Kedudukan dan Fungsi DPS dalam Pembuatan Draft Kontrak di Bank BRI
pengawas suatu lembaga keuangan syariah yang mempunyai peran yang telah ditetapkan oleh DSN-MUI. Setiap DPS harus melaksanakan perannya dengan penuh
amanah dan dedikasi yang tinggi sehingga semua yang diemban oleh para anggota DPS dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya sesuai dengan visi dan misi lembaga
syariah yang diawasi.
65
Menurut pak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, yang
merupakan salah satu pengurus MUI pusat: “
Terkait dengan bank syariah agar shariah compliance tetap bisa terjaga maka dibutuhkan yang namanya Syariah
Assurance Syistem, yaitu bagaimana bank syariah itu bisa membuktikan pada DPS bahwa bank syariah tersebut benar-benar
telah patuh pada prinsip-prinsip syariah. Misalnya kalau Bank Syariah mewajibkan pegawainya meggunakan jilbab saat bekerja
maka bank harus membuktikan bahwa pengawai-pegawai Bank syariah telah mematuhi aturan syariah Islam
”
66
Disadari bahwa ruang lingkup tugas DPS sebagai pengawasan atas kegiatan bank syariah sangat luas, yang mencakup draft kontrak, fatwa-fatwa DSN,
serta pelaksanaan kontraknya. Maka dari itu dalam melaksanakan pengawasan perlu adanya sekala prioritas. Dalam prinsip ini kegiatan pengawasan ditekankan pada hal-
hal yang bersifat penyimpangan dari prinsip-prinsip syariah. Untuk itu pihak pengawas yang dsisini adalah dewan pengawas syariah harus orang-orang yang
65
Peraturan Bank Indonesia NO. 1133PBI 2009 Tentang Pelaksanaan GCG pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pasal 47.
66
Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, pada tanggal
22 februari 2011
mengerti betul tentang perbankan, ekonomi syariah dan fiqih muamalat dan dalam bekerja harus penuh hati-hati.
Sesuai Peraturan Bank Indonesia PBI dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS di Bank Syariah meliputi :
1. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman
operasional dan produk yang dikeluarkan; 2.
Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional- Majlis Ulama Indonesia;
3. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia
untuk produk baru bank yang belum ada fatwanya; 4.
Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap mekanisme penghimpunan dan penyaluran dan serta pelayanan jasa bank;
5. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja
bank dalam rangka pelaksanaan tugas.
67
Sehingga seluruh kegiatan bank baik itu produk dari sisi pembiayaan, pendanaan maupun pelayanan jasa yang ada di bank syariah mulai dari pembuatan
draft kontrak sampai dengan pelaksanaan kontrak serta evaluasi kontrak adalah tanggung jawab DPS untuk mengawasinya agar sesuai dengan prinsip syariah.
67
Surat Edaran, no. 1213DPbS2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Goverment bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Bank syariah berbeda dengan bank konvensional. Bank Syariah sebagai lembaga kepercayaan tidak hanya dituntut untuk memberikan pelayanan yang
memuaskan dari sisi produk tapi juga dari sisi kepastian akan kesesuaian terhadap syariah. Bank Syariah dengan beragam produk dan akad yang berbeda menjadi salah
satu ciri khas tersendiri bagi bank syariah. Sehingga draft kontrak yang ada di Bank Syariah pun harus sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia PBI dan fatwa-fatwa
DSN-MUI yang mengatur tentang akad-akad yang di Bank Syariah. Salah satu tahap yang menentukan dalam pelaksanaan kontrak yaitu
tahap perancangan draft kontrak. Perancangan draft ini memerlukan ketelitian dan kejelian dari para pihak yang akan bertransaksi. Karena apabila terjadi kekeliruan
dalam pembuatan draft kontrak, akan timbul persoalan dalam pelaksanaannya.
68
Sebelum bank mengeluarkan produk baru, yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah draft kontrak apakah telah sesuai dengan syariah dan hukum
positif ataukah belum. Menurut Salim H.S.,S.H.,MS. ketetuan umum yang harus diperhatikan dalam kontrak adalah:
1. Bahasa
2. Saksi-saksi
3. Pembebanan Bea Materai
4. Perpajakan
5. Peraturan terkait
68
Ahdiana Yuni, h. 112
Memperhatikan bahasa dalam kontrak sangat penting karena banyak sengketa terjadi yang disebabkan karena persoalan bahasa. Misalnya, isi kontrak ditafsirkan
berbeda oleh para pihak. Sedangkan Saksi diperlukan dalam pembuatan draft kontrak karena saksi merupakan salah satu alat bukti dalam perkara perdata.
69
Sedangkan draft kontrak dari sisi hukum syariat yang ada di bank Syariah yaitu harus sesuai dengan:
1. Fatwa-fatwa DSN
2. Peraturan Bank Indonesia
Para pihak yang akan menggunakan draft kontrak harus menguasai materi draft kontrak. Materi kontrak tersebut diantaranya adalah objek kontrak dan
syarat-syarat yang telah disepakati. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak.
Pada dasarnya Draft kontrak yang ada dibank sama seperti draft kontrak yang ada dilembaga-lembaga lainnya, yang harus meliputi;
1. Awal Kontrak
a. Judul kontrak
b. Pembukaan
2. Komparisi
69
Ibid. H. 63
Komparisi merupakan bagian dari akta yang dimuat setelah judul dan awal kata, yang mengandung identitas para pihak atau pembuat perjanjian,
termasuk uraian yang dapat menunjukan bahwa yang bersangkutan mempunyai kecakapan serta kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan
hukum sebagaimana yang dinyatakan dalam akta.
70
3. Premise
Premise merupakan keterangan atau pernyataan pendahuluan yang merupakan dasar atau pokok masalah yang akan diatur dalam suatu akta guna
memudahkan pengertian dan maksud dibuatnya akta tersebut. 4.
Isi kontrak Isi kontrak merupakn bagian dari akta yang memuat pasal-pasal
mengenai kesepakatan perjanjian yang dituankan dalam akta. 5.
Penutupakhir akta Bagian ini merupakan bagian terakhir setelah isi kontrak.
Dalam merancang draft kontrak dituntut untuk selalu menyadari bahwa suatu dokumen hukum kontrak bisnis apapun harus memenuhi ketentuan yang berlaku,
dalam draft kontrak yang dibuat harus dapat memenuhi hal-hal berikut:
71
1. Memberikan kepastian tentang identitas para pihak yang dalam kenyataannya
terlibat dalam transaksi;
70
Ahdiana Yuni, h. 92
71
Ibid. H. 92
2. Memberikan kepastian dan ketegasan tentang hakdan kewajiban utama
masing-masing pihak sesuai dengan inti transaksi yang akan diwujudkan oleh para pihak;
3. Memuat nilai ekonomis dari transaksi bisnis yang diadakan oleh para pihak,
yang kemudian dapat disimpulkan sebagai nilai ekonomis kontrak yang dapat diterjemahkan menjadi sejumlah nilai uang tertentu;
4. Memberikan jaminan tentang keabsahan hukum dari dan kemungkinan
pelaksanaan secara yuridis dari transaksi bisnis yang bersangkutan; 5.
Memberikan petunjuk tentang tata cara melaksanakan hak dan kewajiban serta upaya hukum yang dapat dilakukan oleh para pihak dari transaksi bisnis
yang mereka adakan; 6.
Menyediakan jalan yang dianggap paling baik bagi para pihak untuk menyelesaikan perselisihan-perselisihan yang mungkin terjadi diantara para
pihak dalam transaksi bisnis; 7.
Memberikan jaminan bahwa janji-janji dan pelaksanaan janji-janji yang dimuat dalam draft kontrak adalah hal yang mungkin, wajar, patut dan adil
untuk dilaksanakan. Terkait dengan pembuatan draft kontrak yang ada di Bank BRI
Syariah yang dilakukan oleh DPS sebagai dewan pengawas adalah:
72
72
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13 oktober 2010
1. Membakukan secara internal standarisasi akad. Penetapan tersebut
berdasarkan atas pedoman akad dalam suatu peraturan BI berkaitan dengan BRI Syariah dan juga dengan fatwa-fatwa DSN yang berkaitan dengan akad-
akad yang ada di Bank, misalnya pembiayaan. Proses itu kemudian diinternalisasikan, dalam artian berlaku di kalangan internal BRI dan cabang-
cabangnya. Pembakuan standarisasi akad tersebut selain dilakukan oleh pihak DPS, juga melibatkan pihak legal yang ada di bank.
2. Mengesahkan standar akad yang akan berlaku secara nasional di suatu Bank
Syariah dan pada saat membuat draft kontrak itu DPS juga berfungsi memberikan acuan-acuan yang mendasar, yang bersifat nasional dan itu sudah
disahkan dari awal. 3.
Mensosialisasikan standar akad setelah standarisasi akad yang baku tersebut disahkan dan diputuskan, kemudian disosialisasikan oleh pihak legal ke
cabang-cabang dan ke account-account officer di daerah-daerah. Adapun dalam mensosialisasikan standar yang ada di Bank BRI Syariah
tersebut bisa dilakukan dengan cara: 1.
Verbal atau komunikasi langsung antara bank BRI Syariah pusat dengan cabang-cabangnya
2. Surat edaran Bank BRI Syariah
3. Teknologi informasi berupa intranet yang dapat mempermudah dari segi
efektifitas waktu dan akses. Jadi segala info yang menyangkut tentang standar
akad atau ada perubahan-perubahan yang terjadi di Bank BRI Syariah pusat dapat diakses melalui internet tersebut.
73
Sosialisasi standar akad tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa cabang- cabang Bank BRI Syariah yang ada di daerah-daerah memperoleh informasi yang
sama dengan Bank BRI pusat itu sendiri. Karena standarisasi akad yang dibuat oleh pihak bank yang bekerja sama dengan DPS itu bersifat central yang berlaku untuk
BRI Syariah pusat dan cabang-cabangnya. Namun, dalam kaitan dengan pembuatan draft kontrak yang ada di cabang,
DPS tidak sepenuhnya bisa membantu proses pembuatan draft kontrak tersebut. DPS hanya akan menyarankan kepada bank-bank cabang untuk melihat standarisasi akad
yang sudah disahkan yang berada di Bank BRI Syariah pusat dan Bank BRI Syariah cabang di seluruh Indonesia tidak diperbolehkan membuat kembangan-kembangan
atau variasi-variasi lain yang tidak sesuai dengan standart akad yang ada di Bank BRI Syariah pusat.
74
Dalam mendukung kinerja bank syariah baiknya pihak bank syariah dengan pihak DPS sebagai pihak yang mengawasi dan menilai apakah telah sesuai dengan
syariah ataukah belum.
73
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13 oktober 2010
74
Ibid.
Bank BRI Syariah dalam pembuatan draft kontrak di BRI Syariah, menurut Bapak Lukita Tri Prakasa selaku kepala bagian Legal di Bank BRI Syariah, draft
kontrak yang ada di BRI Syariah melalui alur sebagai berikut: “Kita punya yang namanya komite produk, jadi setiap produk
yang akan ditawarkan pada masyarakat itu melalui screening dari komite produk tersebut. Salah satu alur di komite produk itu adalah
ketika ada pembahasan dalam segi bisnis, dari sisi operational banknya itu dimintai kebijakan yang sudah dibuat, akad yang sudah kita susun,
kita akan mengajukan ke DPS untuk meminta persetujuan dengan menpresentasikan hal-hal yang berkaitan dengan produk yang akan
dikeluarkan. setelah itu DPS akan mengeluarkan opininya. Opini DPS menjadi bahan bagi kita untuk melakukan penjualan produk ini ke
masyarkat, kalau produk ini produk generik, langsung kita tawarkan pada masyarakat kalau produk ini bukan produk generik, artinya
produk generik itu adalah produk yang sudah ada fatwanya di DSN kalau belum ada fatwa kita minta fatwa DSN lalu kita laporkan ke BI
jadi agak susah kalau pun Bank Indonesia mensetujui suatu produk, BI akan minta opini DPS kalau tidak ada fatwanya maka BI akan minta
fatwanya, disini peran DPS sangat vital terhadap kegiatan operasional yang ada, DPS tidak akan memeriksa sehari-harinya bagaimana si
nasabah A mendaftarkan diri, bagaimana mengisi formnya. Tapi DPS mengikuti alur yang ada seperti ini, kebijakan yang dibuat seperti ini,
akad yang dibuat seperti ini, yaitulah peran DPS. Produk kan sama saja jadi alurnya sama prosesnya sama smua akadnya juga standar jadi itu
yang dijaga oleh DPS.
”
Dalam pembuatan draft kontrak, DPS memainkan peranan yang sangat penting, sekalipun DPS nantinya DPS tidak melakukannya sendiri, melainkan bekerja
sama dengan pihak legal. Dua pihak ini berdiskusi dan saling memberi masukan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan antisipasi-antisipasi, supaya kontrak di BRI
Syariah dan di cabang-cabang dimana pun itu memenuhi ketentuan hukum positif dan ketentuan syariah. Peran pihak legal pusat nanti lebih pada mengkomunikasikan
secara detail kepada cabang-cabang atau account officer yang akan membuat kontrak. Menurut bapak Gunawan Yasni selaku anggota DPS di Bank BRI Syariah,
“Mekanisme kerja DPS dalam membuat draft kontrak, sifatnya adalah central, pusat, nasional bekerja sama dengan orang-orang
legal tentunya disini. Jadi yang berdiskusi dengan kita berkaitan dengan antisipasi-antisipasi supaya kontrak di BRI Syariah dan di
cabang-cabang dimana pun itu memenuhi ketentuan hukum positif dan ketentuan syariah itu kita lakukan bersama-sama dengan temen-temen
legal di BRI Syariah pusat. Merekalah yang membakukan akad ke cabang-cabang yang memerlukan. DPS disini tidak turun langsung
tapi melalui temen-temen legal pusat yang nanti akan berkomunikasi secara detail kepada cabang mana atau account officer mana yang
akan membuat kontrak.”
75
Dalam mengeluarkan produk bank syariah, sebelum produk itu dipasarkan pada masyarakat tentunya draft kontrak sudah harus memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan. berhubungan dengan kelayakan draft kontrak produk Bank BRI Syariah yang dibuat oleh pihak legal, DPS melakukan penilaian seperti yang sudah dijelaskan
di atas. Penilaian terhadap draft kontrak tersebut disesuaikan dengan
sedemikian rupa, karena setiap draft kontrak yang dibuat sudah harus mengacu pada standar akad internal yang sudah ada di Bank BRI Syariah, yang standar tersebut
mengacu pada standarisasi akad BI dan juga fatwa-fatwa DSN. Hasilnya, DPS tidak melakukan penilaian kelayakan draft kontrak itu karena secara sentralistik DPS
menetapkan bahwa kontrak itu harus mengacu pada standart yang sudah disahkan. Baik Bank BRI Syariah pusat maupun cabang-cabangnya tidak boleh membuat
75
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13 oktober 2010
kembangan-kembangan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dari sisi hukum positif apalagi syariah. Jadi, harus mengacu pada apa yang sudah disahkan
sebelumnya. Terhadap kelayakan draft kontrak di Bank BRI Syariah, bapak Gunawan
Yasni berkata: “Kelayakan draft kontrak, jelas kalau kita melakukan
penilaian seperti yang saya katakan tadi di awal. Jadi kita tidak melakukan penilaian terhadap draft kontrak karena setiap draft
kontrak yang dibuat sudah harus mengacu pada standar akad internal yang sudah kita sahkan, yang itu mengacu pada
standarisasi akad BI dan juga fatwa-fatwa DSN. Jadi kita tidak melakukan penilaian draft kontrak itu layak atau tidak karena kita
secara sentralistik menetapkan bahwa yang namanya kontrak itu harus mengacu pada ini. Tidak boleh membuat kembangan-
kembangan yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dari sisi hukum positif apalagi syariah. Harus mengacu pada apa yang
sudah kita sahkan
.”
76
Dalam melaksaksanakan tugas DPS di Bank Syariah khususnya di Bank BRI Syariah, DPS tidak bekerja sendiri melainkan dibantu oleh pihak-pihak
lainnya yaitu : 1.
Fungsi Internal Audit 2.
Fungsi Kepatuhan 3.
Fungsi Legal
76
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13 oktober 2010
Dimana fungsi inilah yang menjamin bahwa kontrak-kontrak yang diberlakukan di Bank BRI Syariah itu memang memenuhi kepatuhan hukum positif
dan kepatuhan terhadap syariah, dengan cara seperti fungsi kepatuhan, mereka membuat petunjuk-petunjuk pelaksanaan standar akad, standar akad yang ada di
kepatuhan dan mensosialisasikan standar akad ke cabang-cabang Bank BRI Syariah bekerja yang bekerja sama dengan pihak legal tentunya. Seperti prosedur untuk bisa
pencairan pada produk pembiayaannya, mekanismenya dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembiayaan, semua petunjuk pelaksanaannya dilakukan oleh fungsi kepatuhan
ini.
77
Kemudian setelah akad yang ada di bank tersebut terjadi, maka dibutuhkan kontrol atau pengawasan. Dalam hal ini dilakukan oleh fungsi internal audit. Jadi
pihak internal audit yang melihat, dengan cara mengambil sampling, di lihat benar atau salah. Menurut hasil penelitian penulis, tidak jarang ditemukan adanya variasi-
variasi yang tidak perlu, yang tidak memenuhi hukum positif dan hukum syariah. Narasumber dalam wawancara ini juga menegaskan bahwa hal-hal yang demikian,
yang tidak memenuhi rukun yang ditetapkan adalah hal yang batil, sedangkan kalau hanya tidak memenuhi syarat saja berarti fasid.
78
Namun kedua hal tersebut harus benar-benar dihindari, dengan melakukan perubahan mulai dengan sekala yang kecil hingga yang cukup besar, melalui
77
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13 oktober 2010
78
ibid
adendum perjanjian atau adendum akad yang berkaitan dengan pembiayaan atau pendanaan. Jadi, pihak DPS tidak memeriksa setiap draft kontrak yang ada, namun
mewakilkan fungsi pemeriksaan tersebut kepada fungsi internal audit. “Seperti yang sudah saya sampaikan bahwa DPS mempunyai
kepanjangan tangan yaitu kepada fungsi internal audit, dan fungsi kepatuhan. Dimana dua fungsi inilah yang menjamin bahwa kontrak-
kontrak yang diberlakukan di Bank BRI Syariah itu memang memenuhi kepatuhan hukum positif dan kepatuhan terhadap syariah,
caranya bagaimana? Ya kalau di kepatuhan tentunya mereka membuat petunjuk-petunjuk pelaksanaan standar akadnya seperti apa,
standar akad ada di kepatuhan juga bekerja sama gengan pihak legal. Terus prosedur untuk bisa pencairan, misalnya pembiayaannya
setelah kontraknya baku itu seperti apa, jadi petunjuk pelaksanaannya ada disini. Nah kemudian, kontrol atau pengawasan sesudah akad ini
terjadi, akad ini terjadi misalnya itu dilakukan oleh fungsi internal audit. Jadi pihak internal audit yang melihat diambil sampling, di
lihat benar atau salah. Kadang kita sudah bikin standar yang benar tapi kemudian ada variasi-variasi yang tidak perlu, yang tidak
memenuhi hukum positif dan apalagi juga syariahnya jadi melenceng itu harus dibenahi. Kalau tidak memenuhi rukun berarti dia batil,
kalau dia hanya tidak memenuhi syarat saja berarti fasid, tetap dua- duanya harus melakukan perubahan ada yang kecil dan ada yang
besar, melalui adendum perjanjian atau adendum akad. Berkaitan dengan pembiayaan atau pendanaan. Jadi DPS tidak memeriksa
setiap draft kontrak tapi mewakilkan kalau untuk memeriksa kepada fungsi internal audit.
79
Dalam hubungan dengan kriteria yang menjadi acuan kelayakan draft kontrak pada Bank BRI Syariah, narasumber menambahkan bahwa hal itu harus mengacu
pada standarisasi akad yaitu: 1.
Peraturan Bank Indonesia;
79
Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13 oktober 2010
2. Fatwa-fatwa DSN yang kemudian disesuaikan dengan akad-akad yang
tercantum dalam draft kontrak; 3.
Pembakuan internal di bank BRI Syariah Standar akad tersebut adalah standart akad yang sudah disahkan, yang itu berbentuk dalam berbagai
macam hal. Seperti contoh pendanaan, yang dalam hal ini ada beberapa macam, dan dari sisi pembiayaannya yang juga mempunyai banyak jenis.
Semua harus sesuai dengan PBI yang berkaitan dengan pedoman akad dalam Bank Indonesia dan fatwa-fatwa DSN yang kemudian dibakukan
lagi dan diinternalisasikan produk-produk bank itu secara spesifik. Sehingga standarisasi yang lebih detail menjadi sangat dibutuhkan. Jadi,
pada dasarnya standar itu adalah fatwa dan pedoman akad BI yang ditambah dengan Pembakuan internal di Bank BRI Syariah.
80