32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.  Ruang Lingkup Penelitian
Dalam  penelitian  ini  termasuk  ke  dalam  penelitian  kuantitatif  karena dalam  penelitian  ini  penulis  akan  menghitung  seberapa  besar  pengaruh  Nilai
Tukar  Rupiah,  Inflasi  dan  Jumlah  Uang  Beredar  M2  terhadap  Dana  Pihak Ketiga DPK serta implikasinya pada pembiayaan Mudharabah.
B.  Metode Penentuan Sampel
Sampel penelitian adalah data Nilai Tukar Rupiah, Inflasi dan Jumlah Uang  Beredar  M2  yang  tercatat  dalam  Statistik  Ekonomi  Keuangan
Indonesia  SEKI  periode  Bulan  Juni  tahun  2004  hingga  Bulan  Juli  tahun 2010. Sedangkan data DPK dan Mudharabah diambil dari Statistik Perbankan
Syariah periode Bulan Juni tahun 2004 hingga Bulan Juli tahun 2010. Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode Judgement Sampling
dalam  menentukan  sampel.  Metode  judgement  sampling  atau  purposive pengumpulan  data  atas  dasar  strategi  kecakapan  atau  pertimbangan  pribadi
semata. Abdul Hamid, 2007 : 29
C.  Metode Pengumpulan Data
Data  yang  diperoleh  dalam  penelitian  ini  merupakan  data  sekunder  yang  berasal dari  literatur-literatursumber  lain  dari  dalam  maupun  perbankan  syariah  di
Indonesia, sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
32
33
1.  Data sekunder a.  Data  sekunder  adalah  data  yang  diperoleh  dari  pihak  lain  sudah
tersedia  dan  digunakan  untuk  penelitian  lain.  Data  tersebut  berupa laporan  statistik  ekonomi  keuangan  indonesia  Bulan  Juni  tahun  2004
hingga Bulan Juli tahun 2010 yang dipublikasikan di Bank Indonesia. b.  DPK  dan  pembiayaan  Mudharabah  yang  terdapat  dalam  laporan
statistik perbankan syariah yang dipublikasikan di Bank Indonesia. 2.  Library Research
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan membaca  dan  mempelajari  serta  menganalisis  literature  yang  bersumber
dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini  dilakukan  untuk  mendapat  landasan  teori  dan  konsep  yang  tersusun.
Penulis  melakukan  penelitian  dengan  membaca,  mengutip  bahan-bahan yang berkenaan dengan penelitian.
D.  Metode Analisis
Analisis  jalur  merupakan  pengembangan  dari  model  regresi  yang digunakan untuk kesesuaian fit dari matrik korelasi dari dua atau lebih model
yang  dibandingkan  oleh  si  peneliti.  Model  biasanya  digambarkan  dengan lingkaran  dan  anak  panah  yang  menunjukkan  hubungan  kausalitas.  Regresi
dilakukan  untuk  setiap  variabel  dalam  model.  Nilai  regresi  yang  diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan
nilai  goodness  of-fit  dihitung.  Model  terbaik  dipilih  berdasarkan  nilai goodness of fit.
Imam Ghozali, 2008:21.
34
X X
X Y
e
1
Analisis  jalur  merupakan  pengembangan  lebih  lanjut  dari  analisis regresi berganda dan bivariat. Analisis  jalur ingin menguji persamaan regresi
yang  melibatkan  beberapa  variabel  eksogen  dan  endogen  sekaligus  sehingga memungkinkan  pengujian  terhadap  variabel  mediatingintervening  atau
variabel  antara.  Disamping  itu  analisis  jalur  juga  dapat  mengukur  hubungan langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak  langsung antar
variabel  dalam  model.  Hubungan  langsung  antara  variabel  eksogen  terhadap variabel  dapat  dilihat  pada  koefisien  beta.  Hubungan  tidak  langsung  adalah
seberapa besar pengaruh  variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel  intervening.  Pengaruh  total  dapat  diperoleh  dengan  menjumlahkan
hubungan langsung dan tidak langsung. Imam Ghozali, 2008:93. Dilihat  dari  kerangka  berfikir  penelitian  ini,  maka  dapat  diperoleh  2
dua substruktur linier sebagai berikut: Substruktur I :
Gambar 3.1 Hubungan Kausal X
1
, X
2
, X
3
terhadap Y
Y = ρYX
1
+ ρYX
2
+ ρYX
3
+ 
1
Keterangan : Y
= Dana Pihak Keriga X
1
= Nilai Tukar Rupiah Kurs X
2
= Inflasi
35
X X
X Y
Z e
1
e
2
X
3
= Jumlah Uang Beredar M2 
1
= Residual Error
Substruktur II :
Gambar 3.2 Hubungan Kausal X
1
, X
2
, X
3
, dan Y Pada Z
Z = ρZX
1
+ ρZX
2
+ ρZX
3
+ ρZY +
2
Keterangan : Z
= Mudharabah Y
= Dana Pihak Ketiga X
1
= Nilai Tukar Rupiah Kurs X
2
= Inflasi X
3
= Jumlah Uang Beredar M2 
2
= Residual Error
Selanjutnya dengan
menggunakan model
logaritma natural
formulasinya dapat dibentuk lebih nyata sebagai berikut Substruktur I : Y = ρYX
1
+ ρYX
2
+ ρYX
3
+ 
1
Substruktur II : Z = ρZX
1
+ ρZX
2
+ ρZX
3
+ ρZY
+ 
2
Hair  et.  al    1998  dalam  Imam  Ghozali  2008:61  mengajukan  tahapan pemodelan  dan  analisis  persamaan  struktural  menjadi  7  tujuh  langkah
yaitu:
36
Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori Model  persamaan  struktural  didasarkan  pada  hubungan  kausalitas,
dimana  perubahan  satu  variabel  diasumsikan  akan  berakibat  pada  perubahan variabel  lainnya.  Hubungan  kausalitas  dapat  berarti  hubungan  yang  ketat
seperti ditemukan dalam proses fisik seperti  dalam riset perilaku  yaitu alasan seseorang  membeli  produk  tertentu.  Kuatnya  hubungan  kausalitas  antara  dua
variabel  yang  diasumsikan  oleh  peneliti  bukan  terletak  pada  metode  analisis yang  dia  pilih,  tetapi  terletak  pada  justifikasi  pembenaran  secara  teoritis
untuk  mendukung  analisis.  Jadi  jelas  bahwa  hubungan  antar  variabel  dalam model merupakan dedukasi dari teori.
Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural Langkah  berikutnya  adalah  menyusun  hubungan  kausalitas  dengan
diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model
konstruk  laten  baik  endogen  maupun  eksogen  dan  menyusun  measurement model
yaitu  menghubungkan  konstrak  laten  endogen  atau  eksogen  dengan variabel indikator atau manifest.
Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan Model  persamaan  struktural  berbeda  dari  teknik  analisis  multivariate
lainnya,  SEM  hanya  menggunakan  data  input  berupa  matrik  variankovarian atau matrik korelasi. Data mentah observasi individu dapat dimasukkan dalam
program  AMOS,  tetapi  program  AMOS  akan  merubah  dahulu  data  mentah menjadi  matrik  kovarian  atau  matrik  korelasi.  Analisis  terhadap  data  outlier
37
harus  dilakukan  sebelum  matrik  kovarian  atau  korelasi  dihitung.  Teknik estimasi model persamaan struktural pada awalnya dilakukan dengan ordinary
least  square OLS  regression,  tetapi  teknik  ini  mulai  digantikan  oleh
Maximum  Likelihood  Estimation ML  yang  lebih  efisien  dan  unbiased  jika
asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh banyak  program  komputer.  Namun  demikian  teknik  ML  sangat  sensitif
terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik  estimasi  lain seperti Weight  Least  Square
WLS,  Generalized  Least  Square  GLS  dan Asymptotivally Distribution Free
ADF. Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural
Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering didapat hasil  estimasi  yang tidak  logis atau  meaningless dan  hal ini berkaitan
dengan  masalah  identifikasi  model  struktural.  Problem  identifikasi  adalah ketidakmampuan  proposed  model  untuk  menghasilkan  unique  estimate.  Cara
melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi: 1 adanya nilai  standar error  yang besar untuk satu atau lebih
koefisien,  2  ketidakmampuan  program  untuk  invert  information  matrix,  3 nilai  estimasi  yang  tidak  mungkin  misalkan  error  variance  yang  negatif  ,  4
adanya nilai korelasi yang tinggi   0,90 antar koefisien estimasi. Langkah 6 : Menilai Kriteria Goodness-of-Fit
Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model planusible
masuk  akal  atau  fit.  Suatu  model  penelitian  dikatakan  baik,
38
apabila memiliki  model  fit  yang  baik  pula.  Tingkat  kesesuaian model  dalam buku Imam Ghozali 2008 terdiri dari:
1. Absolute Fit Measure
Absolute fit measure mengukur model fit secara keseluruhan baik
model struktural maupun model pengukuran secara bersamaan. a.
LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic Ukuran  fundamental  dari  overall  fit  adalah  likeliHood-ratio
chi-square
2
 .  Nilai  chi-square  yang  tinggi  relatif  terhadap degree of  freedom
menunjukkan  bahwa  matrik  kovarian  atau  korelasi  yang diobservasi dengan  yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini  akan
menghasilkan probabilitas p yang lebih besar dari tingkat signifikansi   dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi
dengan  observasi  sesungguhnya  tidak  berbeda  secara  signifikan. Dalam  hal  ini  peneliti  harus  mencari  nilai  chi-square  yang  tidak
signifikan  p    0.05  karena  mengharapkan  bahwa  model  yang
diusulkan cocok atau fit dengan data observasi. b.  CMINDF
Adalah  nilai  chi-square  dibagi  dengan  degree  of  freedom. Beberapa  pengarang  menganjurkan  menggunakan  ratio  ukuran  ini
untuk  mengukur  fit.  Menurut  Wheaton  et.  Al  1977  dalam  Imam Ghozali  2008  nilai  ratio  5  lima  atau  kurang  dari  lima  merupakan
ukuran  yang  reasonable.  Peneliti  lainnya  seperti  Byrne  1988 mengusulkan nilai ratio ini  2 merupakan ukuran fit.
39
c.  Goodness of Fit Index GFI Goodness of Fit Index
GFI dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon 1984 yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antar 0
poor fit sampai 1 perfect fit. Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak
belum  ada  standarnya,  tetapi  banyak  peneliti  menganjurkan  nilai  di atas 90 sebagai ukuran good fit.
d.  Root Mean Square Erorrs of Approximation RMSEA Root  mean  square  error  of  approximination
RMSEA merupakan  ukuran  yang  mencoba  memperbaiki  kecenderungan
statistic chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar.
Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran  yang dapat diterima.  Hasil  uji  empiris  RMSEA  cocok  untuk  menguji  model
konfitmatori  atau  competing  model  strategy  dengan  jumlah  sampel besar.
2. Incremental Fit Measures
Incremental fit measures membandingkan proposed model dengan
baseline model sering disebut dengan  null model. Null model merupakan
model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya. a.  Adjusted Goodness of Fit Indes AGFI
Adjusted  Goodnbess  of  Fit  Index AGFI  merupakan
pengembangan  dari  GFI  yang  disesuaikan  dengan  ratio  degree  of
40
freedom untuk  propsed  model  dengan  degree  of  freedom  untuk  null
model. Nilai yang direkomendasikan adalah   0,90.
b.  Tucker-Lewis Index TLI Tucker-Lewis  Index
atau  dikenal  dengan  nonnormed  fit  index NNFI.  Pertama  kali  diusulkan  sebagai  alat  untuk  mengevaluasi
analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran  ini menggabungkan  ukuran  parsimony  kedalam  indeks  komparasi  antara
proposal  model  dan  null  model  dan  nilai  TLI  berkisar  dari  0  sampai 1.0. Nilai TLI yang direkomemdasikan adalah
  0,90. c.  Normed Fit Index NFI
Normed  Fit  Index merupakan  ukuran  perbandingan  antara
proposed model dan  null model. Nilai NFI akan  bervariasi dari 0 no
fit  at  al l  sampai  1.0  perfect  fit.  Seperti  halnya  TLI  tidak  ada  nilai
absolute yang  dapat  digunakan  sebagai  standar,  tetapi  umumnya
direkomendasikan   0,90.
3. Parsimony Fit Measures
Ukuran  ini  menghubungkan  goodness-of-fit  model  dengan sejumlah  koefisien  estimasi  yang  diperlukan  untuk  mencapai  level  fit.
Tujuan  dasarnya  adalah  untuk  mendiagnosa  apakah  model  fit  telah tercapai  dengan  “overfitting”  data  yang  memiliki  banyak  koefisien.
Prosedur ini mirip dengan “adjustment” terhadap nilai R
2
didalam multiple regression
.  Namun  demikian  karena  tidak  ada  uji  statistik  yang  tersedia maka penggunaannya hanya terbatas untuk membandingkan model.
41
a.  Parsimony Goodness of Fit Index PGFI Parsimonious  goodness-of-fit  index
PGFI  memodifikasi  GFI atas  dasar  parsimony  estimated  model.  Nilai  PGFI  berkisar  antara  0
sampai  1.0  dengan  nilai  semakin  tinggi  menunjukkan  model  lebih parsimony
. b.  Parsimony Normed Fit Index PNFI
Parsimonious Normal Fit Index PNFI merupakan modifikasi
dari  NFI.  PNFI  memasukkan  jumlah  degree  of  freedom  yang digunakan  untuk  mencapai  level  fit.  Semakin  tinggi  nilai  PNFI
semakin  baik.  Kegunaan  utama  dari  PNFI  adalah  untuk membandingkan  model  dengan  degree  of  freedom  yang  berbeda.
Digunakan untuk membandingkan model alternatif sehingga tidak ada nilai  yang  direkomendasikan  sebagai  nilai  fit  yang  diterima.  Namun
demikian jika membandingkan dua model maka perbedaan PNFI 0,60 sampai 0,90 menunjukkan adanya perbedaan model yang signifikan
42
Tabel 3.1 Standar Penilaian Kesesuaian Fit
Laporan Statistik Nilai yang Direkomendasikan
Imam Ghozali 2008 Cut of value
Keterangan Absolut Fit
Probabilitas
2
 Tidak signifikan p  0.05
Model yang diusulkan cocokfit dengan data
observasi
2
 df  5
2 - Ukuran yang reasonable
- Ukuran fit
RMSEA 0.1
0.05 0.01
0.05 
 x  0.08 - good fit
- very good fit - outstanding fit
- reasonable fit GFI
0.9 good fit
Incremental Fit
AGFI   0.9
good fit TLI
  0.9 good fit
NFI   0.9
good fit
Parsimonious Fit
PNFI 0-1.0
lebih besar lebih baik PGFI
0-1.0 lebih besar lebih baik
Sumber : Imam Ghozali, 2008 Langkah 7 : Interpretasi dan Modifikasi Model
Ketika  model  telah  dinyatakan  diterima,  maka  peneliti  dapat mempertimbangkan  dilakukannya  modifikasi  model  untuk  memperbaiki
penjelasan  teoritis  atau  goodness-of-fit.  Modifikasi  dari  model  awal  harus dilakukan  setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi, maka
43
model  tersebut  harus  di  cross-validated  diestimasi  dengan  data  terpisah sebelum model modifikasi diterima.
E. Operasional Variabel Penelitian 1.  Variabel Endogen
a.  Dana Pihak Ketiga Y Dana  Pihak  Ketiga  adalah  dana  yang  diperoleh  dari
masyarakat,  dalam  arti  masyarakat  sebagai  individu,  perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan, dan lain-lain baik dalam
mata  uang  rupiah  maupun  dalam  valuta  asing.  Pada  sebagian  besar atau  setiap  bank,  dana  masyarakat  ini  umumnya  merupakan  dana
terbesar  yang  dimiliki.  Hal  ini  sesuai  dengan  fungsi  bank  sebagai penghimpun dana dari masyarakat Heithzal Rivai, dkk, 2007 : 413.
Dalam  pandangan  syariah  uang  bukanlah  suatu  komoditi melainkan  hanya  sebagai  alat  untuk  mencapai  pertambahan  nilai
ekonomis  economic  added  value.  Hal  ini  bertentangan  dengan perbankan berbasis bunga di mana “uang mengembangbiakkan uang”,
tidak  peduli  apakah  uang  itu  dipakai  dalam  kegiatan  produktif  atau tidak.  Untuk  menghasilkan  keuntungan,  uang  harus dikaitkan  dengan
kegiatan  ekonomi  dasar  primary  economic  activities  baik  secara langsung maupun melalui transaksi perdagangan  ataupun secara tidak
langsung  melalui  penyertaan  modal  guna  melakukan  salah  satu  atau seluruh kegiatan usaha tersebut.
44
b.  Mudharabah Z Mudharabah
adalah  salah  satu  jenis  transaksi  musyarakah  di mana  pihak  yang  bersyirkah  adalah  pemilik  dana  shahibul  mal  dan
pemilik tenaga mudharib Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara
pemilik  dana  dan  pengelola  dana  untuk  melakukan  kegiatan  usaha, laba  dibai  atas  dasar  nisbah  bagi  hasil  menurut  kesepakatan  kedua
belah  pihak,  sedangkan  bila  terjadi  kerugian  akan  ditanggung  oleh  si pemilik  dana  kecuali  disebabkan  oleh  kesengajaan,  kelalaian  atau
pelanggaran akad yang dilakukan oleh pengelola dana.
2.  Variabel Eksogen
a.  Nilai Tukar Rupiah X
1
Menurut  Adiningsih,  dkk  1998  :  155,  Nilai  Tukar  Rupiah adalah  harga  rupiah  terhadap  mata  uang  Negara  lain  .  Jadi,  nilai
tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang Negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap
dollar , nilai tukar rupiah terhadap yen dan lain sebagainya. Menurut  Lipsey  et.al  1997,  “Nilai  tukar  exchange  rate
adalah harga suatu mata uang dalam satuan mata uang asing; ini adalah jumlah  mata  uang  suatu  negara  asing  yang  harus  dibayarkan    untuk
mendapatkan satu unit mata uang domestik”
45
Menurut Paul R Krugman dan Maurice 1994 : 34 Kurs adalah Harga  sebuah  Mata  Uang  dari  suatu  Negara  yang  diukur  atau
dinyatakan dalam mata uang. Menurut  Nopirin  1996  :  163  Kurs  adalah  Pertukaran  antara
dua  Mata  Uang  yang  berbeda,maka  akan  mendapat  perbandingan nilaiharga antara kedua Mata Uang tersebut.
Menurut Suad Husnan 1998, “Kurs valuta asing di Indonesia biasanya dinyatakan sebagai berapa rupiah  yang diperlukan oleh bank
untuk membeli satu unit mata uang kurs beli dan berapa rupiah yang akan diterima kalau menjual satu unit mata uang asing kurs jual”
b.  Inflasi X
2
Menurut  Sukirno  Sadono2004:27  inflasi  adalah  kenaikan harga-harga  secara  umum  berlaku  dalam  suatu  perekonomian  dari
suatu  periode  ke  periode  lainnya,  sedangkan  tingkat  inflasi  adalah presentasi  kenaikan  harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding
dengan  tahun  sebelumnya.  Menurut  Nopirin  2000  inflasi  adalah proses  kenaikan  harga-harga  umum  barang-barang  secara  terus-
menerus  ini  tidak  berarti  bahwa  harga-harga  berbagai  macam  barang itu naik dengan presentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan
tersebut  tidaklah  bersamaan  yang  penting  terdapat  kenaikan  umum barang  secara  terus-menerus  selama  satu  periode.  Data  inflasi  yang
digunakan  adalah  perkembangan  inflasi  per  bulan  periode  bulan  Juni
46
2004  –  bulan  Juli  2010.  Data  tersebut  diperoleh  dari  data  statistik ekonomi keuangan Indonesia.
c.  Jumlah Uang Beredar X
3
Jumlah Uang Beredar M2 adalah nilai keseluruhan uang yang berada  di  tangan  masyarakat.  Jumlah  uang  beredar  dalam  arti  sempit
narrow  money  adalah  jumlah  uang  beredar  yang  terdiri  atas  uang kartal dan uang giral
M1 = C + D Dimana :
M1 = jumlah uang yang beredar dalam arti sempit C = Uang kartal =uang kertas+uang logam
D = uang giral atau cek Uang  beredar  dalam  arti  luas  M2  adalah  ditambah  deposito
berjangka time deposit : M2 = M1 + TD
Dimana: M2 = jumlah uang beredar dalam arti luas
TD = deposito berjangka time deposit Secara  teknis,  yang  dihitung  sebagai  jumlah  uang  beredar
adalah uang yang benar-benar berada di tangan masyarakat. Uang yang berada di tangan bank bank umum dan bank sentral, serta uang kertas
dan  logam  kuartal  milik  pemerintah  tidak  dihitung  sebagai  uang beredar.
47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN