mental dari pelaku atau orang lain yang bersangkutan dengan perkara tindak pidana narkotika.
57
B. Hambatan yang dihadapi pihak Kepolisian dalam melakukan
perlindungan Saksi Pelapor
Yang dimaksud dengan ancaman adalah segala bentuk perbuatan yang menimbulkan akibat baik langsung maupun tidak langsung yang
mengakibatkan saksi danatau korban merasa takut danatau dipaksa untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal yang berkenaan dengan
pemberian kesaksiannya dalam suatu proses pidana.
Kadang kala saksi dan pelapor akan menjadi tidak terlindungi hak- haknya dalam peran mengungkap fakta-fakta tindak pidana. Hal ini terjadi
karena pernyataan pikiran yang tidak bebas karena merasa berada dibawah ancaman, dan sebab-sebab lain yang dapat menimbulkan keterangan saksi
menjadi beda dengan apa yang dilihat, didengar dan dialaminya.
Menurut Bapak Martualesi Sitepu SH, Kanit Reskrim Polsek Delitua, menyatakan kendala dalam perlindungan hukum bagi saksi dan pelapor
tindak pidana narkotika dalam proses perlindungan saksi pelapor di wilayah Kepolisian adalah saksi dan korban merasa di bawah ancaman, saksi merasa
takut apabila memberikan laporan atau kesaksian dari suatu tindak pidana narkotika dan tidak maunya saksi memberikan kesaksian karna banyaknya
tekanan-tekanan dari pelaku atau pihak-pihak lain. Beliau menyampaikan
57
Ibid
terdapat kendala dalam menghadirkan saksi pada proses penyidikan, Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:
58
1. Sarana dan Fasilitas Dalam Melakukan Perlindungan Saksi
Tindak pidana narkotika tidak lagi dilakukan secara perseorangan, melainkan melibatkan banyak orang yang secara bersama-sama, bahkan merupakan
sindikat yang terorganisasi dengan jaringan yang luas yang bekerja secara rapi dan sangat rahasia baik ditingkat nasional dan internasional.
Ada beberapa kendala dalam melakukan perlindungan saksi dan pelapor dalam tindak pidana narkotika. Salah satunya adalah dana operasional
dan fasilitas dalam melaksanakan perlindungan saksi dan pelapor. Proses perlindungan saksi dan pelapor tentu membutuhkan dana dan fasilitas yang
cukup, sayangnya hal tersebut sangat terbatas. Sarana dan Fasilitas dalam melakukan perlindungan saksi dan pelapor kurang mendapat perhatian dari
Pemerintah sehingga dalam merealisasikan perlindungan yang ada di dalam undang-undang menjadi sulit.
2. Masyarakat
Masyarakat merupakan poin penting dari upaya pemberantasan penyalahgunaan narkotika.Partisipasi dan kontrol masyarakat di beberapa
wilayah yang masih sangat rendah karena rasa tidak perduli terhadap lingkungan sendiri walaupun jelas terlihat secara langsung adanya peredaran
gelap dan penyahgunaan narkotika. Hal tersebut disebabkan karna adanya anggapan bahwa pihak Kepolisian akan lepas tangan dan tidak memberikan
58
Hasil wawancara dengan Bapak Martualesi Sitepu SH, Kanit Reskrim Polsek Delitua, pada tanggal 5 mei2015.
perlindungan keamanan bagi si saksi pelapor. Selain itu timbul rasa takut apabila saksi dijadikan ancaman sindikat pengedaran narkotika di kemudian
hari.
3. Penegak Hukum
Hukum hanya merupakan sebuah teks mati jika tidak ada lembaga yang menegakkannya.Oleh sebab itu, dibentuklah penegak hukum yang
bertugas untuk menerapkan hukum.Dalam pelaksanaannya, hukum dapat dipaksakan daya berlakunya oleh aparatur negara untuk menciptakan
masyarakat yang damai, tertib dan adil.Terhadap perilaku manusia, hukum menuntut manusia supaya melakukan perbuatan yang lahir, sehingga manusia
terikat pada norma-norma hukum yang berlaku dalam masyarakat di suatu Negara.
59
Seorang Polisi aktif mengaku selama ini lembaganya tak berperan optimal dalam melakukan perlindungan saksi dan pelapor.Hal itu
menyebabkan pengungkapan kasus yang di tangani aparat penegak hukum menjadi terkendala.Karna tidak optimal, maka tugas perlindungan saksi dan
pelapor kerap terabaikan.Kalaupun ada jumlahnya minim, persentasinya kecil.Kepolisian tidak mengenal perlindungan saksi dan pelapor secara
khusus.Perlindungan terhadap saksi, korban dan pelapor adalah kewajiban setiap anggota Kepolisian. Jika aparatur penegak hukum berjalan optimal
dalam melakukan perlindungan saksi, maka tidak akan ada lembaga-lembaga baru yang dibentuk oleh Negara. Misalnya jika kepolisian maksimal maka
59
Dahlan Thaib, Jazim Hamidi dan Nimatul Huda, Teori dan Hukum Konsitusi,Jakarta :RajaGrafindo Persada, 1999, hal. 76.
Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban tidak akan di bentuk. Pembentukan LPSK melandasi keyakinan selama ini bahwa perlindungan terhadap saksi
dan korban dilakukan oleh Negara.Dalam hal ini, kegagalan peran negara itu terwakili lemahnya fungsi lembaga penegak hukum memberikan
perlindungan saksi, korban dan pelapor. Menurut Bapak Martualesi Sitepu SH, Kanit Reskrim Polsek Delitua,
juga menuturkan perlindungan bagi saksi danatau korban yang sangat penting keberadaannya dalam proses peradilan pidana. Kesaksian memang
dibutuhkan dalam setiap pengadilan pidana, termasuk pengadilan militer. Saksi yang dimintai keterangan dalam penyidikan maupun persidangan, pada
dasarnya sangat membantu berjalannya rangkaian proses peradilan.
60
Untuk menyikapi hal terhadap perlindungan saksi, pelapor dan korban, pihak Kepolisian telah sangat siap menjalankan undang-undang
tersebut, sekarang tergantung oleh pihak Pemerintah dalam hal anggaran khusus untuk progam perlindungan tersebut khususnya untuk biaya
Perlindungan terhadap saksi dan korban harus diberikan bila menginginkan proses hukum berjalan benar dan keadilan ditegakkan. Ini
karena fakta menunjukkan, banyak kasus- kasus pidana maupun pelanggaran Hak Asasi Manusia yang tidak terselesaikan disebabkan karna adanya
ancaman baik fisik atau psikis maupun upaya kriminalisasi terhadap saksi, pelapor dan keluarganya yang membuat mereka takut untuk memberikan
kesaksian kepada penegak hukum. Namun sayangnya, hingga kini hal itu kurang menjadi perhatian pemerintah.
60
Hasil wawancara dengan Bapak Martualesi Sitepu SH, Kanit Reskrim Polsek Delitua, pada tanggal 5 mei2015.
operasional di lapangan, karena kalau tidak didukung dengan anggaran yang memadai maka Undang-undang tersebut akan menjadi percuma karena tidak
dapat dijalankan. Yang selama ini menjadi kendala pihak Kepolisian baik sebelum
maupun sesudah adanya Undang-undang tentang perlindungan terhadap saksi dan korban adalah mengenai biaya, seharusnya pemerintah menyiapkan dana
operasional khusus dalam progam ini karena hal ini sangat membutuhkan dana yang sangat besar dan tidak sedikit.
Dalam hal kasus tindak pidana narkotika yang terjadi selama ini, seperti yang terdapat dalam Undang –Undang No 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika menyebutkan bahwa setiap orang yang melaporkan tindak pidana narkotika ke Kepolisian akan diberikan penghargaan oleh Pemerintah tetapi
kenyataannya selama ini tidak pernah sekalipun Pemerintah memberikannya, kalaupun ada yang diberikan oleh pihak Kepolisian maka itu bersifat pribadi.
Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian oleh pemerintah, pemerintah seharusnya lebih memberikan perhatiannya dan keperduliannya terhadap hal-
hal seperti ini.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan