Pengertian talak Pengertian Talak dan Rujuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG SAKSI DALAM TALAK DAN RUJUK

A. Pengertian Talak dan Rujuk

1. Pengertian talak

Talak secara bahasa dapat diartikan ديقلا لح melepaskan ikatan 1 , sedangkan menurut istilah ialah sebuah nama untuk melepaskan ikatan perkawinan 2 . Seabagaimana yang Allah singgung dalam salah satu firmanNYA: pκš‰r¯≈tƒ t⎦⎪Ï© þθãΖtΒu™ sŒÎ ÞΟçFóss3tΡ ÏM≈oΨÏΒ÷σßϑø9 ¢ΟèO £⎯èδθßϑçGø¯=sÛ ⎯ÏΒ È≅ö6s βr ∅èδθ¡yϑs? yϑsù öΝä3s9 £⎯ÎγøŠn=tæ ô⎯ÏΒ ;Ïã pκtΞρ‘‰tF÷ès? £⎯èδθãèÏnGyϑsù £⎯èδθãmÎh| uρ [nu| WξŠÏΗsd ∩⊆®∪ ازحأا 33 : 49 Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, Kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mutah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya”.QS Al-Ahzab 33 : 49 Ayat tersebut di atas menjelaskan tentang talak yang terjadi sebelum Duhul, dikatan disana bahwa tidak ada iddah bagi perempuan yang di talak sebelum terjadinya duhul. 1 Muhammad Husain, Kif ậyah al-akhyậr, Juz 2, h. 68. 2 Ibid. 16 17 Apabila dilihat dari lafadnya, maka talak dibagi menjadi dua, yaitu sharih terang dan kinayah sindiran. 1 Sharih, yaitu kalimat yang tidak ragu-ragu lagi bahwa yang dimaksud adalah memutuskan ikatan perkawinan. Sedangkan menurut Imam Muhammad Husain dalam kifayahnya mengatakan bahwa talak sharih itu ada 3 lafadz talak, firaq, dan sarah, dan masih menurut beliau bahwa talak yang sharih itu tidak membutuhkan niat 3 , seperti kata si suami: “Engkau tertalak” atau “Saya ceraikan engkau”. 2 Kinayah, yaitu kalimat yang masih ragu-ragu, boleh diartikan untuk perceraian nikah atau yang lain. Contohnya seperti perkataan suami: “Pulanglah engkau ke rumah keluargamu”, atau “Pergilah dari sini” 4 . Kalimat-kalimat tersebut bisa saja diartikan dengan arti yang sesuai dengan redaksinya, atau bisa juga diartikan dengan maksud yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, lafadz kinayah ini memerlukan niat di hati. Kalau tidak dibarengi dengan niat maka tidak jatuh talak 5 . Sedangkan menurut KHI dalam pasal 117 diungkapkan bahwa, talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang terjadi salah satu sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana yang dimaksud 3 Ibid, h. 86. 4 Sulaiman, Fiqih Islam, h. 373. 5 Ibn Qasim al-Ghozi, Hasyiyah al-Baijuri, Daar al-Fikri, h. 205. 18 dalam pasal 129, 130 dan 131 6 . Adapun perceraian terjadi karena beberapa sebab, dijelaskan dalam KHI pasal 116, yang diantaranya ialah: a Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; b Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturut- turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya; c Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun. Atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung; d Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga. 7 dan lain- lain. Apabila beberapa hal yang tersebut di atas telah terjadi maka sudah jelas bahwa tujuan perkawinan sudah sangat sulit untuk terwujud. Dan tujuan perkawinan itu sendiri ada beberapa, di antaranya adalah: a Untuk hidup dalam pergaulan yang sempurna. b Satu jalan yang amat mulia untuk mengatur rumah tangga dan keturunan. c Sebagai satu tali yang amat teguh guna memperkokoh tali persaudaraan antara kaum kerabat laki-laki dengan kaum kerabat perempuan. 8 6 Basiq Djalil, Perkawinan Lintas Agama, h. 246. 7 Ibid., h. 245. 8 Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, h. 372. 19 Apabila dilihat dari bilangannya, maka talak dibagi 3 bagian, yaitu: talak raj’i, bain syugra, dan talak bain kubra, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam pasal 118 sampai 120 KHI. Pasal 118 Talak raj’i adalah talak ke satu atau ke dua, di mana suami berhak rujuk selama istri dalam masa iddah. Pasal 119 Talak bain syugra adalah talak yang tidak boleh rujuk tapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah Pasal 120 Talak bain kubra adalah talak yang terjadi untuk ke tiga kalinya. Talak jenis ini tidak dapat rujuk dan tidak dapat dinikahkan kembali, kecuali apabila pernikahan itu dilakukan setelah bekas istri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian ba’da al dukhul dan habis masa iddahnya. ترم قاطلا ن itulah kalimat yang terdapat dalam al-Qur’an dan dikutip dalam sarah Baijuri. Talak itu dua kali talak yang bisa rujuk, dijelaskan bahwa tidak menutup kemungkinan bisa terjadi tiga kali. Tidak ada perbedaan memang secara bilangan dengan KHI, hanya saja dalam hukum Islam talak raj’i yang terjadi dua kali dan dan dihitung dua kali, kemudian talak bain terjadi satu kali saja atau satu jenis saja. Secara pengertian antara KHI dan fiqih tidak terlalu banyak perbedaan. Talak raj’i dalam fiqih pun mengandung pengertian bahwa talak satu atau dua yang membolehkan suami atau istri rujuk kembali selama masa iddah. Begitu pun dengan talak bain “talak yang terjadi ke tiga kalinya dan 20 tidak boleh dinikahkan kembali, sebelum bekas istri itu mengadakan pernikahan baru, kemudian dicerai dan selesai masa iddahnya dan itu pun terjadi ba’da al dukhul”. Hanya saja ada perbedaan pada persoalan ada atau tidaknya saksi dalam talak. Dalam KHI pasal 115 dijelaskan bahwa, “Perceraian hanya dapat dilakukan di sidang Pengadilan Agama 9 ..........”, yang dalam proses persidangan itu akan ada persidangan saksi. Berbeda dengan para Ulama fiqih yang berbeda pendapat mengenai saksi dalam talak.

2. Pengertian Rujuk