Landasan Saksi dalam Talak dan Rujuk Menurut KHI

23

B. Saksi dalam Talak dan Rujuk Menurut KHI dan FIQIH

1. Landasan Saksi dalam Talak dan Rujuk Menurut KHI

a. Landsan Saksi dalam Talak

Dengan terbentuknya Kompilasi Hukum Islam sedikit banyak dapat memberikan kontribusi bagi para Hakim Pengadilan Agama dalam memutuskan sebuah perkara tanpa terjadi perbedaan yang signifikan. Kompilasi Hukum Islam pun menjadi acuan dalam pelaksanaan perkawinan di KUA Kantor Urusan Agama dan para Hakim di Pengadilan Agama dalam penyelesaian kasus-kasus warga negara Indonesia muslim. Kompilasi berarti suatu produk berbentuk tulisan karya orang lain yang disusun secara teratur Compilation is: a literary production composed of the work of others and arranged methodical manner, Kamus Black, Black’s Law Dictionary. Kompilasi Hukum Islam yang dipakai oleh para Hakim di Pengadilan mulanya atas dasar disosialisasikannya keputusan Presiden Kepres pada zaman orde baru. Dalam skripsi ini, penulis memaparkan beberapa pasal dan ayat saja yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam yang berkaitan dengan saksi dalam talak dan rujuk. Putusnya perkawinan telah dijelaskan dalam pasal BAB XVI, yang secara umum rumusannya dijelaskan dalam pasal 113: “Perkawinan dapat putus karena: 24 a. Kematian, b. Perceraian, dan c. atas putusan Pengadilan”. Bahkan lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 115. “Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama, setelah Pengadilan Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”. Kemudian dalam pasal 116 dijelaskan dengan gamblang tentang beberapa alasan yang menjadikan perceraian. Yang di antara beberapa poinnya adalah: a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 tahun berturut- turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya; c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun. Atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri; f. Antara suami-istri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga; g. Suami melanggar taklik-talak; Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga. Tidak ada sama sekali dari pasal-pasal di atas yang menjelaskan dengan ekplisit mengenai saksi dalam talak, hanya saja secara implisit saksi sangat dibutuhkan dalam permaslahan talak. Lihatlah dengan cermat bait demi bait dari pasal-pasal tersebut, hampir semua kasus atau sebab- sebab yang mengakibatkan terjadinya talak adalah perkara yang membutuhkan kesaksian dari beberapa orang saksi. Misalnya saja dalam 25 poin “a “ yang menjelaskan tentang salah satu pihak baik suami atau istri melakukan perbuatan zina atau mabuk-mabukan, hal ini tentunya merupakan perkara yang membutuhkan kesaksian dari beberapa orang saksi. Karena bagi sisapa saja yang menjadi penuduh maka wajib baginya untuk mengajukan saksi untuk menguatkan tuduhannya. Begitu pula sebaliknya bagi yang tertuduh harus mengajukan saksi untuk menguatkan sanggahannya.

b. Landasan Saksi dalam Rujuk

Secara eksplisit sebab terjadinya rujuk tidak dijelaskan dalam KHI, hanya saja pastinya rujuk terjadi karena kedua belah pihak menghendaki utuhnya kembali ikatan perkawinan yang sempat terputus.Tapi dalam KHI dijelaskan tentang beberapa hal yang menjaadikan rujuk itu bisa terjadi, yaitu dalam pasal 163 : 1. Seorang suami dapat merujuk istrinya yang dalam masa iddah 2. Rujuk dapat dilakukan daam hal-hal : a. Putusnya perkawinan karena talak, kecuali talak yang telah jatuh tiga kali atau talak yang dijatuhkan qobla al dukhul b. Putusnya perkawinan berdasarkan putusan Pengadilan dengan alasan-alasan selain zina dan khuluk Sedangkan tata cara rujuk di jelaskan dalam pasal 167-169, yang dintara isi pasal itu oalah : Pasal 167 1. Suami yang hendak merujuk istrinya datang bersama-sama istrinya Kepegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahi tempat tinggal suami istri dengan membawa penetapan tentang trjadinya talak dan surat keteranagan lain yang dipeerlukan. 26 2. Rujuk dilakukan dengan persetujuan istri di hadapan Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah. 3. Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah memeriksa dan menyelidiki apakah suami yang akan merujuk itu memenuhi syarat-syarat merujuk menurut hukum munakahat, apakah rujuk yang akan dilakukan itu masih dalam iddah talak raj’i, apakah perempuan yang di rurjuk itu istrinya. 4. Setelah itu suaminya mengucapkan rujuknya dan masing- masing yang bersangkutan beserta saksi-saksi menandatangani buku pendaftaran rjuk. 5. Setelah rujuk itu dilaksanakan, Pegawai Pencatat Nikah atau Pembantu Pegawai Pencatat Nikah menasehati suami istri tentang hukum-hukum dan kewajiban mereka yang berhubungan dengan rujuk. Beberapa pasal di atas tadi merupakan landasan hukum tntang rujuk dalam KHI. Berbeda dengan saksi dalam talak, KHI sama sekali tidak menjelaskan secara langsung dalam pasal-pasalnya, akan tetapi keberadaan saksi dalam rujuk sangat jelas sekali disebutkan dalam pasal 147 ayat 4. 2. Landasan Saksi dalam Talak dan Rujuk Menurut Fiqih a. Landasan Saksi dalam Talak Menurut Jumhur Fuqaha berbeda pendapat bahwa talak bisa jatuh atau berlangsung tanpa saksi. Sebab talak merupakan hak seorang suami dan sepertinya tidak ada dasar hukum dari Rasulullah saw., dan dari para sahabat yang mengharuskan adanya saksi dalam talak. Mereka berpegangan pada beberapa ayat dalam al-Qur’an yang antara lain: 27 pκš‰r¯≈tƒ t⎦⎪Ï© þθãΖtΒu™ sŒÎ ÞΟçFóss3tΡ ÏM≈oΨÏΒ÷σßϑø9 ¢ΟèO £⎯èδθßϑçGø¯=sÛ ⎯ÏΒ È≅ö6s βr ∅èδθ¡yϑs? ﹶ ْ ﹸ ﹶ ﱠﻦﹺ ْﻴﹶﻋ ْﻦِ ﱠ ِﻋ ٍ ْ ﺘْ ﹾ .... ﺰﺣﻷ 33 : 49 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya, maka sekali-kali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya ........”. QS. Al-Ahzab33 : 49. Ayat tersebut menjelaskan tentang talak saja dan tidak di singgung tentang harus adanya saksi dalam proses perceraian. Ayat ini kemudian menjadi salah satu dalil bagi ualama jumhur untuk menopang pendapat mereka yang tidak mensyaratkan adanya saksi dalam talak. Kaitannya kesaksian dalam talak, Muhammad Jawad Mugniyah mengutip dari bukunya Syekh Abu Zahrah “al-Ahwal al-Syakhsiyyah”, halaman 365 13 , mengatakan bahwa ulama madzhab Syi’ah Immamiyah Itsna’ Asyariah dan Ismailiyyah berpendapat bahwa talak tidak dianggap jatuh bila tidak disertai dua orang saksi yang adil. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam surah Al-Thalaq yang berbunyi: sŒÎsù z⎯øón=t £⎯ßγn=y_r £⎯èδθä3Å¡øΒrsù ∃ρã÷èyϑÎ ÷ρr £⎯èδθèÍ‘sù 7∃ρã÷èyϑÎ ρ߉Íκô−ruρ ô“uρsŒ 5Αô‰tã óΟä3ΖÏiΒ θßϑŠÏruρ nοy‰≈y㤱9 ¬ 4 öΝà6Ï9≡sŒ àátãθム⎯ÏμÎ ⎯tΒ tβx. 13 Muhammad Jawad Mugniyah, Fiqh Lima Madzhab, Jakarta: Lentera Basritama, 1996, Cet. ke-2, h. 448-449. 28 Ú∅ÏΒ÷σム«Î ÏΘöθu‹ø9uρ ÌÅzFψ 4 ⎯tΒuρ È,−Gtƒ © ≅yèøgs† …ã© [`tøƒxΧ . قاطلا 65 : 2 Artinya : “Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. QS At-Thalaq 65 : 2 Makna yang tersirat dalam ayat di atas adalah bahwa persaksian sebagai alasan untuk dapat memberikan nasehat bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Setidaknya dengan hadirnya para saksi dari kalangan orang yang adil tidak akan bisa terlepas dari pemberian nasehat yang baik bagi suami dan istri, yang bisa menjadi jalan keluar dari persoalan yang amat Allah benci itu.

b. Landasan saksi dalam Rujuk

Para Ulama mazhab sepakat bahwa perbuatan rujuk dilakukan dengan perkataan ﻝ ﻗ dan penyaksian . ﺩ ﺷ Namun, para ulama berbeda pendapat tentang kedudukan saksi dalam rujuk. Mereka berselisih tentang; apakah mendatangkan saksi merupakan syarat sah rujuk ataukah bukan, dan juga bertentangan pendapat mengenai boleh tidaknya rujuk 29 dengan wat’i. 14 Dalam al-Qur’an sendiri sudah Allah singgung; sŒÎsù z⎯øón=t £⎯ßγn=y_r £⎯èδθä3Å¡øΒrsù ∃ρã÷èyϑÎ ÷ρr £⎯èδθèÍ‘sù 7∃ρã÷èyϑÎ ρ߉Íκô−ruρ ô“uρsŒ 5Αô‰tã óΟä3ΖÏiΒ θßϑŠÏruρ nοy‰≈y㤱9 ¬ 4 öΝà6Ï9≡sŒ àátãθム⎯ÏμÎ ⎯tΒ tβx. Ú∅ÏΒ÷σム«Î ÏΘöθu‹ø9uρ ÌÅzFψ 4 ⎯tΒuρ È,−Gtƒ © ≅yèøgs† …ã© [`tøƒxΧ ∩⊄∪ قاطلا 65 : 2 Artinya : Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. QS At-Thalaq 65 : 2 Ayat inilah yang menjadi salah satu sumber perbedaan pendapat antara para ulama madzhab. Seperti dalam maasalah talak, ulama Syi’ah tetap mensyaratkan adanya saksi. Berbeda dengan Syafi’I dan Ibnu Hamba yang mewajibkan adanya saksi, dan berbeda pula dengan Imam Malik yang sama sekali tidak mensyaratkan saksi, hanya mensyaratkan niat dalam hati.

3. Akibat Hukum serta Hikmah Talak dan Rujuk