektasi pasar dan intervensi Bank Sentral. 2. Faktor Teknis
Faktor teknis berkaitan dengan kondisi penawaran dan permintaan devisa pada saat-saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan,
sementara penawaran tetap, maka harga valas akan naik dan sebaliknya. 3. Sentimen Pasar
Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita-berita poltik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valas naik atau
turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita-berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.
13
2. Teori Nilai Tukar Islam
Sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi perdagangan Internasional, Perbankkan Islam tidak dapat menghindarkan diri dari
keterlibatannya pada pasar valuta asing. Perbankkan Islam harus menyusun pedoman kerja operasional bagi dirinya agar juga mempunyai akses yang luas
ke pasar valuta asing tanpa harus terlibat pada mekanisme perdagangan yang tidak disetujui atau bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Perdagangan valuta asing dapat diibaratkan dengan pertukaran antara emas dan perak sharf. Harga atas pertukaran itu dapat ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara penjual dan pembeli. sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Bakar : “Jangan menukarkan
emas dengan emas dan perak dengan perak melainkan dengan kualitas yang sama, tapi tukarkanlah emas dengan perak menurut yang kanu sukai”
HR. Bukhari. Arifin, 2003; 196.
Teori nilai tukar Islam menyebutkan Karim, 2002: 97-98 penyebab fluktuasi nilai tukar mata uang dalam Islam juga digolongkan dalam dua
kelompok, yaitu: a. Natural alamiah; dan
b. Human Error factor kesalahan manusia, yang diakibatkan oleh korupsi dan kebobrokan administrasi, penetapan pajak penjualan yang tinggi
terhadap barang dan jasa, percetakan uang dengan maksud menarik keuntungan secara berlebihan.
14
C. Inflasi 1. Definisi Inflasi
Menurut Sukirno 2004:27 inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode
lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya. Menurut Nanga
2005, inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus. Inflasi adalah suatu keadaan yang
mengindikasikan semakin melemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara. Khalwaty, 2000:5.Menurut
Robert dan Ben 2004:98 another important economic statistic is the rate of inflation, which is the rate at which prices in general are increasing over
time. Menurutnya inflasi menyebabkan variasi harga dalam perekonomian.
Ketika inflasi tinggi, seseorang yang memiliki pendapatan tetap, seperti pensiunan yang menerima pendapatan tetap setiap bulan, maka seseorang
tersebut tidak dapat mengimbangi biaya hidup yang semakin meningkat.
2. Jenis-Jenis Inflasi
Menurut Boediono 2001:162 Inflasi dapat di golongkan menjadi dua golongan, golongan pertama didasarkan pada “parah” atau tidaknya inflasi
tersebut, yaitu ; a Inflasi ringan dibawah 10 setahun
b Inflasi sedang antara10-30 setahun c Inflasi berat antara 30-100 setahun
15
d Hiperinflasi diatas 100 setahun. Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari inflasi.
Atas dasar ini di bedakan 2 macam inflasi :Boediono, 2001 : 156 a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai
barang terlalu kuat. Infasi ini disebut demand inflation.
Gambar 2.1 Demand Inflation
Sumber : Boediono, 2001
Gambar tersebut menunjukan demand inflation. Karena permintaan masyarakat akan barang-barang agrerate demand bertambah misalkan,
karena bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang
ekspor, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kredit yang murah, maka
kurva aggregate demand bergeser dari D
1
ke D
2
. Akibatnya tingkat harga umum naik dari H
1
ke H
2.
H
2
H
1
Harga
Out put Q
1
Q
D
2
D
1
S
Q
2
Q
16
b. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, ini disebut cost inflation
.
Gambar 2.2 Cost Inflation
Sumber : Boediono, 2001
Gambar tersebut menunjukan cost inflation, yaitu jika biaya produksi naik misalkan karena kenaikan harga sarana produksi yang didatangkan dari
luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar minyak maka kurva penawaran masyarakat Aggregate supply bergeser dari S
1
ke S
2
.
Harga
Output S
2
S
1
D H
4
H
3
Q
4
Q
3
17
Data inflasi Januari 2009- Juli 2010 Juli 2010
0.003 Juni 2010
0.003 Mei 2010
0.003 April 2010
0.003 Maret 2010
0.003 Februari 2010
0.004 Januari 2010
0.005 Desember 2009
0.002 November 2009
0.002 Oktober 2009
0.002 September 2009
0.002 Agustus 2009
0.002 Juli 2009
0.002 Juni 2009
0.003 Mei 2009
0.005 April 2009
0.006 Maret 2009
0.007 Februari 2009
0.007 Januari 2009
0.008
18
3. Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi
Kebijakan yang mungkin dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu:
a. Kebijakan fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah.
b. Kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan membatasi kredit.
c. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti
mengurangi pajak impor dan pajak atas bahan mentah, melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produksi dan
perkembangan teknologi.
4. Teori Inflasi Islam
Inflasi mengandung implikasi bahwa uang tidak dapat berfungsi sebagai satuan hitung yang adil dan benar. Hal ini menyebabkan uang menjadi
standar pembayaran tertunda yang tidak adil dan suatu alat penyimpanan nilai yang tidak dapat dipercaya. Inflasi cenderung merusak nilai-nilai, memberikan
imbalan kepada usaha-usaha spekulasi dengan menimpakan kerugian pada aktivitas-aktivitas produktif dan memperparah ketidakmerataan pendapatan
Chapra, 2000; 4. Inflasi merupakan salah satu bentuk risiko yang sifatnya abstrak.
Dalam perbankan konvensional, sebagaimana dikemukakan Muljono, 1996; 80 walaupun utang pokok dan bunga telah dibayar lunas oleh nasabah, tetapi
19
pada masa inflasi yang tinggi bank telah menderita penurunan terhadap daya beli rupiah yang dipinjamkan kepada nasabahnya. hal ini merupakan suatu
ancaman terhadap modal bank karena dengan adanya inflasi laba bank akan over stead
akan mengakibatkan pembayaran pajak dan pembagian laba semakin semakin tinggi, akibatnya terjadi kanibalisme modal.
Dengan demikian pada masa-masa inflasi ada suatu kebijaksanaan yang harus ditempuh agar bank tersebut tetap dapat mempertahankan real
capitalnya sesuai dengan purchasing power pada saat pemberian kredit pada
nasabah.
D. Jumlah Uang Beredar M2
Jumlah Uang Beredar M2 adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti sempit narrow money
adalah jumlah uang beredar yang terdiri atas uang kartal dan uang giral M1 = C + D
Dimana : M1 = jumlah uang yang beredar dalam arti sempit
C = Uang kartal =uang kertas+uang logam D = uang giral atau cek
Uang beredar dalam arti luas M2 adalah ditambah deposito berjangka time deposit :
M2 = M1 + TD
20
Dimana: M2 = jumlah uang beredar dalam arti luas
TD = deposito berjangka time deposit Secara teknis, yang dihitung sebagai jumlah uang beredar adalah uang
yang benar-benar berada di tangan masyarakat. Uang yang berada di tangan bank bank umum dan bank sentral, serta uang kertas dan logam kuartal
milik pemerintah tidak dihitung sebagai uang beredar
Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan atau seiring dengan perkembangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian bertumbuh dan
berkembang, jumlah uang beredar juga bertambah, sedang komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi penggunaan uang kartal makin
sedikit, digantikan uang giral atau near money. Biasanya juga bila perekonomian makin meningkat, komposisi M1 dalam peredaran uang
semakin kecil, sebab porsi uang kuasi makin besar. Menurut
Rahardja, Manurung.
Pengantar Ilmu
Ekonomi Mikroekonomi dan makroekonomi edisi revisi. Jakarta : FEUI
Uang Beredar Uang kartal logam dan kertas : yang ada di tangan masyarakat di luar
bank Umum dan siap dibelanjakan, setiap saat dikeluarkan oleh bank sentral.
Uang giral : yaitu uang di rekening giro demand deposits yang diciptakan oleh bank-bank umum atau dikenal BPUG Bank Umum
Pencipta Uang Giral.
21
Uang Kuasi : yaitu uang dalam bentuk tabungan saving deposits dan deposito berjangka time deposits yang dikeluarkan oleh bank-bank
umum.
E. Dana Pihak Ketiga DPK
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga,
koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini
umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat Heithzal Rivai, dkk,
2007 : 413. Dalam pandangan syariah uang bukanlah suatu komoditi melainkan
hanya sebagai alat untuk mencapai pertambahan nilai ekonomis economic added value
. Hal ini bertentangan dengan perbankan berbasis bunga di mana “uang mengembangbiakan uang”, tidak peduli apakah uang itu dipakai dalam
kegiatan produktif atau tidak. Untuk menghasilkan keuntungan, uang harus dikaitkan dengan kegiatan ekonomi dasar primary economic activities baik
secara langsung maupun melalui transaksi perdagangan ataupun secara tidak langsung melalui penyertaan modal guna melakukan salah satu atau seluruh
kegiatan usaha tersebut. Berdasarkan prinsip tersebut Bank syariah dapat menarik Dana Pihak
Ketiga DPK atau masyarakat dalam bentuk Zainul Arifin, 2006: 48 :
22
1. Titipan wadiah simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya guaranteed deposit tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.
Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah 2008 : 230, wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai uangbarang kepada pihak yang
menerima titipan dengan catatan kapanpun titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan kembali uangbarang titipan tersebut dan yang
dititipi menjadi penjamin pengembalian barang titipan. 2. Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi resiko non guaranteed
account untuk investasi umum general investment account mudharabah
mutlaqah di mana bank akan membayar bagian keuntungan secara
proporsional dengan porofolio yang didanai dengan modal tersebut. 3. Investasi khusus special investment accountmudharabah muqayyadah di
mana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee. Jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya
mengambil resiko atas investasi.
F. Mudharabah 1. Pengertian Mudharabah
Mudharabah , adalah perjanjian antara penyedia modal dengan
pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali
kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalahgunaan
23
Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi
atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh si pemilik dana kecuali
disebabkan oleh kesengajaan, kelalaian atau pelanggaran akad yang dilakukan oleh pengelola dana.
akad mudharabah merupakan suatu transaksi pendanaan atau investasi yang berdasarkan kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur terpenting
dalam akad mudharabah, yaitu kepercayaan dari pemilik dana kepada pengelola dana. oleh karena kepercayaan merupakan unsur terpenting, maka
mudharabah dalam istilah bahasa inggris disebut trust financing. Pemilik dana yang merupakan investor disebut beneficial ownership atau sleeping partner,
dan pengelola dana disebut managing trustee atau labour partner. Syahdeini,1999
2. Landasan Syar’i
a. Al-Qur’an “…..Dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari
sebagian karunia Allah SWT ….” QS. Al-Muzzammil: 20
“ Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah SWT
…” QS. Al-jumu’ah: 10 b. Al-hadist
“ diriwayatkan dari Ibnu Abbas Ra, bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib
jika memberikan dana kemitra usahanya secara mudharabah, ia
24
mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak yang berparu-paru basah. Jika
menyalahi peraturan tersebut, maka yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah
saw, dan beliau pun membolehkanya.” HR. ath-Thabarani. Dari Shuhaib, Rasulullah saw bersabda, “Tiga perkara yang di
dalamnya terdapat keberkahan : menjual dengan pembayaran secara angsuran, muqaradah
mudharabah, dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah
, dan tidak dijual.” HR. Ibnu Majah
3. Rukun Mudharabah
a. Pemilik modal Shahibul mal b. Pemilik usaha mudharib
c. Proyek usaha ‘amal d. Modal ra’sul
e. Ijab qabul sighat f. Nisbah bagi hasil
4. Jenis-jenis Mudharabah
a. Mudharabah mutlaqah. Mudharabah di mana pemilik usaha memberikan hak penuh kepada pengelola dana dalam melakukan investasinya.
Mudharabah ini disebut juga investasi tidak teriakat. b. Mudharabah muqayyadah. Di mana pemilik usaha dibatasi haknya oleh
pemilik modal, antara lain dalam hal jenis usaha, waktu, tempat usaha, dll.
25
c. Mudharabah musyarakah. Mudharabah yang pengelola dananya turut menyertakan modal atau dananya dalam kerja sama investasi.
G. Penelitian Sebelumnya
Ari Cahyono
2009 meneliti
tentang Pengaruh
Indikator Makroekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah
Mandiri. Penelitian ini bertujuan utuk menganalisa pengaruh indikator makroekonomi suku bunga SBI, kurs, inflasi, IHSG dan PDB terhadap Dana
Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa indikator makroekonomi memberikan pengaruh terhadap
DPK dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri, dimana suku bunga SBI memberikan pengaruh negatif, sedangkan inflasi, kurs, IHSG dan PDB
memberikan pengaruh yang positif. Berdasarkan penelitian dengan metode yang sama menunjukkan bahwa PDB memberikan pengaruh positif yang
paling besar terhadap Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri.
Yayat Sujatna 2006 meneliti tentang faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi jumlah pembiayaan bagi hasil di bank syariah mandiri.
Analisis yang dipakai adalah regresi linear berganda, hasil penelitian menunjukkan bahwa keempat variabel yang digunakan yaitu nisbah, suku
bunga kredit bank konvensional, inflasi dan kurs rupiah terhadap dollar AS scara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel jumlah pembiayaan bagi
hasil.
26
Maryanah 2006 menganalisis faktor-faktor yang memepengaruhi pembiayaan bagi hasil musyarakah dan mudharabah di bank syariah mandri.
Metode yang digunakan adalah Error Correction Model ECM, hasil penelitian menunjukkan bahwa dana pihak ketiga DPK, profit dan Non
Performing Financing NPF dalam jangka panjang memberikan pengaruh
terhadap jumlah pembiayaan bagi hasil di BSM. Dewi Yulianti Fuadah 2008 meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan investasi mudharabah dan musyarakah di Bank Syariah Mandiri. Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan pengaruh
antara simpanan, modal sendiri, dan Non Performing Financing NPF terhadap pembiayaan investasi mudharabah dan musyarakah yang disalurkan
oleh Bank Syariah Mandiri. Hasil penelitian membuktikan adanya pengaruh antara faktor-faktor simpanan dan modal sendiri terhadap pembiayaan
investasi. Pariyo 2004 meneliti tentang variabel makro ekonomi yang
mempengaruhi penghimpunan dana pihak ketiga pada Bank Muamalat Indonesia periode 2000-2003. Pengujian hipotesa secara parsial yang
dilakukan, maka dari semua variabel independent yang digunakan SBI,Valas USD, dan SWBI berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent
Dana Pihak Ketiga. Selain itu dalam pengujian F test dimana F test = 15,311 dan nilai signifikan 0,00 berarti variabel independent SBI, Valas USD, dan
SWBI secara bersama-sama berpengaruhi secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga.
27
H. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data
yang telah diolah. Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian yang telah ada
sebelumnya dengan penambahan beberapa variabel dan metode penelitian yang berbeda. Setelah peneliti mengumpulkan beberapa jurnal, skripsi dan
tesis, peneliti mengambil beberapa variabel dari penelitian terdahulu kemudian membuat paradigma penelitian yang berbeda dimana pada penelitian ini
menggunakan path analysis analisis jalur. Hal ini dikarenakan analisis jalur dapat memperlihatkan hubungan langsung dan tidak langsung antar variabel.
Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti
merupakan Bank Syariah di Indonesia. Variabel yang diteliti adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar, inflasi, dan jumlah uang beredar M2, dana pihak
ketiga DPK terhadap pembiayaan mudharabah. Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah nilai tukar rupiah, inflasi, dan jumlah
uang beredar M2. Sedangkan yang akan menjadi varaibel endogen adalah dana pihak ketiga DPK dan pembiayaan mudharabah.
Peneliti mengambil data dari masing-masing variabel dari situs Bank Indonesia dan Perpustakaan Bank Indonesia. Pencarian data dibagi menjadi
dua bagian. Yang pertama, pengambilan data nilai tukar rupiah kurs, inflasi, jumlah uang beredar M2 yang diambil dari laporan Statistik Ekonomi
28
Keuangan Indonesia. Kedua, pengambilan data DPK, pembiayaan mudharabah
yang diambil dari statsitik perbankan syariah. Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai
melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menentukan struktur persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk
berdasarkan teori-teori yang ada. Kemudian data diolah dengan menggunakan Software AMOS
16. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, hubungan anatara variabel, besarnya R square dan kesesuaian model Goodness of Fit.
Berikut ini adalah gambaran mengenai kerangka berfikir yang peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian ini.
29
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
Bank Indonesia
Statistik Perbankan Syariah
SEKI
Kurs X1 DPK Y
InflasiX2 M2 X3
Analisis Jalur
Hubungan langsung dan tidak langusng
Interpretasi Pengujian Hipotesa
Uji Kesesuaian Model
M udharabah Z
30
Gambar 2.4 Paradigma Penelitian
I. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hipotesisis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai Tukar Rupiah Kurs, Inflasi, Jumlah Uang Beredar M2 terhadap Dana Pihak Ketiga DPK
H :
Nilai Tukar Rupiah Kurs, Inflasi, Jumlah Uang Beredar M2 tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan yang disalurkan
secara simultan dan parsial. Ha : Nilai Tukar Rupiah Kurs, Inflasi, Jumlah Uang Beredar M2
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan yang disalurkan secara simultan dan parsial.
2. Nilai Tukar Rupiah Kurs, Inflasi, Jumlah Uang Beredar M2, dan Dana Pihak Ketiga DPK terhadap pembiayaan Mudharabah
NT Rp
INFLASI
M2 DPK
MUDHARABAH
e1 e2
31
H : Nilai Tukar Rupiah Kurs, Inflasi, Jumlah Uang Beredar M2,
dan Dana Pihak Ketiga DPK yang disalurkan tidak berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan Mudharabah secara simultan dan
parsial. Ha : Nilai Tukar Rupiah Kurs, Inflasi, Jumlah Uang Beredar M2,
dan Dana Pihak Ketiga DPK yang disalurkan berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan Mudharabah secara simultan dan
parsial.
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN