Telinga Tengah Patofisiologi berdasarkan Etiologi 1. Telinga Luar

g. Polip jinak Polip jinak dapat terjadi akibat kondisi otologik lain, seperti infeksi telinga kronis atau kolesteatoma. Kadang-kadang, polip jinak dapat tumbuh cukup besar untuk mengaburkan lumen kanalis auditori eksterna Weber et al. 2009. h. Penyakit sistemik Diabetes mellitus dan kondisi-kondisi lain yang dapat mengakibatkan kompromi sistem imun dapat menjadi faktor predisposisi berkembangnya otitis eksterna nekrotikans yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran akibat oklusi kanalis auditori eksterna Weber et al. 2009. i. Dermatologi Penyakit kulit tertentu seperti psoriasis dapat menyebabkan lesi pada kanalis auditori eksterna dan meatus Weber et al. 2009. Lesi tersebut dicirikan oleh kemerahan, rasa gatal, pembengkakan, dan stadium eksudat cair yang diikuti oleh pembentukan krusta Boies, 1997. Insersi dan pengeluaran penyumbat telinga atau ear plug dengan tangan yang kotor dapat menyebabkan dermatitis kontak pada liang telinga Alberti, 1999.

2.6.2. Telinga Tengah

a. Kongenital Atresia atau malformasi rantai osikular dapat menyebabkan gangguan pendengaran konduktif. Abnormalitas osikular yang paling umum adalah hilangnya atau dislokasi malalignment cura tulang stapes. Namun demikian, gangguan pendengaran konduktif sering disebabkan oleh abnormalitas inkus atau sendi malleoinkuidal Weber et al. 2009. b. Trauma  Benturan langsung Universitas Sumatera Utara Benturan keras pada sisi kepala dapat menyebabkan perforasi membran timpani, yang biasanya sembuh secara spontan. Benturan berat pada kepala dapat menyebabkan fraktur tulang temporal dan fraktur atau dislokasi rantai osikular. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran konduktif yang signifikan, dan biasanya disertai gangguan pendengaran sensorineural.  Benda asing Membran timpani dapat megalami perforasi langsung akibat tusukan benda tajam di dalam telinga atau dengan ledakan Alberti, 1999.  Barotrauma Aerotitis Barotrauma adalah keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba-tiba di luar telinga tengah sewaktu di dalam pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba Eustachius gagal untuk membuka. Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah, sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah Djaafar et al. 2007. Penyelam akan mengalami penyumbatan atau perdarahan telinga tengah jika mereka tidak dapat membersihkan telinga ketika sedang naik atau turun. Aktivitas menyelam dalam air yang dingin dapat menganggu fungsi tuba Eustachius, dengan demikian menurunkan kemampuan untuk menyamakan tekanan telinga tengah Alberti, 1999. c. Gangguan fungsi tuba eustachius Universitas Sumatera Utara  Tuba terbuka abnormal Tuba terbuka abnormal ialah tuba yang terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke dalam telinga tengah sewaktu respirasi. Keadaan ini dapat disebabkan oleh hilangnya jaringan lemak di sekitar mulut tuba sebagai akibat penurunan berat badan yang hebat, penyakit kronis tertentu seperti rinitis atrofi dan faringitis, gangguan fungsi otot seperti miastenia gravis, penggunaan obat anti hamil pada wanita dan penggunaan estrogen pada lelaki.  Obstruksi tuba Obstruksi tuba dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan di nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring Djaafar et al. 2007. d. Infeksi Penyebab paling umum penyakit telinga tengah adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyebabkan otitis media akut atau otitis media kronis. Telinga tengah yang menjadi bagian dari saluran pernafasan adalah rentan pada infeksi yang sama dengan hidung dan sinus Alberti, 1999. Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba Eustachius seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga timbul tekanan negatif di telinga tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan drainase cairan telinga tengah dan kemungkinan refluks sekresi esofagus ke daerah ini yang secara normal bersifat steril. Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba Eustachius akibat kontaminasi sekret dalam nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi membran timpani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan mengakibatkan gangguan pendengaran konduktif Djaafar et al. 2007. e. Tumor  Kolesteatoma Universitas Sumatera Utara Kolesteatoma adalah suatu kista epitelial yang berisi deskuamasi jaringan epitel dalam ruang telinga tengah. Kolesteatoma kongenital terjadi karena perkembangan dari proses inklusi pada embrional atau dari sel-sel epitel embrional. Karena itu kolesteatoma ditemui di belakang dari membran timpani yang intak, tanpa berlanjut ke saluran telinga luar dengan tidak adanya faktor-faktor yang lain seperti perforasi dari membran timpani, atau adanya riwayat infeksi pada telinga Weber et al. 2009. Jika terjadi disfungsi tuba Eustachius, maka terjadilah keadaan vakum pada telinga tengah. Sehingga pars flaksida membran timpani tertarik dan membentuk kantong retraksi retraction pocket. Jika kantong retraksi ini terbentuk maka terjadi perubahan abnormal pola migrasi epitel timpani, menyebabkan akumulasi keratin pada kantong tersebut. Akumulasi ini semakin lama semakin banyak dan kantong retraksi bertambah besar ke arah medial. Destruksi tulang-tulang pendengaran sering terjadi. Pembesaran dapat berjalan semakin ke posterior mencapai aditus ad antrum menyebar ke tulang mastoid, erosi tegmen mastoid ke durameter dan atau ke lateral kanalis semisirkularis yang dapat menyebabkan ketulian dan vertigo Djaafar et al. 2007.  Otosklerosis Otosklerosis adalah pertumbuhan tulang lunak pada footplate stapes. Apabila tulang lunak tersebut berkembang, stapes tidak dapat lagi berfungsi sebagai piston, melainkan bolak-balik dan akhirnya benar-benar terfiksasi. Konduksi semakin memburuk secara bertahap sampai gangguan pendengaran konduktif maksimal 60 dB tercapai Weber et al. 2009.

2.6.3. Telinga Dalam