Pelaksanaan Perlindungan Saksi Pelapor dalam Tindak Pidana

peredaran gelap narkotika, tetapi kawasan yang paling rawan adalah daerah kawasan Kampung Baru. 42 NO Adapun data pengungkap kasus narkotika yang berhasil diungkap Polri di wilayah Hukum Polsek Delitua pada tahun 2014 dapat dinyatakan dalam tabel 1 dibawah ini : Tabel 1. Jumlah Kasus Penyalahgunaan Narkotika di Wilayah Hukum Polsek Delitua PELAKU JUMLAH 1. Tersangka Pengedar 13 2. Tersangka Pemakai 48 TOTAL 61 Sumber : Data Sekunder, Diolah januari 2014 sampai Januari 2015 Dari tabel diatas dapat dinyatakan bahwa pemberantasan penyalahgunaan narkotika yang berhasil diungkap oleh Polri di wilayah Polsek Delitua pada tahun 2014 pelaku penyalahgunaan narkotika di Wilayah Hukum Polsek Delitua adalah terdapat 61 pelaku yang terdiri dari tersangka pemakai dan pelaku pengedar. Dimana data tersebut menunjukkan bahwa tersangka pemakai pada wilayah Delitua lebih tinggi dibandingkan dengan tersangka pengedar.

C. Pelaksanaan Perlindungan Saksi Pelapor dalam Tindak Pidana

Narkotika Oleh Pihak Kepolisian 42 Hasil wawancara dengan Bapak AIPTU.D.P.Ginting, penyidik pembantu pada satuan Polsek Delitua, pada tanggal 13 Maret 2015. Kepolisian memiliki peranan penting dalam mewujudkan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat, kepolisian merupakan lembaga pengayom masyarakat dalam segala kondisi sosial yang caruk maruk.Peran kepolisian dapat dikatakan sebagai aspek kedudukan yang berhubungan dengan kedudukanya sebagai pelindung masyarakat. 43 Beliau menjelaskan bahwa perlindungan hukum bagi saksi dalam proses penyidikan di Polsek Delitua mengacu pada Undang –undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban yang merupakan salah satu payung hukum untuk memberikan perlindungan hukum bagi saksi. Menurut Bapak Aiptu. D.P.Ginting, penyidik pembantu pada Satuan Polsek Delitua, yang dilakukan pihak Kepolisian dalam melaksanakan perlindungan terhadap saksi pelapor terlihat jelas bahwa saksi telah dilindungi secara hukum. Saksi pelapor juga diperlakukan dengan baik dalam proses penyidikan. Hal ini sudah seharusnya terjadi karena sudah adanya Undang-udang tentang perlindungan saksi dan korban yaitu Undang –undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. 44 a memberikan perlindungan atas keamanan terhadap pribadi saksi dan pelapor dari ancaman fisik. Tindakan pihak kepolisian dalam melakukan perlindungan terhadap saksi dan pelapor dalam tindak pidana Narkotika di Polsek Delitua adalah: 43 Kurnia Rahma Daniaty, PDF, Mengkaji Kembali Peran Dan Fungi Polri Dalam Era Reformasi, Diakses pada tanggal 20 mei 2015. 44 Hasil wawancara dengan Bapak AIPTU.D.P.Ginting, penyidik pembantu pada satuan Polsek Delitua, pada tanggal 13 Maret 2015. Hak memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, serta bebas dari ancaman kesaksian yang akan, sedang ataupun yang telah diberikannya. Perlindungan sem\cam ini merupakan perlindungan utama yang diperlukan saksi dan pelapor dalam kasus-kasus yang terjadi di Indonesia pada saat sekarang ini telah membuktikan bahwa kerentanan seorang saksi yang dapat diteror, diintimidasi, dan lain-lain telah membuat saksi tidak berminat melaporkan informasi penting yang diketahuinya pada aparat yang berwenang. Apabila dirasa perlu, seorang saksi harus ditempatkan dalam suatu tempat yang dirahasiakan dari siapapun untuk menjamin agar ia aman. Ketika saksi tidak diberikan perlindungan semacam ini maka aka nada kekhawatiran dari saksi dan ketakutan untuk memberikan keterangan karena adanya kekhawatiran dari saksi bahwa tersangka atau terdakwa akan membalas dendam maupun membahayakan jiwa keamanan saksi, pelapor maupun korban. Seorang saksi jika tidak diberikan perlindungan maka saksi akan merasa takut untuk memberikan keterangan dalam setiap proses peradilan pidana. Dan adapun tujuan diberikannya hak saksi dan pelapor ini adalah untuk memacu saksi dalam memberikan keterangan tentang suatu tindak pidana.Sehingga aparat dalam mengungkap suatu tindak pidana sangat tertolong dengan adanya keberanian saksi untuk memberikan keterangan dan informasi yang diketahuinya. 45 Saksi, pelapor, penyidik, penuntut umum, dan hakim yang memeriksa perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika beserta keluarganya 45 Muhandar,dkk, Op., Cit. hlm. 188. wajib diberikan perlindungan oleh Negara dari ancaman yang membahayakan diri, jiwa, danatau hartanya, baik sebelum, selama maupun sesudah proses pemeriksaan terhadap saksi pelapor. Menurut Bapak Martualesi Sitepu SH, Kanit Reskrim Polsek Delitua, selain memberikan perlindungan kepada saksi dan pelapor juga melakukan perlindungan kepada penuntut umum dan hakim. Dalam proses penyidikan polisi sebagai penyidik maka tugasnya hanya melakukan perlindungan dengan menjaga sekitar rumah saksi dan pelapor,kemudian memonitor rumah dan menempatkan petugas untuk berjaga diluar rumah dalam batas tertentu. 46 b Merahasiakan identitas saksi dan pelapor Saksi dan orang lain yang bersangkutan dengan perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika yang sedang dalam Pemeriksaan, dilarang menyebutkan nama dan alamat pelapor atau hal yang memberikan kemungkinan dapat diketahuinya identitas pelapor. Dalam hal ini, hakim mengingatkan saksi dan orang lain yang bersangkutan dengan perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang sebelum sidang dibuka. Menurut Bapak Aiptu. D.P.Ginting, penyidik pembantu pada Satuan Polsek Delitua, pada tindak pidana narkotika biasanya dimulai dengan pelaporan atau pengaduan. 47 46 Menurut Bapak Aiptu. D.P.Ginting, penyidik pembantu pada Satuan Polsek Delitua, pada tanggal 13 maret 2015. 47 Ibid Pelaporan dan pengaduan ini dapat dilakukan oleh saksi, korban atau pihak lain. Sedangkan pada tindak pidana narkotika maka korban narkotika tidak akan melakukan pelaporan, dikarenakan korban narkotika adalah juga pelaku tindak pidana narkotika. Pelaporan yang diterima penyidik merupakan informasi yang penting untuk dapat mengetahui adanya tindak pidana narkotika. Informan yang digunakan dalam menangani tindak pidana maka terdapat beberapa taktik yang digunakan oleh penyidik sebagaimana yang diungkapkan oleh R. Soesilo sebagai berikut: 48 a. Dalam memilih informasi dan memelihara informan seluruhnya dipercayakan kebijaksanaan masing-masing pegawai penyidik sendiri, artinya komandan satuan tidak campur tangan sehingga hal itu merupakan rahasia dari penyidik masing-masing. b. Tentang pengeluaran uang untuk pembayaran-pembayaran dan hadiah-hadiah bagi para informan tidak perlu dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti pembayaran. c. Nama informan jangan disebut-sebut atau diberitahukan dalam pemeriksaan dan penuntutan perkara. Bila terjadi demikian tidak akan ada orang yang mau bekerja sebagai informan. Dalam dunia penyelesaian hukum terhadap perkara pidana memang hidup pendapat seperti ini, walaupun demikian kadang-kadang perlu pula dalam hal seorang sebagai informan memberikan keterangan dengan perjanjian tidak mau disebut namanya, dibicarakan dengan jaksa yang bersangkutan. Bagaimanapun juga, kerjasama taktis antara instansi- instansi pemberantas kejahatan harus ada. d. Hubungan dan pertemuan antara penyidik dan informan harus dirahasiakan, misalnya janganlah seorang informan disuruh 48 R. Soesilo, Taktik dan Tehnik Penyidikan Perkara Kriminal, Politea : Bogor, 1983, hlm. 12. menghadap di kantor polisi. Bila mau bertemu pilihlah tempat-tempat tertentu yang netral, aman, dan tidak menyolok, e. Dalam hal-hal yang tentu perlu juga pekerjaan seorang informan dikontrol dengan informan lain yang satu sama lain tidak mengenal agar penyidik jangan sampai dikelabui dengan keterangan yang palsu dan tidak benar. c Tidak menghadirkan langsung saksi dan pelapor dalam memberi keterangan pada saat pemeriksaan di sidang pengadilan tanpa bertatap muka dengan tersangka atau terdakwa Berdasarkan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi Dan Korban : 1 Saksi danatau Korban yang merasa dirinya berada dalam Ancaman yang sangat besar, atas persetujuan hakim dapat memberikan kesaksian tanpa hadir langsung di pengadilan tempat perkara tersebut scdang diperiksa. 2 Saksi danatau Korban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat memberikan kesaksiannya secara tertulis yang disampaikan di hadapan pejabat yang berwenang dan membubuhkan tanda tangannya pada berita acara yang memuat tentang kesaksian tersebut. 3 Saksi danatau Korban sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat pula didengar kesaksiannya secara langsung melalui sarana elektronik dengan didampingi oleh pejabat yang berwenang Menurut joko ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, yang menegaskan ada tiga pilihan saksi tak harus dihadirkan ke pengadilan, yaitu : 1.Saksi diperbolehkan memberi keterangan secara tertulis di hadapan pejabat seperti notaris, hakim, atau camat. 2.Keterangan saksi dapat diperiksa lewat teleconference. 3.Pemeriksaannya seperti mistery guest, yang memberikan keterangan dalam ruangan khusus. 49 Teleconference juga dapat diartikan sebagai pertemuan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang dilakukan melewati telepone atau koneksi jaringan. Pertemuan tersebut hanya dapat menggunakan suara audio conference atau menggunakan video video conference yang memungkinkan peserta konferensi saling melihat secara bersamaan. Secara harfiah teleconference juga dapat diartikan konferensi, artinya pertemuan jarak jauh antara beberapa orang yang fisiknya berada pada Menurut Husna Amalia video conference yang juga dikenal dengan video teleconference adalah “suatu teknologitelekomunikasi interaktif yang memungkinkan dua lokasi atau lebih untukberinteraksi lewat video dan audio secara simultan”. lokasi yang berbeda secara geografis. pembicaraan bisa dilakukan secara realtime dan interaktif dengan dukungan infrastrukturjaringan serta perangkat multimedia. Multimedia yaitu berbagai media. Istilah bagi transmisi data dan manipulasi semua bentuk informasi, baik berbentuk kata-kata, gambar, video, musik, angka, atau tulisan tangan. Macam-macam teleconference : a. audio conference, di mana orang-orang tersebut bisa berbicara seperti dalam pembicaraan telepon, namun ini melibatkan lebih dari dua orang. b. video conference yang memungkinkan orang-orang tersebut saling melihat melalui layar monitor yang tersedia. Perangkat yang dibutuhkan pun tergantung dari conference apa yang dilakukan. Keterangan saksi melalui sarana teleconference telah memenuhi ketentuan pasal 185 ayat 1 KUHAP yang pada pokoknya menyatakan 49 http:hukumonline.comberitabacalt4cb47c75e9c18saksi-tak-hadir-di- persidangan-tak-langgar-kuhap, diakses pada tanggal 30 mei 2015. “keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di depan sidang pengadilan”, dimana keterangan saksi secara teleconference juga dinyatakan di depan persidangan akan tetapi tidak secara langsung fisik hadir dalam persidangan. Dari ketentuan tersebut, memang secara tekstual tidak dituntut kehadiran seorang saksi secara fisik di ruang sidang. Akan tetapi pasal 160 ayat 1 huruf a dan pasal 167 KUHAP, pada intinya mengatur bahwa kehadiran fisik seorang saksi adalah mutlak. Namun kenyataannya untuk mencari dan menegakan kebenaraan materiil yang berujung pada keadilan terhadap hal yang tekstual tersebut, dalam praktik sedikit ditinggalkan. Pemikirkan mengenai pemeriksaan tanpa hadirnya terdakwa sejatinya telah ada jauh sebelumnya, hal ini terbukti dari putusan Mahkamah Agung RI Nomor : 661 KPid1988 tanggal 19 Juli 1991 dengan kaidah hukum : “keterangan saksi yang tidak dapat hadir di persidangan karena suatu halangan yang sah pada dasarnya tetap di sumpah. Dan keterangannya tersebut sama nilaianya dengan kesaksian di bawah sumpah”. Aspek ini sebenarnya harus dilakukan di dunia peradilan di Indonesia apabila tidak ingin di pandang negatif oleh masyarakat. 50 50 Lilik Mulyadi, 2008, Bungan Rampai Hukum Pidana Perspektif, Teoritis Dan Praktik, PT. Alumni, Bandung, hlm. 125. Dengan dasar yuridis ketentuan pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Sehinggadalam menggali, mengikuti, memahami dan mengejar kebenaraan materiil dalam hukum pidana maka aspek formal hendaknya ditinggalkan secara selektif. 51

A. Upaya Kepolisian Dalam Melindungi Saksi Pelapor