Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar (KURS), suku bunga SBI dan jumlah berdar (M2) terhadap dan pihak ketiga DPK) serta implikasinya terhadap volume transaksi pasar uang antara bank (PUAB)

(1)

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR (KURS), SUKU BUNGA SBI DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP DANA PIHAK KETIGA (DPK) SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP VOLUME

TRANSAKSI PASAR UANG ANTAR BANK (PUAB)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

AMERO SAID

106081002383

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Amero Said

Tempat/Tanggal lahir : Jakarta, 17 Mei 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. H. Usman II No. 13, RT 01/05 Meruyung – Depok, Jawa Barat 16515

Agama : Islam

Warga negara : Indonesia Nama Orang Tua

Ayah : H. Said Rakimin

Ibu : Hj. Endang Sri Wahyuni

Telepon : 085697477466 – (021) 92221997 Email : amero.said@gmail.com

Pendidikan :

1. SDN Cinere 01 Tahun 2000

2. SLTPN 96 Jakarta Tahun 2003

3. SMAN 97 Jakarta Tahun 2006


(7)

vi

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the influence of Inflation, Exchange Rate, SBI Interest Rate and Money Supply (M2) toward the Third Party Fund and its implication to the Volume of InterBank Money Market. This research used path analysis method with decomposition model and using the software Amos 16. The result of substructure I indicate that inflation, exchange rate, SBI interest rate and money supply (M2) have significant effect toward the Third Party Fund. The result of substructure II indicate that Inflation, SBI interest rate, money supply (M2) and third party fund variables have significant effect toward the volume of InterBank Money Market.

Keywords: Inflation, Exchange Rate, SBI Interest Rate, Money Supply (M2), Third Party Fund, Volume of InterBank Money Market, path analysis


(8)

vii

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh inflasi, nilai tukar, suku bunga SBI, dan jumlah uang beredar (M2) terhadap dana pihak ketiga yang disalurkan serta implikasinya pada volume transaksi pasar uang antar bank. Penelitian ini menggunakan metode analisis jalur dengan model dekomposisi dan menggunakan software Amos 16. Hasil pengujian pada substruktur I menunjukkan bahwa variabel inflasi, nilai tukar, suku bunga SBI dan jumlah uang beredar (M2) berpengaruh signifikan terhadap jumlah dana pihak ketiga. Hasil pengujian pada substruktur II menunjukkan bahwa variabel inflasi, suku bunga SBI, jumlah uang beredar (M2) dan dana pihak ketiga berpengaruh signifikan terhadap volume transaksi pasar uang antar bank.

Kata Kunci : Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2), Dana Pihak Ketiga (DPK), Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank, analisis jalur


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Atas berkat rahmat, karunia, kudrat dan iradat, serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) Serta Implikasinya Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) pada Bank Pembangunan Daerah (BPD)”. Tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan.

Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Perbankan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua Orang Tuaku (Hj. Endang Sri Wahyuni dan H. Said Rakimin) yang senantiasa memberi banyak bantuan baik moril maupun materil hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada mereka dan semoga penulis dapat membahagiakan keduanya. Amin.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan dosen pembimbing I yang telah mengarahkan dan memotivasi selama penulis menggali ilmu di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

ix

3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. selaku Pudek I Bidang Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang selalu memberikan arahan dan nasihat, terima kasih atas nasihat dan saran-saran yang berharga kepada penulis. 4. Bapak Suhendra, S. Ag, MM. selaku Kepala Jurusan Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Bisnis, atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk berkarya.

5. Bapak Arif Mufraini, LC, M. si, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar bagi penulis.

6. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu manajemen, semoga amal baktinya dijadikan amalan sholeh. Amin.

7. Staf tata usaha FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu Siska, Pak Rahmat, Ibu Umi, Mas Heri yang telah membantu penulis dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.

8. Kakak ku Tommy Iryanto, SE dan Adik-adik ku Roy Hariatsono dan Salsabila Ananda Putri yang turut memberikan dukungan dan doa yang tulus kepada penulis, semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa melindungi dan memberikan kebahagiaan kepada mereka, Amin.

9. Isnawati Ulfah yang tak pernah letih untuk senantiasa mendoakan yang terbaik dan meneriakkan kata-kata semangat serta selalu ada dalam suka maupun duka.

10.Teman-teman yang menjadi pembimbing dadakan khususnya Eep SE dan Heri SE, yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan solusi dan semangat saat pikiran buntu selama pembuatan skripsi.

11.Sahabat-sahabat Manajemen B’06 (Itank, Ega, Apri, Uji, Fadil, Rifqy, Diaz, Adnan, Eko, Fadli, Beno, Didi, Mahin, Reihan, Bayu, Fajar, Jaelani, Dipta, Rezy, Tia, Oca, Ajeng, Dea, Citra, Arisyi, Amira, dll) yang senantiasa satu dalam tawa dan canda serta cita.

12.Kawan-kawan seperjuangan di FEB Manajemen UIN Syarif Hidayatullah angkatan 2006 (Uji, Fadil, Husni, Hana, Fandi, Fina, Iqbal, Mia, Opik, Didi, Wulan, Eci, dll) dan kawan-kawan seperjuangan di Perbanas (Andri, Dede,


(11)

x

Arif) yang selalu semangat dalam berjuang menempuh gelar strata satu. Semoga api semangat tetap menyala setelahnya, demi masa depan yang lebih baik. Be success.

13.Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah, semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri.

Jakarta, Februari 2011


(12)

xi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perbankan di Indonesia ... 11

B. Inflasi ... 12

C. Nilai Tukar (Kurs) ... 16

D. Suku Bunga SBI ... 17

E. Jumlah Uang Beredar (M2) ... 22

F. Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 25

G. Pasar Uang Antar Bank (PUAB) ... 26

H. Penelitian Terdahulu ... 30

I. Kerangka Pemikiran... 36

J. Paradigma Penelitian ... 39

K. Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 41


(13)

xii

C. Metode Pengumpulan Data ... 41

D. Metode Analisis ... 42

E. Operasional Variabel Penelitian ... 52

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 55

B. Penemuan dan Pembahasan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 118

B. Implikasi ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(14)

xiii Daftar Gambar

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 38

2.1 Paradigma Penelitian ... 39

3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y ... 43

3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3, dan Y terhadap Z ... 44

4.1 Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia Mei 2010 ... 56

4.2 Grafik Inflasi ... 59

4.3 Grafik Nilai Tukar (Kurs) ... 61

4.4 Grafik Suku Bunga SBI ... 63

4.5 Grafik Jumlah Uang Beredar (M2) ... 65

4.6 Grafik Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 67

4.7 Grafik Volume Transaksi PUAB ... 69

4.8 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan ... 70

4.9 Diagram Jalur Sub Struktur I ... 74

4.10 Diagram Jalur Sub Struktur II ... 82

4.11 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming ... 94

4.12 Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming ... 95


(15)

xiv Daftar Tabel

Nomor Keterangan Halaman

3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) ... 51

4.1 Data Inflasi ... 58

4.2 Data Nilai Tukar (Kurs) ... 60

4.3 Data Suku Bunga SBI ... 62

4.4 Data Jumlah Uang Beredar (M2) ... 64

4.5 Data Dana Pihak Ketiga (DPK) ... 66

4.6 Data Volume Transaksi PUAB ... 68

4.7 Hasil Korelasi Inflasi, Kurs, Suku Bunga SBI dan M2 ... 70

4.8 Pengaruh antara Inflasi, Kurs, SBI dan M2 terhadap DPK ... 75

4.9 Pengaruh antara Inflasi, Kurs, SBI, M2 dan DPK terhadap Volume Transaksi PUAB ... 83

4.10 Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dengan Endogen ... 90

4.11 Hasil Uji Goodness of Fit antara Inflasi, Kurs, SBI, dan M2 DPK serta Implikasinya terhadap Volume Transaksi PUAB ... 91

4.12 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Modifikasi ... 92

4.13 Hasil Perhitungan Pengaruh Antar Variabel Setelah Trimming ... 93

4.14 Hasil Korelasi Setelah Trimming ... 94

4.15 Hasil Uji Pengaruh Inflasi, Kurs, SBI dan M2 terhadap DPK ... 96

4.16 Hasil Uji Pengaruh Inflasi, SBI, M2 dan DPK terhadap Volume Transaksi PUAB ... 102


(16)

xv

4.17 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming ... 108 4.18 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung,

Dan Tidak Langsung dan Pengaruh Total tentang Inflasi (X1), Kurs (X2), SBI (X3), M2 (X4), dan DPK (Y) terhadap PUAB (Z) ... 111


(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan ekonomi Indonesia sejak krisis menerpa pada tahun 1997/1998 sampai kini masih tidak bisa kita lupakan. Nilai kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) yang semula bergerak di kisaran Rp. 4.000,- sampai dengan Rp. 5.000,- pada awal tahun 1997, jatuh hingga menembus angka Rp. 16.000,- per USD pada awal tahun 2008. Puncaknya adalah saat pemerintah melikuidasi 16 bank swasta nasional yang dipandang tidak sehat (Bank Indonesia, 1998).

Hari Susanto dalam Nirdukita Ratnawati, dkk (1997:2), menyebutkan bahwa yang membuat fundamental Indonesia kurang kuat, sehingga menyebabkan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada akhir tahun 1997 dikelompokkan menjadi beberapa faktor, yaitu pertama perekonomian nasional tidak mampu mengendalikan diri dalam mengambil pinjaman luar negeri, sehingga sebagian besar adalah pinjaman jangka pendek. Kedua, defisit transaksi berjalan terus membesar secara absolut bahkan prosentase PDB pada tahun 1997 mencapai 4%. Ketiga, jumlah hutang luar negeri yang nilai pokoknya telah mencapai jumlah yang begitu besar bagi perekonomian Indonesia, yaitu sebesar Rp. 9,56 trilyun atau 47,9% dari APBN pada semester I 1997/1998 (Bisnis Indonesia, 19 November 1997). Keempat, secara keseluruhan perekonomian Indonesia melakukan pengeluaran melebihi


(18)

2 penghasilan, baik itu sektor pemerintah melalui APBN maupun sektor swasta dan dunia usaha dengan pembiayaan yang sebagian besar dari hutang atau obligasi. Kelima, komposisi investasi langsung dalam bentuk pendirian usaha, pabrik dan lain-lain cenderung secara cepat mengalami penurunan secara absolut maupun secara relatif yang tidak sebanding dengan investasi tidak langsung. Keenam, pertumbuhan uang dan kredit dalam negeri terlalu cepat dan kurang terkendali dengan baik yang ditandai oleh para penyaluran kredit yang kurang selektif dan banyak menimbulkan kredit bermasalah.

Memasuki tahun 2005, kinerja perekonomian Indonesia menunjukan perkembangan yang membaik, namun tidak menunjukan dampak yang signifikan. Tingkat inflasi yang tinggi pada tahun 2005 sebagai akibat dari gejolak eksternal yaitu melonjaknya harga minyak dunia hingga mencapai US$ 70/barrel, serta terganggunya kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menunjukan bahwa perekonomian Indonesia masih belum stabil. Hal tersebut juga memberikan dampak negatif terhadap kestabilan sistem keuangan domestik, peningkatan volatilitas nilai tukar dan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mencapai 127% dari harga semula pada Oktober 2005. Sehingga, pada akhir tahun 2005 tingkat inflasi melonjak naik menjadi 17,11% jauh dari perkiraan Pemerintah dan BI yang menargetkan tingkat inflasi pada tahun 2005 sebesar 5,0% - 7,0%. (Nova Riana Banjarnahor, 2008:22).

Berbagai kondisi makroekonomi dan sektor riil tersebut menimbulkan imbas yang kurang menggembirakan pada sistem keuangan di Indonesia.


(19)

3 Dalam hal ini, mekanisme kebijakan moneter yang dominan dalam mempengaruhi sektor riil di Indonesia adalah sektor perbankan. Dengan demikian peran perbankan sangat berpengaruh terhadap variabel-variabel moneter terutama dalam hubungannya dengan pengelolaan dana. Peningkatan peran perbankan sangat diperlukan untuk meningkatkan volume usaha sektor riil yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perbankan adalah salah satu sektor kunci yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, yakni menyalurkan dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang membutuhkan dana.

Stabilitas sistem perbankan dan sistem moneter merupakan dua aspek yang saling terkait satu sama lain. Stabilnya sistem perbankan secara umum dicerminkan dengan kondisi perbankan yang sehat dan berjalannya fungsi intermediasi perbankan dalam memobilisasi simpanan masyarakat untuk disalurkan dalam bentuk kredit atau pembiayaan kepada dunia usaha. Apabila kondisi ini terpelihara maka proses perputaran uang dan mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam perekonomian yang sebagian besar berlangsung melalui sistem perbankan juga dapat berjalan dengan baik. Stabilnya sistem perbankan menentukan efektifitas kebijakan moneter (Perry Warjiyo, 2007).

Kebijakan moneter merupakan kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dalam bentuk pengendalian besaran moneter, seperti jumlah uang yang beredar, uang primer, kredit perbankan dan suku bunga untuk mencapai pertumbuhan ekonomi.


(20)

4 Menurut UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diamandemen dengan UU No. 3 Tahun 2004 pada Pasal 7 mengatakan bahwa Indonesia telah menganut kebijakan moneter dengan tujuan tunggal, yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah terhadap barang dan jasa dapat tercermin dari perkembangan laju inflasi dan stabilitas oleh rupiah terhadap mata uang negara lain tercermin pada perkembangan nilai rupiah.

Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level tertentu. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan (www.bi.go.id).

Efektifitas kebijakan moneter sangat berperan dalam menjalankan fungsi perbankan sebagai lembaga intermediasi dan fungsi bank sentral sebagai


(21)

5 pengendali stabilitas moneter. Dengan menggunakan berbagai macam instrumen, Bank Sentral berfungsi sebagai lembaga stabilisator makro ekonomi dan bank umum dari sisi mikro ekonomi dalam menjaga stabilitas moneter. Kebijakan moneter merupakan kebijakan ekonomi makro yang pada umumnya mempertimbangkan siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian (tertutup atau terbuka), serta faktor-faktor fundamental lainnya.

Stabilitas sistem moneter dan perbankan sangat dibutuhkan oleh perbankan untuk melakukan estimasi-estimasi atau prediksi-prediksi yang harus dilakukan perbankan dalam menghadapi resiko-resiko perbankan. Pencapaian sasaran kestabilan moneter dapat didukung oleh pencapaian kesehatan dan kestabilan perbankan melalui beberapa aspek. Sistem perbankan yang sehat diperlukan agar sinyal kebijakan moneter dapat ditransmisikan secara efektif ke berbagai aktifitas ekonomi.

Apabila kondisi bank-bank rentan, bank sentral jelas akan mengalami kesulitan untuk menilai keterkaitan instrument kebijakan moneter yang ditempuhnya dengan arah kinerja perekonomian yang diinginkan, sehingga akan mempersulit perumusan kebijakan moneter yang akan ditempuh. Dengan kondisi perbankan yang memburuk, efektivitas kebijakan moneter juga akan terhambat karena bank-bank tidak mampu merespon sinyal kebijakan moneter secara baik.

Sasaran akhir kebijakan moneter seperti pertumbuhan GDP dan tingkat harga yang stabil dapat dicapai antara lain dengan pemantauan sasaran, yang berupa M1, M2 ataupun suku bunga jangka pendek. Perkembangan M1 dan


(22)

6 M2 selama ini lebih banyak dipantau melalui perilaku pengganda uang (multiplier) yang diasumsikan relatif stabil dan juga melalui mekanisme perubahan uang primer (M0) Bank Indonesia. Mengingat bahwa uang beredar (M1 dan M2) dipengaruhi oleh perbankan dan perilaku masyarakat, maka selain tetap menjaga stabilitas perbankan, perilaku masyarakat perlu pula untuk dipantau.

Dapat dikatakan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter yang dominan mempengaruhi sektor riil di Indonesia adalah jalur perbankan. Dengan demikian, peranan perbankan sebagai kompenen sistem moneter sangat berpengaruh terhadap variabel-variabel moneter, terutama dalam hubungannya dengan pengelolaan dana asset likuid.

Peningkatan sumber dana yang cukup signifikan, memberikan ruang gerak yang cukup besar bagi perbankan untuk meningkatkan penempatannya pada asset likuid. Sepanjang semester II 2009 alat likuid bank yang terdiri dari primary reserve, secondary reserve dan tertiary reserve meningkat sebesar Rp 34,2 trilyun (5,1%). Pada dasarnya, kepemilikan alat likuid diperlukan bank sebagai antisipasi terhadap kebutuhan likuiditas, khususnya yang bersifat segera dan yang berjangka waktu pendek. Oleh karena itu, guna meminimalisir resiko likuiditas, bank akan memelihara alat likuid dalam jumlah tertentu (Kajian Stabilitas Keuangan, 2010:25).

Seiring dengan membaiknya kondisi likuiditas perbankan, aktivitas bank pada PUAB juga membaik. Secara umum, transaksi PUAB (baik rupiah maupun valas) selama semester II 2009, lebih baik dibandingkan dengan


(23)

7 periode yang sama tahun 2008. Rata-rata harian volume transaksi PUAB rupiah terus meningkat meskipun ada sedikit penurunan pada triwulan akhir 2009, sedangkan pada PUAB valas, rata-rata harian volume transaksi terus meningkat, meskipun belum kembali ke level sebelum terimbas krisis global pada tahun 2008 (Kajian Stabilitas Keuangan, 2010:27).

Kondisi perbankan sangat berpengaruh besar terhadap bekerjanya dan efektifnya saluran transmisi moneter seperti inflasi, volatilitas nilai tukar, suku bunga dan banyaknya jumlah uang beredar di masyarakat. Dalam kondisi dimana kesehatan dan stabilitas perbankan terjaga dan berkembang kuat, saluran transmisi moneter tersebut tidak menunjukan perbedaan yang berarti. Akan tetapi, dalam kondisi ketika perbankan sedang mengalami sejumlah permasalahan, sehingga proses intermediasi keuangan maupun pasar keuangan tidak berjalan normal, maka perilaku saluran transmisi moneter tersebut menunjukan perbedaan yang berarti. Proses intermediasi ini merupakan fungsi dan tugas perbankan, namun di sisi lain perbankan juga harus menjaga likuiditasnya, karena bank harus menghadapi berbagai resiko yang harus dihadapi, dan perlu diantisipasi dalam mengahadapi ketidakpastian dimasa yang akan datang.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, “Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) serta Implikasinya Terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)”.


(24)

8 B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh variabel Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). 2. Bagaimana pengaruh variabel Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga

SBI, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan variabel intervening Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). 3. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung variabel Inflasi, Nilai

Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan variabel intervening Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB).

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

a. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).


(25)

9 b. Untuk menganalisis pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan variabel intervening Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). c. Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung Inflasi,

Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan variabel intervening Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB).

2. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yakni manfaat akademis maupun praktis.

a) Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk:

1. Bagi peneliti untuk mendapatkan pengembangan dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.

2. Bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian penelitian.

b) Dari segi perspektif praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat untuk:

1. Bagi manajemen perusahaan perbankan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi


(26)

10 manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi.

2. Untuk memberikan informasi tambahan bagi investor dan masyarakat yang berkepentingan untuk menginvestasikan dananya di perbankan.


(27)

11 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Umum Perbankan di Indonesia

Perbankan secara umum merupakan lembaga keuangan yang melakukan kegiatan berupa pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam berbagai bentuk. Pengertian perbankan sendiri menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 Bab I Pasal 1 tentang perbankan yaitu bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Sedangkan pengertian bank menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredt dan atau dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

Pengertian lebih teknis tentang bank dapat ditemukan pada Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 31 dalam Standar Akuntansi Keuangan yaitu Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dan pihak-pihak yang memerlukan dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.

Dari definisi tersebut memberi tekanan bahwa bank dalam melakukan usahanya terutama dalam menghimpun dana dalam bentuk simpanan adalah


(28)

12 merupakan sumber utama dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran dana, hendaknya bank tidak semata-mata memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya bagi pemilik tapi juga kegiatannya harus pula diarahkan pada peningkatan taraf hidup masyarkat. Definisi tersebut merupakan komitmen bagi setiap bank yang menjalankan usahanya di Indonesia.

B. Inflasi

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005:279) inflation is the percentage of annual increase in a general price level.

Menurut Dornbusch, Fischer and Richard (2008:149) inflation is the rate which the general level of prices is rising. In countries, high rates of inflation could happen price double every month, money stop being a useful medium of exchange and sometimes output drops dramatically.

Menurut Sadono Sukirno (2004:27) inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum berlaku dalam suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainnya, sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-harga pada suatu tahun tertentu berbanding dengan tahun sebelumnya.

Menurut Boediono (2001:161) inflasi adalah kecendrungan dari harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi, kecuali kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga-harga lain. Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin melemahnya


(29)

13 daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil mata uang suatu negara, (Khalwaty, 2001:5).

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:

1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas.

2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan (www.bps.go.id).


(30)

14 Menurut Boediono (2001:162) Inflasi dapat di golongkan menjadi dua golongan, golongan pertama didasarkan pada “parah” atau tidaknya inflasi tersebut, yaitu ;

1.

Inflasi ringan ( dibawah 10% setahun)

2.

Inflasi sedang (antara10-30% setahun)

3.

Inflasi berat ( antara 30-100% setahun)

4.

Hiperinflasi (diatas 100% setahun).

Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab awal dari inflasi. Atas dasar ini di bedakan 2 macam inflasi :

1. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Infasi ini disebut demand pull inflation. Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian.

2. Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi, ini disebut cost push inflation. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.


(31)

15 Menurut Sadono Sukirno (2004:338), terdapat beberapa dampak buruk dari inflasi yaitu sebagai berikut :

a. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi

Inflasi yang tinggi tingkatnya akan menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya, tingkat pengangguran juga akan semakin meningkat.

b. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat

Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan ekonomi negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek terhadap individu dan masyarakat.

c. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.

Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap. Sehingga daya beli masyarakat juga akan menurun.

d. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.

Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam


(32)

institusi-16 institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku.

e. Memperburuk pembagian kekayaan

Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatnya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual atau pedagang akan menjadi semakin tidak merata.

C. Nilai Tukar Rupiah/$ (Kurs)

Menurut David C. Colander (2006:460) exchange rate is determined in what called the “forex market” (foreign exchange market). In the forex market, traders buy and sell currencies, taking orders from banks which in turn take orders for currencies from individuals and companies that want to excahanged one currency for another.

Menurut Brue Mc Connell (2005:99) Exchange rate is the rate at which two currency of one nation can be exchanged for the currency another nation.

Menurut Adiwarman A. Karim (2006:157) exchange rates (nilai tukar uang) atau yang lebih populer dikenal dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quatation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam


(33)

17 harga mata uang domestik (domestik currency) atau resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, inestasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antar negara, yang melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.

Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu Negara yang diukur atau dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yan amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai Negara kedalam satu bahasa yang sama, (Kurgmen, 2004:40).

Jika kurs riil tinggi, barang-barang dari luar negeri relatif lebih murah dan barang-barang domestik lebih mahal. Jika kurs rill rendah, barang-barang dari luar negeri relatif lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah, Mankiw (2006:130).

D. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) 1. Suku Bunga

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005:505), interest rate is the price paid for borrowing money for a period of time, usually expressed as a percentage of the principal per year.


(34)

18 Menurut Frederic S. Mishkin (2007:4), interest rate is the cost of borrowing or the price paid for the rental of funds (usually expressed as a percentage of the rental of $100 per year).

Menurut Kasmir (2003:37), bunga bagi bank berdasarkan prinsip konvensional dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya . Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Menurut Sadono Sukirno (2005:375) bunga adalah pembayaran ke atas modal yang dipinjam dari pihak lain. Sedangkan, suku bunga adalah harga yang dibayar “peminjam” (“debitur”) kepada “pihak yang meminjamkan” (“kreditur”) untuk pemakaian sumber daya selama interval waktu tertentu.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah suatu harga atau biaya yang diberikan peminjam atau pihak yang memiliki kekurangan dana kepada pihak yang meminjamkan dana atau memiliki kelebihan dana atas penggunaan dana tersebut pada jarak waktu tertentu. Dengan kata lain, orang yang diberi kesempatan meminjam harus membayar biaya atas pinjamannya tersebut. Biaya peminjaman, diukur dalam rupiah per tahun per rupiah yang dipinjam, adalah suku bunga. Jumlah pinjaman yang diberikan disebut principal dan harga yang dibayar biasanya diekspresikan sebagai presentase dari principal per unit waktu (umumnya, setahun). Dalam bagian ini, dibahas dua teori penentuan


(35)

19 suku bunga yang paling berpengaruh yaitu: teori Fisher, yang mendasari loanable funds theory, dan liquidity preference theory dari Keynes.

a. Pendekatan Klasik dari Fisher

Irving Fisher telah menganalisis penentuan tingkat suku bunga dalam ekonomi dengan mempelajari mengapa orang-orang menabung (mengapa mereka tidak mengkonsumsi semua sumber daya mereka) dan mengapa orang lain yang meminjam. Di sini dibahas teori Fisher dalam konteks sebuah perekonomian yang sangat sederhana. Perekonomian tersebut hanya terdiri dari para individu yang melakukan konsumsi dan menabung penghasilan berjalan mereka, perusahaan-perusahaan yang meminjam penghasilan yang tidak dikonsumsi dan berinvestasi;suatu pasar tempat di mana para penabung memberi pinjaman sumber daya kepada para peminjam, dan proyek-proyek tempat perusahaan berinvestasi. Suku bunga atas pinjaman tersebut tidak mengandung premi bagi risiko kegagalan (default risk) karena perusahaan-perusahaan peminjam diasumsikan akan mampu memenuhi semua kewajibannya, (Sukirno 2004:204). b. Pendekatan Keynes

Keynes menantang pandangan ekonomi klasik, bahwa tingkat bunga tidak menentukan besar kecilnya investasi maupun tabungan masyarakat. Tabungan dan investasi menurut Keynes ditentukan dan dipengaruhi secara langsung oleh tingkat pendapatan masyarakat itu sendiri. Terutama untuk tabungan, menurut Keynes, orang akan


(36)

20 menabung jika orang tersebut memiliki kelebihan uang (marginal prospensity to save), yaitu pendapatannya di atas kebutuhan konsumsinya. Sehingga Keynes yakin bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan tingkat tabungan masyarakat. Demikian juga halnya dengan investasi, Keynes berkeyakinan bahwa bunga bukanlah faktor utama dalam menentukan tingkat investasi, walaupun diakui bahwa adalah salah satu pertimbangan untuk investasi adalah tingkat bunga. (Judisseno 2005: 83)

Dalam teori, analisis mengenai suku bunga selalu menganggap bahwa dalam perekonomian terdapat hanya satu suku bunga, namun kenyataannya keadaanya jauh berbeda karena terdapat beberapa suku bunga dalam perekonomian.

Menurut Sadono Sukirno (2005:382), hal tersebut karena disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Perbedaan resiko

Bank memberikan suku bunga yang berbeda dalam memberikan pinjaman. Bagi usaha yang telah lama berkembang atau usaha yang tidak mengandung banyak resiko, maka bank bersedia mengenakan suku bunga rendah, sedangkan untuk usaha yang beresiko tinggi, bank juga akan mengenakan suku bunga pinjaman yang tinggi pula.

2. Jangka waktu pinjaman

Semakin lama sejumlah modal dipinjamkan, semakin besar tingkat bunga yang harus dibayar. Salah satu sebabnya karena resiko yang


(37)

21 ditanggung peminjam akan semakin besar dengan jangka waktu yang relatif panjang. Disisi lain disebabkan karena pemilik modal kehilangan kebebasan untuk menggunakan modalnya dalam jangka waktu yang lebih lama. Di samping itu, para peminjam bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi karena mereka mempunyai waktu yang lebih panjang untuk mengembalikan pinjamannya.

3. Biaya administrasi pinjaman

Jumlah dana yang dipinjam sangat berbeda, sedangkan biaya administrasi untuk memproses pinjaman tersebut tidak banyak berbeda. Dengan demikian, berdasarkan pada pertimbangan biaya administrasi pinjaman, pinjaman yang lebih sedikit jumlahnya akan membayar tingkat bunga yang lebih tinggi.

2. Sertifikat Bank Indonesia

Menurut Surat Keputusan Direksi BI No. 31/67/KEP/DER tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesia serta Intervemsi Rupiah, pengertian Sertifikat Bank Indonesia atau SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto.

Sebagai salah satu piranti moneter, perdagangan SBI baik di pasar primer maupun di pasar sekunder, selain ditujukan untuk mengatur jumlah uang primer yang beredar di masyarakat, juga ditujukan untuk mengatur tingkat suku bunga. Peraturan jumlah uang primer dan suku bunga


(38)

22 merupakan sasaran dari kebijakan moneter. Sasaran utamanya adalah upaya untuk menekan laju inflasi. Tujuan diterbitkannya SBI, antara lain:

a. Mempengaruhi reserve money bank.

b. Menarik minat bank-bank agar mereka dapat menanamkan kelebihan cadangannya.

c. Menyediakan instrument pasar uang dalam denominasi rupiah yang menghasilkan bunga, likuid dan bebas resiko (yang dapat digunakan sebagai pengatur posisi cadangan bank).

d. Memperbesar likuiditas bank dalam perdagangan SBI di pasar sekunder, selain itu, juga ditujukan untuk mempengaruhi suku bunga pasar.

E. Jumlah Uang Beredar

Menurut Case, Fair and Oster (2009:205) money is a means of payments or medium exchange, a store of value, and a unit of account.

Menurut Samuelson and Nordhaus (2005:31) money is the means of payments-the currencyand checks that we use when we buy things, but more than that, money is a lubricant that facilities exchange.

Pengertian uang beredar yang umum digunakan di Indonesia dapat digunakan dalam dua kategori yaitu uang beredar dalam arti sempit atau narrow money (M1) dan uang beredar dalam arti luas atau broad money (M2). M1 terdiri atas uang kartal yang beredar dimasyarakat (tidak termasuk uang kartal yang ada dibank) ditambah dengan uang giral. M2 merupakan


(39)

23 penjumlahan dari M1 ditambah tabungan dan deposito berjangka atau disebut juga uang kuasi (quasi money), (Dahlan Siamat 2005:93).

Perubahan jumlah uang yang beredar (M2) ditentukan oleh hasil interaksi antara masyarakat, lembaga keuangan dan bank sentral. Jumlah uang beredar adalah hasil kali uang pinar (monetary base) dengan pengganda uang (money multiplier).

Dari definisi jumlah uang beredar terbagi menjadi 2 yaitu : 1. Uang Dalam Arti Sempit (M1)

M1 diartikan sebagai uang tunai (uang kartal dan logam) yang dipegang oleh masyarakat tidak termasuk uang yang ada di kas bank serta kas Negara. Uang tersebut dikenal dengan uang kartal kemudian ditambah uang yang berada dalam rekening giro perbankan yang dapat langsung digunakan untuk menguangkan cek, dan bisa disebut dengan uang giral. Bentuk persamaan M1 adalah:

M1 = C+DD Dimana:

M1 = uang dalam artu sempit C = currency, uang kartal

DD = demand deposit, uang giral

Pengertian uang giral (DD) diatas hanya mencakup saldo rekening Koran atau giro milik masyarakat umum yang disimpan dibank dan digunakan oleh pemiliknya untuk berbelanja atau membayar (Boediono:1994).


(40)

24 2. Uang Dalam Arti Luas (M2)

M2 merupakan perluasan dari definisi M1 dengan uang kuasi. Uang kuasi adalah bentuk kekayaan yang sangat likuid yang terdiri dari deposito berjangka atau rekening tabungan pada bank. Bentuk persamaannya adalah:

M2 = M1+TD+SD Dimana:

M2 = uang dalam arti luas M1 = uang dalam arti sempit

TD = time deposit (deposito berjangka) SD = saving deposits (saldo tabungan)

Perkembangan uang beredar di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kegiatan luar negri, sektor pemerintahan, sektor swasta, domestik, dan sektor lainnya. Transaksi-transaksi dari sektor-sektor tersebut dicatat dalam neraca sistem moneter yang memperlihatkan besarnya jumlah uang yang beredar dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahannya.

Strategi pengendalian uang beredar dirumuskan berdasarkan penyesuaian instrument kebijakan moneter antara lain operasi pasar terbuka, penyesuaian ketentuan likuiditas wajib minimum (reserve requirement), dan fasilitas diskonto. Pelaksanaan penyesuaian tersebut diharapkan agar nilai yang ditargetkan terhadap tujuan akhir makro dapat tercapai.


(41)

25 F. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Menurut Slamet Riyadi (2006:79) Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diperoleh dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar atau setiap bank, dana masyarakat ini umumnya merupakan dana terbesar yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat.

Sumber Dana Pihak Ketiga (DPK), dari segi mata uang dibedakan menjadi:

1. Sumber Dana Pihak Ketiga Rupiah

Yaitu kewajiban-kewajiban bank yang tercatat dalam bentuk rupiah pada pihak ketiga bukan bank baik kepada penduduk maupun bukan penduduk. Komponen DPK ini terdiri dari Giro, Simpanan Berjangka (deposito dan Sertifikat Deposito), tabungan dan kewajiban-kewajiban lainnya yang terdiri dari kewajiban segera yang dapat dibayar, surat-surat berharga yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, setoran jaminan dan lainnya. Tidak termasuk dana yang berasal dari bank sentral.

2. Sumber Dana Pihak Ketiga Valuta Asing

Sedangkan yang dimaksud Dana Pihak Ketiga Valuta Asing adalah kewajiban bank yang tercatat dalam valuta asing kepada pihak ketiga, baik penduduk maupun bukan penduduk termasuk pada Bank Indonesia, bank lain (pinjaman melalui pasar uang).


(42)

26 DPK Valuta Asing terdiri atas Giro, Call Money, Deposit On Call (DOC), Deposito berjangka, Margin Deposit, Setoran Jaminan, Pinjaman Yang Diterima dan kewajiban-kewajiban lainnya dalam valuta asing.

G. Pasar Uang Antar Bank (PUAB)

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2005:543) money market is a term denoting the set of institutions that handle the purchase or sale of short term credit instruments like Treasury Bills (T-Bills) and Comercial Paper (CP).

Menurut Slamet Riyadi (2006:75) pasar uang atau interbank money market adalah pinjam meminjam antar bank yang dilakukan oleh bank-bank komersial dalam rangka memenuhi kebutuhan likuiditas atau untuk memanfaatkan dana agar tidak terjadi idle fund.

Menurut Dahlan Siamat (2005:303) pasar uang antar bank atau sering disebut interbank call money market atau sering disingkat dengan call money, merupakan sumber yang paling cepat untuk memperoleh dana bagi bank. Sumber dana PUAB ini sering digunakan bagi bank-bank yang sedang mengalami kekalahan kliring, yaitu suatu keadaan dimana jumlah tagihan yang masuk lebih besar dibandingkan tagihan keluar.

Pasar uang antar bank pada dasarnya adalah kegiatan pinjam-meminjam dana antar satu bank dengan bank lainnya. Transaksinya bisa dilakukan secara langsung melalui telepon atau lembaga kliring.


(43)

27 1. Mekanisme

Mekanisme pasar uang berbeda dengan pasar modal yang tradingnya dilakukan melalui Bursa atau Stock Exchange. Sesuai dengan karakteristiknya maka pasar uang ini bersifat abstrak, tidak ada tempat khusus seperti halnya pada pasar modal. Transaksi pasar uang secara over the counter market (OTC), dilakukan oleh setiap peserta melalui desk atau dealing room masing-masing peserta.

Sarana yang digunakan dalam melakukan transaksi pasar uang dapat berupa:

1. Reuters monitor dealing screen (RDMS) 2. Telex

3. Telepon 4. Fax

5. Sarana telekomunikasi lain yang diperkenankan untuk transaksi tersebut.

2. Instrument Pasar Uang

a. Commercial paper merupakan surat utang atau promes berjangka pendek yang tidak dijamin commercial paper yang merupakan passive emiten, unit ekonomi yang mengeluarkannya, diperjualbelikan dipasar uang. Pada umumnya, emiten CP adalah terdiri dari perusahaan (yang bergerak dibidang finanial maupun non finansial).

b. Revolving underwriting facility merupakan salah satu instrument pasar uang yang sudah biasa digunakan oleh perbankan internasional,


(44)

28 instrument atas transaksi ini dijamin oleh beberapa bank dengan jangka waktu 1 sampai 3 tahun.

c. Sertifikat Bank Indonesia merupakan surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia, sebagai pengakuan atas utang jangka pendek.

d. Certificate of Deposits (CDs) merupakan instrument pasar uang yang diterbitkan atas unjuk oleh suatu bank yang dinyatakan dalam jumlah tertentu, jangka waktu dan tingkat bunga tertentu. Bukti simpanannya berupa sertifikat deposito berjangka dapat diperdagangkan atau sebagai negotiable instrument, karena dapat diuangkan oleh pembawa dan bersifat atas unjuk.

e. Promissory Notes (PN) adalah surat sanggup bayar yang membuktikan adanya utang piutang antara debitur dan kreditur, di mana debitur meminjamkan sejumlah uang dan kreditur berjanji akan membayar pada tanggal yang telah ditetapkan dengan menyerahkan promissory notes (PN) kepada kreditur.

f. Treasury Bills (T-Bills) merupakan instrument pasar uang atas unjuk yang diterbitkan oleh Bank Sentral yang merupakan salah satu alat untuk pengendalian moneter yang akan dibayarkan kepada pemegang (Bearer) pada tanggal jatuh tempo. Bagi perbankan atau lembaga keuangan T-Bills dapat dijadikan sebagai secondary reserve (cadangan sekunder) likuiditasnya, dalam pengelolaan dananya untuk


(45)

29 menghindari idle funds atau dalam rangka optimalisasi pengelolaan dana bank yang bersangkutan.

g. Banker’s Acceptance (BA) merupakan time draft (wesel berjangka) yang ditarik oleh seorang eksportir atau importer atas suatu bank untuk membayar sejumlah barang atau untuk membeli valuta asing.

h. Repurchase Agreement (Repo) adalah transaksi jual beli surat-surat berharaga disertai dengan perjanjian bahwa penjual akan membeli kembali surat-surat berharga yang dijual tersebut pada tanggal dan dengan harga yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

3. Resiko-Resiko Investasi di Pasar Uang

a. Resiko Pasar (interest rate risk) resiko yang berkaitan dengan turunnyha harga surat berharga (tingkat bunga naik) mengakibatkan investor mengalami capital loss.

b. Resiko Reinvestment resiko terhadap penghasilan suatu asset financial yang harus di re-invest dalam asset yang berpendapatan rendah atau dapat dikatakan sebagai resiko yang memaksa investor untuk menempatkan pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke investasi yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.

c. Resiko Gagal Bayar terjadi akibat tidak mampunya peminjam (debitur) memenuhi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan.

d. Resiko Inflasi terjadi apabila pemberi pinjaman menghadapi kemungkinan naiknya harga-harga barang dan jasa yang akan


(46)

30 menurunkan daya beli atas pendapatan yang diterimanya. Untuk menghadapi hal tersebut, kreditur biasanya berusaha mengimbangi proyek inflasi dengan meminta atau mengenakan suku bunga yang lebih tinggi.

e. Resiko Valuta (currency or exchanged rate risk) yaitu kerugian yang terjadi akibat adanya perubahan yang tidak menguntungkan terhadap kurs mata uang asing.

f. Resiko Politik terjadi karena adanya kemungkinan adanya perubahan ketentuan perundangan yang berakibat turunnya pendapatan yang diperkirakan dari suatu investasi atau bahkan akan terjadi kerugian total dari modal yang diinvestasikan.

g. Resiko Likuiditas yaitu resiko yang dapat terjadi apabila instrument yang dimiliki sulit untuk dijual kembali sebelum jatuh tempo.

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian Tony Hidayat (2007) meneliti tentang pengaruh inflasi terhadap kinerja pembiayaan perbankan syariah, volume transaksi pasar uang antar bank syariah (PUAS), dan posisi outstanding sertifikat wadiah bank Indonesia (SWBI). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi IHK terhadap kinerja pembiayaan perbankan syariah yang diukur dengan kriteria financing to deposit ratio (FDR) dan non performing financing (NPF), volume transaksi pasar uang antarbank berdasarkan prinsip syariah (VPUAS), dan posisi outstanding sertifikat wadiah bank Indonesia (OSWBI). Hipotesis awal


(47)

31 menyatakan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif terhadap FDR, NPF, PUAS dan SWBI. Tetapi inflasi berpengaruh negatif terhadap FDR. Berdasarkan pengujian melakukan vector autoregression (VAR) ternyata inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap FDR, NPF, VPUAS dan OSWBI.

Penelitian Darna (2006), yang meneliti tentang pertumbuhan aset atau dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah sensitif terhadap pengaruh volatilitas tingkat bunga (SBI) dan nilai tukar rupiah (Exchange Rate). Selain dua variabel tersebut dalam penelitian tersebut juga mencoba memasukan fatwa MUI tentang keharaman bunga sebagai variabel biner (dummy). Model yang diestimasi dalam penelitian tersebut adalah Autoregressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) dan General Autoregressive Conditional Heteroseedasticity (GARCH). Penggunaan model tersebut adalah untuk melihat apakah residual dan varian residual periode sebelumnya signifikan mempengaruhi variabel Aset atau DPK terhadap model yang diestimasi. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa : (a) uji regresi berganda dengan metode OLS menunjukkan bahwa tingkat bunga maupun nilai tukar memiliki korelasi negatif dan signifikan berpengaruh terhadap pertumbuhan Aset maupun Dana Pihak Ketiga perbankan syariah, sedangkan Fatwa MUI mempunyai korelasi positif juga signifikan mempengaruhi pertumbuhan Aset dan Dana Pihak Ketiga. (b) Selanjutnya berdasarkan uji ARCH diperoleh hasil bahwa nilai residual periode sebelumnya signifikan mempengaruhi pertumbuhan aset maupun dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah.


(48)

32 Sedangkan melalui uji GARCH diperoleh hasiI yang menunjukkan bahwa varian residual periode sebelumnya tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan keduanya. (c) tingkat bunga maupun nilai tukar melalui uji ARCH IGARCH diketahui memiliki volatilitas yang signifikan sehingga model yang diestimasi tidak bebas dari pengaruh residual periode sebelumnya. (d) pertumbuhan Aset dan DPK melalui uji ARCH-M ternyata signifikan memiliki sensitifitas terhadap fluktuasi perubahan tingkat bunga dan nilai tukar rupiah.

Penelitian Patria Yunita (2008), penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh variabel makroekonomi yaitu suku bunga SBI, tingkat inflasi dan kurs US $ terhadap pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah yang menjadi salah satu sinyal besaran share pasar yang berhasil diraih sistem perbankan syariah. Pengaruh suku bunga SBI diidentifikasi dengan besaran net equivalent rate, sementara pengaruh tingkat inflasi diidentifikasikan dengan besaran real equivalent rate. Karena terdapat perbedaan satuan maka variabel jumlah Dana Pihak Ketiga dan Kurs US $ dibentuk dalam model logaritma semi-log, sehingga variabel ini menjadi lnDPK dan lnExR. Penelitian tersebut menggunakan model regresi linier sederhana, dengan menguji masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Hal ini dilakukan untuk menghindari efek multikolinieritas yang menyebabkan asumsi-asumsi yang tidak sesuai. Berdasarkan analisis regresi disimpulkan bahwa NER dan RER memiliki hubungan positif dengan jumlah Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah. Sementara itu kurs US $


(49)

33 memiliki hubungan negatif terhadap jumlah Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah.

Penelitian Zulmi (2002) meneliti tentang efektivitas suku bunga SBI dalam mempengaruhi suku bunga pasar. Dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa SBI sebagai salah satu instrument yang digunakan Bank Indonesia dalam mengatur kebijakan moneter, juga merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengatur suku bunga pasar. Masalah yang dihadapi akhir-akhir ini adalah perubahan suku bunga SBI kurang dapat mempengaruhi suku bunga deposito, suku bunga pasar uang antar bank (PUAB), dan suku bunga kredit. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kenapa suku bunga SBI kurang direspon oleh suku bunga pasar. Salah satu faktor adalah kurang berjalannya fungsi intermediasi perbankan. Kenaikan suku bunga SBI memberikan alternative yang menguntungkan dan aman bagi perbankan untuk menanamkan dananya pada SBI, dibading pada kredit.

Pariyo (2004) meneliti tentang variabel makro ekonomi yang mempengaruhi penghimpunan dana pihak ketiga pada Bank Muamalat Indonesia periode 2000-2003. Pengujian hipotesa secara parsial yang dilakukan, maka dari semua variabel independent yang digunakan (SBI,Valas USD, dan SWBI) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependent (Dana Pihak Ketiga). Selain itu dalam pengujian F test dimana F test = 15,311 dan nilai signifikan 0,00 berarti varabel independent (SBI, Valas USD, dan SWBI) secara bersama-sama berpengaruhi secara signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga.


(50)

34 Hamid Ponco Wibowo (2006) meneliti tentang pengaruh variabel ekonomi makro (PDB, Suku Bunga, Kurs) terhadap kinerja perbankan syariah. Berdasarkan pengujian dengan menggunakan data statistik selama kurun waktu 4 tahun (2001-2004) yang diolah dengan menggunakan persamaan simultan, maka pengaruh variabel ekonomi makro terhadap kinerja perbankan syariah selama ini berjalan melalui jalur transmisi beberapa variabel internal keuangan perbankan (Dana Pihak Ketiga, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan) sebelum pada akhirnya berpengaruh terhadap permodalan bank (CAR). Satu hal yang cukup menarik dari hasil penelitian ini adalah perubahan suku bunga tidak begitu berpengaruh terhadap kinerja perbankan syariah.

Zainuddin H. Nasution yang meneliti tentang korelasi suku bunga SBI dan suku bunga intervensi rupiah terhadap suku bunga pasar uang antar bank. Penelitian dengan analisis secara deskriptif dan statistik dengan menggunakan program Eviews, menunjukan bahwa terdapat korelasi yang kuat (signifikan) dan positif antara suku bunga SBI terhadap suku bunga PUAB dan antara suku bunga intervensi terhadap suku bunga PUAB. Hal tersebut digambarkan apabila ada pergerakan suku bunga SBI dan suku bunga intervensi rupiah, maka akan mempengaruhi pergerakan suku bunga PUAB.

Rosaar Maries meneliti mengenai dampak fluktuasi variabel ekonomi makro terhadap DPK yang dihimpun dan penyaluran pembiayaan pada perbankan syariah di indonesia. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui dan mengukur respon yang ditimbulkan oleh fluktuasi


(51)

variabel-35 variabel ekonomi makro terhadap DPK yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan. Data-data yang digunakan adalah data time series dari 2003-2007 yang berasal dari statistik perbankan syariah dan statistik ekonomi Indonesia. Metode yang digunakan adalah vector autoregression (VAR). Metode ini umumnya digunakan untuk mempelajari dinamika variabel tertentu setelah terjadi shock atau perubahan pada perekonomian. Analisis yang lebih ditekankan pada penelitian ini adalah impuls response function dan varance decomposition. Kedua analisis tesebut berguna untuk mempelajari perilaku shock suatu variabel dan variabel manakah yang paling dominan menjelaskan variabel yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing variabel mempunyai pengaruh yang kecil terhadap DPK yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah. Dan masing-masing variabel ekonomi makro tidak mempunyai pengaruh yang dominan terhadap DPK yang dihimpun dan pembiayaan yang disalurkan.

Penelitian Eep Syaefullah Fatah (2009), yang meneliti pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel-variabel makro ekonomi (suku bunga SBI, nilai tukar rupiah, uang beredar dan inflasi) terhadap volume transaksi pasar uang antar bank syariah (PUAS) dan pembiayaan. Data yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah data bulanan periode Januari 2005 – Desember 2009 yang berasal dari statistik perbankan syariah dan statistik ekonomi Indonesia. Penelitian tersebut menggunakan software Amos 18. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa variabel-variabel makro memberikan pengaruh terhadap volume transaksi PUAS dan pembiayaan. Dimana, suku bunga SBI


(52)

36 memberikan pengaruh positif terhadap volume transaksi PUAS, sedangkan terhadap pembiayaan memberikan pengaruh negatif. Uang beredar membrikan pengaruh positif terhadap volume transaksi PUAS dan pembiayaan. Inflasi memberikan positif terhadap pembiayaan, sementara pada volume transaksi PUAS tidak memberikan pengaruh. Berdasarkan metode yang sama, nilai tukar rupiah tidak memberikan pengaruh baik terhadap volume tansaksi PUAS maupun pembiayaan.

I. Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan suatu proses dari peneliti memperoleh data kemudian mengolah data tersebut dan menginterprestasikan hasil data yang telah diolah.

Penelitian ini didasarkan atas penelitian-penelitian dan teori-teori yang telah ada sebelumnya. Dari beberapa teori yang telah ada peneliti merangkainya menjadi satu kesatuan yang salaing berhubngan. Metode analisis yang digunakan adaah Analisis Jalur. Hal ini dikarenakan analisis jalur dapat memperlihatkan hubungan langsung dan tidak langsung antar variabel.

Setelah menentukan judul dan metode analisis, peneliti mengumpulkan data-data dari variabel-variabel yang akan diteliti. Objek yang akan diteliti merupakan Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang terdapat di Indonesia. Variabel yang diteliti adalah Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2), Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Volume Transaksi


(53)

37 Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Dalam penelitian ini yang akan menjadi variabel eksogen adalah Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2). Sedangkan yang akan menjadi variabel endogen adalah Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB).

Peneliti mengambil data dari masing-masing variabel dari situs Bank Indonesia dan Perpustakaan Bank Indonesia. Pencarian data dibagi menjadi dua bagian. Pertama, pengambilan data Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diambil dari Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) melalui situs (www.bi.go.id). Kedua, pengambilan data Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) di perpustakaan Bank Indonesia.

Setelah memperoleh data-data dari setiap variabel peneliti mulai melakukan analisis. Langkah awal yang diperlukan adalah menentukan struktur persamaan linier dari paradigma penelitian yang telah dibentuk berdasarkan teori-teori yang ada. Kemudian data disimpan menggunakan Software SPSS 17 dan diolah dengan menggunakan Software AMOS 16. Dari output tersebut dapat dianalisa korelasi, hubungan anatara variabel, besarnya R square dan kesesuaian model (Goodness of Fit). Setelah melakukan analisis tersebut peneliti dapat mengambil kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Berikut ini adalah gambaran mengenai


(54)

38 kerangka berfikir yang peneliti bentuk secara sederhana untuk menjelaskan proses penelitian:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Bank Indonesia

Variabel Moneter Bank Pembangunan Daerah (BPD)

INFLASI KURS DPK

Analisis Jalur

Hubungan Langsung dan Tidak Langsung

Interpretasi Uji Kesesuaian Model

Pengujian Hipotesa

SBI PUAB


(55)

39 J. Paradigma Penelitian

Apabila dilihat dari judul yang peneliti ambil, maka dapat digambarkan sebuah konstruk dari variabel-variabel yang akan diteliti sebagai berikut:

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

Keterangan :

X1= Inflasi Y= Dana Pihak Ketiga (DPK) X2= Nilai Tukar (Kurs) Z = Volume Transaksi PUAB X3 = Suku Bunga SBI

X4 = Jumlah Uang Beredar (M2)

K. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

X

1

X

2

X

3

X

4

Y

Z

rx1x4 rx2x4 rx3x4 rx2x3 rx1x2 rx1x3 px1y px2y px3y px4y px1z px4z pyz px2z px3z

e1

e2


(56)

40 1. Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang

Beredar (M2), terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).

Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2), terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).

Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI dan Jumlah Uang Beredar (M2), terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK).

2. Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan variabel intervening Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB)..

Ho: Tidak terdapat pengaruh signifikan antara Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan variabel intervening Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB).

Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan variabel intervening Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB).


(57)

41 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif karena dalam penelitian ini peneliti akan menghitung seberapa besar pengaruh, Inflasi, Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Beredar (M2) dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Penelitian ini dilakukan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) di Indonesia periode Januari 2005 - Juni 2010.

B. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini penulis menggunakan convience sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih berdasarkan kemudahan memperoleh data dan tidak menyusahkan mengukurnya serta bersifat kooperatif. (Abdul Hamid, 2007:30).

C. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari literatur-literatur/sumber lain dari dalam maupun luar BI, sedangkan teknik pengumpulan data sebagai berikut :


(58)

42 1. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain (sudah tersedia) dan digunakan untuk penelitian lain. Data tersebut meliputi: a. Data Inflasi,Nilai Tukar (Kurs), Suku Bunga SBI, Jumlah Uang

Beredar (M2) dan Volume Transaksi Pasar Uang Antar Bank (PUAB) yang diperoleh dari laporan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang ada di website bank Indonesia

b. Data Dana Pihak Ketiga (DPK) yang diperoleh dari laporan bulanan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang ada di website bank Indonesia.

2. Library Research

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang tersusun. Peneliti melakukan penelitian dengan membaca, mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan penelitian.

D. Metode Analisis

Analisis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang digunakan untuk kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau lebih model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas. Regresi


(59)

43 X1

X2

X4 X3

Y e1

dilakukan untuk setiap variabel dalam model. Nilai regresi yang diprediksi oleh model dibandingkan dengan matrik korelasi hasil observasi variabel dan nilai goodness of-fit dihitung. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai goodness of fit. (Imam Ghozali, 2008:21)

Analisis jalur merupakan pengembangan lebih lanjut dari analisis regresi berganda dan bivariate. Analisis jalur ingin menguji persamaan regresi yang melibatkan beberapa variabel eksogen dan endogen sekaligus sehingga memungkinkan pengujian terhadap variabel mediating/intervening atau variabel antara. Disamping itu analisis jalur juga dapat mengukur hubungan langsung antar variabel dalam model maupun hubungan tidak langsung antar variabel dalam model. Hubungan langsung antara variabel eksogen terhadap variabel dapat dilihat pada koefisien beta. Hubungan tidak langsung adalah seberapa besar pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen melalui variabel intervening. Pengaruh total dapat diperoleh dengan menjumlahkan hubungan langsung dan tidak langsung, (Imam ghozali, 2008:93).

Dilihat dari kerangka berfikir penelitian ini, maka dapat diperoleh 2 (dua) substruktur linier sebagai berikut:

Sub struktur I :


(60)

44 Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model sebagai berikut:

Y = YX1 + YX2 + YX3 + YX4 +

ε

1 Keterangan :

Y = Dana Pihak Ketiga (DPK) X3= Suku Bunga SBI

X1 = Inflasi X4= Jumlah Uang Beredar (M2) X2 = Nilai Tukar (Kurs)

ε

1= Residual Error

Sub struktur II :

Gambar 3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3, X4, dan Y Terhadap Z

Bila dirumuskan kedalam persamaan matematis akan didapat model sebagai berikut:

Z = ZX1 + ZX2 + ZX3 + ZX4 + ZY +ε2 Keterangan :

Z = Volume Transaksi PUAB X4= Jumlah Uang Beredar (M2) X1= Inflasi Y = Dana Pihak Ketiga (DPK) X2 = Nilai Tukar (Kurs) ε 2= Residual Error

X3 = Suku Bunga SBI X1 X2

X4 X3

Y

e2


(61)

45 Selanjutnya dengan menggunakan model logaritma natural formulasinya dapat dibentuk lebih nyata sebagai berikut

Sub Struktur I : Y = YX1 + YX2 + YX3 + YX4 +

ε

1 Sub Struktur II : Z = ZX1 + ZX2 + ZX3 + ZX4 + ZY +ε2

Hair et. al (1998) dalam Imam Ghozali (2008:61) mengajukan tahapan permodelan dan analisis persamaan struktural menjadi 7 (tujuh) langkah yaitu:

Langkah 1: Pengembangan Model Berdasar Teori

Model persamaan struktural didasarkan pada hubungan kausalitas, dimana perubahan satu variabel diasumsikan akan berakibat pada perubahan variabel lainnya. Hubungan kausalitas dapat berarti hubungan yang ketat seperti ditemukan dalam proses fisik seperti dalam riset perilaku yaitu alasan seseorang membeli produk tertentu. Kuatnya hubungan kausalitas antara dua variabel yang diasumsikan oleh peneliti bukan terletak pada metode analisis yang dia pilih, tetapi terletak pada justifikasi (pembenaran) secara teoritis untuk mendukung analisis. Jadi jelas bahwa hubungan antar variabel dalam model merupakan dedukasi dari teori.

Langkah 2 dan 3: Menyusun Diagram Jalur dan Persamaan Struktural

Langkah berikutnya adalah menyusun hubungan kausalitas dengan diagram jalur dan menyusun persamaan strukturalnya. Ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menyusun model struktural yaitu menghubungkan antar model konstruk laten baik endogen maupun eksogen dan menyusun measurement model yaitu menghubungkan konstrak laten endogen atau eksogen dengan variabel indikator atau manifest.


(62)

46 Langkah 4: Memilih Jenis Input Matrik dan Estimasi Model yang Diusulkan

Model persamaan strukturak berbeda dari teknik analisis multivariate lainnya, SEM hanya menggunakan data input berupa matrik varian/kovarian atau matrik korelasi. Data mentah obesrvasi individu dapat dimasukkan dalam program AMOS, tetapi program AMOS akan merubah dahulu data mentah menjadi matrik kovarian atau matrik korelasi. Analisis terhadap data outlier harus dilakukan sebelum matrik kovarian atau korelasi dihitung. Teknik estimasi model persamaan struktural pada awalnya dilakukan dengan ordinary least square (OLS) regression, tetapi teknik ini mulai digantikan oleh Maximum Likelihood Estimation (ML) yang lebih efisien dan unbiased jika asumsi normalitas multivariate dipenuhi. Teknik ML sekarang digunakan oleh banyak program komputer. Namun demikian teknik ML sangat sensitif terhadap non-normalitas data sehingga diciptakan teknik estimasi lain seperti Weight Least Square (WLS), Generalized Least Square (GLS) dan Asymptotivally Distribution Free (ADF).

Langkah 5 : Menilai Identifikasi Model Struktural

Selama proses estimasi berlangsung dengan program komputer, sering didapat hasil estimasi yang tidak logis atau meaningless dan hal ini berkaitan dengan masalah identifikasi model struktural. Problem identifikasi adalah ketidakmampuan proposed model untuk menghasilkan unique estimate. Cara melihat ada tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi yang meliputi: (1) adanya nilai standar error yang besar untuk satu atau lebih koefisien, (2) ketidakmampuan program untuk invert information


(63)

47 matrix, (3) nilai estimasi yang tidak mungkin misalkan error variance yang negatif, (4) adanya nilai korelasi yang tinggi ( > 0,90) antar koefisien estimasi. Langkah 6 : Menilai Kriteria Goodness-of-Fit

Salah satu tujuan dari Analisis Jalur adalah menentukan apakah model planusible (masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apabila memiliki model fit yang baik pula. Tingkat kesesuaian model dalam buku Imam Ghozali (2008) terdiri dari:

1. Absolut Fit Measure

Absolut fit measure mengukur model fit secara keseluruhan (baik model strultural maupun model pengukuran secara bersamaan).

a. LikeliHood-Ratio Chi-Square Statistic

Ukuran fundamental dari overall fit adalah likeliHood-ratio chi-square (

χ

2). Nilai chi-square yang tinggi relatif terhadap degree of freedom menunjukkan bahwa matrik kovarian atau korelasi yang diobservasi dengan yang diprediksi berbeda secara nyata dan ini menghasilkan probabilitas (p) akan menghasilkan nilai probabilitas (p) yang lebih besar dari tingkat signifikansi (α) dan ini menunjukkan bahwa input matrik kovarian antara prediksi dengan observasi sesungguhnya tidak berbeda secara signifikan. Dalam hal ini peneliti harus mencari nilai chi-square yang tidak signifikan (p ≥ 0.05) karena mengharapkan bahwa model yang diusulkan cocok atau fit dengan data observasi.


(64)

48 b. CMIN/DF

Adalah nilai chi-square dibagi dengan degree of freedom. Beberapa pengarang menganjurkan menggunakan ratio ukuran ini untuk mengukur fit. Menurut Wheaton et. Al (1977) dalam Imam GHozali (2008) nilai ratio 5 (lima) atau kurang dari lima merupakan ukuran yang reasonable. Peniliti lainnya seperti Byrne (1988) mengusulkan nilai ratio ini < 2 merupakan ukuran fit.

c. Goodness of Fit Index (GFI)

Goodness of Fit Index (GFI) dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbon (1984) yaitu ukuran non-statistik yang nilainya berkisar antar 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit). Nilai GFI tinggi menunjukkan fit yang lebih baik dan berapa nilai GFI dapat diterima sebagai nilai yang layak belum ada standarnya, tetapi banyak peneliti menganjurkan nilai di atas 90% sebagai ukuran good fit.

d. Root Mean Square Erorrs of Approximation (RMSEA)

Root Mean Square Error Of Approximination (RMSEA) merupakan ukuran yang mencoba memperbaiki kecenderungan statistic chi-square menolak model dengan jumlah sampel yang besar. Nilai RMSEA antara 0,05 sampai 0,08 merupakan ukuran yang dapat diterima. Hasil uji empiris RMSEA cocok untuk menguji model konfitmatori atau competing model strategi dengan jumlah sampel besar.


(65)

49 2. Incremental Fit Measures

Incremental Fit Measures membandingkan proposed model dengan baseline model sering disebut dengan null model. Null model merupakan model realistic dimana model-model yang lain harus diatasnya.

a. Adjusted Goodness of Fit Indes (AGFI)

Adjusted Goodnbess of Fit Index (AGFI) merupakan pengembangan dari GFI yang disesuaikan dengan ratio degree of freedom untuk propsed model dengan degree of freedom untuk null model. Nilai yang direkomendasikan adalah ≥ 0,90.

b. Tucker-Lewis Index (TLI)

Tucker-Lewis Index atau dikenal dengan nonnormed fit index (NNFI). Pertama kali diusulkan sebagai alat untuk mengevaluasi analisis faktor, tetapi sekarang dikembangkan untuk SEM. Ukuran ini menggabungkan ukuran parsimony kedalam indek komparasi antara proposal model dan null model dan nilai TLI berkisar dari 0 sampai 1.0. Nilai TLI yang direkomemdasikan adalah ≥ 0,90.

c. Normed Fit Index (NFI)

Normed Fit Index merupakan ukuran perbandingan antara proposed model dan null model. Nilai NFI akan bervariasi dari 0 (no fit at all) sampai 1.0 (perfect fit). Seperti halnya TLI tidak ada nilai absolut yang dapat digunakan sebagai standar, tetapi umumnya direkomendasikan ≥ 0,90.


(1)

131 RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Independence model .545 .492 .599 .000 AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 42.000 47.069 87.983 108.983 Saturated model 42.000 47.069 87.983 108.983 Independence model 316.140 317.589 329.278 335.278 ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model .646 .646 .646 .724

Saturated model .646 .646 .646 .724

Independence model 4.864 4.048 5.793 4.886 HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER .01 Default model


(2)

132 Hasil ANALISIS AMOS 16 Setelah Trimming

Notes for Model (Default model)

Computation of degrees of freedom (Default model) Number of distinct sample moments: 21 Number of distinct parameters to be estimated: 20 Degrees of freedom (21 - 20): 1 Result (Default model)

Minimum was achieved Chi-square = .154 Degrees of freedom = 1 Probability level = .694

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

DPK <--- INFLASI -3100781.444 909100.171 -3.411 *** par_7 DPK <--- KURS -7.273 2.202 -3.302 *** par_8 DPK <--- SBI 9097655.513 2053243.660 4.431 *** par_9

DPK <--- M2 .106 .006 19.048 *** par_10

PUAB <--- INFLASI 27766584.940 7736871.612 3.589 *** par_11

PUAB <--- M2 -.344 .098 -3.500 *** par_12

PUAB <--- DPK 4.006 .904 4.433 *** par_13

PUAB <--- SBI -54607618.837 17824048.128 -3.064 .002 par_14

INFLASI

KURS

SBI

M2

.89

DPK

.28

PUAB

-.54

.27 -.58

.05 .06 .89

-.31 -.15 .41 1.03

.90

-1.10

1.31 -.81


(3)

133 Standardized Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate DPK <--- INFLASI -.308 DPK <--- KURS -.145

DPK <--- SBI .412

DPK <--- M2 1.029

PUAB <--- INFLASI .901 PUAB <--- M2 -1.095 PUAB <--- DPK 1.310 PUAB <--- SBI -.809

Covariances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

INFLASI <--> M2 -701.360 182.295 -3.847 *** par_1 M2 <--> KURS 69203133.501 33389652.734 2.073 .038 par_2 M2 <--> SBI -341.391 84.563 -4.037 *** par_3 KURS <--> SBI .059 .150 .396 .692 par_4 INFLASI <--> KURS .152 .329 .461 .644 par_5 INFLASI <--> SBI .000 .000 5.360 *** par_6

Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate

INFLASI <--> M2 -.543 M2 <--> KURS .266 M2 <--> SBI -.578 KURS <--> SBI .049 INFLASI <--> KURS .057 INFLASI <--> SBI .890

Variances: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

INFLASI .000 .000 5.701 *** par_15

M2 126937731635.032 22266351096.630 5.701 *** par_16

KURS 533154.363 93521.462 5.701 *** par_17

SBI .000 .000 5.701 *** par_18

e1 145246623.078 25477943.110 5.701 *** par_19 e2 9004642689.070 1579518816.289 5.701 *** par_20


(4)

134 Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)

Estimate

DPK .891

PUAB .279

Total Effects (Group number 1 - Default model)

SBI KURS M2 INFLASI DPK

DPK 9097655.513 -7.273 .106 -3100781.444 .000 PUAB -18160461.953 -29.138 .079 15344190.226 4.006 Standardized Total Effects (Group number 1 - Default model)

SBI KURS M2 INFLASI DPK

DPK .412 -.145 1.029 -.308 .000

PUAB -.269 -.190 .253 .498 1.310 Direct Effects (Group number 1 - Default model)

SBI KURS M2 INFLASI DPK

DPK 9097655.513 -7.273 .106 -3100781.444 .000 PUAB -54607618.837 .000 -.344 27766584.940 4.006 Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)

SBI KURS M2 INFLASI DPK

DPK .412 -.145 1.029 -.308 .000

PUAB -.809 .000 -1.095 .901 1.310 Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

SBI KURS M2 INFLASI DPK

DPK .000 .000 .000 .000 .000

PUAB 36447156.884 -29.138 .423 -12422394.715 .000 Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

SBI KURS M2 INFLASI DPK

DPK .000 .000 .000 .000 .000


(5)

135 Model Fit Summary

CMIN

Model NPAR CMIN DF P CMIN/DF

Default model 20 .154 1 .694 .154

Saturated model 21 .000 0

Independence model 6 304.140 15 .000 20.276 RMR, GFI

Model RMR GFI AGFI PGFI

Default model 633433.003 .999 .983 .048

Saturated model .000 1.000

Independence model 2726114539.922 .507 .309 .362 Baseline Comparisons

Model NFI

Delta1

RFI rho1

IFI Delta2

TLI

rho2 CFI Default model .999 .992 1.003 1.044 1.000

Saturated model 1.000 1.000 1.000

Independence model .000 .000 .000 .000 .000 Parsimony-Adjusted Measures

Model PRATIO PNFI PCFI

Default model .067 .067 .067

Saturated model .000 .000 .000 Independence model 1.000 .000 .000 NCP

Model NCP LO 90 HI 90

Default model .000 .000 3.809

Saturated model .000 .000 .000

Independence model 289.140 236.147 349.565 FMIN

Model FMIN F0 LO 90 HI 90

Default model .002 .000 .000 .059

Saturated model .000 .000 .000 .000 Independence model 4.679 4.448 3.633 5.378


(6)

136 RMSEA

Model RMSEA LO 90 HI 90 PCLOSE

Default model .000 .000 .242 .717

Independence model .545 .492 .599 .000 AIC

Model AIC BCC BIC CAIC

Default model 40.154 44.982 83.947 103.947 Saturated model 42.000 47.069 87.983 108.983 Independence model 316.140 317.589 329.278 335.278 ECVI

Model ECVI LO 90 HI 90 MECVI

Default model .618 .631 .689 .692

Saturated model .646 .646 .646 .724

Independence model 4.864 4.048 5.793 4.886 HOELTER

Model HOELTER

.05

HOELTER .01

Default model 1618 2794


Dokumen yang terkait

Analisis pengaruh dana yang dihimpun , suku bunga SBI dan suku bunga SBPU terhadap penyaluran kredit bank umum milik negara tahun 1990.I-1997.IV

0 15 74

Analisis pengaruh inflasi, DPK dan tingkat suku bunga kredit modal kerja terhadap posisi kredit modal kerja : studi kasus pada bank persero

2 38 111

Analisis pengaruh nilai tukar, kridit, suku bunga SBI, Inflasi dan investasi terhadap jumlah uang beredar (m2) di Indonesia

0 3 157

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Analisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap dan Dollar Inflasi, dan Jumlah uang beredar (M2) terhadap dana pihak ketiga (DPK) serta implikasinya pada pembiayaan Mudharabah pada perbankan Syariah di Indonesia

0 13 137

Analisis pengaruh pendapatan perkapita, tingkat suku bunga, jumlah uang beredar (M2) dan inflasi terhadap jumlah tabungan di Indonesia

6 31 167

Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar, suku bunga, harga minyak dan harga emas terhadap return saham (studi pada pasar modal Indonesia)

0 9 142

Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar (KURS), suku bunga SBI dan jumlah berdar (M2) terhadap dan pihak ketiga DPK) serta implikasinya terhadap volume transaksi pasar uang antara bank (PUAB)

2 17 152

Analisis kurs, jumlah uang beredar, dan suku bunga SBI terhadap inflasi di Indonesia periode 2001-2010

1 4 136

Analisis pengaruh tingkat inflasi SBI, jumlah uang beredar, dan tingkat pendapatan terhadap nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika

0 11 115