Interpolasi Grid Reklasifikasi Pembuatan Peta Curah Hujan

Gambar 3.9. Menu Join

4. Interpolasi Grid

Interpolasi grid merupakan prosedur untuk membuat theme grid kontinyu dari data titik shapefile dengan menduga nilai-nilai yang tidak diketahui pada lokasi yang berdekatan. Titik -titik yang berdekatan tersebut dapat berjarak teratur atau tidak. Ada dua metode untuk menyisipkan nilai - nilai sel lanjutan dari titik -titik: Inverse Distance Weighted IDW dan Spiline. Metode Spiline menghasilkan suatu permukaan yang lebih lembut dibanding Inverse Distance Weighted IDW, karena spiline pada dasarnya suatu proses pelengkungan suatu garis tidak lurus, atau penambahan titik verteks yang bersifat menghaluskan dan melengkungkan garis Barus:2005 dalam Primayudha:2006. Spiline lebih baik untuk menunjukkan perubahan permukaan secara berangsur -angsur, sedangkan Inverse Distance Weighted IDW bersifat lebih ekstrim dalam menyajikan data tersebut. Keunggulan metode Inverse Distance We ighted 42 IDW adalah dalam hal membuat batasan interval, sehingga klasisfikasi data dapat dilakukan seperlunya. Interpolasi dapat dilakukan dengan tools Interpolate Grid yang ada di arcview 3.2 . Gambar 3.10 Pros es Interpolasi Grid Contoh tampilan peta curah hujan yang dibuat dengan menggunakan metode inter polasi grid dapat dilihat pada Gambar 3.11 43 Gambar 3.11. Peta Curah Hujan Dengan Metode Interpolasi Grid

5. Reklasifikasi

Reklasifikasi merupakan proses menandai kembali data -data menjadi kelompok -kelompok tertentu Muji Haryadi : 2005. Reklasifikasi dilakukan untuk menetukan iklim bulanan dengan mengelompokkan kembali data curah hujan sesuai dengan teori Mohr dan Oldeman. Tabel 3.3 Tabel penentuan iklim bulanan teori Mohr dan Oldeman Iklim Bulanan Mohr Oldeman Kering 0-60 0-100 Lembab 60-100 100-200 Basah 100 200 44 Proses reklasifikasi menggunakan arcview 3.2 dengan extensions model builder , dengan proses : pada tampilan model builder , pilih menu add process – reclassification, dan dilanjutkan denagn pengisisan reklasifikasi berdasarkan kriteria bulan basah, lembab, dan kering menurut teori Mohr dan oldeman. Gambar 3.12. Tampilan Model Builder CONTOH PETA HASIL REKLASIFIKASI SERANG JAKARTA UTARA KARAWANG TANGERANG BEKASI JAKARTA TIMUR SUBANG INDRAMAYU PANDEGLANG LEBAK BOGOR PURWAKARTA CIREBON SUMEDANG MAJALENGKA Kering KODYA SUKABUMI SUKABUMI CIANJUR KODYA BANDUNG BANDUNG KUNINGAN Lembab Basah GARUT TASIKMALAYA CIAMIS N W E 90 90 180 Miles S Gambar 3.13. Contoh Peta Hasil Reklasifikasi 45 3.6.3 Menghitung Luas Cakupan Wilayah Masing -Masing Iklim di Setiap Kabupaten dengan menggunakan “Tabulate Area” Proses penghitungan luas cakupan wilayah masing -masing iklim dapat menggunakan “Tabulate Area”. Tabulasi area adalah fasilitas yang disediakan oleh ArcView untuk membuat tabel silang cross tab luasan antar 2 field theme yang berbeda. Fasilitas ini bisa digunakan apabila minimal ada 2 theme pada view. Theme yang dapa t ditabulasi adalah theme shapefile atau theme grid integer. Gambar 3.14. Tampilan Proses Tabulate Area 46 Pada penelitian ini penggunaan tabulasi area untuk mengetahui luas cakupan wilayah tiap-tiap jenis iklim b ulanan di masing-masing kabupaten. Dengan diketahuinya luas cakupan wilayah tiap jenis -jenis iklim di masing -masing kabupaten, maka dapat ditentukan perbedaan dan persamaan dengan pendekatan system informasi geografi terhadap hasil penentuan iklim bulana n dengan teori Mohr dan Oldeman 47

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Peta Curah Hujan Bulanan Banten, DKI Jakarta Jawa Barat Menurut Teori Mohr

Bulan basah dalam klasifikasi iklim Mohr adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif lebih dari 100 mm. Bulan lembab adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif 60 mm – 100 mm. Sedangkan bulan kering adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif kurang dari 60 mm .

4.1.1 Peta Curah Hujan Bulan Januari - April