Peta curah hujan bulan Desember menunjukkan Propinsi Banten , DKI Jakarta dan Jawa Barat keselu ruhan wilayahnya mengalami bulan
basah. Kondisi iklim pada bulan Desember sama seperti bulan Januari dan Februari.
4.2 Peta Ikim Bante n, DKI Jakarta Jawa Barat Menurut Mohr
Peta Iklim Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat
SERANG JAKARTA UTARA
KARAWANG TANGERANG
BEKASI PANDEGLANG
LEBAK JAKARTA TIMUR
BOGOR SUBANG
PURWAKARTA INDRAMAYU
CIREBON KODYA SUKABUMI
SUMEDANG MAJALENGKA
KODYA BANDUNG
1a
SUKABUMI CIANJUR BANDUNG
GARUT TASIKMALAYA
KUNINGAN CIAMIS
1b II
III
N W
E
80 80
160 Miles
S
Gambar 4.10 Peta Iklim Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat Menurut Teori Mohr Sumber format penulisan klasifikasi iklim mohr : Dasar Dasar Klimatologi, 1997
Gambar diatas menunjukkan menurut system klasi fikasi iklim Mohr Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat memiliki 4 jenis zona iklim
yakni zona iklim 1a, 1b, II,III.
66
Zona iklim 1a yaitu wilayah yang memiliki jumlah bulan basah 12 bulan dalam setahun. Zona iklim ini dialami di wilayah selatan Banten dan Jawa
Barat. Zona iklim 1b yaitu wilayah yang memiliki jumlah bulan basah 7 -11 bulan
dalam setahun dan jumlah bulan kering tidak ada dalam setahun. Zona iklim ini dialami di Utara Propinsi Banten dan memiliki pola yang menyebar dari
utara ke selatan di Propinsi Jawa Barat. Zona iklim II yaitu wilayah yang dalam setahum memiliki jumlah bulan
basah 4-11 bulan dalam setahun dan jumlah bulan kering 1 -2 bulan dalam setahun. Zona iklim ini dialami di bagian utara DKI Jakarta, sedikit di utara
Propinsi Banten, dan Sebagian Kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Zona iklim III yaitu wilayah yang dalam setahun memiliki jumlah bulan
basah 4-9 bulan dalam setahun dan jumlah bulan kering 2 -4 bulan dalam setahun. Zona iklim ini terdapat di bagian utara Propinsi Jawa Barat.
Detil Cakupan wilayah masing -masing zona iklim Mohr dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
67
Tabel 4.10 Tabel Luas Cakupan Wil ayah Zona Iklim Per Kabupaten Menurut Mohr
4.3 Peta Iklim Bulanan Banten, DKI Jakarta Jawa Barat Menurut Teori Oldeman
Berbeda dengan Mohr , dalam klasifikasi Oldeman bulan basah adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif lebih dari 200 mm,bulan lembab
adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif antara 100 mm sampai dengan 200 mm. Sedangkan bulan ker ing adalah bulan dengan curah hujan
kumulatif kurang dari 100 mm.
68
4.3.1 Peta Curah Hujan Bulan Januari
Gambar 4.10. Peta Iklim Bulan Januari Menurut Teori Oldeman Bulan Januari menurut teori iklim Oldeman, ke seluruhan wila yah
Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat mengalami bulan basah. Hal ini menunjukkan bahwa menurut teori Oldman dan Mohr pada bulan
Januari Propinsi Banten, Dki Jakarta dan Jawa Barat mengalami bulan basah.
69
4.3.2 Peta Curah Hujan Bulan Februar i
Gambar 4.11. Peta Curah Hujan Bulan Februari Menurut Teori Oldeman Peta curah hujan bulan Februari menurut teori Oldeman
menunjukkan hampir keseluruhan wilayah Propinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat mengalami bulan basah. Hanya sebagian kecil saja
wilayah-wilayah yang mengalami bulan lembab, wilayah-wilayah tersebut adalah : Kodya Tangerang , Serang sebesar , Tangerang , Tasikmalaya ,
Sumedang , Subang , Kodya Bandung , Karawang , Indramayu , Garut ,Ciamis , Bandung ,dan Cirebon.
Detil luasan curah hujan bulan Februari pada setiap kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut :
70
Tabel 4.11 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Februari Per Kabupaten Menurut Oldeman
4.3.3 Peta Curah Hujan Bulan Maret
Gambar 4.12. Peta Curah Hujan Bulan Maret Menurut Teori Oldeman
71
Peta Curah bulan Maret menurut teori Oldeman menunjukkan Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat mengalami iklim basah dan
iklim lembab. Iklim basah terjadi di sebagian be sar wilayah Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat. Iklim lembab terjadi di wilayah -wilayah yang
terdapat di bagian utara ketiga propinsi ini. Wilayah – wilayah yang hanya mengalami
iklim basah
adalah :
Pandeglang, Jakarta Pusat,
Tasikmalaya,Sumedang, Sukabumi, Purwakarta,
Kuningan, Kodya
Sukabumi, Kodya Bandung, Kodya Bogor, Ciamis, dan Bandung. Sedangkan wilayah -wilayah yang terbagi m enjadi dua iklim yakni iklim
basah dan lembab adalah : Lebak , Kodya Tangerang , Serang , Tangerang ,Jakarta Barat , Jakarta Utara , Jakarta Timur , Jakarta Selatan , Subang ,
Majalengka , Karawang , Indramayu , Garut , Cianjur , Bogor , Bekasi , dan Cirebon .
Detil luasan curah hujan bulan Februari pada setiap kabupaten dapat dilihat pada tabel berikut :
72
Tabel 4.12 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Maret Per Kabupaten Menurut Oldeman
4.3.4 Peta Curah Hujan Bulan April
Gambar 4.13. Peta Iklim Bulan April Menurut Teori Oldeman
73
Peta curah hujan bulan April, menurut teori o ldeman, menunjukkan Propinsi Banten , DKI Jakarta dan Jawa Barat sudah mulai mengalami
iklim kering. Iklim basah masih merupakan iklim yang paling dominan di ketiga proinsi ini. Sedangkan iklim lembab masih menunjukkan pola yang
hampir sama dengan bulan se belumnya, hanya saja mengalami perluasan wilayah dibandingkan bulan sebelumnya.
Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula basah, bulan lembab, dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.13 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan April Per Kabupaten Menurut Oldeman
74
4.3.5 Peta Curah Hujan Bulan Mei
Gambar 4.14. Peta Curah Hujan Bulan Mei Menurut Oldeman
Peta crah hujan bulan Mei, menurut teori Oldeman, menunjukkan luasan wilayah yang mengalami bulan basah mengalami pengurangan
dibandingkan bulan April. Wilayah – wilayah yang mengalami bulan basah terdapat di bagian selatan Propinsi Banten dan bagian timur dan selatan
Jawa Barat . Sedangkan wilayah -wilayah yang mengalami bula n lembab dan
kering mengalami perluasan. Wilayah-wilayah yang mengalami bulan lembab terletak di bagian utara dan barat dari wilayah -wilayah yang
mengalami bulan lembab pada Propinsi Banten dan Jawa Barat. Propinsi DKI Jakarta sebagian besar wilayahnya men galami bulan lembab. Wilayah-
75
wilayah yang mengalami iklim kering terletak di bagian utara pada Propinsi Banten, DKI Jakarta , dan Jawa Barat.
Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula basah, bulan lembab, dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat p ada tabel di bawah ini.
Tabel 4.14 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Mei Per Kabupaten Menurut Oldeman
76
4.3.6 Peta Curah Hujan Bulan Juni
Gambar 4.15. Peta Curah Hujan Bulan Juni Menurut Teori Oldeman
Peta curah hujan bulan Juni,berdasarkan teori oldeman , menunjukkan curah hujan yang terjadi di Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat
mengalami perubahan pola. Bulan yang terjadi di ketiga propinsi ini masih terdiri dari tiga bulan, yakni ikim kering, bulan lembab dan bulan basah.
Namun wilayah-wilayah yang mengalami bulan basah berkurang jauh dibandingkan dengan bulan Mei. Wilayah -wilayah yang mengalami bulan
basah adalah : Lebak , Tasikmalaya , Sukabumi, Kodya Bogor , Garut , Cianjur , Ciamis , Bogor .
Sedangkan wilayah bulan lembab mengalami perluasan w ilayah dibandingkan bulan Mei. Propinsi Banten sebagian besar wilayahnya
mengalami bulan lembab . Wilayah-wilayah yang mengalami bulan kering juga mengalami perluasan dibandin gkan bulan Mei. Bulan kering terjadi di
77
wilayah-wilayah bagian utara dan timur dari Propinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula basah, bulan lembab, dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini .
Tabel 4.15 Tabel Luas Cakup an Wilayah Curah Hujan Bulan Juni Per Kabupaten Menurut Oldeman
78
4.3.7 Peta Curah Hujan Bulan Juli
Gambar 4.16 . Peta Curah Hujan Bulan Juli Menurut Teori Oldeman
Peta curah hujan bulan Juli menunjukkan wilayah – wilayah yang mengalami bulan kering mengalami perluasan wilayah. Bulan
kering terjadi di sebagian besar Jawa barat dan hampir keseluruhan di DKI
Jakarta. Sedangka n Propinsi banten masih didominasi oleh wilayah - wilayah yang mengalami bulan lemb ab. Bulan basah terjadi disebagian
kecil wilayah Tasikmalaya dan Bogor Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula basah, bulan lembab,
dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
79
Tabel 4.16 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah H ujan Bulan Juli Per Kabupaten Menurut Oldeman
4.3.8 Peta Curah Hujan Bulan Agustus
Gambar 4.17. Peta Curah Hujan Agustus Menurut Teori Oldeman
80
Peta curah hujan bulan Agustus, menurut teori Ol deman, menunjukkan
luasan bulan kering semakin bertambah. Bulan kering terjadi disebagian besar wilayah Jawa Barat dan DKI Jakarta Sedangkan
wilayah- wilayah yang mengalami bulan lembab dan bulan basah pada bulan Agustus semakin berkurang.
Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula basah, bulan lembab, dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.17 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Agustus Per Kabupaten Menurut Oldeman
81
4.3.9 Peta Curah Hujan Bulan September
Gambar 4.18. Peta Curah Hujan Bulan September Menurut Teori Oldeman
Peta curah hujan bulan September, menurut teori Oldeman, menunjukkan luasan wilayah yang mengalami bulan kering mengalami
penguarangan. Wilayah-wilayah yang meng alami bulan lembab pada
bulan September mengalami perluasan dibandingkan bulan agustus. Iklim basah pada bulan September juga mengalami perluasan wilayah
dibandingkan bulan Agustus. Bulan basah bergerak ke arah barat dari Tasikmalaya kemudian ke Garut. Detil wilayah-wilayah yang mengalami
bula basah, bulan lembab, dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
82
Tabel 4.18 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan September Per Kabupaten Menurut Oldeman
4.3.10 Peta Curah Hujan Bulan Oktober
Gambar 4.19. Peta Curah Hujan Bulan Oktober Menurut Teori Oldeman
83
Peta curah hujan bulan Oktober menurut teori Oldeman menunjukkan wilayah-wilayah yang mengalami bulan basah kembali
mengalami perluasan. Sedangkan wilayah-wilayah yang mengalami bulan lembab kering , nampak pada gambar diatas, mengalami pengurangan
luasan wilayah di bandingkan bulan September. Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula basah, bulan lembab,
dan bulan kering beserta luasannya dapat d ilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.18 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan
Oktober Per Kabupaten Menurut Oldeman
84
4.3.11 Peta Curah Hujan Bulan November
Gambar 4.20. Peta Curah Hujan Bulan November Menurut Teori Oldeman
Peta curah hujan bulan November, menurut teori oldeman, menunjukkan
Propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat masih mengalami bulan basah, bulan lembab, dan bulan kering. Bulan basah
merupakan kondisi curah hujan dengan cakupan wilayah ter luas. Sedangkan cakupan wilayah -wilayah yang mengalami bulan kering dan
bulan lembab berku rang dibandingkan bulan Oktober. Bulan Kering dialami di bagian utara Propinsi Jawa barat. Sedangkan bulan lembab
dialami di bagian utara Banten , hampir keseluruhan DKI Jakart a dan beberapa wilayah dibagian utara dan timur laut Propinsi Jawa Barat.
Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula basah, bulan lembab, dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
85
Tabel 4.19 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah H ujan Bulan November Per Kabupaten Menurut Oldeman
86
4.3.12. Peta Curah Hujan Bulan Desember
Gambar 4.21. Peta Curah Hujan Bulan Desember Menurut Teori Oldeman
Peta curah hujan bulan Desember Propinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat menunjukkan wilayah -wilayah pada ketiga propinsi ini hanya
mengalami bulan lembab dan bulan basah. Wilayah – wilayah yang mengalami Bulan basah cakupan wilayah yan g paling luas dibandingkan
bulan lembab. Detil wilayah-wilayah yang mengalami bula n basah, bulan lembab,
dan bulan kering beserta luasannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
87
Tabel 4.20 Tabel Luas Cakupan Wilayah Curah Hujan Bulan Desember Per Kabupaten Menurut Oldeman
88
4.4 Peta Ikim Banten, DKI Jakarta Jawa Barat Menurut O ldeman
Gambar 4.22. Peta Iklim Banten,DKI Jakarta dan Jawa Barat Menurut Oldeman
Pada Gambar diatas terlihat propinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat terbagi menjadi 12 zona iklim menurut Oldeman yakni zona iklim
A1, A2, B1,B2, C1, C2, C3, C4, D1, D2, D3, dan D4 . Zona iklim A1 yaitu wilayah-wilayah yang memiliki jumlah bulan basah berturut -turut dalam
setahun lebih dari 9 bulan dan memiliki jumlah bulan kering berturut kurang dari dua bulan. Zona iklim A2 yaitu wilayah -wilayah yang
mengalami jumlah bulan basah berturut -turut dalam setahun lebih dari 9 dan jumlah bulan kering berturut -turut 2-3 bulan atau memiliki rasio bulan
basah dan bulan kering adalah 75 : 16 - 25. Zona iklim B1 yaitu wilayah-wilayah yang mengalami jumlah bulan basah be rturut-turut dalam
setahun 7-9 bulan dan jumlah bulan kering berturut kurang dari dua bulan atau memiliki rasio bulan basah dan bulan kering adalah 58 - 75 : 8
89
. Zona iklim B2 yaitu wilayah -wilayah yang mengalami jumlah bulan basah berturut-turut 7-9 bulan dam setahun dan junlah bulan kering
berturut-turut 2-3 bulan atau memiliki rasio bulan basah dan bulan kering adalah 58 - 75 : 16 - 25. Zona iklim C merupakan wilayah -
wilayah yang mengalami bulan basah berturut -turut 5-6 bulan dalam setahun 42 - 50 bulan basah dalam setahun . Zona iklim ini terbagi
sampai empat sub zona iklim. Sub zona 1 yaitu wilayah -wilayah yang mengalami bulan kering berturut -turut kurang dari 2 8 bulan basah
dalam setahun, sub zona 2 yaitu wilayah -wilayah yang bulan k ering berturut 2-3 bulan 16 - 25 bulan kering dalam setahun , sub zona 3
yaitu wilayah-wilayah yang memiliki jumlah bulan kering berturut -turut 4- 6 33- 50 bulan kering dalam setahun , dan sub zona 4 yaitu wilayah -
wilayah yang mengalami bulan kering berturut-turut dalam setahun. lebih dari 6 bulan 50 bulan basah dalam setahun . Zona iklim D
merupakan wilayah -wilayah yang memiliki jumlah bulan basah berturut - turut dalam setahun 3 -4 bulan 25- 33 bulan basah dalam setahun ,.
Zona iklim D sama s eperti Zona iklim C juga terbagi lagi menjadi 4 sub zona iklim. Sub zona iklim pada zona iklim D memiliki karakteristik
jumlah bulan kering sama dengan sub zona pada iklim C. Pada gambar diatas juga terli hat Zona iklim yang paling dominan
adalah zona ikli m D2. Untuk detil wilayah setiap zona iklim dapat dilihat pada tabel berikut :
90
Tabel 4.21 Tabel Luas Cakupan Wilayah Zona Iklim Per Kabupaten Menurut Oldeman
4.5. Hasil Perbandingan Sistem Klasifikasi Iklim Mohr dan Oldeman Dalam Penerapannya Di Wilayah Indonesia
Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya untuk pertanian, penerbangan atau kelautan
lakitan: 2007 . Oleh karena itu dalam menentukan mana yang lebih baik antar system klasifikasi iklim Mohr dan Oldeman harus kembali meihat
tujuan dari klasifikasi iklim tersebut dibuat. Indonesia adalah negara yang sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani, oleh sebab itu pengklasifikasian iklim di
91
Indonesia sering ditekankan p ada pemanfaatannya dalam kegiatan budidaya pertanian. . Pada daerah tropik, seperti Indonesia, suhu udara jarang menjadi
faktor pembatas kegiatan produksi pertanian, sedangkan ketersediaan air merupakan faktor yang paling menentukan dalam kegiatan budiday a
pertanian khususnya budidaya padi. Hal ini pula yang menjadi dasar mengapa system klasifikasi iklim yang diterapkan di Indonesia, seperti
system klasifikasi iklim Mohr dan Oldeman, hanya menggunakan unsur curah hujan dalam menentukan pembagian zona iklim di suatu wilayah.
Produk Utama dari pertanian Indonesia yakni padi dalam
pertumbuhan normalnya membutuhkan curah hujan rata-rata per bulan 200 mm atau lebih dengan distribusi selama empat bulan Warsito : 2008. Jika
dikaitkan dengan kegiatan budi daya pertanian di Indonesia, diantara system klasifikasi iklim Mohr dan Oldeman yang lebih cocok diterapkan adalah
system klasifikasi Oldeman. Pada system klasifikasi Oldeman ketentuan bulan basah adalah bulan dengan curah hujan kumulatif lebih dari 200 mm,
sedangkan pada system klasifikasi iklim Mohr bulan basah adalah bulan dengan curah hujan kumulatif lebih dari 100 mm. Kriteria penentuan bulan
basah pada klasifikasi iklim Oldeman sesuai dengan syarat ketersediaan curah hujan untuk pertumbuhan normal pada ta naman padi yakni minimal
200 mm per bulan.
92
4.5 Ikhtisar Perbandingan Curah Hujan Bulanan Teori Mohr dan Ol deman