Pengaruh penerapan good corporate governance oleh dewan komisaris, dewan direksi, komite-komite, dan dewan pengawas syariah terhadap kinerja perbankan pada Bank umum syariah di Indonesia Tahun 2010-2013

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh: IKA KARTIKA NIM: 1110046100008

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang belaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 30 September 2014


(5)

iii

Tahun 2010-2013”, Program Strata I, Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2014 M.

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap kinerja perbankan dimana yang menjadi indikator adalah dewan komisaris, dewan direksi, komite-komite dan dewan pengawas syariah. Pada penelitian ini penulis memilih objek penelitian di 4 (empat) Bank Umum Syariah yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah dan Bank Syariah Mandiri.

Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari web yang berkaitan dengan penelitian, serta analisis kuantitatif Regresi Linier Berganda menggunakan Software SPSS versi 17,0 for Windows.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, dewan komisaris merupakan variabel yang tidak berpengaruh secara nyata terhadap kinerja perbankan. Faktanya, berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) terhadap variabel dewan komisaris (X1)

diperoleh nilai alpha (α) sebesar 0,241 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan

bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel dewan komisaris terhadap kinerja perbankan. Kedua, dewan direksi merupakan variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap kinerja perbankan. Faktanya, berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) terhadap variabel dewan direksi (X2) diperoleh nilai alpha (α) sebesar

0,043 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel dewan direksi terhadap kinerja perbankan. Ketiga, komite-komite merupakan variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap kinerja perbankan. Faktanya, berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) terhadap variabel dewan direksi

(X3) diperoleh nilai alpha (α) sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukan

bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel komite-komite terhadap kinerja perbankan. Keempat, dewan pengawas syariah merupakan variabel yang tidak berpengaruh secara nyata terhadap kinerja perbankan. Faktanya, berdasarkan pengujian secara parsial (uji t) terhadap variabel dewan pengawas syariah (X4)

diperoleh nilai alpha (α) sebesar 0,162 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel dewan komisaris terhadap kinerja perbankan

Kata Kunci: Good Corporate Governance, Kinerja Perbankan, Net Profit Margin, Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengawas Syariah (DPS).


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji serta syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan rahmat, taufik, dan hidayahNya tanpa batas kepada penulis. Sesungguhnya, hanya karena kemurahan hati-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa pula Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Rasulullah SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan ummatnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa terdapat banyak kendala dan hambatan yang menghadang langkah penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Namun, berkat doa, bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Phil. J.M. Muslimin, MA., sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., M.H., sebagai Ketua Prodi Muamalat (Ekonomi Islam) dan Abdurrauf, MA., sebagai Sekretaris Prodi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. M. Zainul Arifin Yusuf sebagai Dosen Pembimbing Akademik Penulis. 4. A. Chairul Hadi, MA sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang telah

memberi arahan, saran, dan ilmunya hingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang


(7)

v

dan Perpustakaan Utama yang telah memberikan fasilitas peminjaman literatur.

7. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua tercinta, ayahanda H. Rukman dan ibunda Hj. Ade Yanti, Terimakasih atas segala dukungan baik moril maupun materiil, serta kasih sayang dan doa yang tiada henti kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Kakak-kakak dan adik tersayang, Ria Indriyani, Ardiansyah, Muhammad Rifki, Aris Rinaldi serta kakak ipar tersayang, Nyuwarto dan Enah terimakasih atas dukungan, kasih sayang dan doa yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Kedua keponakan, Dzakiyyah Naila Artanti dan Fayza Aqilah Hardianti yang senantiasa memberikan keceriaan dan kesenangan yang selalu menimbulkan kerinduan kepada penulis.

9. Teman terbaikku, Devita Octaviani, Mahrun Nisa Ali, Nur Kurota Ayun, dan Ana Fiandani Sofyana, yang sama-sama berjuang menyelesaikan skripsi ini, yang selalu membagi kesedihan dan kesenangan di setiap detik dan menitnya, terimakasih atas persahabatan yang berharga ini, semoga Allah SWT meridhoi persahabatan kita sampai kapanpun.

10. Sahabat terbaik penulis, teman seperjuangan dari masa ke masa Denara Nurul Titiankasih dan Shilvia Nurfauziah yang selalu menemani penulis, terimakasih atas semua motivasi dan doa yang diberikan kepada penulis. 11. PARI (Penikmat Alam Mandiri), Theo, Ihwan, Tomi terimakasih telah


(8)

vi

mengenalkan penulis dengan alam Indonesia yang begitu indah, yang membuat penulis semangat menggapai cita-cita layaknya semangat menggapai puncak gunung tertinggi di Indonesia.

12. Teman-teman terbaik PS A 2010, terimakasih atas persahabatan dan kekeluargaan yang takkan pernah bisa dilupakan sampai kapanpun. Titin Nurasiah, dan Rizky Amalia terimakasih atas dukungan dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

13. Teman-teman di Fakultas Syariah dan Hukum yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu. Terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Dan akhirnya, semua pihak yang telah turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih. Semoga segala kebaikan yang tulus dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT serta mendapatkan pahala yang berlipat dari-Nya.

Kiranya skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun kritik dan saran dari para pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaannya. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi kontribusi bagi penulis dan masyarakat seluruhnya.

Jakarta, 30 September 2014


(9)

vii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan dan Rumusan Masalah... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

E. Review Study Terdahulu ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II: LANDASAN TEORI A. Perbankan Syariah ... 15

1. Pengertian Perbankan Syariah ... 15

2. Fungsi Bank Syariah ... 18

3. Mekanisme Pengawasan Bank Syariah ... 21

4. Dewan Komisaris ... 23

5. Dewan Direksi ... 26

6. Komite-Komite ... 27

7. Dewan Pengawas Syariah (DPS)... 30

B. Good Corporate Governance Perbankan Syariah ... 31

1. Definisi Good Corporate Governance... 31


(10)

viii

3. Prinsip Dasar Good Corporate Governance ... 37

4. Good Corporate Governance Dalam Perspektif Islam ... 41

5. Implementasi Good Corporate Governance pada Bank Syariah 43 6. Penilaian Self Assesment Good Corporate Governance Bank Umum Syariah di Indonesia ... 46

C. Kinerja Keuangan Syariah ... 47

1. Pengertian dan Tujuan ... 47

2. Profitabilitas Keuangan Perbankan Syariah ... 49

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 53

B. Populasi dan Sampel ... 53

C. Jenis dan Sumber Data ... 56

D. Teknik Analisis Data ... 56

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 57

F. Metode Analisis ... 59

G. Hipotesis ... 64

H. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 66

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PT. Bank Muamalat Indonesia ... 69

B. Gambaran Umum PT. BNI Syariah ... 70

C. Gambaran Umum PT. BRI Syariah ... 72

D. Gambaran Umum PT. Bank Syariah Mandiri ... 74

E. Uji Asumsi Klasik ... 77

F. Uji Regresi Linier Berganda ... 82


(11)

ix DAFTAR PUSTAKA


(12)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah 17

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas ... 78

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ... 79

Tabel 4.3 Hasil Uji Heterokedastositas ... 80

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi... 82

Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ... 82

Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 84

Tabel 4.7 Hasil Uji t-hitung ... 85


(13)

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbankan syariah memiliki peran strategis dalam meningkatkan kesejahteraan umat melalui proses intermediasi kegiatan penghimpunan, penyaluran dana maupun penyediaan jasa keuangan lainnya yang berlandaskan kepada prinsip-prinsip syariah. Ketika sistem perbankan konvensional sempoyongan karena krisis moneter dan memerlukan biaya yang begitu besar untuk mempertahankan eksistensinya, perbankan syariah justru mampu menyelamatkan sebagian ekonomi umat.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian dan laporan dari Bank Dunia dan ADB krisis perbankan yang terjadi di Indonesia dan keruntuhan perusahaan-perusahaan besar dunia disebabkan oleh karena buruknya pelaksanaan praktik-praktik Good Corporate Governance (GCG).1 Perkembangan yang begitu pesat akhir-akhir ini dari aktivitas perbankan syariah menuntut segera diimplementasikannya praktik-praktik GCG dalam pengelolaan perbankan agar dapat memberikan perlindungan yang maksimum kepada semua pihak yang berkepentingan dalam stakeholder, terutama nasabah atau deposan.

1

Riau Pos.co., “Tata Kelola Bank Dalam Islam”, Artikel ini diakses pada tanggal 2 Juli 2014 dari http://m.riaupos.co/1836-opini-tata-kelolaInternational-bank-dalam-islam.html


(15)

GCG (Good Corporate Governance) pertama kali dikenalkan di Indonesia oleh IMF (International Monetary Funds) dalam rangka pemulihan ekonomi pasca krisis.2 Krisis yang melanda Asia Timur pada waktu itu juga berdampak besar pada Indonesia, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya good corporate governance di dalam pengelolaan perusahaan, dalam kajian yang dilakukan oleh Booz-Allen & Hamilton pada tahun 1998, index good corporate governance Indonesia adalah yang paling rendah dibandingkan dengan negara lain di kawasan tersebut. Kajian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh McKinsey tahun 1999 yang meneliti tentang praktek good corporate governance pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.3

Dalam dunia perbankan yang semakin kompetitif membutuhkan suatu informasi yang dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan perusahaan tersebut, diperlukan suatu penilaian atau pengukuran kinerja yang telah dilakukan perusahaan dalam melaksanakan strategi yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja perbankan saat ini menuntut suatu pengukuran kinerja dari aspek keuangan dan aspek non-keuangan. Selain itu, maju tidaknya kegiatan operasional suatu bank sangat tergantung dengan kemampuan dari manajemen dalam mengelola banknya masing-masing. Di samping itu, peran dari pemilik bank itu sendiri juga cukup besar dalam berkontribusi untuk memilih manajemen yang bagus.

2

Muh. Arief Effendi, The Power of Good Corporate Governance: Teori dan Implementasi (Jakarta: Salemba Empat, 2009), h. 7.

3


(16)

3

Kebutuhan good corporate governance yang tadinya timbul berkaitan dengan principal- agency theory, yaitu untuk menghindari konflik antara principal dan agennya. Konflik muncul karena perbedaan kepentingan tersebut haruslah dikelola sehingga tidak menimbulkan kerugian pada para pihak. Oleh sebab itu, dibutuhkan pemahaman yang memadai tentang corporate governance.

Corporate governance dapat dipahami melalui agency theory, agency

theory hadir setelah fenomena terpisahnya kepemilikan perusahaan dengan

pengelolaan perusahaan. Pengelola perusahaan bertindak sebagai agen dari pemilik perusahaan itu sendiri. Para pemilik perusahaan (prinsipal) akan mencari informasi, memberikan insentif untuk memastikan tanggung jawab para agen terhadap pemilik perusahaan.

Agency theory menjawab dengan memberikan gambaran hal-hal apa saja yang berpeluang akan terjadi antara agen dengan prinsipal. Dalam hubungan agensi antara prinsipal dengan agen. Agency theory merujuk pada tiga unsur yang dapat mengekang perilaku menyimpang dari agen, yakni bekerjanya pasar tenaga kerja manajerial, bekerjanya pasar modal dan bekerjanya pasar bagi keinginan menguasai dan memiliki atau mendominasi kepemilikan perusahaan.4

Namun, sering kali penerapan Good Corporate Governance dinilai masih lemah yaitu ditandai dengan adanya perilaku manajemen yang mulai mementingkan kepentingan sendiri, dan ternyata hal itu merugikan perusahaan. Dalam hal ini maka terdapat perbedaan kepentingan antara manajemen dan

4


(17)

pemegang saham. Permasalahan ini dianggap sebagai agency problem, dan corporate governance inilah yang dianggap dapat membantu mengendalikan perilaku manajemen dalam mengelola perbankan, yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

Dalam agency problem terdapat pengawasan bank. Pengawasan bank merupakan sarana untuk mencegah dan memberantas kejahatan perbankan. Pengawasan ini terdiri dari tiga unsur, yaitu pengawasan eksternal oleh regulator, pengawasan internal oleh komisaris, direksi, manajemen, dan pengawasan oleh masyarakat (market discipline). Pengawasan eksternal yang menjadi tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, dilaksanakan melalui regulasi, perijinan dan pengawasan internal dilakukan melalui penerapan good corporate governance, kepatuhan dan prinsip know your customer, sedangkan pengawasan oleh masyarakat melalui keterbukaan.

Dalam dunia perbankan, penerapan Good Corporate Governance telah diatur dalam Pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance pada Januari 2004, Surat Edaran Bank Indonesia perihal Pelaksanaan Good Corporate

Governance bagi Bank Umum No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 yang

menetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang


(18)

5

pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, serta Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Tanggal 7 Desember 2009 tentang pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum syariah dan unit usaha syariah.

Konsep corporate governance diajukan guna peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen serta menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan mendasarkan pada kerangka peraturan.5 Sistem corporate governance memberikan perlindungan efektif bagi stockholder dan stakeholder sehingga mereka akan yakin memperoleh imbal hasil atas investasinya dengan benar 6

Tata kelola perusahaan juga mencakup hubungan antara para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat serta tujuan pengelolaan perusahaan. Pelaksanaan Good Corporate Governance pada industri perbankan syariah harus berlandaskan kepada lima prinsip dasar yaitu transparansi (transparancy), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (proffesional), kewajaran (fairness). Selain itu, khusus dalam perbankan syariah dikenal juga adanya prinsip-prinsip syariah yang mendukung bagi terlaksananya prinsip GCG yang dimaksud, yakni keharusan bagi subjek hukum termasuk bank untuk menerapkan prinsip kejujuran (shiddiq), edukasi kepada masyarakat

5

M. Nasution dan D. Setiawan, Pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba di industri perbankan indonesia (Makassar: Simposium Nasional Akuntansi X, 2007): h. 2.

6

David Tjondro dan R. Wilopo, “Journal of Business & Banking: Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Profitabilitas Dan Kinerja Saham Perusahaan Perbankan Yang Tercatat


(19)

(tabligh), kepercayaan (amanah), dan pengelolaan secara professional (fathanah).7Perbedaan GCG syariah dan konvensional terletak pada shariah compliance yaitu kepatuhan pada syariah. Sedangkan prinsip-prinsip transparansi, kejujuran, kehati-hatian, dan kedisiplinan merupakan prinsip universal yang juga terdapat dalam aturan GCG konvensional.

Mekanisme good corporate governance memiliki beberapa indikator yang berupa komite audit, ukuran dewan komisaris, dewan direksi, proporsi komisaris independen, dan latar belakang pendidikan komisaris. Khusus untuk perbankan syariah, maka indikator tersebut ditambah oleh adanya Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas untuk mengawasi kegiatan perbankan yang harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah (shariah compliance). Indikator-indikator tersebut dikenal juga dengan istilah Regulatory Framework, di mana indikator tersebut yang berpengaruh terhadap Good Corporate Governance dan Good Corporate Governance yang berpengaruh terhadap profitabilitas suatu bank.

Dalam mengelola perusahaan menurut kaedah-kaedah umum GCG, peran Komisaris Independen, sangat diperlukan. Komisaris Independen dapat berfungsi untuk mengawasi jalannya perusahaan dengan memastikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktek-praktek transparansi, kemandirian, akuntabilitas dan praktek keadilan menurut ketentuan yang berlaku di suatu sitem perekonomian (negara).

7

Artikel ini diakses pada Kamis 05 Juni 2014 dari http://tulisanwinahmengenaibep-winah.blogspot.com/2010/12/penerapan-good-corporate-governance-di.html?m=1.


(20)

7

Implementasi Good Corporate Governance pada lembaga perbankan khususnya perbankan syariah menjadi sebuah keharusan karena aset fisik dari bank adalah nasabahnya, sehingga bank harus menjaga kepercayaan nasabahnya bahwa dana yang tersimpan akan dikelola dengan baik dan aman. Kepercayaan tersebut bisa tetap terjaga apabila bank dalam kondisi yang sehat. Kondisi perbankan yang sehat dapat tercapai apabila bank memiliki sistem yang baik, sehingga bank dapat melayani nasabah semaksimal mungkin dalam kondisi yang sehat.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin menganalisa lebih jauh mengenai pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap kinerja keuangan perbankan dalam judul: “Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Oleh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite, dan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja Perbankan Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2010-2013”.

B. Identifikasi Masalah

Salah satu penyebab terjadinya krisis keuangan pada tahun 1997 adalah lemahnya corporate governance. Satu-satunya Bank Umum Syariah di Indonesia pada saat itu, yaitu Bank Muamalat Indonesia, dapat melalui krisis tersebut dengan baik. Seiring berjalannya waktu, perbankan syariah di Indonesia pun mulai berkembang dan keinginan masyarakat agar perbankan syariah


(21)

menunjukkan tanggung jawabnya kepada publik pun tinggi. Penerapan good

corporate governance merupakan salah satu bentuk tanggung jawab kepada

masyarakat, dan diharapkan dapat meningkatkan kinerja keuangan.

Namun, seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, masih terlihat lemahnya penerapan corporate governance yang ditandai dengan perilaku manajemen yang dimulai mementingkan kepentingan sendiri, yang lebih parah ternyata merugikan perusahaan. Dalam hal ini maka terdapat perbedaan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Permasalahan inilah sebagai agency problem, corporate governance dianggap dapat membantu mengendalikan perilaku manajemen dalam mengelola perbankan, yaitu memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Karena itu, pada penelitian ini permasalahan yang akan diangkat adalah “Bagaimana Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance Oleh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite, dan Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja Perbankan Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2010-2013?”.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, agar penelitian dalam skripsi ini terfokus pada permasalahan yang ingin dibahas, maka penulis membatasi masalah yang akan dikaji sebagai berikut:


(22)

9

a. Objek penelitian dalam skripsi ini adalah Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah dan Bank Syariah Mandiri.

b. Berdasarkan PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, maka indikator yang digunakan adalah Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite, dan Dewan Pengawas Syariah (DPS).

c. Alat ukur kinerja keuangan perbankan dalam penelitian ini adalah menggunakan profitabilitas Net Profit Margin (NPM) yang diambil dari laporan keuangan Bank Umum Syariah tahun 2010-2013.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah yang telah dipaparkan dimuka, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana pengaruh dewan komisaris dalam penerapan Good Corporate

Governance (GCG) terhadap kinerja perbankan syariah?

b. Bagaimana pengaruh dewan direksi dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja perbankan syariah?

c. Bagaimana pengaruh komite-komite dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja perbankan syariah?

d. Bagaimana pengaruh DPS dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja perbankan syariah?


(23)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penerapan Good Corporate Governance oleh dewan komisaris, dewan direksi, komite-komite, dan dewan pengawas syariah terhadap kinerja perbankan syariah yang diukur dengan profitabilitas Net Profit Margin (NPM) pada Bank Umum Syariah di Indonesia pada tahun 2010-2013.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh melalui penelitian ini adalah: a. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman atau referensi untuk bahan perkuliahan dan sebagai aset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiswa, dalam upaya memberikan pengetahuan, informasi mengenai pengaruh penerapan Good Corporate Governance terhadap kinerja perbankan syariah.

b. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini dijadikan untuk memahami kajian Good Corporate

Governance. Sehubungan dengan masih sedikit kajian terkait good

corporate governance, maka penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang pengelolaan perbankan syariah yang baik. Serta dapat memberikan masukan kepada para pemakai laporan keuangan


(24)

11

dan perusahaan dalam memahami mekanisme corporate governance, sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi dan informasi yang menarik mengenai penerapan Good Corporate Governance dalam perbankan khususnya perbankan syariah.

E. Kajian Pustaka (Review Studi Terdahulu)

Untuk mendukung materi, maka penulis membandingkan dengan beberapa penelitian terdahulu. Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai good corporate governance:

No Peneliti, Judul, Tahun

Metode, Hasil Perbedaan

1 Nur Hasanah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta. Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate

Governance

Metode analisis menggunakan regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme GCG (Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Komisaris Independen, dan Kepemilikan Manajerial) secara simultan

Dalam skripsi ini penulis

menggunakan variabel dependen Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite


(25)

Terhadap Kinerja Perbankan. 2013.

berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan yang diukur dengan profitabilitas (Return of Asset).

Pengawas Syariah (DPS). Dan menggunakan variabel

independen kinerja perbankan yang diukur dengan profitabilitas (Net Profit Margin). 2 David Tjondro dan

R. Wilopo

mahasiswa

Pascasarjana STIE Perbanas Surabaya. 2011.

Teknik yang digunakan adalah teknik regresi. Good Corporate

Governance berpengaruh

signifikan terhadap ROA, ROE, NIM dan PER namun tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap dividen saham.

Dalam skripsi ini penulis lebih condong kepada pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Komite-Komite dan Dewan Pengawas Syariah (DPS) terhadap profitabilitas

(NPM).


(26)

13

Taufik Najda.

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang. 2012.

teknik dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas penerapan GCG tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian risiko pada Bank Umum Syariah dan bahwa kualitas penerapan GCG berpengaruh negatif terhadap risiko pembiayaan Bank Umum Syariah di Indonesia.

penulis lebih fokus terhadap

mekanisme GCG terhadap kinerja perbankan pada

Bank Umum

Syariah di Indonesia.

F. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan studi terdahulu, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan disampaikan teori terkait perbankan syariah, Good Corporate Governance serta profitabilitas bank syariah.


(27)

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dijabarkan mengenai ruang lingkup penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis serta kerangka pemikiran penelitian.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini memuat pembahasan hasil analisis dan interpretasi terhadap temuan penelitian dengan cara mengolah data dari alat uji yang disesuaikan.

BAB V : PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.


(28)

15 BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Perbankan Syariah

1. Pengertian Perbankan Syariah

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara keuangan. Bank dapat didefinisikan sebagai suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. Pengertian bank menurut UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang kemudian diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

Bank umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada bank umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang

No. 10 Tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat “dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas


(29)

pembayaran. Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank, yang dibedakan berdasarkan pembayaran bunga atau bagi hasil usaha, yaitu bank yang melakukan usaha secara konvensional dan bank yang melakukan usaha secara syariah.

Sedangkan bank syariah menurut UU No 21 Tahun 2008 adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.1 Muhammad Syafi’I Antonio mendefinisikan Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan-pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.2

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariat Islam.

Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan mendasar antara bank konvensional dan bank syariah

1

Artikel ini diakses pada 22 Agustus 2014 dari

http://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah.pdf.

2


(30)

17

yaitu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja.

Tabel 2.1

Perbedaaan Sistem Antara Bank Konvensional Dan Bank Syariah

Bank Konvensional Bank Syariah

Investasi halal dan haram Investasi yang halal saja

Status bank “intermediary” Status bank “intermediary dan investor”

Sistem bunga dan fee Sistem bagi hasil, margin, dan fee

Bunga atas dasar pokok Nisbah bagi hasil dari proyeksi penjualan Pembayaran bunga tidak

mempertibangkan usaha

Pembayaran bagi hasil tergantung realisasi hasil usaha

Bank tidak menanggung resiko Bank ikut menanggung resiko Kehalalan bunga diragukan Halal bagi hasil

Tidak ada dewan pengawas syariah Ada dewan pengawas syariah Hubungan dengan nasabah dalam bentuk

kreditur-debitur

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk kemitraan

Berkontribusi dalam terjadinya kesenjangan antara sektor riil dengan sektor moneter

Menciptakan keserasian di antara keduanya

Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight streaming (penyalahgunaan dana pinjaman)

Tidak memberikan dana secara tunai tetapi memberikan barang yang dibutuhkan (finance the goods and service)


(31)

Sumber: Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press), 2001.

2. Fungsi Bank Syariah

Bank memiliki fungsi pokok adalah sebagai berikut: a. Penghimpun Dana Masyarakat

Fungsi bank syariah yang pertama yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana. Bank syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan (tabungan, deposito berjangka atau giro).

Masyarakat memercayai bank syariah sebagai tempat yang aman untuk melakukan investasi, dan menyimpan dana (uang). Masyarakat yang kelebihan dana membutuhkan keberadaan bank syariah untuk menitipkan dananya atau menginvestasikan dananya dengan aman.3

b. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat

Fungsi bank yang selanjutnya adalah menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan (user of fund). Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah.

Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat, di samping merupakan aktivitas yang dapat menghasilkan keuntungan berupa pendapatan margin

3


(32)

19

keuntungan dan bagi hasil, juga untuk memanfaatkan dana yang idle (idle

fund).4 Bank menyalurkan dana ke masyarakat yang membutuhkan dalam

bentuk pembiayaan ataupun kredit. c. Pelayanan Jasa Bank

Bank syariah disamping menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat, juga memberikan pelayanan jasa perbankan. Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dlam menjalani aktivitasnya. Pelayanan jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank syariah yang ketiga. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan, penagihan surat berharga, kliring, letter of credit, dan jasa pelayanan jasa bank lainnya.5 d. Jasa Pembayaran (Payroll)

Pembayaran yang dimaksud dalam fungsi bank ini adalah penggajian (payroll). Penggajian (payroll) bisa diartikan sebagai jumlah total yang dibayarkan kepada karyawan atas jasa-jasa yang mereka berikan selama periode tertentu.

Menurut Soermarso S.R, penggajian adalah ibalan kepada pegawai yang diberi tugas-tugas administratif dan pimpinan yang jumlahnya, biasanya tetap secara bulanan atau tahunan.

4

Ibid., h. 41

5


(33)

Dari definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan gaji adalah pembayaran balas jasa atau penghargaan seseorang seseorang atas hasil kerja seseorang, jasa manajemen, administratif, dan jasa-jasa lainnya yang telah dilakukan oleh karyawan dalam suatu periode tertentu dan dibayarkan secara konstan dalam periode yang telah ditentukan.6

e. Wealth Management

Beberapa definisi wealth management bisa kita temukan dalam berbagai literatur dan referensi. Misalnya, satu yang paling generik adalah:

“wealth management is about serving banking needs of up scale customer”

Dengan kata lain apa pun layanan ataupun jenis produk perbankan baik dari segi penyimpanan maupun pembiayaan yang ditawarkan kepada nasabah asalkan memenuhi kriteria peruntukkan tingkat aset tertentu maka dia memenuhi syarat untuk disebut wealth management.

Wealth management dapat didefinisikan berdasarkan perkembangan evolutif layanannya sebagai penjaga aset dari nasabah yang bertransformasi dari waktu ke waktu seiring bertambahnya usia nasabah.7

Jadi, dari beberapa point diatas maka fungsi bank syariah adalah sebagai media intermediasi yang mempunyai tugas menghimpun dana,

6

www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3akuntansi/207102011/nan2.pdf

7

Ubaidillah Nugraha, Wealth Management, cet. II, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), h. 11-13


(34)

21

menyalurkan dana, memberikan jasa kepada masyarkat, payroll dan wealth management.

3. Mekanisme Pengawasan Bank Syariah

Pengawasan meliputi segala kegiatan penelitian, pengamatan, dan pengukuran terhdap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan, penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta, melakukan tindakan koreksi penyimpangan, dan perbandingan antara hasil (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang digunakan.8

Dari pengertian diatas maka menurut prosesnya, pengawasan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Menentukkan standar sebagai ukuran pengawasan.

b. Pengukuran dan pengamatan terhadap jalannya operasi berdasarkan rencana yang telah ditetapkan.

c. Penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang diminta.

d. Melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan.

e. Perbandingan hasil akhir (output) dengan masukan (input) yang digunakan.

8

Zainul Arifin. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Ed. Rev. Cet. 7. (Jakarta: Azkia Publisher, 2009). h. 135.


(35)

Peran pengawasan bank adalah memastikan apakah bank memliki kebijakan, prosedur, dan pedoman penilaian kredit, serta menguji konsistensi pelaksanaannya.

Pengawasan bank syariah pada dasarnya memiliki dua sistem, yaitu sistem pengawasan internal, yang memiliki unsur-unsur: RUPS, Dewan Komisaris, Dewan Audit, Dewan Pengawas Syariah (DPS), Direktur Kepatuhan, SKAI-Internal Syariah Reviewer dan sistem pengawasan eksternal terdiri dari unsur Bank Indonesia (BI), Akuntan Publik, Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Stakeholders/masyarakat pengguna jasa. Secara umum peran dan tanggung jawab BI lebih kepada pengawasan aspek keuangan, sedangkan jaminan pemenuhan prinsip syariah adalah tanggung jawab dan kewenangan DSN dengan DPS.9

Mekanisme pengawasan DPS terhadap bank syariah yaitu dengan mengadakan analisis operasional bank syariah dan mengadakan penilaian kegiatan maupun produk dari bank tersebut yang pada akhirnya dewan pengawas syariah dapat memastikan bahwa kegiatan operasional bank syariah telah sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN, memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank dan produk yang dikeluarkan, mengkaji produk dan jasa baru yang belum ada fatwanya, dan

9Harisman, “

Pelaksanaan Pengawasan Perbankan Syariah Di Indonesia”, artikel ini diakses pada tanggal 4 November 2014 dari www.pemikirangado-gado.blogspot.com/2010/10/pelaksanaan-pengawasan-perbankan.html


(36)

23

akhirnya menyampaikan laporan hasil pengawasan syaraih sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali kepada direksi, komisaris, DSN dan BI.10

Dengan demikian mekanisme pengawasan bank syariah memiliki dua unsur yaitu pengawasan internal yang terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Dewan Audit, Dewan Pengawas Syariah (DPS), Direktur Kepatuhan, SKAI-Internal Syariah Reviewer dan pengawasan eksternal yang terdiri dari unsur Bank Indonesia (BI), Akuntan Publik, Dewan Syariah Nasional (DSN) dan Stakeholders/masyarakat pengguna jasa. Kedua unsur ini bertujuan memastikan apakah bank memliki kebijakan, prosedur, dan pedoman penilaian kredit, serta menguji konsistensi pelaksanaannya.

4. Dewan Komisaris

Pengertian dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada direksi.

Dewan komisaris memegang peranan penting dalam implementasi good corporate governance, karena dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang bertugas untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Dalam prakteknya, di Indonesia sering terjadi anggota dewan komisaris sama sekali tidak menjalankan peran

10 Sri Dewi Anggadini. “Jurnal Majalah Ilmiah Unicom: Mekanisme Pengawasan Dewan Pengawas Syariah dan Bank Indonesia Terhadap Bank Syariah”, Volume X11, no. 1 (2014).


(37)

pengawasannya yang sangat dasar terhadap dewan direksi. Dewan komisaris seringkali tidak dianggap tidak memiliki manfaat, hal ini dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak anggota dewan komisaris tidak memiliki kemampuan dan tidak menunjukkan indepedensinya.

Secara hukum dewan komisaris bertugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi. Dewan komisaris dalam melaksanakan tugasnya harus mampu menguasai dipenuhinya kepentingan semua stakeholders berdasarkan atas kesetaraan. Bagi bank sebagai lembaga

intermediasi dan lembaga kepercayaan yang “highly regulated”. Jadi, tugas dan fungsi dewan komisaris yaitu:

a. Dewan komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip GCG.

b. Dewan komisaris wajib melakukan pengawasan atas terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha BUS pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.

c. Dewan komisaris wajib melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi, serta memberikan nasihat kepada direksi.

d. Dewan komisaris bertanggung jawab terhadap terlaksananya tugas secara efektif dan efisien serta terpeliharanya efektifitas komunikasi antara dewan komisaris dengan direksi, auditor eksternal dan Otoritas Pengawasan Bank


(38)

25

e. Dewan komisaris berkewajiban melakukan tindak lanjut dari hasil pengawasan dan rekomendasi yang diberikan terutama dalam hal terjadi penyimpangan dari ketentuan perundang-undangan, anggaran dasar, dan prudential banking practices

f. Dewan komisaris wajib memiliki Tata Tertib Kerja yang mengikat dan ditaati oleh semua anggotanya.

g. Anggota dewan komisaris bank dilarang memanfaatkan bank untuk kepentingan pribadi, keluarga, perusahaan atau kelompok usahanya dengan semangat dan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan kewajaran di bidang perbankan.

h. Dewan komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional BUS, kecuali pengambilan keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada direksi sepanjang kewenangan dewan komisaris tersebut ditetapkan dalam anggaran dasar BUSatau dalam Rapat Umum Pemegang Saham.

i. Anggota dewan komisaris secara hukum bertanggung jawab kepada bank, dengan ketentuan Undang Perseroan Terbatas atau Undang-Undang yang berlaku bagi pendirian bank bersangkutan, Undang-Undang-Undang-Undang Perbankan dan Anggaran Dasar Bank.

j. Anggota dewan komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal.


(39)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dewan komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan sebuah bank melaksanakan GCG pada seluruh tingkatan dan jenjang organisasi.

5. Dewan Direksi

Pengertian dewan direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab secara kolegal dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan pembagian tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama. Kedudukan masing-masing anggota direksi termasuk direktur utama adalah setara. Dengan demikian, tugas dan fungsi dewan direksi adalah sebagai berikut:

a. Direksi bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan BUS berdasarkan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah.


(40)

27

b. Direksi wajib mengelola BUS sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur dalam Anggaran dasar BUS dan perundang-undangan yang berlaku.

c. Direksi wajib menindaklanjuti temuan audit dan/atau rekomendasi dari hasil pengawasan Bank Indonesia, auditor intern, DPS dan/atau audit ekstern.

d. Direksi berhak dan berkewajiban untuk: (a) Melakasanakan ketentuan yang tercantum dalam anggaran dasar bank; (b) Mengimplementasikan visi, misi, strategi, sasaran usaha serta rencana jangka panjang dan jangka pendek; (c) Menjalankan prinsip perbankan yang sehat, termasuk namun tidak terbatas pada manajemen risiko dan sistem pengendalian internal (internal control system).

e. Direksi harus memiliki Tata Tertib Kerja yang mengikat dan ditaati oleh semua anggotanya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dewan direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam dan di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

6. Komite-Komite

Sebagai bagian dari implementasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance, dewan komisaris telah membentuk komite audit, komite


(41)

pemantau risiko serta komite remunerasi dan nominasi dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris. komite audit dan komite pemantau risiko diketuai oleh seorang komisaris independensi dan 2 (dua) orang anggota komite yang berasal dari pihak independensi. Keberadaan komisaris independensi dan pihak independen agar tercipta check and balance.

a. Komite Audit

1) Komite Audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa: (a) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, (b) struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan dengan baik, (c) pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan (d) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen;

2) Komite audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya untuk disampaikan kepada dewan komisaris;

3) Jumlah anggota komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikkan efektifitas dalam pengambilan keputusan.


(42)

29

b. Komite Nominasi dan Remunerasi

Komite nominasi dan remunerasi bertugas membantu dewan komisaris dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota dewan komisaris dan direksi serta sistem remunerasinya.

Komite nominasi dan remunerasi bertugas membantu dewan komisaris mempersiapkan calon anggota dewan komisaris dan direksi dan mengusulkan besaran remunerasinya. dewan komisaris mengajukan calon tersebut dan remunerasinya untuk memperoleh keputusan rups dengan cara sesuai ketentuan Anggaran Dasar.

c. Komite Kebijakan Resiko

Komite kebijakan resiko bertugas membantu dewan komisaris dalam mengkaji sistem manajemen resiko yang disusun oleh direksi serta menilai toleransi resiko yang dapat diambil oleh perusahaan.

Anggota komite kebijakan resiko terdiri dari anggota dewan komisaris, dan memiliki tugas dan fungsi melakukan evaluasi tentang kebijakan manajemen risiko, melakukan evaluasi tentang kesesuaian antara kebijakan manajemen risiko dengan pelaksanaan kebijakan tersebut, serta melakukan evaluasi pelaksanaan tugas komite manajemen risiko dan satuan kerja manajemen risiko.

Dengan demikian komite audit, komite pemantau risiko serta komite remunerasi dan nominasi dibentuk dalam rangka mendukung efektifitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris.


(43)

7. Dewan Pengawas Syariah (DPS)

Khusus bagi bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, harus memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS), yaitu badan independen yang bertugas melakukan pengarahan (directing), pemberian konsultasi (consulting), melakukan evaluasi (evaluating), dan pengawasan (supervising) kegiatan bank syariah dalam rangka memastikan bahwa kegiatan usaha bank syariah tersebut mematuhi (compliance) terhadap prinsip syariah sebagaimana telah ditentukan oleh fatwa dan syariah Islam. Bagi DPS berlaku tugas dan fungsi sebagai berikut:

a. DPS wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.

b. Memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah.

c. Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan bank.

d. Mengawasi proses pengembangan produk baru bank agar sesuai dengan fatwan DSN-MUI.

e. DPS wajib menyampaikan laporan hasil pengawasan DPS secara semesteran.

f. Laporan DPS harus ditandatangani oleh seluruh anggota DPS, diterbitkan secara tahunan, serta harus dipublikasikan bersamaan dengan penerbitan Laporan Tahunan bank syariah.


(44)

31

Jadi, dapat disimpulkan bahwa DPS sebagai perwakilan DSN-MUI pada lembaga keuangan syariah yang bersifat independen, dalam rangka memastikan bahwa kegiatan usaha bank syariah tersebut mematuhi (compliance) terhadap prinsip syariah sebagaimana telah ditentukan oleh fatwa dan syariah Islam

B. Good Corporate Governance Perbankan Syariah 1. Definisi Good Corporate Governance

Kata Governance berasal dari bahasa Perancis “Gubernance” yang berarti pengendalian. Selanjutnya kata tersebut dipergunakan dalam konteks kegiatan perusahaan atau jenis organisasi yang lain. Dalam bahasa Indonesia, kata Governance sering diterjemahkan secara harfiah sebagai tata kelola atau tata pemerintahan perusahaan.

Sedangkan Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefinisikannya sebagai “seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus/pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta pemegang saham, kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain yaitu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)”.

Menurut Cadbury, corporate governance didefinisikan sebagai: Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,


(45)

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawannya serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.11 Tujuan corporate governance adalah menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Sedangkan Wahjudi prakarsa, mendefinisikan Corporate Governance sebagai: mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham dan kelompok-kelompok kepentingan (stakeholders) yang lain. Hubungan-hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk berbagai aturan permainan dan sistem insentif sebagai framework yang diperlukan untuk menentukan tujuan-tujuan perusahaan dan cara-cara pencapaian tujuan-tujuan serta pemantauan kinerja yang dihasilkan.12

Secara definisi, Corporate Governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan urusan-urusan perusahaan dalam rangka meningkatkan kemakmuran bisnis dan akuntabilitas perusahaan dengan tujuan utama mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang

11

Report Cadbury. Report Of The Commite On The Financial Aspects Of Corporate Governance, 1992.

12

Wahjudi Prakarsa, “Jurnal Reformasi Ekonomi: Corporate Governance: Suatu Keniscayaan”, Volume I, no 2 (Oktober-Desember 2000): h. 20.


(46)

33

lain. Tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) merupakan struktur yang oleh stakeholder, pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja. 13

GCG pada dasarnya merupakan suatu sistem (input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit yaitu hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. GCG dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.14

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.Kep 117 / M-MBU / 2002 tanggal 1 Agustus 2002, Corporate

Governance adalah : “Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ

BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap

13

Organization for economic coperation and development (OECD). The OECD principles of corporate governance, 2004, diakses pada tanggal 28 Agustus 2014 melalui http://www.oecd.org

14

Jurnal Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (Gcg) Pada Dunia

Perbankan. Artikel ini diakses pada tanggal 14 Juli 2014 dari


(47)

memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan Peraturan Perundangan dan nilai-nilai etika.”15

Terciptanya Good Corporate Governance (GCG) dalam organisasi merupakan salah satu penjabaran dari terlaksananya mekanisme pengelolaan resiko organisasi melalui sistem yang dirancang dalam rangka mengidentifikasi dan menganalisa resiko yang mungkin terjadi, baik yang timbul karena faktor eksternal maupun faktor internal yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan.

Dari berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian good corporate governance (GCG) pada dasarnya merupakan suatu system (input, proses, output) dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan. GCG dimasukkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi perusahaan dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera.

2. Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance

Menurut Mr. Wolfensohn, Presiden Bank Dunia, telah menyimpulkan bahwa tujuan GCG adalah untuk mewujudkan keadilan, transparansi, dan

15


(48)

35

akuntabilitas.16 Jadi dapat dikatakan bahwa tujuan GCG adalah mewujudkan keadilan bagi seluruh stakeholders melalui penciptaan transparansi dan akuntabilitas yang benar. Keadilan bagi stakeholders juga bisa diindikasikan dengan peningkatan nilai yang wajar atas penyertaan mereka.

Implementasi GCG juga banyak memberikan manfaat baik bagi bank syariah maupun bagi pihak lain yang mempunyai hubungan langsung dan tak langsung dengan bank syariah. Bagi bank syariah, keuntungan yang diperoleh dari penerapan GCG diantaranya adalah:

a. Meminimalkan kerugian akibat penyalahgunaan wewenang oleh Direksi (agency coat) dan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan.

b. Meningkatkan kepercayaan investor dan pada akhirnya meningkatkan pula nilai saham perusahaan.

c. Dengan adanya peningkatan kinerja perusahaan akan meningkatkan pula shareholders value dan dividen.

d. Praktek good corporate governance menempatkan karyawan sebagai salah satu stakeholders yang harus dikelola dengan baik. Pengelolaan yang baik akan meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja karyawan. Hal ini penting untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.

e. Meningkatkan citra positif perusahaan sekaligus coat akibat tuntutan stakeholder kepada perusahaan.

16

Financial Times, 21 Juni 1999, diambil dari The Encyclopedia of Corporate Governance dalam artikel yang berjudul „What Corporate Governance” (www.encycogov.com), 11 Juli 2001, hal. 1 dikutip dari M. Umer Chapra & Habib Ahmed, h.18.


(49)

Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI) berpendapat bahwa penerapan prinsip-prinsip dasar GCG dapat memberikan manfaat sebagai berikut:17

a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders

b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value

c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk kembali menanamkan modalnya di Indonesia

d. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan stakeholders value dan dividen, khusus bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama bagi APBN terutama dari hasil privatisasi

Dengan demikian, tujuan Good Corporate Governance (GCG) adalah untuk mewujudkan keadilan, transparansi, dan akuntabilitas perusahaan dan Good Corporate Governance (GCG) bermanfaat untuk meningkatkan kinerja perusahaan demi menjaga loyalitas investor dan nasabah.

17


(50)

37

3. Prinsip Dasar Good Corporate Governance

Good Corporate Governance diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan, dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Penerapan Good Corporate Governance perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha.18 Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:

a. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law enforcement).

b. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha.

c. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol sosial (social control) secara objektif dan bertanggung jawab.

Dalam dunia perbankan, bank sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus menganut prinsip keterbukaan (transparancy), memiliki ukuran kinerja dari

18

Moh. Wahyudin Zarkasyi, Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan lainnya, cet.I, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 36.


(51)

semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values, sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan akuntabilitas bank (accountability), berpegang pada prudential banking practices dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung jawab bank (responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan (independency), serta senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (fairness).19

Dalam hubungan dengan prinsip tersebut bank perlu memperhatikan 5 prinsip GCG diatas sebagai berikut:

a. Keterbukaan (Transparancy)

1) Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya.

2) Informasi yang harus diungkapkan meliputi dan tidak terbatas pada hal-hal yang bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, cross shareholding, pejabat eksklusif, pengelola risiko (risk management), sistem pengawas dan pengendalian intern, status kepatuhan, sistem dan pelaksanaan GCG serta kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi bank.

19


(52)

39

3) Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

4) Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan (stakeholders) dan yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut.

Transparancy berhubungan dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kualitas informasi yang disampaikan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi yang jelas, akurat, tepat waktu dan dapat dibandingkan dengan indikator-indikator yang sama. Penyampaian informasi kepada publik secara terbuka, benar, kredibel, dan tepat waktu akan memudahkan untuk menilai kinerja dan risiko yang dihadapi perusahaan serta mencegah terjadinya fraud.20

b. Akuntabilitas (Accountability)

1) Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan

20 Bismar Nasution, “

Jurnal Hukum Bisnis: Prinsip Keterbukaan dalam Good Corporate Governance”, Volume XXII, no 6 ( 2003) : h. 5.


(53)

2) Bank harus menyakini bahwa semua organ organisasi bank mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam pelaksanaan GCG.

3) Bank harus memastikan terdapatnya check and balance system dalam pengelolaan bank.

4) Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate values), sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki rewards dan punishment system.

Akuntabilitas berhubungan dengan adanya sistem yang mengendalikan hubungan antara organ-organ yang ada di perusahaan. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency

problem yang timbul antara pemegang saham dan direksi serta

pengendaliannya oleh komisaris. c. Tanggung Jawab (Responbility)

1) Untuk menjaga kelangsungan usahanya, bank harus berpegang pada prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku

2) Bank harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial.


(54)

41

d. Independensi (independency)

1) Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholder manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest).

2) Bank dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari segala tekanan dan pihak manapun.

e. Kewajaran (fairness)

1) Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment).

2) Bank harus memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan ada 5 (lima) prinsip Good Corporate Governance yaitu keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), tanggung jawab (responbility), independensi (independency), dan kewajaran (fairness).

4. Good Corporate Governance Dalam Perspektif Islam

Islam mempunyai konsep yang jauh lebih lengkap dan lebih komprehensif serta akhlaqul karimah dan ketaqwaan pada Allah SWT yang menjadi tembok kokoh untuk tidak terperosok pada praktek ilegal dan tidak


(55)

jujur dalam menerima amanah. Tata kelola perusahaan yang baik, yang dalam terminologi modern disebut Good Corporate Governance. Corporate Governance berbicara mengenai bagaimana perusahaan melaksanakan tanggung jawabnya kepada pemegang saham (shareholders) dan pemegang amanah (stakeholders) lainnya. Corporate Governance pada dasarnya merupakan mekanisme bagaimana sumber daya perusahaan dialokasikan

menurut suatu aturan „hak’ dan „kuasa’ tertentu.

Sebutan Good Corporate Governance merupakan sebutan baru baik bagi ilmu maupun agama manapun termasuk ajaran Islam yang telah muncul sebelum kehidupan modern. Namun nilai, isi, dan tujuan Good Corporate

Governance telah dibicarakan dalam bentuk Alqur’an dan Hadist.

Pembicaraan sumber-sumber Islam itu tentu saja tidak terhimpun menjadi satu, akan tetapi terpencar-pencar seperti dalam Alqur’an. Meskipun begitu,

ajaran moral Alqur’an yang terpencar-pencar itu tidak saling bertentangan satu sama lain melainkan saling menjelaskan dan mendukung.

Jadi, keunggulan utama corporate governance dalam perspektif Islam yaitu orientasi utama pertanggungjawaban manajemen perusahaan adalah Allah sebagai pemilik alam beserta isinya. Penerapan etika Islam dalam berbisnis yang menjamin perlakuan jujur, adil terhadap semua pihak yang menjadi acuan utama pengelolaan perusahaan yang baik. Hal tersebut dijelaskan di dalam QS. Ar-Rahman (55): 7-9:


(56)

43



























Artinya :

Dan Allah Telah meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan).

Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan Tegakkanlah

timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (QS.

Ar-Rahman (55): 7-9)

Jadi, dengan demikian Good corporate governance dijalankan tidak hanya sebagai pertanggungjawaban manajemen terhadap pemilik modal, tetapi lebih pada kebutuhan dasar keyakinan kepada Allah maka good corporate governance akan memotivasi transaksi bisnis yang jujur, adil dan akuntabel.

5. Implementasi Good Corporate Governance pada Bank Syariah

Dalam bank syariah, pelaksanaan good corporate governance (GCG) yang pada dasarnya bertumpukan kepada lima pilar utama yaitu transparency,

responbility, accountability, fairness, dan independency merupakan hal yang

seharusnya dilakukan sehingga merupakan budaya kerja yang islami, sebagaimana dikemukakan oleh Umar Chapra bahwa stakeholders utama keuangan Islam adalah Islam itu sendiri.21

Dengan demikian, bank syariah dituntut untuk melakukan kinerja yang baik sebagai cerminan dari kegiatan yang islami. Dalam Islam, terdapat

21Dhani Gunawan Idat, “Perbankan Syariah Menghadapi

2005-2008”, artikel ini diakses pada 1 Agustus 2014 dari www.e-syariah.com,


(57)

beberapa konsep yang relevan dengan GCG yaitu idarah (pengelolaan),

khilafah (kepemimpinan), aqidah (keimanan), akhlaq (moral), ijabiyah

(berfikir positif), hurriyah (independensi dan kebebasan yang bertanggungjawab), „adalah (keadilan), tawazun (keseimbangan), mas‟uliyah (akuntabilitas), raqabah (pengawasan), qira‟ah dan ishlah (organisasi yang terus belajar), amanah (pemenuhan kepercayaan), shiddiq (jujur), fathanah (pengembangan diri untuk cerdas), tabligh (keterbukaan), ihsan (profesional), dan wasatha (kewajaran).22

Konsep Good Corporate Governance adalah konsep yang universal namun untuk penerapannya sangat tergantung pada budaya atau sistem nilai yang ada di suatu perusahaan yang menjadi bagian dari transformasi korporasi.23

Governance pada institusi bank syariah memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan governance pada perusahaan non-bank syariah. Hal ini terutama disebabkan oleh kehadiran deposan sebagai suatu kelompok stakehoholders yang kepentingannya harus diakomodir dan dijaga. Namun, keberadaan kelompok deposan pada perbankan konvensional tidaklah terlalu banyak mempengaruhi struktur governance bank. Alasannya adalah: pertama, secara akad bank telah menetapkan jaminan untuk membayar penuh simpanan nasabah; kedua, penerapan skema penjaminan baik oleh lembaga penjamin

22

Ibid

23

Djokosantoso Moeljono, “Good Corporate Culture Sebagai Inti Dari Good Corporate Governance” (Jakarta: Penerbit PT. Elox Media Komputindo, 2005), h. 20.


(58)

45

simpanan maupun pemerintah; dan ketiga penerapan secara ketat sejumlah rambu-rambu dalam bentuk ketentuan kehati-hatian perbankan oleh otoritas pengawasan perbankan. Faktor-faktor inilah yang melindungi kepentingan nasabah deposan terhadap kepentingan stakeholder lainnya dalam bank, sehingga mengurangi desakan perlunya struktur governance yang khusus untuk melindungi para deposan bank. Sementara bagi bank syariah, baik pemegang saham maupun pemilik rekening (investment account holders) merupakan pihak yang sama-sama dijamin keberadaannya dan perlu diakomodasi keberadaannya. Sistem governance pada bank syariah menjembatani kepentingan keduanya melalui keberadaan Komite Governance. Jadi, implementasi good corporate governance pada bank syariah bertumpu pada lima pilar utama yaitu transparency, responbility,

accountability, fairness, dan independency. Lima pilar tersebut merupakan

budaya kerja yang islami untuk menghasilkan kinerja yang baik. Governance pada institusi bank syariah berbeda dengan governance pada perusahaan non-bank syariah. Pada non-bank syariah, kehadiran deposan adalah sebagai suatu kelompok stakehoholders yang kepentingannya harus diakomodir dan dijaga. Namun, keberadaan kelompok deposan pada perbankan konvensional tidak terlalu banyak mempengaruhi struktur governance bank.


(59)

6. Penilaian Self Assesment Good Corporate Governance Bank Umum Syariah di Indonesia

Self assesment GCG merupakan penilaian terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip GCG, yang berisikan sebelas Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG. Berdasarkan peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 12/13/DPbS perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, dan dalam rangka peningkatan kualitas pelaksanaan GCG di seluruh tingkatan dan jenjang organisasi perusahaan, Bank Umum Syariah setiap tahun melakukan self assesment secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan GCG dalam faktor-faktor sebagai berikut:

a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris b. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Direksi c. Kelengkapan dan pelaksanaan Tugas Komite

d. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah

e. Pelaksanan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa

f. Penanganan benturan kepentingan g. Penerapan fungsi kepatuhan bank h. Penerapan fungsi audit intern i. Penerapan fungsi audit ekstern j. Batas maksimum penyaluran dana


(60)

47

Dengan demikian, berdasarkan peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 12/13/DPbS perihal Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, self assesment dinilai secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan GCG berdasarkan sebelas faktor yang tersebut di atas.

C. Kinerja Keuangan Bank Syariah 1. Pengertian dan Tujuan

Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran dari prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan pada suatu period tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank.24 Analisis keuangan bank mengandung beberapa tujuan25:

a. Mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya;

24

Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), h. 239.

25


(61)

b. Mengetahui kemampuan bank dalam mendayagunakan semua aset yang dimiliki dalam menghasilkan profit secara efisien.

Kinerja keuangan perbankan merupakan elemen penting dalam mengukur tingkat keberhasilan good corporate governance. Melalui penilaian kinerja keuangan, manajer dapat menentukan struktur keuangan perusahaan lebih baik. Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan informasi keuangan khususnya sebagai penilaian kinerja keuangan, alat pengukur kinerja keuangan dalam penelitian ini menggunakan profitabilitas yang terdiri dari Net Profit Margin.

Kinerja bank merupakan hal penting yang harus di capai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja perusahaan merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya.selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang harus diharapkan standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran.

Dengan demikian, kinerja keuangan bank syariah merupakan gambaran kondisi keuangan pada suatu periode tertentu. Kinerja keuangan merupakan elemen penting dalam mengukur tingkat keberhasilan good corporate

governance untuk mengetahui keberhasilan pengelolaan keuangan bank


(62)

49

2. Profitabilitas Keuangan Perbankan Syariah

Penilaian aspek profitabilitas guna mengetahui kemampuan menciptakan profit, yang sudah barang tentu penting bagi para pemilik. Dengan kinerja bank yang baik pada akhirnya akan berdampak baik pada intern maupun bagi pihak ekstern bank.26 Tujuan dari analisis rasio profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan tingkat profitabilitas yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Pembahasan rasio profitabilitas ini merupakan perhitungan yang pada intinya menilai tingkat kemampuan aktiva dalam mengahsilkan laba. Rasio ini sering disebut juga sebagai rasio rentabilitas.

Toto Pribadi mendifinisikan rasio profitabilitas sebagai penilaian atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang dalam perhitungannya dikaitkan dengan penjualan, aset atau modal.27 Sedangkan Kasmir memaparkan bahwa rasio profit mampu memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan dengan menilai tingkat laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Jadi, rasio profitabilitas ini dapat menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan.28

Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Sedangkan rasio profitabilitas itu sendiri ialah sekelompok rasio yang menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, dan

26

Ibid., h. 239.

27

Toto Pribadi, Praktis Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS & PSAK (Jakarta: PPM Manajemen, 2012), h. 164.

28


(1)

Bank Syariah Mandiri, “

Profil Perusahaan

”. Artikel ini diakses pada 6 September

2014 dari http://www.syariahmandiri.co.id/category/info-perusahaan/

Harisman, “Pelaksanaan Pengawasan Perbankan Syariah Di Indonesia”, artikel ini

diakses pada tanggal 4 November 2014 dari

www.pemikirangado-gado.blogspot.com/2010/10/pelaksanaan-pengawasan-perbankan.html

Idat, Dhani Gunawan. “Perbankan Syariah Menghadapi 2005

-

2008”

. Artikel ini

diakses pada 1 Agustus 2014 dari www.e-syariah.com

Organization for economic coperation and development (OECD).

The OECD

principles of corporate governance, 2004, diakses pada tanggal 28 Agustus

2014 melalui http://www.oecd.org

Riau Pos.co., “Tata Kelola Bank Dalam Islam”, Artikel ini diakses pada tanggal 2 Juli

2014 dari

http://m.riaupos.co/1836-opini-tata-kelolaInternational-bank-dalam-islam.html


(2)

(3)

Lampiran 1. Data Penelitian

Nama dan Tahun

Bank

NPM

Dewan

Komisaris

Dewan

Direksi

Komite-Komite

DPS

BMI-2010

0,7174

0,2

0,2

0,5

0,1

BMI-2011

0,2508

0,21

0,17

0,52

0,1

BMI-2012

0,3313

0,21

0,18

0,5

0,11

BMI-2013

0,3331

0,21

0,18

0,5

0,11

BNI-2010

0,0815

0,12

0,12

0,56

0,11

BNI-2011

0,0717

0,12

0,12

0,56

0,11

BNI-2012

0,1478

0,14

0,14

0,62

0,11

BNI-2013

0,1759

0,25

0,25

0,375

0,125

BRI-2010

-0,0327

0,17

0,17

0,52

0,13

BRI-2011

-0,0108

0,18

0,18

0,55

0,09

BRI-2012

0,0594

0,2

0,2

0,52

0,08

BRI-2013

0,1168

0,21

0,21

0,5

0,08

BSM-2010

0,0126

0,18

0,25

0,46

0,11

BSM-2011

0,7243

0,18

0,21

0,5

0,11

BSM-2012

0,7203

0,18

0,21

0,5

0,11


(4)

Lampiran 2. Uji Normalitas

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error Unstandardiz

ed Residual

16 -3248.48738 3268.88063 .0000000 1.94130734E3 .232 .564 -.752 1.091 Valid N

(listwise)

16

Lampiran 3. Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1(Constant) 8946.369 2414.746 3.705 .003

DewanKomisaris 187.827 151.635 .425 1.239 .241 .357 2.805 DewanDireksi -290.283 133.528 -.772 -2.174 .052 .332 3.009 LnKomite-Komite -1678.391 525.367 -.804 -3.195 .009 .661 1.513 LnDPS 40.371 26.915 .415 1.500 .162 .548 1.824 a. Dependent Variable: NPM

Lampiran 4. Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2111.066 927.756 2.275 .044 DewanKomisaris 82.653 72.557 .481 1.139 .279 DewanDireksi -75.547 75.908 -.517 -.995 .341 LnKomite-Komite -486.086 216.582 -.599 -2.244 .046 LnDPS 501.683 325.856 .541 1.540 .152 a. Dependent Variable: Ares


(5)

Lampiran 5. Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson 1 .734a .539 .372 2,266.95857 .786 a. Predictors: (Constant), LnKomite-Komite, DewanDireksi, LnDPS, DewanKomisaris b. Dependent Variable: NPM

Lampiran 6. Persamaan Regresi Linier Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1(Constant) 8946.369 2414.746 3.705 .003

DewanKomisaris 187.827 151.635 .425 1.239 .241 .357 2.805 DewanDireksi 290.283 133.528 -.772 -2.174 .043 .332 3.009 LnKomite-Komite 1678.391 525.367 -.804 -3.195 .009 .661 1.513 LnDPS 40.371 26.915 .415 1.500 .162 .548 1.824 a. Dependent Variable: NPM

Lampiran 7. Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson 1 .734a .539 .372 2,266.95857 .786 a. Predictors: (Constant), LnKomite-Komite, DewanDireksi, LnDPS, DewanKomisaris b. Dependent Variable: NPM


(6)

Lampiran 8. Uji t-Hitung

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1(Constant) 8946.369 2414.746 3.705 .003

DewanKomisaris 187.827 151.635 .425 1.239 .241 .357 2.805 DewanDireksi 290.283 133.528 -.772 -2.174 .043 .332 3.009 LnKomite-Komite 1678.391 525.367 -.804 -3.195 .009 .661 1.513 LnDPS 40.371 26.915 .415 1.500 .162 .548 1.824 a. Dependent Variable: NPM

Lampiran 9. Uji F-Hitung

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 6.616E7 4 1.654E7 3.418 .036a

Residual 5.653E7 11 5139101.165 Total 1.227E8 15

a. Predictors: (Constant), LnKomite-Komite, DewanDireksi, LnDPS, DewanKomisaris b. Dependent Variable: NPM


Dokumen yang terkait

Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris dan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 79 86

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

4 114 99

Pengaruh Struktur Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

1 30 99

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2007-2010)

1 46 99

Pengaruh dewan komisaris, dewan direksi dan komite audit dalam pelaksaan corporate governance pada perusahaan yang listed di BEJ

2 11 96

Pengaruh peran komite audit dan dewan pengawas syariah dalam mewujudkan GOOD Corporate covernance untuk meningkatkan kinerja Bank Syariah ; studi empiris pada perbankan syariah di jakarta

1 5 125

Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2010-2013)

1 9 0

Pengaruh good corporate governance : GCG terhadap kinerja keuangan perbankan syariah : studi kasus pada BANK umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia periode 2010-2013

0 24 0

Analisis pengaruh islamic corporate governance terhadap corporate social responsibility (Studi kasus pada Bank Syariah di Indonesia)

0 3 26