Tujuan dan Kegunaan Penelitian Studi Review Terdahulu

9 Oleh sebab itu dalam skripsi ini penulis akan membatasi penelitian tentang dua perbedaan pendapat menegenai kedudukan saksi dalam talak dan rujuk saja yaitu antara pendapat fiqih yang lebih dulu lahir, dengan pendapat Kompilasi Hukum Islam yang lahir belakangan dan bertempat di Negara tercinta ini, yaitu Indonesia. Pendapat fiqih mengenai talak dan rujuk sangatlah beragam dari mulai syarat, rukun, sampai tata cara menjatuhkan talak dan rujuk itu sendiri. Begitu pula dengan KHI, terdapat banyak pasal dan ayat yang menerangkan tentang talak dan rujuk. Hanya saja pada skripsi ini penulis membatasi penelitian mengenai urgensi saksi dalam talak dan rujuk saja.

2. Perumusan Masalah

Setelah penulis membatasi penelitian pada urgensi saksi pada masalah talak dan rujuk, maka akan muncul kemudian perumusan masalah, yang pada kali ini akan dikumpulkan dalam beberapa poin saja, yaitu: a. Bagaimana pendapat KHI tentang saksi dalam talak dan rujuk? b. Bagaiamana pendapat Fiqih tentang saksi dalam talak dan rujuk ? c. Aturan hukum manakah yang cocok untuk masyarakat Indonesia yang pluralis ini?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan 10 1 Untuk mengetahui dan lebih memperjelas tentang bagaimana sikap KHI mengenai kedudukan saksi dalam talak dan rujuk? 2 Untuk mengetahui dan lebih memperjelas tentang bagaimana para ulama fiqih menyikapi tentang kedudukan saksi dalam talak dan rujuk ? 3 Untuk mengetahui dan lebih memperjelas tentang akibat hukum apa yang terjadi apabila mengambil salah satunya? 2. Manfaat dan Kegunaan Penelitian Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat dalam proses perkembangan khazanah keilmuan bagi para mahasiswa, lebih-lebih lagi bagi mahasiswa Peradilan Agama PA. Selain itu pula diharapkan skripsi ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk lebih mengetahui tentang dasar hukum, sebab, dan akibat hukum yang ditimbulkan dari perbedaan pendapat dalam masalah ini. Skripsi ini juga diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran yang dapat memperkaya koleksi kepustakan ilmu fiqih. Dan di samping itu, secara pribadi, studi ini sangat bermanfaat bagi pengembangan metodologi dan ilmu pengetahuan penulis.

D. Studi Review Terdahulu

Literatur dalam hukum Islam masih berbeda pendapat mengenai saksi dalam talak dan rujuk, berbeda dengan apa yang di tuliskan dalam KHI. Oleh karena itu perlu ada pengkajian yang mendalam mengenai hal ini. Penulis mencoba mencari beberapa karya tulis yang ada seblumnya agar dapat dijadikan salah satu rujukan 11 sekaligus untuk menunjukkan bahwa skripsi ini berbeda dengan karya tulis orang lain. Kajian-kajian yang penulis temukan diantaranya ialah : Nurin, Kedudukan Saksi Dalam Talak Menurut UU. No. 1 Tahun 1974 dan KHI, Fakultas Syari’ah dan Hukum , 2006. 8 Skripsi ini terdiri dari 5 bab, pada kisaran tinjauan teoritis, skripsi tersebut mempunyai sedikit persamaan dengan skripsi penulis akan tetapi dalam pokok pembahasan jelas terdapat perbedaan objek perbandingan, yang menjadi pokok permasalahan skripsi tersebut ialah membandingkan antara UU. No.1 Tahun 1974 dengan KHI. Skripsi ini membandingkan pasal 36 dalam UU. No.1 Tahun 1974 dengan beberapa pasal dalam KHI diantaranya pasal 116-117 dan beberapa pasal dari pasal 129-148. Padahal dalam permasalahan saksi dalam talak antara UU tersebut dengan KHI tidak terlalu terlihat pertentangannya bahkan cenderung memiliki kesamaan. Pendekatan yang digunakan oleh Nurin dalam skripsinya ialah pendekatan kualitatif. Ahmad Zaenuddin, Kedudukan saksi dalam rujuk menurut Imam Mazhab, KHI dan Undang-undang perkawinan tahun 1974, Fakultas Syari’ah dan Hukum, 2005. 9 Skripsi ini menjelaskan tentang kedudukan saksi hanya dalam rujuk saja tidak membahas saksi dalam talak. Walaupun objek kajian hukumnya sama yaitu antara 8 Nurin, “Kedudukan Saksi Dalam Talak Menurut UU. No. 1 Tahun 1974 dan KHI’, Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006. 9 Ahmad Zaenuddin, “Kedudukan Saksi Dalam Rujuk Menurut Imam Mazhab, KHI dan UU Perkawinan Tahun 1974 , Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2005. 12 pendapat Imam Mazhab UU. No.1 Tahun 1974 dengan KHI, namun jelas sekali perbedaannya dengan skripsi yang penulis tulis, yang hanya menggunakan dua objek kajian saja. Pendekatan yang digunakan dalam skripsi tersebut ialah pendekatan kualitatif. Disamping itu juga pendapat ulama madzhab yang dipakai ialah ulama mazhab empat. H.M. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam : Suatu analisis dari UU. No. 1 Tahun 1974 dan KHI, 2004. Buku ini sangat bagus dan lengkap sekali, beberapa bab di dalamnya menjelaskan mengenai: usaha-usaha yang harus ditempuh sebelum putusnya perkawinan, bentuk-bentuk perceraian, waktu menjatuhkan talak dan lain-lain. Akan tetapi buku ini hanya menjelaskan saja tanpa adanya perbandingan anatra fiqih dan KHI. 10 Abdul Rahman Umar, Kedudukan Saksi dalam Peradilan Menurut Hukum Islam,1986. Buku ini juga sangatlah bagus dan lengkap, di dalamnya dijelaskan mengenai hukum Islam, saksi dan kesaksian dan lain-lain yang menyangkut masalah saksi dan kesaksian hanya saja tidak terlalu menjelaskan mengenai urgensi saksi menurut fiqih dan KHI. 11 Kesimpulannya adalah skripsi yang penulis tulis ini tidaklah memiliki kesamaan yang benar-benar sama dengan karya tulis orang lain walaupun kadang 10 Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari UU No. 1 Tahun 1974 dan KHI, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. 11 Abdul Rahman Umar, Kedudukan Saksi dalam Peradilan Menurut Hukum Islam, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1986. 13 ada kesamaan dalam pengambilan sumber teorinya akan tetapi jelaslah berbeda dalam masalah objek kajiannya dan tentunya berbeda pula ksimpulan akhir dari penelitiannya.

E. Metode Penelitian