20
tidak boleh dinikahkan kembali, sebelum bekas istri itu mengadakan pernikahan baru, kemudian dicerai dan selesai masa iddahnya dan itu pun
terjadi ba’da al dukhul”. Hanya saja ada perbedaan pada persoalan ada atau tidaknya saksi dalam talak. Dalam KHI pasal 115 dijelaskan bahwa,
“Perceraian hanya dapat dilakukan di sidang Pengadilan Agama
9
..........”, yang dalam proses persidangan itu akan ada persidangan saksi. Berbeda dengan
para Ulama fiqih yang berbeda pendapat mengenai saksi dalam talak.
2. Pengertian Rujuk
Rujuk ialah mengembalikan istri kepada pernikahan semula setelah ditalak, dan bukan talak bain
10
. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
M≈s¯=sÜßϑø9uρ š∅óÁ−utItƒ
£⎯ÎγÅ¡àΡrÎ sπsW≈n=rO
™ÿρãè 4
Ÿωuρ ‘≅Ïts†
£⎯çλm; βr
z⎯ôϑçFõ3tƒ tΒ
t,n=y{ ª
þ’Îû £⎯ÎγÏΒtnö‘r
βÎ £⎯ä.
£⎯ÏΒ÷σム«Î
ÏΘöθu‹ø9uρ ÌÅzFψ
4 £⎯åκçJs9θãèçuρ
‘,ymr £⎯ÏδÏjŠtÎ
’Îû y7Ï9≡sŒ
÷βÎ ÿρߊu‘r
[s≈n=ô¹Î 4
£⎯çλm;uρ ã≅÷WÏΒ
“Ï© £⎯Íκön=tã
Å∃ρá÷èpRùQÎ 4
ÉΑy_Ìh=Ï9uρ £⎯Íκön=tã
×πy_u‘yŠ 3
ªuρ ͕tã
îΛ⎧Å3ym ∩⊄⊄∇∪
رق لا 2
: 228
Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri menunggu
tiga kali quru tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti
9
Basiq Djalil, Perkawinan lintas Agama, h. 245, kumpulan Perundang-undangan memuat NTCR. Bandung: CV. Madany Bandung, 2007, h. 90, PP. No. 9 Tahun 1975, pasal 14.
10
Muhammad Husain, Kifâyah al-akhyâr, h. 86.
21
itu, jika mereka para suami menghendaki ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
maruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. QS.
Al-Baqarah 2 : 228
Ayat tersebut menjelaskan tentang masa menunggu bagi perempuan yang telah di talak semata-mata untuk mengetahui kebersihan rahim nya,
selain itu pula di singgung tentang bekas suami yang hendak berbuat ishlah dengan cara merujuk bekas istrinya maka lakukanlah saat masa menunggu itu.
Ayat tersebut sangat bersesuaian dengan apa yang dijelaskan dalam surat At- Thalaq yang redaksinya ialah :
sŒÎsù z⎯øón=t
£⎯ßγn=y_r £⎯èδθä3Å¡øΒrsù
∃ρã÷èyϑÎ ÷ρr
£⎯èδθèÍ‘sù 7∃ρã÷èyϑÎ
ρ߉Íκô−ruρ ô“uρsŒ
5Αô‰tã óΟä3ΖÏiΒ
θßϑŠÏruρ nοy‰≈y㤱9
¬ 4
öΝà6Ï9≡sŒ àátãθãƒ
⎯ÏμÎ ⎯tΒ
tβx. Ú∅ÏΒ÷σãƒ
«Î ÏΘöθu‹ø9uρ
ÌÅzFψ 4
⎯tΒuρ È,−Gtƒ
© ≅yèøgs†
…ã© [`tøƒxΧ
∩⊄∪ قاطلا
65 :
2
Artinya : Apabila mereka Telah mendekati akhir iddahnya, Maka rujukilah
mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan
hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu Karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat. barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya dia akan mengadakan baginya jalan keluar”. QS At-Thalaq 65 : 2
Ayat tersebut pula menjelaskan hal yang sama dengan ayat yang sebelumnya hanya saja dalam ayat ini Allah memberikan pilihan pada bekas
suami apak ia ingin meneruskan perkawinan atau perceraian asalkan dengan
22
cara yang ma’ruf.
Dalam pasal 163 KHI, dijelaskan tentang rujuk, di antaranya
mengenai beberapa hal yang menyebabkan rujuk itu terjadi: a
Putusnya perkawinan karena talak, kecuali talak yang jatuh tiga kali atau talak yang dijatuhkan qobla al dukhul.
b Putusnya perkawinan berdasarkan putusan pengadilan dengan alasan atau
alasan-alasan selain zina dan khulu. Sehingga rujuk tidak akan terjadi apabila putusnya perkawinan
terjadi di luar izin pengadilan. c
Keadaan istri yang dirujuk itu tertentu. Kalau suami yang mentalak beberapa istrinya, kemudian ia rujuk kepada salah seorang dari mereka
yang tidak ditentukan siapa yang dirujuknya, maka rujuk itu tidak sah
11
.
Di samping itu semua, rujuk pun telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Hal itu dikisahkan dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, Nasai dan
Ibnu Majah.
ﺳ ﻴ ﻋ ﷲ ﻰ ﺻ ﱯ ﺃ ﻋ ﷲ ﻲﺿ ﻋ ﻦﻋ ﺟ ﰒ ﺣ ﻃ
. ﺟ ﻦﺑ ﺉ
ﺩ ﺩ ﺑﺃ
12
Artinya : “Dari Umar RA bahwasannya Nabi saw telah mentalak Hafshah
kemudian merujuknya. Riwayat Abu daud dan Nasai dan Ibnu Majah.
11
Sulaiman, Fiqih Islam, h. 388.
12
Muhammad Husain, Kifâyah Al-Akhyâr, h. 86
23
B. Saksi dalam Talak dan Rujuk Menurut KHI dan FIQIH