Peran dewan pengawas syariah (DPS) dalam pengawasan pelaksanaan kontrak di Bank Syariah (studi kasus Bank BRI Syariah)

(1)

SKRIPSI

PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) DALAM

PENGAWASAN PELAKSANAAN KONTRAK DI BANK

SYARIAH (STUDI PADA BANK BRI SYARIAH)

Skripsi Ini Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (Se.Sy)

Disusun Oleh MASLIANA Nim: 106046101655

KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH

PROGRAM STUDY MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kajian Terdahulu ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Metode Penelitian ... 11

G. Sistematika Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Dewan Pengawas Syariah ... 14

1. Pengertian Dewan Pengawas Syariah ... 14

2. Sejarah Pembentukan Dewan Pengawas Syariah ... 15

3. Tugas dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah ... 16

4. Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota DPS ... 17

B. Kontrak Perbankan Syariah ... 19 v


(4)

1. Pengertian Kontrak Perbankan Syariah ... 19

2. Bentuk – bentuk Akad dalam Perbankan Syariah ... 20

3. Dasar Hukum Kontrak dalam Perbankan Syariah ... 27

4. Prosedur Akad dari Pra Akad Sampai Evaluasi Akad

Dalam Perbankan Syariah ... 37

BAB III GAMBARAN UMUM MENGENAI BANK BRI SYARIAH

A. Sekilas Sejarah 39

B. Visi dan Misi ... 40

C. Struktur Organisasi ... 41

D. Produk - produk pada Bank BRI Syariah ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN KINERJA DPS DALAM PENGAWASAN PELAKSANAAN KONTRAK DI BANK SYARIAH

A. Kedudukan dan Fungsi DPS dalam Pembuatan Draft Kontrak

di Bank BRI Syariah ... 49

B. Kinerja Dewan Pengawas Syariah dalam Pengawasan Pelaksanaan

Kontrak di Bank BRI Syariah ... 63

C. Efektifitas Kinerja DPS dalam Pengawasan Pelaksanaan Kontrak


(5)

di Bank BRI Syariah ... 72

BAB V PENUTUP

Kesimpulan ... 85

Saran-saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

1 A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah bangsa muslim terbesar di dunia dengan jumlah penduduk kurang lebih 80% yang beragamas Islam, tuntutan masyarakat untuk menjalankan dan menerapkan system ekonomi alternatif sejak berkuasanya sistem kapitalis dan sosialis menjadi tidak bisa dielakkan lagi. Ekonomi alternatif tersebut terwujud dalam sisten perekonomian yang menggunakan peratuan-peraturan agama,

sebagai landasan hukumnya.1 Bank syariah adalah badan usaha yang menghimpun

dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak dengan menggunakan prinsip – prinsip syariah.2 Hal ini dapat

kita lihat dengan banyaknya berdiri perbankan syariah di berbagai negara seperti Mesir, Kanada, Pakistan, Kuwait, Bahrain, Siprus, Iran, Turki, Malaysia, Ingris dan sebagainya.

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Dengan diterbitkannya undang-undang no. 10 tahun 1998 tentang perubahan undang-undang no. 7 tahun 1992 tentang perbankan yang diikuti

1

Mukhtar Al-Shodiq, Briefcasebooks Edukasi Professional Syariah: Fatwa-Fatwa Syariah Kontemporer, (Jakarta, Renaisan, 2005), h. 21.

2

Baharuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta, UII Press Yogyakarta, 2008), h. 17


(7)

dengan dikeluarkannya sejumlah ketentuan pelaksanaan dalam bentuk surat keputusan (SK) direksi BI/Peraturan Bank Indonesia, telah memberikan landasan

hukum yang lebih kuat bagi pengembangan perbankan syariah di Indonesia.3

Kemajuan perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang ada pada Bank Syariah yang bertugas mengawasi kinerja pihak manajemen bank agar tidak menyimpang dari syariat Islam. Ayat alquran yang melandasi prinsip ini adalah sebagai berikut:

                               



Artinya: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu makan harta sesamamu dengan

jalan yang batil, kecuali dengan perdagangan yang dilakukan dengan suka sama suka diantara kalian”. (Q.S An-Nisa : 29).4

Industri perbankan syariah sejatinya dijalankan berdasarkan prinsip dan sistem syariah. Karena itu kesesuaian operasi dan praktek bank syariah dengan syariah merupakan piranti mendasar dalam perbankan syariah. Untuk tujuan itulah semua perbankan yang beroperasi dengan sistem syariah wajib memiliki institusi internal yang independen, yang secara khusus bertugas memastikan bank tersebut berjalan sesuai syariah Islam. Sebagaimana yang diamanatkan dalam UU NO.10

3

Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution, Curent Issues Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta, PT. Kencana , 2009), h. 199.

4

Sofiniyah Gufron, Briefcase Books Edukasi Professional Syariah: System dan Mekanisme Pengawasan Syariah, (Jakarta, Renaisan, 2005), h. 7


(8)

1998 yang menyebutkan bahwa bank syariah mesti memiliki melalui dewan

pengawas syariah.5

Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang merupakan perpanjangan tangan dari Dewan Syariah Nasional (DSN) guna meluruskan transaksi-transkisi yang dilakukan. Dengan pengawasan yang baik, akan terciptalah bentuk-bentuk pengaplikasian

produk syariah yang benar-benar sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh DSN.6

Dalam upaya memurnikan pelayanan institusi keuangan syariah agar benar-benar sejalan dengan ketentuan syariah Islam, keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) mutlak diperlukan. DPS merupakan lembaga kunci yang menjamin bahwa kegiatan operasional institusi keuangan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam rangka mengefektifkan pelaksanaan tugas pengawas syariah diperlukan upaya peningkatan pengetahuan DPS tentang operasional perbankan, pengetahuan ekonomi baik pengetahuan fiskal, moneter, akuntansi dan lain sebagainya serta intensitas keterlibatannya dalam menentukan produk baru dan program sosialisasinya. Hal ini perlu dilakukan agar Bank Syariah terhindar dari riba dan berjalan sesuai dengan

syariah Islam.7

5

Agustianto, Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah. Diakses pada 4 april 2010. www.agustianto.niriah.com

6

Rifkadejayu, Dewan Pengawas Syariah Gaji Buta dan Sekedar Pajangan, diakses pada 11 agustus 2010 dari http://bloggercompetition.kompasiana.com/2009/06/dewan-pengawas-syariah-gajibuta-sekedar-pajangan/

7

Abrar sholikhin,Perkembangan Perbankan Syariah Mengkhawatirkan, Sangat Beresiko Menjalankan Prinsip Menyimpang dari Syariah. Dimana Peran BI & Dewan Pengawas Syariah?. Diakses pada 04 april 2010 dari http://abrarsolikhin.blogspot.com/2009/05/perkembangan-perbankan-syariah.html


(9)

Pengawasan merupakan salah satu tugas dasar manajemen dalam konsep manajemen modern, yaitu memastikan bahwa segala sesuatu berada dalam keteraturan, berjalan sesuai garis garis yang ditentukan, teori yang ada, dan dasar-dasar yang bisa dipercaya. Sistem pengawasan dalam institusi sudah ada sejak dulu yaitu Sistem pengawasan yang diterapkan pada zaman Umar Ibnu Khattab, pengawasan ini meliputi sebagai berikut :

1. Memastikan dijalankannya aturan-aturan kegiatan ekonomi yang meliputi

disyariatkannya kegiatan ekonomi, menyempurnakan pekerjaan, melawan penipuan, tidak membahayakan orang lain.

2. Mewujudkan kamanan dan ketentraman.

3. Mengawasi keadaan rakyat.

4. Melarang orang lain membuat aliran air tanpa adanya kebutuhan.

5. Menjaga kepentingan umum.

6. Mengatur transaksi di pasar.8

Dewan Pengawas Syariah memiliki nilai peranan penting bagi perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Ada tiga alasan penting DPS mempunyai peran penting dalam bank syariah antara lain :

1. Menentukan tingkat kredibilitas Bank Syariah

2. Unsur utama dalam menciptakan jaminan kepatuhan syariah (shari'a

compliance assurance) 8

Al-Harist Jaribah bin Ahmad, Fikih Ekonomi Umar bin Al-Khathab, (Jakarta, KHALIFAH Pustaka Al-Kaustar Group, 2006), h 585


(10)

3. Salah satu pilar utama dalam pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) bank syariah.

Sehingga peran dan fungsi DPS dalam bank syariah harus dipertahankan keberadaannya, diperkuat kedudukannya, dan dioptimalkan fungsi serta perannya dalam pengawasan syariah untuk menciptakan perbankan syariah Indonesia yang sehat, efesien, dan sesuai dengan prinsip serta aturan syariah.

Fenomena yang terjadi saat ini dalam praktik pengawasan syariah di bank-bank syariah di Indonesia adalah peran vital DPS belum berjalan secara optimal, bahkan sangat jauh dari peran yang semestinya mereka jalankan. Banyak dari mereka tidak berperan sama sekali dalam mengawasi operasional perbankan syariah. Sebagaimana diketahui bahwa DPS harus mengawasi dan memeriksa format dan akad dalam bank, bagaimana bank syariah menjalankan restruksirisasi, reschedule,

cara penetapan marjin, dan lain sebagainya.9

Selain dari faktor diatas, optimalnya kinerja DPS hendaknya melakukan pengawasan bank syariah tidak terpaku pada draf kontrak yaang ada pada bank syariah tapi juga terhadap pelaksanaan kontrak yang ada di lapangan. Untuk memaksimalkan pengawasan, DPS baiknya didukung oleh pengetahuan yang mapan tentang oprasioanal bank yaitu ilmu fiqh muamalat dan ilmu ekonomi keuangan islam modern, hal ini perlu agar DPS bisa melakukan pengawasan tehadap Bank Syariah secara optimal. Hal demikian bertujuan agar peran Dewan Pengawas Syariah

9

Agustianto, optimalisasi dewan pengawas syariah, diakses pada 24 maret 2010 dari http://www.scribd.com/doc/4685583/optimalisasi-dewan-pengawas-syariah-2-agustianto.


(11)

benar maksimal dalam perbankan Syariah di Indonesia demi menjaga citra bank syariah bank yang berjalan sesuai dengan syariah.

Dari uraian diatas, jelas bahwa Bank Syariah dalam menjalankan fungsi dan tugasnya harus bekerja dengan sebaik mungkin, Bank Syariah sebagai bank yang anti riba atau bunga. untuk itu perlu adanya DPS yang dapat mengawasi kegiatan operasional bank sehari-hari apakah sesuai dengan aturan syariat Islam atau tidak. Inilah yang menjadi landasan penulis untuk mengangkat tema tersebut dalam

penulisan skripsi dengan judul: Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dalam

Pengawasan Pelaksanaan Kontrak di Bank Syariah (Studi Kasus pada Bank BRI Syariah)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Sebagaimana telah dibahas di latar belakang penelitian bahwa perkembangan lembaga keuangan syariah, tetrutama perbankan syariah terus menerus mengalami peningkatan yang sangat pesat. Baik di Indonesia maupun dikanca internasional.

Untuk menjamin terjaganya shari'ah compliance maka dibutuhkan pengawasan yang

independen untuk mengawasi kegiatan bank agar seluruh kegiatan bank benar-benar berjalan sesuai dengan prinsip syariah yang dalam hal pengawasan ini dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS).

Mengingat pembahasan mengenai pengawasan luas, maka untuk memperoleh gambaran yang spesifik dari permasalahan yang akan diteliti dan untuk menghindari


(12)

kesalahfahaman terhadap persepsi masalah yang hendak ditulis, serta agar permasalahan tidak melebar pembahasannya maka penulis memberikan batasan dan perumusan masalah terhadap objek yang dikaji yaitu peran DPS dalam pengawasan pelaksanaan kontrak pada Bank Syariah.

Adapun perumusan dan permasalahan masalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi DPS dalam pembuatan draft

kontrak Bank BRI Syariah?

2. Bagaimanakah kedudukan dan fungsi DPS dalam pengawasan

pelaksanaan kontrak di Bank BRI Syariah?

3. Bagaimana efektifitas pengawasan pelaksanaan kontrak pada Bank BRI

Syariah?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dalam suatu penelitian, tentunya seorang peneliti mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut. Tujuan yang dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi DPS dalam pembuatan kontrak

Bank BRI Syariah.

2. Mengetahui kedudukan dan fungsi DPS dalam pengawasan pelaksanaan

kontrak di Bank BRI Syariah.

3. Dan mengetahui efektifitas pengawasan pelaksanaan kontrak pada Bank


(13)

Adapun manfaat penelitian ini:

1. Bagi mahasiswa pada umumnya mampu mengembangkan pikiran berupa

gagasan atau pendapat yang diturunkan melalui laporan penelitian ini dan bagi mahasiswa muamalat pada khususnya, diharapkan dapat memahami, mengaplikasikan dan mensosialisasikan guna pengembangan bank syariah.

2. Bagi jurusan muamalat, diharapkan dapat memperluas informasi dalam

rangka menambah sserta meningkatkan khazanah pengetahuan di bidang ekonomi-perbankan syariah.

3. Bagi masyarakat, diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam menginvestasikan dana dan/atau memperoleh produk yang berkualitas.

D. Kajian Terdahulu

Setelah penulis menelaah dari berbagai literature artikel dan skripsi yang ada di perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) syarif Hidayatullah. Penulis menemukan tema yang membahas mengenai DPS yang ditulis:


(14)

1. Yani haryati dengan judul Peran Dewan pengawas Syariah Terhadap Mekanisme Operasional Asuransi Syariah (studi kasus PT. MAA Life Assurance Syariah) tahun 2005.10

Dalam skripsi ini menjelaskan tentang:

a. DPS pada PT. MAA Life assurance syariah sebagai wakil DSN

mempunyai tugas member nasihat dan opini syariah kepada pengelola, selain itu juga mengawasi pengelola dalam melaksanakan fatwa-fatwa DSN dan sebagai mediator antara perusahaan dengan mediator.

b. Mekanisme operasional asuransi syariah adalah saling bertanggung jawab

dan saling melindungi antara peserta dengan perusahaan terkait agar yang dikelola jelas dan transparan tidak ada yang saling diragukan.

2. Ratu Iik Nurhikmah dengan judul Peran Dewan Pengawas Syariah

Terhadap Produk Operasional Bank Syariah (studi kasus PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk) tahun 2005.11

a. Kebijakan yang dipakai untun menuntun secara rutin pengambilan

keputusan masa depan, hal tersebut diperlukan untuk menjamin konsistensi peran dan tugas otoritas perbankan dalam pengembangan perbankan syariah.

10Yani haryati”

peran Dewan Pengawas Syariah terhadap mekanisme operasional asuransi syariah (studi kasus PT. MAA Life assurance Syariah)”. )skripsi S1 fakultas syariah dan hokum, universitas islam negri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005) hal 63-64.

11Ratu iik Nurhikmah,”

Peran Dewan Pengawas Syariah terhadap produk Operasional bank syariah (Studi Kasus :PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk)”, )Skripsi S1Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2005) h. 91-93.


(15)

b. DPS pada bank BMI Tbk mempunyai tugas dan fungsi sebagai perwakilan dari DSN.

c. Kinerja DPS pada setiap bank dapat ditentukan dengan analisis SWOT.

Kekuatan yang dimiliki DPS mempunyaisumber daya insane yang bagus kelemahan DPS mempunyai kendala pada efektifnya pengawasan peluang DPS mayoritas penduduk Indonesia muslim yang merupakan asset, ancaan DPS adanya miss communication, miss perception atau miss interpreptation antara DPS dengan pihak manajemen.

Selain skripsi diatas terdapat artikel yang membahas tentang DPS yang di posting oleh bapak agustianto minka, dalam artikel ini beliau memaparkan kurang optimalnya kinerja DPS. Hal ini terjadi karena minimnya SDM yang ada. Sehingga masih ada bank syariah yang beroperasi tidak sesuai dengan syariat Islam.

E. Tinjauan Pustaka

Salah satu yang menjadi ciri khas bank syariah dengan bank konvensional adalah dengan adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang menjadi syarat mutlak berdirinya bank syariah.

Adapun definisi DPS adalah suatu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan Dewan Syariah Nasional (DSN) di lembaga keuangan


(16)

syariah.12 Dalam skripsi ini penulios mencoba menggambarkan bagaimana plaksanaan tugas DPS dalam hal pengawasan perbankan syariah. Karena dalam pelaksanaan fatwa DSN pada perbankan syariah DPS memiliki peran yang penting dalam menentukan apakah manejemen perbankan syariah telah melaksanakan prinsip-prinsip syariah secara konsisten. Selain itu DPS juga berperan dalam kegiatan pengembangan produk bank syariah terhadap proses penyaringan pertama ide pengembangan produk sebelum produk tersebut diluncurkan kepublik. Hal ini agar tidak ada lagi kecurigaan dan ketidakpuasan masyarakat terhadap sejumlah bank syariah di Indonesia.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian dalam skripsi ini seluruhnya menggunakan metode kualitatif yakni penelitian yang menghasilkan deskripsi berupa kata-kata atau lisan

dari fenomena yang diteliti atau dari orang yang berkompeten dibidangnya.13

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yakni penelitian yang menggambarkan data

informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh dilapangan.14

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research) dan

penelitian lapangan (field research). Pada tahap kepustakaan, penelitian ini

12

Sofiniyah, system dan mekanisme pengawasan syariah, h.16.

13

Lexi J.Moeloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif , (Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2001), h. 3

14

Suharsimi Ari Kunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta, PT. Rineka Cipta,1993), cet ke-2 h. 309.


(17)

merupakan penelitian kegiatan telaah pustaka (literature review) dengan teknik dokumentasi terhadap sumber-sumber buku, majalah, jurnal, maupun media internet dalam menelaah suatu penelitian dan tahap selanjutnya peneliti terjun langsung ke lapangan dalam mencermati secara intensif mengenai cara kerja dan sistematika dewan pengawas syariah dalam mengawasi dan mengevaluasi bank yang bersangkutan.

Data yang diperoleh penulis berasal dari beberapa sumber baik primer maupun skunder. Sumber primer dalam skripsi ini adalah peran dewan pengawas syariah dalam pengawasan aktifitas bank Syariah, dengan melakukan wawancara terhadap pihak-pihak terkait serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Sedangkan wawancara disini menggunakan sistem wawancara tersruktur, yakni peneliti telah mengetahui dengan pasti apa yang akan diperoleh maka dari itu peneliti

telah menyiapkan instrummen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis.15

Adapun sumber skunder yang digunakan dalam pembahasan ini adalah literature kepustakaan tentang permasalahan diatas, study pustaka dimaksudkan dapat menjadi dasar penyusunan penelitian ini, kerangka pemikiran atau teori maupun proses penelitian hasil lapangan.

Adapun teknik penulisan ini merujuk pada Pedoman Penulisan Skripsi tahun

2007 yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah.

15

Sugiono, metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (BANDUNG, PT. ALFABETA, 2008), h. 233


(18)

G. Sistematika penelitian

Skripsi ini terdiri dari lima bab, yang sistematika penyusunannya sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini merupakan suatu pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub, yaitu latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II : Landasan teori,

Pengertian Dewan Pengawas Syariah, Sejarah Pembentukan Dewan Pengawas Syariah, Tugas dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah, Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota DPS, dan Kontrak Perbankan Syariah yang meliputi Pengertian kontrak perbankan syariah, Dasar hukum kontrak dalam

perbankan syariah, Bentuk – bentuk akad dalam perbankan syariah, serta

Prosedur akad dari pra akad sampai evaluasi akad dalam perbankan syariah.

Bab III: Gambaran umum

Pada bab ini terdiri dari sejarah singkat pendirian, visi dan misi, struktur organisasi dan produk-produk yang ada pada Bank Syariah.

Bab IV: Efektifitas Kinerja Dps Dalam Pengawasan Pelaksanaan Kontrak Di Bank Syariah


(19)

Pada bab ini pembahasan tentang Kinerja DPS dalam pembuatan draft kontrak atau akad di Bank BRI Syariah, Kinerja DPS dalam pengawasan pelaksanaan kontrak di Bank BRI Syariah , Efektifitas kinerja DPS dalam

pengawasan pelaksanaan kontrak di Bank BRI Syariah.

Bab V : Penutup

Bab ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari

penulis mengenai hal-hal yang terkait dengan peran DPS terhadap

pengawasan


(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A.DEWAN PENGAWAS SYARIAH 1. Pengertian Dewan Pengawas Syariah

Dalam kamus bahasa Indonesia kata “dewan” adalah badan yang terdiri beberapa orang yang pekerjaanya memutuskan sesuatu dengan jalan

berunding, pengawas berasal dari kata awas yang berarti pengawas16. Sedangkan

syariah” adalah segala titah Allah yang berhubungan dengan tingkah laku manusia di luar yang mengenai akhlak. Syariah juga bisa diartikan sebagai nama bagi

hukum-hukum yang bersifat amaliah17.

Dewan pengawas syariah adalah lembaga independen atau hakim

khusus dalam fiqh muamalat (Fiqh Al-Muamalat). Namun DPS bisa juga anggota di

luar ahli fiqh tetapi ahli juga dalam bidang lembaga keuangan Islam dan fiqh muamalat. Dewan pengawas syariah lembaga yang berkewajiban mengarahkan, meriview, dan mengawasi aktivitas lembaga keuangan agar dapat diyakinkan bahwa

mereka mematuhi aturan dan prinsip syariah Islam18.

16

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed III, (Jakarta, Balai Pusaka, 2005). h. 260.

17

Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 2005). Jilid 1, h. 1.

18

Sofyan Syafri Harahap, Auditing dalam Perspektif Islam, (Jakarta, Pustaka Quantum, 2002). h. 207


(21)

2. Sejarah Pembentukan DPS

Sekitar tahun 1990-an perhatian ummat Islam di Indonesia terhadap ajaran ekonomi yang berdasarkan syariah mulai tumbuh dan berkembang. Melihat kenyataan seperti itu MUI bersama dengan institusi lain, terutama Bank Indonesia, memberiakan respon positif dan bersifat proaktif. Salah satu hasilnya ialah kelahiran Bank Muamalat Indonesia 1992 sebagai bank pertama di Indonesia yang berlandaskan pada prinsip syariah dalam kegiatan transaksinya. Kelahiran Bank

Syariah kemudian diikuti oleh bank-bank lain, baik yang berbentuk full branch

maupun yang hanya berbentuk divisi atau unit usaha syariah. Tak ketinggalan, lembaga keuangan lainya pun seperti Asuransi dan lembaga investasi yang berbasis syariah terus bermunculan.

Untuk lebih meningkatkan khidmah dan memenuhi harapan umat yang demikian besar, MUI pada februari 1999 telah membentuk DSN. Lembaga ini yang

beranggotakan para ahli hukum Islam (fuqaha‟) serta ahli dan praktisi ekonomi,

terutama sektor keuangan, baik bank maupun non-bank, berfungsi untuk melaksanakan tugas-tugas MUI dalam mendorong dan memajukan ekonomi umat. Disamping itu mereka bertugas antara lain untuk menggali, mengkaji, merumuskan

nilai dan prinsip hukum Islam (Syariah) untuk dijadikan pedoman dalam kegiatan

transaksi di Lembaga Keuangan Syariah.19

19

DSN-MUI dan BI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional untuk Lembaga Keuangan Syariah , (Jakarta: DSN-MUI dan BI , 2001). Cet Pertama, h. iii-iv.


(22)

3. Tugas dan Fungsi Dewan Pengawas Syariah Tugas dan wewenang DPS antara lain:

a) Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman operasional

dan produk yang dikeluarkan;

b) Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai dengan fatwa

Dewan Syariah Nasional- Majlis Ulama Indonesia;

c) Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional-Majlis Ulama Indonesia

untuk produk baru bank yang belum ada fatwanya;

d) Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap

mekanisme penghimpunan dan penyaluran serta pelayanan jasa bank;

e) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja bank

dalam rangka pelaksanaan tugas20.

Fungsi DPS:

a) Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pimpinan unit usaha

syariah dan kantor cabang syariah mengenai hal-hal yang terkait dengan syariah.

b) Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan

saran pengembangan produk dan jasa dari bank yang memerlukan kajian dan fatwa dari DSN

20

Surat Edaran no. 12/13/DPbS/2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Goverment bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.


(23)

c) Sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada Bank Syariah. DPS wajib melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan Bank Syariah yang diawasinya

kepada DSN sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun21.

4. Petunjuk Pelaksanaan Penetapan Anggota DPS

a) Keanggotaan DPS

1) Setiap lembaga keuangan syariah harus memiliki setidaknya tiga orang

anggota DPS

2) Salah satu dari jumlah tersebut ditetapkan sebagai ketua

3) Masa tugas keanggotaan DPS adalah 4 (empat) tahun dan akan mengalami

pergantian antar waktu apabila meninggal dunia, minta berhenti, diusulkan oleh lembaga keuangan syariah yang bersangkutan, atau telah merusak citra DSN.

b) Mekanisme Pengangkatan Calon Anggota DPS:

1) Komite remunerasi dan nominasi memberikan rekomendasi calon anggota

Dewan Pengawas Syariah kepada dewan komisaris;

2) Berdasarkan rekomendasi komite remunerasi dan nominasi tersebut, dewan

komisaris mengusulkan calon anggota dewan pengawas syariah kepada direksi;

21

Noven Suprayogi, DPS dan Pengawasan Internal Syariah pada Bank Syariah, diakses pada 17 oktober 2010 dari www.skripsi net/dps-dan-pengawasan-internal-syariah.html


(24)

3) Berdasarkan pertimbangan tertentu dengan memperhatiakan rekomendasi komisaris, rapat direksi menetapkan calon anggota dewan pengawas syariah untuk dimintakan rekomendasi kepada Majlis Ulama Indonesia;

4) Majlis Ulama Indonesia memberikan atau tidak memberikan rekomendasi

calon anggota DPS yang disampaikan oleh direksi;

5) Bank mengajukan permohonan persetujuan kepada Bank Indonesia atas

calon DPS yang telah mendapatkan rekomendasi Majelis Ulama Indonesia;

6) Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan atas calon anggota

Dewan Pengawas Syariah dimaksud;

7) Rapat umum pemegang saham mengangkat anggota dewan pengawas

syariah yang telah mendapat rekomendasi Majelis Ulama Indonesia.

Dalam hal pengangkatan calon anggota dewan pengawas syariah oleh rapat umum pemegang saham tersebut dilakukan sebelum adanya persetujuan BI, maka pengangkatan tersebut baru akan efektif jika anggota DPS tersebut telah

disetujui oleh Bank Indonesia.22

c) Kewajiaban Lembaga Keuangan Syariah terhadap DPS

1. Menyediakan fasilitas yang layak bagi dewan pengawas syariah antara lain

ruang kerja, telepon, dan lemari arsip.

22

Surat Edaran No. 12/13/DPbS/2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Goverment bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.


(25)

2. Bank menugaskan paling kurang 1 (satu) orang pegawai untuk mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan pengawas syariah.

d) Kewajiban DPS

1. Mengikuti fatwa-fatwa DSN

2. Mengawasi kegiatan lembaga keuangan syariah agar tidak menyimpang

dari ketenuan dan prinsip syariah yang difatwakan DSN

3. Melaporkan kegiatan usaha dan perkembangan lembaga keuangan yang

diawasinya secara rutin kepada DSN sekurang-kurangnya 2 kali dalam satu tahun.

B.Kontrak Perbankan Syariah

1. Pengertian Kontrak Perbankan Syariah

Kata Kontrak berasal dari bahasa Inggris, yaitu contracts. Sedangkan dalam

bahasa belanda, disebut dengan overeenkomst (perjanjian)23. Menurut Munir Fuady

dan Hasanuddin kontrak adalah sebagai suatu perjanjian, atau serangkaian perjanjian dimana hukum memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi terhadap kontrak tersebut, atau terhadap pelaksanaan kontrak tersebut oleh hukum dianggap sebagai tugas24.

23

Salim H.S., S.H., M.S. Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta, Sinar Grafika, 2010). Cet. Ketujuh, h.25.

24

Ahdiana Yuni Lestari dan Endang Heriyani, Dasar-dasar Pembuatan Kontrak dan Akad, (Jakarta, PT. Mocomedia, 2009). h. 3


(26)

Menurut Subekti, kontrak (perjanjian) adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang lain itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dari peristiwa ini, timbul suatu hubungan antara dua orang

tersebut yang dinamakan perikatan.25

Perbankan syariah adalah mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan pada prinsip-prinsip

syariah.26

Sehingga kontrak perbankan syariah adalah perjanjian yang dilakukan oleh dua orang pelaku (bank dan nasabah) untuk melakukan suatu hal dengan memakai prinsip-prinsip syariah.

2. Bentuk Kontrak dalam Perbankan Syariah

Konrak yang ada di Bank Syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu:

a. Produk Penyaluran Dana (financing)

b. Produk Penghimpunan Dana (funding)

c. Produk Jasa (service)

a. Produk Penyaluran Dana (financing)

Produk yang termasuk dalam golongan ini adalah :

25

Subekti, S.H., Hukum Perjanjian, (Jakarta, PT. Intermasa, 2005). H 1

26


(27)

1. Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah merupakan akad jual beli barang dengan menyatakan

harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.

Misalnya seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam bentuk prosentase dari harga pembeliannya ,

misalnya 10% atau 20%.27

2. Pembiayaan Salam

Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual belikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan tunai.

3. Pembiayaan Istishna’

Pembiayaan istishna‟ adalah dalam fatwa DSN MUI dijelaskan bahwa

jual beli istishna‟ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan

barang tertentu dengan kriteria dan persyartan tertentu yang disepakati antara

pemesan (pembeli, mustashni‟) dan penjual (pembuat, shani‟).28

27

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuanan, (Jakarta, PT. Grafindo Persada, 2010). h. 98

28

Mukhtar Al-Shodiq, Briefcasebooks Edukasi Professional Syariah: Akad Bank Syariah, (Jakarta, PT. Renaisan, 2005). h. 33


(28)

4. Ijarah

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.29

5. Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT)

IMBT merupakan rangkaian dua buah akad , yakni akad

al-bai‟ dan akad ijarah muntahiya bittamlik (IMBT). Al-bai‟ merupakan akad jual

beli dan IMBT merupakan kombinasi antara sewa-menyewa dan jual beli atau hibah di akhir sewa.30

6. Pembiayaan Musyarakah

Pembiyaan musyarakah terbagi menjadi lima macam yaitu:

wujuh, „inan, abdan, muwafadhah, mudharabah:

Musyarakah wujuh adalah kontrak antara dua orang atau lebih yang

memilki reputsai dan prestise baik serta ahli dalam bisnis.

Musyarakah „inan adalah kontrak antara dua orang atau lebih setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpatisipasi dalam kerja.kedua pihak berbagi dalam keuntungan dan kerugian sebagaimana yang disepakati diantara mereka.

29

Adiwarman, h.101

30


(29)

Musyarkah abdan adalah kontrak kerja sama dua orang yang seprofesi

untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan dari pekerjaan itu. Misalnya dua orang arsitek bekerja sama untuk enggarap sebuah proyek.

Musyarakah muwafadhah adalah kontrak kerja sama antara dua orang

atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpatisipasi dalam kerja.

Musyarakah mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak

dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)

modal, sedangkan pihak lain (mudharib) sebagai pengelola. Keuntungan

usaha di bagi sesuai kesepakatan dalam kontark sedangkan kerugian ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tidak terjadi akibat

kelalaian mudharib.31

7. Hiwalah

Dalam istilah fiqh, hiwalah merupakan memindahkan tanggung jawab

hutang dari tangan orang yang berhutang kepada pihak yang berhutang lainnya (multazim/muhaal alaih). Akad ini bertujuan biasanya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Aplikasinya seperti: Seorang suplier bahan bangunan menjual barang kepada pemilik proyek yang akan dibayar dua bulan kemudian. Karena kebutuhan

31

Syafi’i Atonio, Bank Syariah dari Teori dari Teori ke Praktek, (Jakarta, PT. Gema Insani, 2001). h. 91


(30)

supplier yang akan likuiditas, maka ia meminta bank untuk mengambil alih

piutangnya. Bank akan menerima pembayaran dari pemilik proyek.32

8. Rahn

Rahn secara bahasa adalah tetap dan lestari, seperti juga dinamai

al-habsu artinya penahanan. Sedangkan secara terminologi rahn adalah menjadikan materi (barang) sebagai jaminan hutang, yang dapat dijadikan sebagai pembayar hutang apabila orang yang berhutang tidak bisa

mengembalikan hutangnya.33

9. Qard

Qard adalah pemberian harta pada orang lain yang dapat ditagih atau

diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan

imbalan.34

10. Wakalah

Wakalah adalah akad pemberian kuasa (muakkil) kepada penerima kuasa (wakil) untuk melaksanakan suatu tugas (taukil) atas nama pemberi kuasa. Dalam aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada

32

Mukhtar Al-Shodiq, h. 64

33

Ibid, h. 84

34Syafi’i Atonio,


(31)

bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti

pembukuan L/C, inkaso, dan transfer uang.35

11. Kafalah

Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

Dalam pengertian lain kafalah berarti mengalihkan tanggung jawab seseorang

yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai

penjamin.36

b. Penghimpunan Dana 1. Giro Syariah

Giro syariah adalah simpanan yang penarikanya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek/bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya

atau dengan pemindahbukuan.37

Dalam giro syariah akad yang digunakan adalah akad wadiah dan akad

mudharabah.

35

Mukhtar Al-Shodiq, h. 58

36

Ibid, h. 56

37

Kodifikasi Produk Perbankan Syariah, tahun 2008, (Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia)


(32)

2. Tabungan Syariah

Tabungan syariah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan menggunakan cek/bilyet giro atau alat yang dipersamakan dengan itu. Adapun akad yang digunakan dalam tabungna syariah adalah wadiah dan mudharabah.38

3. Deposito Syariah

Deposito syariah adalah simpanan yang penarikannya hanya

dapat dilakukan dengan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara

nasabah dengan bank dengan mengggunakan akad mudharabah.39

a. Produk Jasa (Service)

Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung)

antara pihak yang membutuhkan dana dan pihak yang kelebihan dana, bank pula dapat melakukan berbagai pelayanan jasa antara lain:

1. Sharf (Jual Beli Valuta Asing)

Sharf adalah Akad jual-beli mata uang, baik antar mata uang

sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis40

38

Ibid,h A-3

39

Ibid, A-5

40


(33)

2. Bank Garansi Syariah

Bank garansi syariah adalah jaminan yang diberikan oleh bank

kepada pihak ketiga penerima jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu nasabah bank selaku pihak yang dijamin kepada pihak ketiga dimaksud. Adapun akad yang digunakan dalam bank garansi syariah adalah akad kafalah. 41

3. Letter of Credit (L/C) Impor Syariah

L/C impor syariah adalah surat pernyataan akan membayar

kepada eksportir (beneficiary) yang diterbitkan oleh bank (issuing bank) atas

permintaan importir dengan pemenhuan persyartana tertentu (uniforrm customs

and practise for documentary credit/ UCP), dengan berdasarkan akad kafalah.42

3. Dasar Hukum Kontrak dalam Perbankan Syariah a. Penghimpunan Dana

1. Giro Syariah a) Al-Qur’an

ْ ْ ضا ْ ج ْ ْ ا

ْ ْ ْ ْ ا ْ اْ كْ ا اْ آ ْ ا آ

Artinya “Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan

(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu…”(QS. al-Nisa’ [4]: 29).

41

Ibid, C-3

42


(34)

ها ْ ،

ْ ا ا ّ ْف ْ ْ

ْ ْ ف

...

Artinya “…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”. (QS. al-Baqarah [2]: 283)

b) Hadits

س آ ْ ها ص ا

:

ك ْا ْف ا

:

، ض

ْا ، ج ْ ْا

ْ ْ ا ْ ْ ْ ّ ْا ْخ

(

ص ج ا ا

)

“Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.‟” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).43

2. Tabungan Syariah

a) Al_Qur’an

(QS. al-Nisa’ [4]: 29)

b) Hadits

س آ ْ ها ص ا

:

ك ْا ْف ا

:

، ج ْ ْا

ْ ْ ا ْ ْ ْ ّ ْا ْخ ، ض

ْا

(

ص ج ا ا

)

43


(35)

Artinya: “Nabi bersabda, „Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.‟” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).

c) Qiyas

Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah.

ْ ْح

ْ ّ ْ ا ح إْا ا

ْا ف ْصأا

.

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”44

3. Deposito Syariah a) Al-Qur’an

(QS. al-Nisa’ [4]: 29)dan (QS. al-Baqarah [2]: 283)

b) Hadits

(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas) c) Ijma‟

Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib)

harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari

mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma‟ (Wahbah Zuhaily,

al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 1989, 4/838).45

44

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 02/dsn-mui/iv/2000

45


(36)

b. Penyaluran Dana

1. Mudharabah

a) Al-Qur’an

ّْ ْ اْ فْ اْ آ ْ ا

ذ

Artinya:“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”

(QS. al-Ma’idah [5]: 1)

b)

Hadits

(HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).

c) Ijma‟

Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak ada seorang pun

mengingkari mereka. Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’ )Wahbah

Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, 1989, 4/838).46

2. Musyarakah

a) Al-Qur’an

ذ

ح ّ ا ا

اْ آ ْ ا ا ،ضْ

ْ

ْ ْ غْ ء خْا ا ْ ك

ْ ْ

ذ

Artinya:"…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang

bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada

46Fatwa Dewan Syari’ah


(37)

sebagian lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini…." (QS. Shad [38]: 24)

ّْ ْ اْ فْ اْ آ ْ ا

ذ

Artinya:“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu”. (QS.Al-Ma’idah [5]:1)

b) Hadits

ْ

ها

:

ح خ ا ف ، ح ص

ح ْ خ ْ ْ ْ ّ ا

ْ ْ ْج خ ح ص

.

Artinya: “Allah swt. berfirman: „Aku adalah pihak ketiga dari dua orang

yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka.” )HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh al-Hakim,

dari Abu Hurairah).47

c) Taqrir Nabi terhadap kegiatan musyarakah yang dilakukan oleh masyarakat pada saat itu.

3. Murabahah

a) Al-Qur’an

(QS. al-Nisa’ [4]: 29(

47Fatwa Dewan Syari’ah Nasional


(38)

b) Hadits

س آ ْ ها ص ها ْ س ها ض ْ ْ خْا ْ س ْ ْ

:

ْ ْا

،ضا ْ

(

ح ا ححص ج ا

ا ا

)

Dari Abu Sa‟id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka." (HR. al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).

c) Ijma‟

Mayoritas ulama tentang kebolehan jual beli dengan cara Murabahah (Ibnu

Rusyd, Bidayah al-Mujtahid, juz 2, hal. 161; lihat pula al-Kasani, Bada’i as

-Sana’i, juz 5 Hal. 220-222).48

4. Salam

a) Al-Qur’an

ْ ْك ف ً س ج ْ ْ ْ ا ا اْ آ ْ ا

...

"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis...". (QS. al-Baqarah [2]: 282)

b) Hadits

ْ ج ْ ْ ْ ْك ْ ف ءْ ش ف ف ْس ْ

"Barang siapa melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas, untuk jangka waktu yang

48


(39)

diketahui" (HR. Bukhari, Sahih al-Bukhari [Beirut: Dar al-Fikr, 1955], jilid 2, h. 36)

c) Ijma‟

Menurut Ibnul Munzir, ulama sepakat )ijma’( atas kebolehan jual beli

dengan cara salam. Di samping itu, cara tersebut juga diperlukan oleh

masyarakat (Wahbah, 4/598).49

5. Istishna

a) Al-Qur’an

ْ

ش

ْس ْا ا ح ح ْ ااح ح حْص ا

ْس ْا ْ ئ ج حّْ ا

ا ح ح ْ ااح ح ْ ش ا

(

ف

ا ا

).

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram” (HR. Tirmizi dari „Amr bin „Auf).

ا ضا ضا

(

خ ا س

غ

ا ا ج ا ا

)

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain” (HR, Ibnu Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa‟id al-Khudri).50

49

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 05/Dsn-Mui/Iv/2000

50


(40)

6. Ijarah

a) Al-Qu’an

ْ

ْ ْ ف ، ْ ا حْا ف ْ ّْ ْ ْ ْ س ْح ،ك ْح ْ سْ ْ

ْ ْج ْخ ك ْح ، ً ْخس ْ ْ

ْ خ ج ّ ضْ ْ ف

.

“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”( QS. al-Zukhruf [43]: 32)

b) Hadits

فج ْ ْ ْج ْجأْا ا ْ

.

Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering.”

ْج ْ ْ ْف ا ْج جْ ْسا

.

Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.” c) Ijma‟

ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.51

7. Qard

a) Al-qur’an

ْ ْك ف ً س ج ْ ْ ْ ا ا اْ آ ْ ا ...

51Fatwa Dewan Syari’ah Nasional


(41)

"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis..." (QS. al-Baqarah [2]: 282).

ّْ ْ اْ فْ اْ آ ْ ا

ذ

“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu”(QS. Al-Ma’idah [5]: 1)

b) Hadits

ها ،

ْا ْ ك ْ ْ ك ْ ها ف ، ْ ا ك ْ ْ ك ْس ْ ف ْ

ْخ ْ ْ ف ْ ْا اّ ْ ْا ْ ْ ف

(

س ا

).

“Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia, Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama issa (suka) menolong saudaranya” (HR.

Muslim).52

8. Pembiayaan Multijasa

a) al-qur’an

Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.(QS. Al-Baqarah[2]: 233). 53

c. Pelayanan Jasa 1. Letter of Credit (L/C)

a) Al-Quran

(QS. An-Nisa [4] : 29)

52

Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 19/dsn-mui/iv/2001

53Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No. 44/dsn


(42)

ْ ْ ْ ْ ْف

كْ ْ ْ ْف ْ ْا ْ

ْ ك ح اْ ْ ف

ا ح ْ

ّْ ا ْف ْ

Artinya:“ Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota

dengan membawa uang perakmu ini. Dan hendaklah ia lihat manakah makanan yang lebih baik, maka hendaklah ia membawa makanan yang lebih baik bagimu, dan hendaklah ia berlaku lemah lembut, dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seseorangpun “.(QS Al Kahfi [18]: 19)

b) Hadits

ا ْ ح ص

ْشا

ْا فّ ا

ْا ْ ْ

ْا س ك

ك ف ْ ف ، ْ ك ا اّ

ّْ ا ّا ْ ا ا ْح ك ْس

ض

.

ج ف س

ها ص ها ْ س ْ ش غ ف

(

ف ا

ا ا

س أا

)

Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai Mudharabah ia mensyaratkan kepada mudharib nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia (mudharib) harus menanggung risikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membolehkannya.54

2. Bank Garansi Syariah

a) Alqur’an

ْ ْ ْ ح ء ج ْ

ك ْا ا ص ْ اْ

.

.

54


(43)

“Penyeru-penyeru itu berseru: „Kami kehilangan piala Raja; dan barang siapa yang dapat mengembalikannya, akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku menjamin terhadapnya.”

b) Hadits

، ْ ّ ج س آ ْ ها ص ا كأا س

ف

:

اْ ؟ ّْ ْ ْ ْ

:

ف ، ْخ ج ، ْ ّف ،ا

:

ْ ْ

اْ ؟ ّْ ْ

:

،ْ

:

ّ ْ ،ْ ح ص

اْ ص

:

،ها ْ س ّْ

ْ ّف

.

Telah dihadapkan kepada Rasulullah SAW jenazah seorang laki-laki untuk disalatkan. Rasulullah saw bertanya, „Apakah ia mem-punyai hutang?‟ Sahabat menjawab, „Tidak‟. Maka, beliau men-salatkannya. Kemudian dihadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah pun bertanya, „Apakah ia mempunyai hutang?‟ Sahabat menjawab, „Ya‟. Rasulullah berkata, „Salatkanlah temanmu itu‟ (beliau sendiri tidak mau mensalatkannya). Lalu Abu Qatadah berkata, „Saya menjamin hutangnya, ya Rasulullah‟. Maka Rasulullah pun menshalatkan jenazah tersebut.” )HR. Bukhari dari Salamah

bin Akwa’(.55

3. Penukaran Valuta Asing (Sharf) a) Al-Qur’an

ا ح ْ ْا ها ح

ذ

"…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…."

س آ ْ ها ص ها ْ س

:

،ضا ْ ْ ْا

(

ا ا

55Fatwa Dewan Syari’a


(44)

ح ا ححص ج ا

)

Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)" (HR. al-Baihaqi dan Ibnu

Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).56

4. Prosedur Akad dari Pra-Akad Sampai Evaluasi Akad 1. Pra Akad

Hal yang harus dilakukan dalam sebelum akad adalah:

a. Meminta penjelasan dari pejabat bank yang berwenang mengenai tujuan,

karakteristik, dan akad yang digunakan dalam produk baru yang akad dikeluarkan.

b. Memeriksa apakah akad yang digunakan dalam produk baru telah terdapat

fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.

1) Dalam hal ini telah terdapat fatwa, maka Dewan Pengawas Syariah

melakukan analisa atas kesesuaian akad produk baru dengan fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia

2) Dalam hal belum terdapat fatwa, maka dewan pengawas syariah

mengusulkan kepada direksi bank untuk melengkapi akad produk baru dengan fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.

c. Mereview sistem dan prosedur produk baru yang akan dikeluarkan terkait

dengan pemenuhan Prinsip Syariah;

d. Memberi pendapat syariah atas produk baru yang akan dikeluarkan.

56


(45)

e. Dalam rangka pengeluaran produk baru, Bank wajib melaporkan rencana pengeluaran Produk baru kepada Bank Indonesia atau memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia.

f. Kewajiban menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia berlaku untuk

pengeluaran Produk baru yang memiliki karakteristik yang sama dengan Produk sebagaimana ditetapkan dalam Buku Kodifikasi Produk Perbankan Syariah yang menjadi lampiran dari Surat Edaran ini.

g. Kewajiban memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia berlaku untuk

pengeluaran Produk baru yang memiliki karakteristik yang tidak sama dengan Produk sebagaimana ditetapkan dalam buku Kodifikasi Produk

Perbankan Syariah yang menjadi lampiran dari Surat Edaran.57

2. Proses Akad

Proses akad dalam Bank Syariah hal yang harus dilakukan adalah:

a. Menganalisis laporan yang disampaikan oleh atau yang diminta dari

Direksi, pelaksanaan fungsi audit intern, fungsi kepatuhan untuk mengetahui kualitas pelaksanaan pemenuhan prinsip syariah atas kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank;

b. Menetapkan jumlah uji petik (sampel) transaksi yang akan diperiksa

dengan memperhatikan kualitas pelaksanaan pemenuhan Prinsip Syariah dari masing-masing kegiatan;

57

Surat Edaran Bank Indonesia no. 12/ 13/ DPbS. Tahun 2010 tentang Pelaksanaan GCG pada Bank Umum Syariah


(46)

c. Memeriksa dokumen traksaksi yang diuji petik (sampel) untuk mengetahui

pemenuhan Prinsip Syariah sebagaimana dipersyaratkan dalam System

Operational Procedur (SOP), antara lain:

1) Ada tidaknya bukti pembelian barang untuk akad murabahah sebagia

bukti terpenuhinya syarat jual-beli murabahah;

2) Ada tidaknya laporan usaha nasabah, untuk akad mudharabah/

musyarakah, sebagai dasar melakukan perhitungan distribusi bagi hasil; 3. Evaluasi Akad

a. Melakuakan inpeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi

kepada pegawai bank ata ke nasabah untuk memperkuat hasil pemeriksaan dokumen;

b. Melakukan review terhadap SOP terkait aspek syariah apabila terdapat

indikasi ketidaksesuaian pelaksanaan pemenuhan prinsip syariah atas kegiatan dimaksud;

c. Memberikan pendapat syariah atas kegiatan penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank;

d. Melaporkan hasil pengawasan dewan pengawas syariah kepada Direksi dan

Dewan Komisaris.58

58

Surat edaran Bank Indonesia no. 12/ 13/ DPbS. Tahun 2010 tentang Pelaksanaan GCG pada Bank Umum Syariah


(47)

BAB III

GAMBARAN UMUM MENGENAI BANK BRI SYARIAH

A.Sekilas Sejarah

Berawal dari akusisi Bank Jasa Arta oleh Bank Rakyat Indonesia, pada tanggal 19 Desember 2007 dan kemudian diikuti dengan perolehan ijin dari Bank Indonesia untuk mengubah kegiatan usaha Bank Jasa Arta dari bank umum konvensional menjadi bank umum yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah pada tanggal 16 Oktober 2008, maka lahirlah Bank umum syariah yang diberi nama PT. Bank Syariah BRI (yang kemudian disebut dengan nama BRI Syariah) pada tanggal 17 November 2008.

Nama BRI Syariah dipilih untuk menggambarkan secara langsung hubungan Bank dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, selanjutnya disebut Bank Rakyat Indonesia, yang merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia. BRISyariah merupakan anak perusahaan dari Bank Rakyat Indonesia yang akan melayani kebutuhan perbankan masyarakant Indonesia dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah. Pada tanggal 19 Desember 2008, telah ditanda-tangani akta pemisahan unit usaha syariah. Penandatanganan akta pemisahan telah dilakukan oleh Bapak. Sofyan Basir selaku Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia dan Bapak. Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama BRISyariah, sebagaimana akta pemisahan


(48)

No. 27 tanggal 19 Desember 2008 dibuat di hadapan notaris Fathiah Helmi SH di Jakarta.

Peleburan unit usaha syariah Bank Rakyat Indonesia ke dalam BRI Syariah ini berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Adapun yang menjadi pemegang saham BRIS yariah adalah

 PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, sebesar 99,99967%

 Yayasan kesejahteraan pekerja BRI sebesar 0,00033%. 59

B.Visi dan Misi 1. Visi

Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial

sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah,untuk kehidupan yang lebih bermakna.

2. Misi

 Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam kebutuhan

finansial nasabah;

 Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai

dengan prinsip - prinsip Syariah;

 Menyediakan aksesibilitas ternyaman melalui berbagai sarana kapanpun,

dimanapun;

59

Bank BRI Syariah, “Sejarah BRISyariah” diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/


(49)

 Memungkinkan setiap individu untuk dapat meningkatkan kualitas hidup

dan ketentraman pikiran.60

C.Struktur Organisasi Dewan Komisaris

Komisaris Independen : Musthafa Zuhad Mughni

: Sunarsip

: Nasrah Mawardi Dewan Direksi

Direktur Utama : Ventje Rahardjo

: Ari Purwandono : Eko B. Suharno : Budi Wisakseno Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Ketua : Prof. Drs. Hasjmuni Abdurrachman

Anggota : Prof.Dr.K.H. Didin Hafidhudin, MSc

: Gunawan Yasni,SE,MM.61

60

Bank BRI Syariah, “Visi Misi” diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/

61

Bank BRI Syariah, “Struktur Organisasi” diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/


(50)

D.Produk-Produk Bank BRI Syariah 1. Pendanaan62

a. Tabungan BRI Syariah iB

Tabungan BRI Syariah iB merupakan tabungan dari BRI Syariah bagi

nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan (wadiâh yad

dhamanah), dipersembahkan untuk nasabah yang menginginkan kemudahan dalam transaksi keuangan.

Manfaat:

1. Aman, karena diikutsertakan dalam program penjaminan pemerintah

2. Dapat bertransaksi di seluruh jaringan Kantor Cabang BRISyariah

3. Dengan kartu ATM BRISyariah, Anda mudah melakukan transaksi di

lebih dari 1.000 ATM BRI di seluruh Indonesia b. Tabungan Haji iB

Tabungan Haji iB merupakan tabungan investasi dari BRISyariah bagi calon Haji yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH), dengan prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh).

Manfaat:

1. Kemudahan rencana/persiapan ibadah Haji

62

Bank BRI Syariah, “Pendanaan” diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/


(51)

2. Aman dan sesuai syariah

3. Bagi hasil yang kompetitif

4. Gratis asuransi jiwa & kecelakaan

c. Deposito iB

Deposito iB adalah salah satu jenis simpanan berdasarkan

prinsip bagi hasil (Mudharabah al-Muthlaqoh) yang dananya dapat ditarik

pada saat jatuh tempo.

Manfaat:

1. Terjamin karena disertakan dalam program penjaminan pemerintah

2. Memberikan bagi hasil yang kompetitif

3. Dikelola dengan prinsip sesuai syariah

d. Giro iB

Giro iB dari BRI Syariah adalah simpanan untuk kemudahan berbisnis

dengan pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadiâh yad

dhamanah) yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan Cek atau Bilyet Giro.

Manfaat:

1. Kemudahan dalam transaksi bisnis

2. Bank dapat memberikan bonus sesuai kebijakan yang berlaku


(52)

2. Pembiayaan63

a. Fitur Produk KKB iB BRIS.

KKB BRISyariah iB merupakan pembiayaan kepemilikan mobil yang diinginkan dengan menentukan sendiri pilihan merk yang anda inginkan dan besarnya cicilan disesuaikan dengan pendapatan nasabah.

Manfaat:

Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan kepemilikan mobil secara syariah dengan proses dan dan persyaratan yang mudah dan cepat. Sedangkan akad yang digunakan KKB adalah Murabahah atau ijarah.

b. Produk KMG iB BRIS

Produk Pembiayaan Kepemilikan Multi Guna (KMG) iB adalah fasilitas pembiayaan konsumtif yang diberikan Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) kepada nasabah perorangan untuk kepemilikan barang-barang multi guna selain rumah dan mobil dengan pembayaran secara angsuran / mencicil dalam jangka waktu yang disepakati. Sedangkan akad yang digunakan dalam produk KMG ini adalah murabaha.

Tujuan dari produk KMG iB adalah :

63


(53)

1. Mengembangkan produk KMG iB dengan resiko yang relatif rendah

2. Memenuhi kebutuhan nasabah untuk konsumtif maupun usaha atas

kepemilikan barang multiguna yang sesuai syariah dengan syarat menjaminkan fixed asset atau cessie gaji nasabah melalui kerjasama dengan institusi tertentu atau melalui surat kuasa pemotongan gaji oleh bendaharawan / pejabat yang berwenang. Adapun jenis barang multiguna yang diperkenankan pada pembiayaan KMG iB adalah untuk membiayai seluruh atau sebagian atas kepemilikan :

 Motor baru, baik dari penjual motor individu atau dari dealer/

showroom, baik dealer yang telah bekerjasama dengan BRI maupun yang tidak ada kerjasama namun memenuhi persyaratan yang ditentukan BRIS.

 Barang multiguna lainnya, seperti :

 Barang elektronik

 Furniture / Keperluan Rumah Tangga

 Bahan baku / Stock barang dagangan

 Barang lainnya yang halal

 Peralatan dokter

 Mesin-mesin


(54)

 Barang multiguna melalui take over / Pengalihan Pembiayaan KMG, terdiri dari :

 Take Over dari Lembaga Keuangan Konvensional

 Take Over dari Lembaga Keuangan Syariah (Bank Syariah, BPRS)

Manfaat:

1. Bagi BRIS :

 Sebagai salah satu bentuk penyaluran dana yang memperoleh

pendapatan dalam bentuk margin

 Meningkatkan portofolio pembiayaan dengan tingkat risiko yang

rendah karena keterlibatan perusahaan.

 Meningkatkan funding dan fee base income

2. Bagi Nasabah :

 Merupakan salah satu alternatif untuk memiliki barang multiguna baik

untuk keperluan pribadi maupun usaha melalui pembiayaan kepemilikan barang multiguna secara syariah dengan pembayaran jumlah angsuran yang pasti selama masa perjanjian kecuali dengan perjanjian khusus dimuka.

 Penyesuaian jumlah angsuran dengan kemampuan pendapatan

nasabah, sehingga menimbulkan rasa nyaman dan ketidakkhawatiran dalam mengembalikan dana BRIS, mengingat jangka waktu yang memadai dan kepastian jumlah angsuran dari awal perjanjian.


(55)

3. Bagi Penjual Barang Multiguna :

 Meningkatkan penjualan barang multiguna untuk usaha penjual barang

smultiguna.

 Meningkatkan professionalisme penjual barang multiguna

a. Produk KPR iB BRIS

Produk ini merupakan Kepemilikan Rumah (KPR) BRI

Syariah iB dengan skim pembiayaan secara jual beli (murabahah)

mewujudkan keinginan nasabah memiliki rumah di lokasi yang strategis, proses yang relative cepat, syarat mudah, margin kompetitif dan sesuai syariah. Tak hanya memiliki rumah, berbagai keperluanpun dapat dipenuhi dengan KPR BRI Syariah iB. Sedangkan akad yang digunakan produk

KPR ini adalah Murabahah.

Fasilitas yang diberikan untuk pembelian, pembangunan, renovasi rumah/apartemen/ruko/rukan dengan angsuran tetap sepanjang jangka waktu pembiayaan

Manfaat:

 Fleksibel untuk beli rumah /apartemen baru atau second, pembangunan

rumah, Ruko, Rukan.

 Jangka Waktu hingga 15 tahun


(56)

 Bebas menentukan besaran cicilan sesuai kemampuan

 Uang muka ringan

 Cicilan tetap dan meringankan selama jangka waktu

 Biaya administrasi terjangkau

 Bebas pinalti untuk pelunasan sebelum jatuh tempo

b. Produk GADAI BRIS iB

Gadai iB merupakan pinjaman dana (Qardh) dengan

menggadaikan barang berharga, termasuk penyimpanan yang aman (Ijarah)

dan berasuransi.

Keunggulan:

 Proses Lebih Cepat, Aman dan Nyaman karena sesuai syariah dan lebih

berkah

 Persyaratan sangat mudah

 Jangka Waktu Pinjaman Maksimal 120 hari dan dapat diperpanjang

 Penyimpanan yang aman dan berasuransi

 Dapat dilunasi sebelum jatuh tempo pinjaman


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN KINERJA DPS DALAM PENGAWASAN PELAKSANAAN KONTRAK DI BANK BRI SYARIAH

Dalam bab ini, akan dijelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap kinerja DPS dalam pengawasan pelaksanaan kontrak di bank BRI Syariah. Wawancara dilaksanakan pada tanggal 13 ktober 2010 dengan nara sumber yang dianggap oleh penulis banyak mengetahui tentang data-data yang dibutuhkan oleh penulis. Narasumber tersebut berasal dari DPS sebagai representasi pengawas , pihak bank bagian legal dan dari pihak lain yaitu dari pihak MUI. Pertanyaan yang diajukan juga dibuat dengan seakurat mungkin sehingga hasil yang didapat sesuai dengan data yang diinginkan oleh penulis dalam pembuatan tugas akhir ini.

A. Kedudukan dan Fungsi DPS dalam Pembuatan Draft Kontrak di Bank BRI Syariah64

Dalam rangka menjaga kegiatan usaha bank syariah yang khususnya Bank BRI Syariah agar senantiasa berjalan sesuai dengan nilai-nilai syariah, maka diperlukan suatu badan independen yang berdiri dari para pakar syariah muamalah yang juga memiliki pengetahuan umum di bidang perbankan. DPS merupakan

64

Analisa atas hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan sumberwawancara dari pihak DPS bank BRI Syariah


(58)

pengawas suatu lembaga keuangan syariah yang mempunyai peran yang telah ditetapkan oleh DSN-MUI. Setiap DPS harus melaksanakan perannya dengan penuh amanah dan dedikasi yang tinggi sehingga semua yang diemban oleh para anggota DPS dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya sesuai dengan visi dan misi lembaga

syariah yang diawasi.65

Menurut pak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, yang

merupakan salah satu pengurus MUI pusat:

“Terkait dengan bank syariah agar shariah compliance tetap bisa terjaga maka dibutuhkan yang namanya Syariah Assurance Syistem, yaitu bagaimana bank syariah itu bisa membuktikan pada DPS bahwa bank syariah tersebut benar-benar telah patuh pada prinsip-prinsip syariah. Misalnya kalau Bank Syariah mewajibkan pegawainya meggunakan jilbab saat bekerja maka bank harus membuktikan bahwa pengawai-pegawai Bank syariah telah mematuhi aturan syariah Islam”66

Disadari bahwa ruang lingkup tugas DPS sebagai pengawasan atas kegiatan bank syariah sangat luas, yang mencakup draft kontrak, fatwa-fatwa DSN, serta pelaksanaan kontraknya. Maka dari itu dalam melaksanakan pengawasan perlu adanya sekala prioritas. Dalam prinsip ini kegiatan pengawasan ditekankan pada hal-hal yang bersifat penyimpangan dari prinsip-prinsip syariah. Untuk itu pihak pengawas yang dsisini adalah dewan pengawas syariah harus orang-orang yang

65

Peraturan Bank Indonesia NO. 11/33/PBI 2009 Tentang Pelaksanaan GCG pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Pasal 47.

66

Wawancara Pribadi dengan Bapak Muhamad Nadratuzzaman Hosen, pada tanggal 22 februari 2011


(59)

mengerti betul tentang perbankan, ekonomi syariah dan fiqih muamalat dan dalam bekerja harus penuh hati-hati.

Sesuai Peraturan Bank Indonesia (PBI) dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab DPS di Bank Syariah meliputi :

1. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman

operasional dan produk yang dikeluarkan;

2. Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai dengan

Fatwa Dewan Syariah Nasional- Majlis Ulama Indonesia;

3. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia

untuk produk baru bank yang belum ada fatwanya;

4. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap

mekanisme penghimpunan dan penyaluran dan serta pelayanan jasa bank;

5. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja

bank dalam rangka pelaksanaan tugas.67

Sehingga seluruh kegiatan bank baik itu produk dari sisi pembiayaan, pendanaan maupun pelayanan jasa yang ada di bank syariah mulai dari pembuatan draft kontrak sampai dengan pelaksanaan kontrak serta evaluasi kontrak adalah tanggung jawab DPS untuk mengawasinya agar sesuai dengan prinsip syariah.

67

Surat Edaran, no. 12/13/DPbS/2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Goverment bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.


(60)

Bank syariah berbeda dengan bank konvensional. Bank Syariah sebagai lembaga kepercayaan tidak hanya dituntut untuk memberikan pelayanan yang memuaskan dari sisi produk tapi juga dari sisi kepastian akan kesesuaian terhadap syariah. Bank Syariah dengan beragam produk dan akad yang berbeda menjadi salah satu ciri khas tersendiri bagi bank syariah. Sehingga draft kontrak yang ada di Bank Syariah pun harus sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan fatwa-fatwa DSN-MUI yang mengatur tentang akad-akad yang di Bank Syariah.

Salah satu tahap yang menentukan dalam pelaksanaan kontrak yaitu tahap perancangan draft kontrak. Perancangan draft ini memerlukan ketelitian dan kejelian dari para pihak yang akan bertransaksi. Karena apabila terjadi kekeliruan

dalam pembuatan draft kontrak, akan timbul persoalan dalam pelaksanaannya.68

Sebelum bank mengeluarkan produk baru, yang perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah draft kontrak apakah telah sesuai dengan syariah dan hukum positif ataukah belum. Menurut Salim H.S.,S.H.,MS. ketetuan umum yang harus diperhatikan dalam kontrak adalah:

1. Bahasa

2. Saksi-saksi

3. Pembebanan Bea Materai

4. Perpajakan

5. Peraturan terkait

68


(61)

Memperhatikan bahasa dalam kontrak sangat penting karena banyak sengketa terjadi yang disebabkan karena persoalan bahasa. Misalnya, isi kontrak ditafsirkan berbeda oleh para pihak. Sedangkan Saksi diperlukan dalam pembuatan draft kontrak

karena saksi merupakan salah satu alat bukti dalam perkara perdata.69

Sedangkan draft kontrak dari sisi hukum syariat yang ada di bank Syariah yaitu harus sesuai dengan:

1. Fatwa-fatwa DSN

2. Peraturan Bank Indonesia

Para pihak yang akan menggunakan draft kontrak harus menguasai materi draft kontrak. Materi kontrak tersebut diantaranya adalah objek kontrak dan syarat-syarat yang telah disepakati. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh kedua belah pihak.

Pada dasarnya Draft kontrak yang ada dibank sama seperti draft kontrak yang ada dilembaga-lembaga lainnya, yang harus meliputi;

1. Awal Kontrak

a. Judul kontrak

b. Pembukaan

2. Komparisi

69


(62)

Komparisi merupakan bagian dari akta yang dimuat setelah judul dan awal kata, yang mengandung identitas para pihak atau pembuat perjanjian, termasuk uraian yang dapat menunjukan bahwa yang bersangkutan mempunyai kecakapan serta kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan

hukum sebagaimana yang dinyatakan dalam akta.70

3. Premise

Premise merupakan keterangan atau pernyataan pendahuluan yang merupakan dasar atau pokok masalah yang akan diatur dalam suatu akta guna memudahkan pengertian dan maksud dibuatnya akta tersebut.

4. Isi kontrak

Isi kontrak merupakn bagian dari akta yang memuat pasal-pasal mengenai kesepakatan perjanjian yang dituankan dalam akta.

5. Penutup/akhir akta

Bagian ini merupakan bagian terakhir setelah isi kontrak.

Dalam merancang draft kontrak dituntut untuk selalu menyadari bahwa suatu dokumen hukum kontrak bisnis apapun harus memenuhi ketentuan yang berlaku,

dalam draft kontrak yang dibuat harus dapat memenuhi hal-hal berikut:71

1. Memberikan kepastian tentang identitas para pihak yang dalam kenyataannya

terlibat dalam transaksi;

70

Ahdiana Yuni, h. 92

71


(63)

2. Memberikan kepastian dan ketegasan tentang hakdan kewajiban utama masing-masing pihak sesuai dengan inti transaksi yang akan diwujudkan oleh para pihak;

3. Memuat nilai ekonomis dari transaksi bisnis yang diadakan oleh para pihak,

yang kemudian dapat disimpulkan sebagai nilai ekonomis kontrak yang dapat diterjemahkan menjadi sejumlah nilai uang tertentu;

4. Memberikan jaminan tentang keabsahan hukum dari dan kemungkinan

pelaksanaan secara yuridis dari transaksi bisnis yang bersangkutan;

5. Memberikan petunjuk tentang tata cara melaksanakan hak dan kewajiban

serta upaya hukum yang dapat dilakukan oleh para pihak dari transaksi bisnis yang mereka adakan;

6. Menyediakan jalan yang dianggap paling baik bagi para pihak untuk

menyelesaikan perselisihan-perselisihan yang mungkin terjadi diantara para pihak dalam transaksi bisnis;

7. Memberikan jaminan bahwa janji-janji dan pelaksanaan janji-janji yang

dimuat dalam draft kontrak adalah hal yang mungkin, wajar, patut dan adil untuk dilaksanakan.

Terkait dengan pembuatan draft kontrak yang ada di Bank BRI

Syariah yang dilakukan oleh DPS sebagai dewan pengawas adalah:72

72

Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta 13 oktober 2010


(64)

1. Membakukan secara internal standarisasi akad. Penetapan tersebut berdasarkan atas pedoman akad dalam suatu peraturan BI berkaitan dengan BRI Syariah dan juga dengan fatwa-fatwa DSN yang berkaitan dengan akad-akad yang ada di Bank, misalnya pembiayaan. Proses itu kemudian diinternalisasikan, dalam artian berlaku di kalangan internal BRI dan cabang-cabangnya. Pembakuan standarisasi akad tersebut selain dilakukan oleh pihak DPS, juga melibatkan pihak legal yang ada di bank.

2. Mengesahkan standar akad yang akan berlaku secara nasional di suatu Bank

Syariah dan pada saat membuat draft kontrak itu DPS juga berfungsi memberikan acuan-acuan yang mendasar, yang bersifat nasional dan itu sudah disahkan dari awal.

3. Mensosialisasikan standar akad setelah standarisasi akad yang baku tersebut

disahkan dan diputuskan, kemudian disosialisasikan oleh pihak legal ke

cabang-cabang dan ke account-account officer di daerah-daerah.

Adapun dalam mensosialisasikan standar yang ada di Bank BRI Syariah tersebut bisa dilakukan dengan cara:

1. Verbal atau komunikasi langsung antara bank BRI Syariah pusat dengan

cabang-cabangnya

2. Surat edaran Bank BRI Syariah

3. Teknologi informasi berupa intranet yang dapat mempermudah dari segi


(1)

sebagaimana mestinya. Dalam arti maksimalnya fungsi dan peran disini, hal ini bisa

terlihat dari laporan pengawasan yang mereka serahkan pada stakeholdernya yaitu

Bank Indonesia, DSN-MUI, dan RUPS Bank BRI Syariah. Walaupun yang menjadi

kritik saya bahwa semua DPS di bank BRI Syariah bekerja secara aktif.

B. Saran-saran

Untuk mengakhiri uraian skripsi ini, beberapa saran berikut kirannya

bermanfaat untuk dikemukakan:

1. Mengingat banyaknya transaksi yang ada di Bank syari’ah, dengan kerja DPS yang cukup optimal hendaknya lebih ditingkatkan lagi kinerjanya. Sehingga

semua transaksi yang ada di Bank Syariah benar murni sesuai prinsip syariah,

tidak ada lagi pelanggaran di bank sekecil apapun itu. Sehingga Bank BRI

Syariah menjadi contoh bagi Bank Syariah lainnya di Indonesia.

2. Dalam pengawasan kegiatan bank yang ada di daerah baiknya jika

cabang-cabang Bank BRI Syariah pun harus memiliki DPS. Hal ini sejalan dengan

semakin meluasnya kantor cabang perbankan syari’ah ke berbagai wilayah

provinsi, bahkan kabupaten atau kota. Hal ini penting agar penerapan prinsip

syari’ah lebih terjamin di daerah-daerah. Hampir mustahil DPS yang berdomisili di Pusat dapat memeriksa dan mengawasi praktek kontrak-kontrak

yang dilaksanakan Bank Syari’ah di daerah. Bila hal ini diabaikan, maka pelanggaran prinsip syari’ah kemungkinan akan terjadi.


(2)

3. Untuk memaksimalkan kinerja DPS dalam menjamin bahwa bank syariah

yang mereka awasi itu telah berjalan sesuai syariah maka ada baiknya ada

semacam cek list terhadap semua kegiatan bank syariah agar semua kegiatan

bank benar bisa terkendali dan terjamin kemurniannya terhadap pelanggaran

yang dilarang syariah.

4. Untuk menjamin dipraktekkannya sistem syariah secara konsisten di lembaga

keuangan syariah, hendaknya peranan DPS dapat ditingkatkan lagi secara

optimal dan signifikan dengan memposisikan DPS sejajar dengan Komisaris,

dan Ketentuan ini seyogyanya masuk dalam Undang-Undang Perbankan

Syari’ah. sehingga perannya dan kedudukannya sangat kuat di Bank Syariah. 5. Dan yang terakhir hendak semua DPS bisa ikut andil dalam menjalankan


(3)

DAFTAR PUSAKA

Agustianto, Optimalisasi Dewan Pengawas Syariah. Diakses pada tanggal 4 April 2010. www.agustianto.niriah.com

Abrar sholikhin, Perkembangan Perbankan Syariah Mengkhawatirkan, Sangat Beresiko Menjalankan Prinsip Menyimpang dari Syariah. Dimana Peran BI & Dewan

Pengawas Syariah?. Diakses pada 04 April 2010 dari

http://abrarsolikhin.blogspot.com/2009/05/perkembangan-perbankan-syariah.html

Ahdiana Yuni Lestari dan Endang Heriyani, Dasar-Dasar Pembuatan Kontrak dan Akad, Jakarta, PT. Mocomedia, 2009.

Al-harist jaribah bin ahmad, Fikih Ekonomi Umar Bin Al-Khathab, Jakarta, KHALIFAH Pustaka Al-Kaustar Group, 2006.

Al-Shodiq, Mukhtar, Briefcasebooks Edukasi Professional Syariah: Fatwa-Fatwa Syariah Kontemporer, Jakarta, Renaisan, 2005,

Al-Shodiq, Mukhtar, Briefcasebooks Edukasi Professional Syariah: Akad Bank Syariah, Jakarta, PT. Renaisan, 2005.

Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, PT. Gema Insani, 2005.

AriKunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta, PT. Rineka Cipta,1993, cet ke2.

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed III, Jakarta, Balai Pusaka, 2005.

DSN-MUI dan BI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional untuk Lembaga Keuangan Syariah , Jakarta: DSN-MUI dan BI , 2001. Cet pertama, h. iii-iv.


(4)

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 01/DSN-MUI/IV/2000 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 02/DSN-MUI/IV/2000

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 03/dsn-mui/iv/2000

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 04/Dsn-Mui/Iv/2000

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 05/Dsn-Mui/Iv/2000 Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 06/Dsn-Mui/Iv/2000

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 07/Dsn-Mui/Iv/2000

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 08/Dsn-Mui/Iv/2000

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 09/Dsn-Mui/Iv/2000

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 11/Dsn-Mui/Iv/2000 Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 19/dsn-mui/iv/2001

Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No: 28/Dsn-Mui/Iii/2002

Gufron, Sofiniyah, Briefcase Books Edukasi Professional Syariah: System dan Mekanisme Pengawasan Syariah, Jakarta, PT. Renaisan, 2005.

Hadari Nawawi, Buku Manajemen SDM Untuk Bisnis yang Kompetitif, Yogyakarta, PT. Gajah Maja University press, 2006.

Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta : BPFE, 1998. edisi ke 2.

Harahap, Sofyan Syafri, Auditing Dalam Perspektif Islam, Jakarta, PT. Pustaka Quantum, 2002.

Huda Nurul dan Edwin Nasution Mustafa, Curent Issues Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta, PT. Kencana, 2009.

Karim A. Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuanan, Jakarta, PT. Grafindo Persada, 2010.


(5)

Kodifikasi Produk Perbankan Syariah, tahun 2008, (Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia.

Majalah Sharing. Edisi 26

Moeloeng J. Lexi, Metodologi Penelitian Kualitatif , Bandung, PT. Remaja Rosda Karya, 2001.

Pembiayaan, diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/

Pendanaan, diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/

Peraturan Bank Indonesia NO. 11/33/PBI 2009 Tentang pelaksanaan GCG pada bank umum syariah dan unit usaha syariah. Pasal 47

Rifkadejayu, Dewan Pengawas Syariah Gaji Buta dan Sekedar Pajangan, di akses

pada 11 agustus 2010 dari

http://bloggercompetition.kompasiana.com/2009/06/dewan-pengawas-syariah-gajibuta-sekedar-pajangan/

Salim, Hukum kontrak teori dan teknik penyusunan kontrak, Jakarta, PT. Sinar Grafika, 2010.

Sejarah BRISyariah, diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/

Struktur Organisasi, diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/

Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, PT. Intermasa, 2005.

Suprayogi Noven, Dps dan Pengawasan Internal Syariah pada Bank Syariah, diakses pada 17 oktober 2010 dari www.skripsi net/dps-dan-pengawasan-internal-syariah.html

Surat Edaran Bank Indonesia no. 12/ 13/ DPbS. Tahun 2010 tentang pelaksanaan GCG pada bank umum syariah

Surat Edaran no. 12/13/DPbS/2010 tentang Pelaksanaan Good Corporate Goverment bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.


(6)

Susanto Baharuddin, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta, UII Press Yogyakarta, 2008.

Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jakarta, PT. Logos Wacana Ilmu, 2005. Jilid 1

Visi Misi, diakses pada 20 oktober 2010 dari http://www.brisyariah.co.id/

Wawancara Pribadi dengan Gunawan Yasni, anggota DPS di Bank BRI Syariah. Jakarta, 13 oktober 2010


Dokumen yang terkait

Efektifitas pengawasan Dewan Pengawasan Syariah (DPS) pada Bank Tabungan Negara (BTN) Syariah

3 12 86

Pengaruh peran komite audit dan dewan pengawas syariah dalam mewujudkan GOOD Corporate covernance untuk meningkatkan kinerja Bank Syariah ; studi empiris pada perbankan syariah di jakarta

1 5 125

Pengaruh penerapan good corporate governance oleh dewan komisaris, dewan direksi, komite-komite, dan dewan pengawas syariah terhadap kinerja perbankan pada Bank umum syariah di Indonesia Tahun 2010-2013

1 7 115

Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2010-2013)

1 9 0

MEKANISME PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DAN BANK INDONESIA TERHADAP BANK JATENG SYARIAH DI SURAKARTA

3 21 134

PENGARUH PENGAWASAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS), AUDITOR INTERNAL DAN KEPATUHAN SYARIAH TERHADAP PENINGKATAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI PT. BANK PEMBIAYAAN RAKSYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP.

0 0 67

REVITALISASI DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) PADA LEMBAGA EKONOMI SYARIAH

0 1 8

EFEKTIVITAS PENGAWASAN OLEH DEWAN PENGAWAS SYARIAH PADA BANK SYARIAH (Studi Kasus pada PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Amanah Sejahtera) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 19

EKSISTENSI DEWAN PENGAWAS SYARIAH (DPS) PADA BANK SYARIAH (TINJAUAN YURIDIS)

0 0 88

IMPLEMENTASI CORPORATE GOVERNANCE DAN PERAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH DALAM INSTANSI KEUANGAN ISLAM (STUDI KASUS PT BANK SYARIAH MANDIRI) - UMBY repository

0 0 33