Perbedaan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Senior Dan Junior Di Program S-1 Ekstensi Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan, Studi Empiris Di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

(1)

SKRIPSI

PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI SENIOR DAN JUNIOR DI PROGRAM S-1 EKSTENSI AKUNTANSI MENGENAI

PROFESI AKUNTAN, STUDI EMPIRIS DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

O L E H :

ROMA PRANATA YUDHA 080522201

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN AKUNTANSI PERSETUJUAN PENCETAKAN

NAMA : ROMA PRANATA YUDHA

N I M : 080522201

PROGRAM STUDI : S-1 AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA

AKUNTANSI SENIOR DAN JUNIOR DI PROGRAM S-1 EKSTENSI AKUNTANSI MENGENAI PROFESI AKUNTAN, STUDI EMPIRIS DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tanggal ... Ketua Program Studi S-1 Akuntansi

( Drs Firman Syarif, M.Si, Ak )

Tanggal ... Dekan


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN AKUNTANSI PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : ROMA PRANATA YUDHA

N I M : 080522201

PROGRAM STUDI : S-1 AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA

AKUNTANSI SENIOR DAN JUNIOR DI PROGRAM S-1 EKSTENSI AKUNTANSI MENGENAI PROFESI AKUNTAN, STUDI EMPIRIS DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Medan, 2013 Menyetujui

Pembimbing


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Perbedaan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Senior Dan Junior Di Program S-1 Ekstensi Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan, Studi Empiris Di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 2013 Yang Membuat Pernyataan,

Roma Pranata Yudha NIM 080522201


(5)

KATA PENGANTAR

Skripsi saya yang berjudul “Perbedaan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Senior Dan Junior Di Program S-1 Ekstensi Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan, Studi Empiris Di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan do’a dari berbagai pihak seperti orangtua saya, adik-adik saya dan partner saya selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. Selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Hotmal Ja’far, MM, Ak. Selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. Selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. Selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat meyelesaikan skripsi ini.


(6)

5. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak. Selaku Dosen Pembaca Nilai yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Program Studi S1 Ekstensi Akuntansi Unversitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu untuk mengisi Kuesioner penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini sehingga menjadi lebih baik dalam penyusunan dimasa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, 2013

Penulis,

Roma Pranata Yudha NIM 080522201


(7)

ABSTRAK

Perbedaan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Senior Dan Junior Di Program S-1 Ekstensi Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan, Studi Empiris Di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ROMA PRANATA YUDHA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan persepsi mengenai profesi akuntan ditinjau dari akuntan sebagai profesi, akuntan sebagai karir, akuntan sebagai bidang ilmu dan akuntan sebagai aktivitas kelompok pada mahasiswa senior dan mahasiswa junior di program S-1 Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara ?

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dan menggunakan metode penelitian deskriptif dan komparatif yaitu penelitian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi antara mahasiswa senior (mahasiswa semester akhir) dan junior (mahasiswa semester awal) pada program S-1 ekstensi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara mengenai profesi akuntan. Sesuai dengan tujuan penelitian, penulis berusaha untuk mengetahui perbedaan pemahaman diantara masing - masing responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara persepsi mahasiswa senior dan junior program S-1 ekstensi Universitas Sumatera Utara tentang akuntansi sebagai profesi (p=0.029 lebih kecil dari 0.05) dan akuntansi sebagai aktifitas kelompok (p=0.006 lebih kecil dari 0.05)

Kata Kunci : Persepsi, Mahasiswa Senior, Mahasiswa Junior, Profesi Akuntan.


(8)

ABSTRACT

The Differences Of Perception An Accountant University Student Senior And Junior In Program S1 Extention Accountant About Accountant Profession, Empirism Study At Faculty Economy University Of North Sumatera.

By

Roma Pranata Yudha

This research ini order to knowing there is a difference perception about an accountant proofession observed from an accountantas profession, an accountant as career, an accountant as knowledge and an accountant as group activity on university student senior and university student junior ini Program S1 Extention Accountant Faculty Economy University Of North Sumatera ?

The kind of this research is kind of research quantitative and using descriptive research and comparative method that is the research for knowing is there difference perception an accountant university student between senior university student (university student last semester) and junior (university student beginner semester) on Program S1 Extention Accountant Faculty Economy University Of North Sumatera about accountant profession. According to research destination, the writer try to knowing the differences between each respondence.

The result of research showing that there is the significant difference between perception senior and junior university student Program S1 Extention University Of North Sumatera about accountant as profession (p= 0.029 smallest than 0.05) and accountant as group activity (p=0.006 smallest than 0.05)

Keywords : Perception, University Student Senior And Junior, Accountant Profession.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK... iv

ABSTRACT... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Batasan Masalah... 5

1.3 Perumusan Masalah... 6

1.4 Tujuan Penelitian... 6

1.5 Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi... 8

2.2 Mahasiswa Akuntansi... 12

2.3 Profesi... 12

2.3.1 Pengertian Profesi... 12

2.3.2 Ciri-ciri Profesi... 13

2.3.3 Pelaksanaan Etika Profesi Akuntan... 14

2.4 Akuntan... 14

2.4.1 Pengertian Akuntan... 14

2.4.2 Peran Profesi Akuntan... 26

2.4.3 Tujuan Profesi Akuntan... 26


(10)

2.6 Kerangka Konseptual... 31

2.7 Hipotesis...31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 33

3.2 Populasi dan Sampel... 33

3.2.1 Populasi... 33

3.2.2 Sampel... 33

3.3 Data Penelitian... 35

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 35

3.5 Operasional Variabel dan Pengukuran...36

3.5.1 Variabel Penelitian... 36

3.5.2 Definisi Operasional Variabel... 36

3.6 Alat Ukur Penelitian... 37

3.7 Teknik Analisis Data... 39

3.7.1 Uji Bias... 39

3.7.2 Uji Validitas Data... 40

3.7.3 Uji Reliabilitas Data... 41

3.7.4 Uji Normalitas Data... 42

3.7.5 Uji Statistik Deskriptif... 43

3.8 Pengujian Hipotesis... 44


(11)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Distribusi Jawaban Responden... 47

4.1.1 Persepsi Tentang Akuntansi Sebagai Bidang Profesi... 47

4.1.2 Persepsi Tentang Akuntansi Sebagai Bidang Ilmu... 52

4.1.3 Persepsi Tentang Akuntansi Sebagai Karir... 56

4.1.4 Persepsi Tentang Akuntansi Sebagai Aktifitas Kelompok... 59

4.2 Uji Bias ... 62

4.3 Uji Validitas... 63

4.4 Uji Reliabilitas Data... 64

4.5 Uji Normalitas Data... 64

4.6 Uji Hipotesis... 65

4.6.1 Perbedaaan Persepsi Mahasiswa Senior dan Junior Menurut Variabel (Data Dikelompokkan) .... 65

4.6.2 Perbedaaan Persepsi Mahasiswa Senior dan Junior Menurut Item... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...70

5.2 Saran ...70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

3.1 Kisi-Kisi Instrumen 38

3.2 Skor Skala Likert 39

4.1 Distribusi Jawaban Responden Tentang Profesi Akuntan Sangat Dihormati

47

4.2 Distribusi Jawaban Responden Tentang Rekan Saya Berpendapat Bahwa Saya Membuat Keputusan Karir Yang Baik Jika Saya Menjadi Akuntan

48

4.3 Distribusi Jawaban Responden Tentang Akuntan Yang Profesional Harus Ahli Di Bidang Akuntansi

49

4.4 Distribusi Jawaban Responden Tentang Akuntan Adalah Sebuah Profesi, Setara Dokter Dan Ahli Hukum

50

4.5 Distibusi Jawaban Responden Tentang Keluarga Saya Senang Jika Saya Menjadi Akuntan

50

4.6 Tingkat Persepsi Mahasiswa Tentang Akuntansi Sebagai Profesi

51

4.7 Distribusi Jawaban Responden Tentang Akuntansi Hanyalah Aktifitas Mengingat Aturan-Aturan

52

4.8 Distribusi Jawaban Responden Tentang Akuntansi Menarik

53

4.9 Distribusi Jawaban Responden Tentang Dalam Akuntansi Banyak Aturan Yang Bersifat Baku

54

4.10 Distribusi Jawaban Responden Tentang Akuntansi Sangat Sulit Dipelajari

54

4.11 Tingkat Persepsi Mahasiswa Tentang Akuntansi Sebagai Profesi

55


(13)

Hanya

Memperoleh Sedikit Kepuasan Pribadi Dalam Pekerjaannya

4.13 Distribusi Jawaban Responden Tentang Saya Akan Senang Menjadi Akuntan

57

4.14 Distribusi Jawaban Responden Tentang Akuntan Adalah Orang-Orang Yang Membosankan

58

4.15 Tingkat Persepsi Mahasiswa Tentang Akuntansi Sebagai Karir

58

4.16 Distribusi Jawaban Responden Tentang Akuntan Lebih Banyak Bekerja Sendiri Daripada

Berkelompok

59

4.17 Distribusi Jawaban Responden Tentang Para Akuntan Sibuk Dengan Angka-Angka, Bekerja Sendiri

60

4.18 Distribusi Jawaban Responden Tentang Akuntan Yang Profesional Berinteraksi Dengan Banyak Orang

61

4.19 Tingkat Persepsi Mahasiswa Tentang Akuntansi Sebagai Aktifitas Kelompok

62

4.20 Hasil Uji Bias 62

4.21 Hasil Uji Validitas 63

4.22 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas 64

4.23 Hasil Uji Normalitas 65

4.24 Perbedaan Persepsi Mahasiswa (Dikelompokkan) 66 4.25 Perbedaan Persepsi Mahasiswa (Tidak

Dikelompokkan)


(14)

DAFTAR GAMBAR No.

Gambar Judul Halaman

2.1 Penelitian Terdahulu 29


(15)

ABSTRAK

Perbedaan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Senior Dan Junior Di Program S-1 Ekstensi Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan, Studi Empiris Di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

ROMA PRANATA YUDHA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan persepsi mengenai profesi akuntan ditinjau dari akuntan sebagai profesi, akuntan sebagai karir, akuntan sebagai bidang ilmu dan akuntan sebagai aktivitas kelompok pada mahasiswa senior dan mahasiswa junior di program S-1 Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara ?

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dan menggunakan metode penelitian deskriptif dan komparatif yaitu penelitian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi antara mahasiswa senior (mahasiswa semester akhir) dan junior (mahasiswa semester awal) pada program S-1 ekstensi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara mengenai profesi akuntan. Sesuai dengan tujuan penelitian, penulis berusaha untuk mengetahui perbedaan pemahaman diantara masing - masing responden.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara persepsi mahasiswa senior dan junior program S-1 ekstensi Universitas Sumatera Utara tentang akuntansi sebagai profesi (p=0.029 lebih kecil dari 0.05) dan akuntansi sebagai aktifitas kelompok (p=0.006 lebih kecil dari 0.05)

Kata Kunci : Persepsi, Mahasiswa Senior, Mahasiswa Junior, Profesi Akuntan.


(16)

ABSTRACT

The Differences Of Perception An Accountant University Student Senior And Junior In Program S1 Extention Accountant About Accountant Profession, Empirism Study At Faculty Economy University Of North Sumatera.

By

Roma Pranata Yudha

This research ini order to knowing there is a difference perception about an accountant proofession observed from an accountantas profession, an accountant as career, an accountant as knowledge and an accountant as group activity on university student senior and university student junior ini Program S1 Extention Accountant Faculty Economy University Of North Sumatera ?

The kind of this research is kind of research quantitative and using descriptive research and comparative method that is the research for knowing is there difference perception an accountant university student between senior university student (university student last semester) and junior (university student beginner semester) on Program S1 Extention Accountant Faculty Economy University Of North Sumatera about accountant profession. According to research destination, the writer try to knowing the differences between each respondence.

The result of research showing that there is the significant difference between perception senior and junior university student Program S1 Extention University Of North Sumatera about accountant as profession (p= 0.029 smallest than 0.05) and accountant as group activity (p=0.006 smallest than 0.05)

Keywords : Perception, University Student Senior And Junior, Accountant Profession.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia mulai tahun 1997 menurut berbagai pihak merupakan akibat dari kurangnya praktek Good Corporate Governance di Indonesia.

Seiring dengan tuntutan untuk menghadirkan suatu proses bisnis yang terkelola dengan baik, sorotan atas kinerja akuntan terjadi dengan begitu tajamnya. Ini tidak dapat terlepas dari terjadinya beberapa skandal besar “malpraktik bisnis” yang melibatkan profesi akuntan di dalam dan luar negeri. Peristiwa bisnis yang melibatkan akuntan tersebut seharusnya member pelajaran untuk mengutamakan etika dalam melaksanakan praktik profesi akuntan.

Berdasarkan OECD salah satu komponen dari corporate goverance adalah adanya sistem pelaporan keuangan yang memadai, di Indonesia sendiri sistem pelaporan keuangan masih perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Salah satu faktor yang masih harus ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan di Indonesia adalah menyangkut etika dan sikap positif akuntan Indonesia, tidak mengherankan jika sejak dulu etika selalu menyoroti akuntan dalam menyajikan laporan keuangan.

Bertolak dari kasus - kasus di atas, dan dihubungkan dengan terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, akuntan seolah menjadi profesi yang harus paling bertanggungjawab. Dalam hal ini, karena peran pentingnya dalam masyarakat


(18)

bisnis, akuntan bahkan dituduh sebagai pihak yang paling besar bertanggung-jawabnya atas kemerosotan perekonomian Indonesia. Bagaimanapun situasi ini memerlukan perhatian dalam berbagai aspek pengembangan profesionalisme akuntan, termasuk di dalamnya melalui suatu penelitian.

Profesi akuntan Indonesia pada masa yang akan datang akan menghadapi tantangan yang semakin berat, untuk itu persiapan yang menyangkut profesi seorang akuntan mutlak diperlukan.

Di Indonesia sedang berkembang issue seiring terjadinya beberapa pelanggaran etika yang terjadi, baik dilakukan oleh akuntan publik, akuntan intern, maupun akuntan pemerintah. Hal ini tidak akan terjadi jika setiap akuntan dan calon akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman dan dapat menerapkan etika secara memadai dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang akuntan untuk melaksanakan tugasnya sebagai seorang akuntan yang profesional. Pekerjaan seorang akuntan harus dikerjakan dengan sikap yang profesional yang sepenuhnya berlandaskan pada standar moral dan etika yang ada. Dengan sikap akuntan yang profesional maka akan mampu menghadapi tekanan yang muncul dari dirinya sendiri ataupun dari pihak eksternal, dimana kemampuan seorang akuntan untuk dapat mengerti dan peka terhadap persoalan etika juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada, dalam hal ini ada salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seorang akuntan adalah lingkungan pendidikan.

Wyatt (2004:45) menyebutkan bahwa kelemahan yang terdapat pada akuntan adalah: keserakahan individu dan korporasi, pemberian jasa yang mengurangi


(19)

independensi, sikap terlalu ‘lunak’ pada klien dan peran serta dalam menghindari aturan akuntansi yang ada. Wyatt menambahkan bahwa untuk menghindari hal - hal tersebut, akuntan pendidik seharusnya memberikan perhatian yang lebih besar dalam pendidikan akuntansi atas dua hal, yaitu apresiasi terhadap profesi akuntan dan apresiasi mengenai dilema etika (ethicaldilemmas). Hal ini dapat dituangkan dalam bentuk mata pelajaran, metode pengajaran sampai kepenyusunan kurikulum yang berlandaskan nilai - nilai etika dan moral.

Pendidikan akuntansi di Indonesia bertujuan menghasilkan lulusan yang memiliki etika dan bermoral tinggi. Berbagai upaya dilakukan untuk memperkenalkan nilai - nilai profesi dan etika akuntan kepada mahasiswa. Dalam upaya pengembangan pendidikan akuntansi yang berlandaskan etika ini dibutuhkan adanya umpan balik (feedback) mengenai kondisi yang ada sekarang, yaitu apakah pendidikan akuntansi di Indonesia telah cukup membentuk nilai - nilai positif mahasiswa akuntansi.

Pendidikan akuntansi di Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar untuk menyiapkan mahasiswa agar kelak sukses berkarier di profesi akuntan. Tantangan bagi lulusan untuk semua lapangan pekerjaan yang membutuhkan profesionalisme kerja, termasuk akuntan adalah penguasaan hardskill dan softskill yang memadai.

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh dunia usaha di Indonesia, para pengguna lulusan lebih membutuhkan lulusan perguruan tinggi yang memiliki

softskill memadai daripada lulusan yang hanya sekedar memiliki hardskill, berupa kecerdasan intelektual yang tinggi.


(20)

untuk mengembangkan softskill mahasiswa akuntansi sejak dini, khususnya kemampuan mahasiswa bekerja dalam team. Kalangan praktisi atau profesi dan pengusaha, akuntan manajemen, akuntan publik, internal auditor dan Ikatan Akuntan Indonesia, semuanya menekankan pada pentingnya keahlian membangun

team.

Hasil survei di Amerika yang dilakukan oleh ikatan akuntan manajemen bersama-sama dengan ikatan akuntan keuangan menunjukkan bahwa perusahaan- perusahaan lebih membutuhkan calon karyawan (akuntan) yang memiliki keahlian membangun team dibanding dengan yang tidak memiliki keahlian ini (Segel dan Sorensen:1994:135).

Dalam kode etik Akuntan Indonesia disebutkan bahwa tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggungjawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja yang tinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi seorang akuntan adalah profesionalisme. Seorang akuntan haruslah merupakan seorang individu yang dengan jelas dapat didefinisikan oleh pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi. Prinsip kode etik Akuntan Indonesia menyebutkan bahwa prinsip profesionalisme berarti setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjahui tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Goa dan thorne (2004:5) mengatakan bahwa pendidikan akuntansi selama ini memfokuskan pada dimensi pilihan kebijakan tetapi tidak memperhatikan nilai dan kredibilitas yang mempengaruhi pilihan tersebut. Kemudian Goa dan Thorne


(21)

menyebutkan bahwa pada dasarnya akuntan memilih tindakan berdasarkan nilai yang ada dalam pikiran mereka.

Prinsip profesionalisme seorang akuntan akan terwujud dengan baik apabila akuntan tersebut merasa bahwa profesi akuntan adalah penting dan memiliki tanggung jawab yang besar dalam masyarakat. Dengan demikian akuntan tersebut berusaha menjalankan tugas dengan sebaik - baiknya dan menjaga nama baik profesinya. Karena itulah, salah satu hal penting yang perlu ditekankan dalam pendidikan akuntansi adalah bagaimana membentuk nilai - nilai dan persepsi positif mahasiswa terhadap profesi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI SENIOR DAN JUNIOR DI PROGRAM S-1 EKSTENSI AKUNTANSI MENGENAI PROFESI AKUNTAN, STUDI EMPIRIS DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA”.

1.2 Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dibuat batasan masalah agar penelitian lebih terarah, terfokus dan tidak melenceng dari topik pembahasan, maka penelitian ini difokuskan hanya membahas persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan dengan mengunakan Accountant Attitude Scale (AAS) yang digunakan oleh Marriott dan Marriott (2003:118) yaitu : (1) akuntan sebagai profesi, (2) akuntan sebagai karir, (3) akuntansi sebagai bidang ilmu, dan (4) akuntansi


(22)

sebagai aktifitas kelompok. Respondennya berasal dari mahasiswa yang berada di program S-1 ekstensi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah-masalah yang dapat di indentifikasi adalah :

Apakah terdapat perbedaan persepsi mengenai profesi akuntan ditinjau dari akuntan sebagai profesi, akuntan sebagai karir, akuntan sebagai bidang ilmu dan akuntan sebagai aktivitas kelompok pada mahasiswa senior dan mahasiswa junior di program S-1 Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

Adanya perbedaan persepsi mengenai profesi akuntan ditinjau dari akuntan sebagai profesi, akuntan sebagai karir, akuntan sebagai bidang ilmu dan akuntan sebagai aktivitas kelompok pada mahasiswa senior dan mahasiswa junior di program S-1 Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara ?

1.5 Manfaat Penelitian


(23)

1. Memberikan informasi kepada kalangan akademisi mengenai persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan untuk dijadikan dasar penyusunan kurikulum akuntansi.

2. Memberikan informasi kepada Ikatan Akuntan Indonesia khususnya kompartemen akuntan pendidik mengenai persepsi mahasiswa akuntan terhadap profesi akuntan sebagai dasar menentukan kebijakan - kebijakan untuk meningkatkan profesionalisme akuntan Indonesia.

3. Agar peneliti mendapatkan pengetahuan mengenai pebedaan persepsi antara mahasiswa senior dan junior mengenai profesi akuntan dan penyebab yang menjadikan adanya perbedaan persepsi.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

Para ahli banyak mengungkapkan pendapat mengenai persepsi secara definitif yang berbeda satu sama lain. Seperti yang diungkapkan oleh Robbins, S.P. (2003:88) mendeskripsikan persepsi dalam kaitannya dengan lingkungan, yaitu sebagai proses di mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna pada lingkungan mereka.

Sedangkan menurut Triato dan TiTik Triwulan, T. (2006:53) Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan menggunakan panca indera. Kesan yang diterima individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu.

Menurut Kotler (2004 : 193) yang menyatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses di mana seseorang dapat memilih, mengatur, dan mengartikan imformasi menjadi suatu gambar yang sangat berarti di dunia.

Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2005:807) persepsi didefinisikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Jadi secara umum, persepsi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pengelompokan dan penginterprestasian berdasarkan pengalaman tentang peristiwa yang diperoleh melalui panca inderanya untuk menyimpulkan informasi


(25)

dan menafsirkan pesan.

Persepsi adalah inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsi yang menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

Persepsi merupakan suatu tanggapan atau pendapat seseorang atau kelompok atas suatu masalah yang diajukan dan diharapkan dapat memberikan pemecahan masalah tersebut. Menurut Kreitner dan Kinicki (2005 : 208), persepsi adalah proses kognitif yang memungkinkan kita dapat menafsirkan dan memahami lingkungan sekitar kita.

Menurut Manahan (2008:63-64) persepsi sebagai gambaran seseorang tentang sesuatu objek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang terjadi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :

1. Faktor Individu.

Individu dalam membuat suatu persepsi akan dilatarbelakangi oleh kemampuan individu untuk mempelajari sesuatu (attitude), motivasi individu untuk membuat persepsi tentang sesuatu tersebut, kepentingan individu terhadap sesuatu yang dipersepsikan, pengalaman individu dalam menyusun persepsi, serta harapan individu dalam menentukan persepsi tersebut.

2. Faktor Situasi.


(26)

nan atau struktur dari objek yang dipersepsikan, serta kebiasaan yang berlaku dalam sosial masyarakat dalam merumuskan persepsi.

3. Faktor Target.

Gangguan yang ada dalam menyusun persepsi sebagai gangguan dalam menentukan target atau persepsi, biasanya adalah objek yang akan dipersepsikan merupakan perihal yang benar - benar baru (novelty), adanya gambaran hidup yang mempengaruhi dalam membentuk persepsi (motion), suara - suara yang timbul pada saat membentuk persepsi (sounds), ukuran dari bentuk persepsi (size), yang melatarbelakangi pembentuk persepsi tersebut

(background), dan kedekatan persepsi dengan objek lain yang dapat

membentuk persepsi yang hampir sama (proximity), serta kesamaan (similarity) dari persepsi yang akan dibangun dengan persepsi lain.

Menurut Robbins,S.P. (2003:89) proses pembentukan persepsi dipengaruhi oleh :

“(1) Faktor perhatian dari luar adalah kondisi - kondisi luar yang mempermudah individu untuk melakukan keinginan, meliputi intensitas, keberlawanan, pengulangan, dan gerakan, (2) Faktor dari dalam ( internal sets factor ) adalah faktor dari dalam diri seseorang yang memiliki proses persepsi antara lain proses belajar (learning), motivasi, dan kepribadian.”

Untuk persepsi mahasiswa akuntansi pada penelitian ini, penulis melihatnya dari persepsi yang berkaitan dengan profesi akuntan dengan menggunakan

Accountant Attitude Scale (AAS) yang dikembangkan oleh Nelson dari


(27)

a. Akuntan Sebagai Profesi.

Bidang akuntansi melahirkan profesi akuntan profesional. Profesi ini lahir karena anggapan bahwa penyaji laporan keuangan yang menjamin tidak akan dapat berlaku adil dan objektif dalam melaporkan hasil prestasinya. Oleh karenanya diperlukan pihak saksi independen yang menilai seberapa jauh laporan yang disusun manajemen sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang ada.

b. Akuntansi Sebagai Bidang Ilmu.

Disiplin ilmu sebagai suatu cabang ilmu, akuntansi mempelajari proses penyusunan dan pelaporan informasi akuntansi yang ditujukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan sebagai dasar pengambilan keputusan.

c. Akuntan Sebagai Karir.

Dalam berkarier menjadi akuntan publik, mahasiswa jurusan akuntansi akan berpikir tentang keuntungan dan kerugian memilih karier tersebut, sehingga

ratio keuntungan dan kerugian menjadi akuntan publik mempengaruhi

keputusan mahasiswa untuk memilih karier sebagai akuntan. d. Akuntansi Sebagai Aktifitas Kelompok.

Mahasiswa akuntansi menganggap pekerjaan sebagai akuntan publik lebih memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain, lebih memberikan kesempatan untuk menyediakan jasa sosial dan akhirnya lebih prestisius dibandingkan pekerjaan sebagai akuntan perusahaan.


(28)

2.2 Mahasiswa Akuntansi

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:536) Mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi. Sedangkan akuntansi adalah seni pencatatan dan pengikhtisaran transaksi keuangan dan penafsiran akibat suatu transaksi terhadap suatu kesatuan ekonomi. Jadi yang dimaksud mahasiswa akuntansi dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan akuntansi yang sedang/telah menempuh mata kuliah akuntansi untuk mahasiswa semester awal/junior, dan yang sedang/telah menempuh mata kuliah akuntansi dan auditing untuk mahasiswa semester akhir/senior. Persyaratan ini didasarkan pada asumsi bahwa para mahasiswa akuntansi untuk mahasiswa semester akhir/senior telah mempunyai pemahaman tentang prinsip - prinsip etika dalam Kode Etik IAI.

2.3 Profesi

2.3.1 Pengertian Profesi

Profesi menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:897) dalam Trianto dan Titik Triwulan, T. (2006:12), adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran, dsb) tertentu. Profesi adalah suatu pekerjaan profesional yang di dalamnya menggunakan teknik serta prosedural yang bertumpu pada landasan intelektual yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian secara langsung dapat diabadikan bagi kemaslahatan orang banyak.

Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.


(29)

Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang - senang, atau untuk mengisi waktu luang.

Menurut Sukmadinata (2002:57) dalam Trianto dan Titik Triwulan, T. (2006:13), menyebutkan bahwa ada 10 kriteria suatu jabatan dikatakan sebagai profesi, yaitu:

“(a) memiliki fungsi dan signifikansi sosial, (b) memiliki keahlian atau keterampilan tertentu, (c) keahlian diperoleh dengan teori dan metode ilmiah, (d) berdasarkan disiplin ilmu yang jelas, (e) diperoleh melalui pendidikan tertentu, (f) aplikasi dan sosialisme nilai - nilai profesional, (g) Memiliki kode etik, (h) kebebasan memberi judgement dalam memecahkan masalah dalam kerja, (i) memiliki tanggung jawab profesional dan anatomi, (j) ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesi.”

2.3.2 Ciri-ciri Profesi

Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat pada profesi, yaitu:

a. Memiliki keahlian dan keterampilan khusus yang diperoleh melalui jalur pendidikan ataupun pelatihan.

b. Mamiliki kaidah - kaidah serta standar moral yang sangat tinggi dalam menjalankan profesinya.


(30)

d. Bekerja bukan saja dengan motif komersial, tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai kepercayaan masyarakat.

2.3.3 Pelaksanaan Etika Profesi Akuntan

Menurut Sukirno Agoes (2006:31), seorang profesional dituntut untuk selalu memelihara berbagai hal sebagai berikut :

a. Kompetensi atas keahlian yang dimiliki. b. Objektivitas dalam menawarkan jasa. c. Integritas dalam berurusan dengan klien. d. Kerahasiaan informasi klien.

e. Kedisiplinan terhadap anggota yang tidak menjalankan kewajiban sesuai dengan standar yang diharapkan.

2.4 Akuntan

2.4.1 Pengertian Akuntan

Akuntan adalah sebutan dan gelar profesional yang diberikan kepada seorang sarjana yang telah menempuh pendidikan di fakultas ekonomi jurusan akuntansi pada suatu universitas atau perguruan tinggi dan telah lulus Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk). Keterlibatan akuntan mencakup dua pihak, yaitu internal dan eksternal. Keterlibatan internal terjadi bila akuntan menjadi salah satu bagian dari manajemen untuk melaksanakan fungsi sebagai penyedia informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan.

Akuntan adalah orang yang menjalankan pekerjaan akuntansi sesuai dengan undang - undang No.34 tahun 1954 tentang jabatan akuntan. Menurut undang - undang tersebut gelar akuntan hanya diberikan kepada:


(31)

a. Mereka yang dinyatakan lulus dari Universitas Negeri jurusan akuntansi atau badan Perguruan Tinggi lainnya yang dibentuk menurut undang - undang atau diakui oleh pemerintah.

b. Mereka dinyatakan lulus dalam suatu ujian lain yang menurut pendapat ahli yang dapat menjalankan pekerjaan akuntan dan ijasahnya dapat disamakan dengan ijasah tersebut diatas.

Saat ini untuk mendapat gelar akuntan, seorang lulusan fakultas ekonomi jurusan akuntansi baik negeri maupun swasta harus mengikuti Pendidikan Profesi Akuntan di Perguruan Tinggi tertentu dan mengambil antara 20 – 30 SKS, namun pelaksanaannya baru dimulai awal tahun 2003. Mereka yang berhak memakai gelar akuntan harus mendaftar ke Departemen Keuangan untuk mendapatkan nomor register dimulai dengan A dan D.

Seorang akuntan yang mempunyai nomor register, bisa memilih profesi secara umum sebagai akuntan publik dan non akuntan publik (akuntan pemerintah, akuntan pendidik, dan akuntan perusahaan).

a. Profesi Akuntan Publik.

Akuntan publik adalah akuntan profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Pemeriksaan tersebut terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para kreditur, inverstor, calon kreditur, calon investor, dan instansi pemerintah (terutama instansi pajak). Di samping itu akuntan publik juga menjual jasa lain kepada


(32)

masyarakat seperti konsultan pajak, konsultasi bidang menejemen, penyusunan sistem akuntansi dan penyusunan laporan keuangan. (Mulyadi, 2002:4).

Untuk praktik sebagai akuntan publik, seseorang harus memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja tertentu (SPAP:2001). Akuntan publik harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau mempunyai ijazah disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan Ijazah Akuntan, dan mendapat ijin praktik dari Menteri Keuangan.

Profesi akuntan publik ini mempunyai ciri yang berbeda dengan profesi lain (seperti profesi dokter dan pengacara). Profesi dokter dan pengacara dalam menjalankan keahliannya memperoleh honorarium dari kliennya, dan mereka berpihak kepada kliennya. Profesi akuntan publik memperoleh honorarium dari kliennya dalam menjalankan keahliannya, namun demikian akuntan publik harus independen, tidak memihak pada kliennya, karena yang memanfaatkan jasa akuntan publik terutama adalah pihak selain kliennya. Oleh karena itu, independensi akuntan dalam melaksanakan keahliannya merupakan hal yang pokok, meskipun akuntan tersebut dibayar oleh kliennya karena jasa yang diberikannya tersebut. 1) Timbuldanberkembanganyaprofesiakuntanpublik.

Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang disediakan bagi pemakai informasi keuangan. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan


(33)

dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan - perusahaan yang berkembang dalam suatu negara masih berskala kecil dan masih menggunakan modal pemiliknya sendiri untuk membelanjai usahanya, jasa audit yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik belum diperlukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Begitu juga jika sebagian besar perusahaan berbadan hukum selain Perseroan Terbatas (PT) yang bersifat terbuka, di negara tersebut jasa audit profesi akuntan publik belum diperlukan oleh masyarakat usaha.

Dalam perkembangan usahanya, baik perusahaan perseorangan maupun berbagai perusahaan berbentuk badan hukum yang lain tidak dapat menghindarkan diri dari penarikan dana dari pihak luar, yang tidak selalu dalam bentuk penyertaan modal dari investor, tetapi berupa penarikan pinjaman dari kreditur. Dengan demikian, pihak - pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan tidak lagi hanya terbatas pada para pemimpin perusahaan, tetapi meluas kepada para investor dan kreditur serta calon investor dan calon kreditur.

Pihak - pihak di luar perusahaan memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka dengan perusahaan. umumnya mereka mendasarkan keputusan mereka berdasarkan informasi yang disajikan oleh manejemen dalam laporan keuangan perusahaan. Dengan demikian, terdapat dua kepentingan


(34)

yang berlawanan dalam situasi seperti yang diuraikan diatas. Di satu pihak, manajemen perusahaan ingin menyampaikan informasi tentang pertanggungjawaban pengelolaaan dana yang berasal dari pihak luar, namun di pihak lain pihak luar perusahaan ingin memperoleh informasi yang andal dari manajemen perusahaan mengenai pertanggungjawaban dana yang mereka investasikan. Ada dua kepentingan yang berlawanan inilah yang menyebabkan timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik.

Manajemen perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga agar pertanggungjawaban keuangan disajikan kepada pihak luar dapat dipercaya, sedangkan pihak luar perusahaan memerluakan jasa pihak ketiga untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar keputusan - keputusan yang diambil oleh mereka. Baik manajemen perusahaan maupun pihak luar perusahaan yang berkepentingan terhadap perusahaan memerlukan jasa pihak ketiga yang dapat dipercaya. Tanpa menggunakan jasa auditor independen, manajemen perusahaan tidak dapat meyakinkan pihak luar perusahaan bahwa laporan keuangan yang disajikan berisi informasi yang dapat dipercaya, karena dari sudut pandang pihak luar, manajemen perusahaan mempunyai kepentingan, baik kepentingan keuangan maupun kepentingan lain. Keadaan ini memicu timbulnya kebutuhan jasa profesi akuntan publik. Profesi ini merupakan profesi kepercayaan


(35)

masyarakat, dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan.

Di Indonesia, timbulnya perusahaan-perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dimasa lalu tidak banyak memberikan dorongan kepada perkembangan profesi akuntan publik, karena sebagian besar perseroan terbatas Indonesia merupakan PT tertutup yang sahamnya hanya dimiliki oleh kalangan keluarga atau kalangan terbatas saja. Profesi akuntan publik di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan sejak awal tahun tujuh puluhan, dengan adanya perluasan kredit - kredit perbankan kepada perusahaan. Bank - bank ini mewajibkan nasabah yang menerima kredit dalam jumlah tertentu menyerahkan secara periodik laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik. Umumnya perusahaan - perusahaan swasta di Indonesia baru memerlukan jasa audit profesi akuntan publik jika kreditur mewajibkan mereka menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik.

Perkembangan pasar modal indonesia diwarnai dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual sahamnya di pasar modal. Perkembangan pasar modal Indonesia merupakan pendorong berkembangnya profesi akuntan publik di Indonesia.


(36)

Menurut Mulyadi (2002:4) profesi akuntan publik menghasilkan berbagai macam jasa bagi masyarakat, yaitu:

a) Jasa Assurance, adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan sebagai basis untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, mereka mencari jasa assurance untuk meningkatkan mutu informasi yang akan dijadikan sebagai basis keputusan yang akan mereka lakukan.

Jasa assurance dapat disediakan oleh profesi akuntan publik atau berbagai profesi lain. Contoh jasa assurance yang disediakan oleh profesi lain adalah jasa pengujian berbagai produk oleh organisasi konsumen, jasa pemeringkatan televisi (television rating) dan jasa pemeringkatan radio (radio rating).

b) Jasa Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai, dalam semua hal yang materia, dengan kriteria yang ditetapkan. Asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi diterima umum (generally accepted accounting principles). Jasa atestasi profesi


(37)

akuntan publik dapat dibagi lebih lanjut menjadi 4 jenis:

1. Audit, Jasa audit mencakup memperoleh penilaian bukti yang mendasari laporan keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Akuntan publik yang memberikan jasa audit disebut dengan istilah auditor.

2. Pemeriksaan ( examination ), istilah pemeriksaan digunakan untuk jasa lain yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik yang berupa pernyataan suatu pendapat atas kesesuaian asersi yang dibuat oleh pihak lain dengan kriteria yang ditetapkan. 3. Review, jasa review terutama berupa permintaan keterangan

dan prosedur analitik terhadap informasi keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan keyakinan negatif atas asersi yang terkandung dalam informasi keuangan tersebut.

4. Prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures), jasa atestasi atas asersi manajemen dapat dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan prosedur yang disepakati antara klien dengan akuntan publik. Sebagai contoh, klien dan akuntan publik dapat bersepakat bahwa prosedur tertentu akan ditetapkan terhadap unsur atau akun tertentu dalam suatu laporan keuangan, bukan terhadap semua unsur laporan keuangan. Untuk tipe jasa ini, akuntan publik dapat menerbitkan suatu “ringkasan temuan” atau suatu keyakinan


(38)

negatif seperti yang dihasilkan dalam jasareview.

c) Jasa Non Atestasi adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang didalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Jasa non atestasi yang dihasilkan oleh akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.

b. Profesi Akuntan Pemerintah.

Akuntan pemerintah adalah profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaaan terhadap pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak akuntan yang bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan instansi pajak.

BPKP adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik Indonesia dalam bidang pengawasan keuangan dan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Akuntan yang bekerja di BPKP mempunyai tugas pokok melaksanakan pemeriksaan terhadap laporan keuangan instansi pemerintah, proyek - proyek pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan perusahaan –


(39)

perusahaan swasta yang pemerintah mempunyai penyertaan modal yang besar di dalamnya.

BPK adalah unit organisasi dibawah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yang tugasnya melakukan pemeriksaan terhadap pertanggung jawaban Presiden dan aparat dibawahnya kepada dewan tersebut.

c. Profesi Akuntan Pendidik

Akuntan pendidik adalah profesi akuntan yang memberikan jasa berupa pelayanan pendidikan akuntansi kepada masyarakat melalui lembaga - lembaga pendidik yang ada, guna melainkan akuntan-akuntan yang terampil dan profesional. Profesi akuntan pendidik sangat dibutuhkan bagi kemajuan profesi akuntans itu sendiri karena ditangan merekalah para calon - calon akuntan pendidik.

Akuntan pendidik harus dapat melakukan transfer of knowledge

kepada mahasiswanya, memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan menguasai pengetahuan bisnis dan akuntansi, teknologi informasi dan mampu mengembangkan pengetahuannya melalui penelitian.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuntan pendidik melaksanakan proses penciptaan profesional baik profesi akuntan publik (private accounting, not for profit accounting), maupun akuntan pendidik sendiri.

d. Profesi Akuntan Perusahaan


(40)

Perusahaan dalam hal ini adalah suatu badan yang tujuan utamanya mencari laba. Akuntan yang bekerja di perusahaan menjalani jenis pekerjaan yang berbeda - beda tergantung pada tugas yang diberikan oleh pemimpin perusahaan. Meskipun jenis pekerjaan di dalam perusahaan bervariasi, namun tujuan utama perusahaan mempekerjakan akuntan adalah untuk mendapatkan informasi keuangan dalam perusahaannya. Sehingga akuntan yang bekerja di perusahaan, tugas utamanya adalah menyediakan informasi keuangan. Jenjang karir yang umumnya ditempuh pada profesi akuntan perusahaan, meliputi:

1) Junior Accountant, merupakan jenjang karir pertama pada profesi akuntan perusahaan.

2) Senior Accountant, merupakan jenjang karir akuntan pada perusahaan setelah dua sampai empat tahun pengalaman kerja sebagai junior accountant.

3) Corporate Controller, jenjang karir akuntan pada perusahaan setelah melaksanakan fungsi sebagai senior accountant yang biasanya dicapai setelah enam sampai delapan tahun masa kerja.

4) VP Finance dan CFO, merupakan puncak karir akuntan perusahaan

yang pada umumnya dapat diraih setelah sepuluh tahun masa kerja.

Telah dijelaskan secara rinci pada bagian diatas, mengenai profesi - profesi akuntan secara umum yang dapat dipilih oleh seorang akuntan yang telah mendapatkan nomor registrasi, adapun secara khusus profesi –


(41)

profesi akuntan yang dapat dipilih seorang akuntan setelah mendapatkan nomor register sebagai akuntan adalah sebagai berikut:

1) Akuntan Publik (External Auditor) : dengan memiliki KAP atau bekerja di KAP

2) Non Akuntan Publik:

a. Pemeriksa Intern (Internal Auditor) : dengan bekerja di Bagian Pemeriksaan Intern (Internal Audit Departemen) suatu perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN), di BUMN biasanya disebut Satuan Pengawas Intern (SPI).

b. Financial Accountant : dengan bekerja dibagian akuntansi

keuangan suatu perusahaan.

c. Cost Accountant : dengan bekerja dibagian akuntansi biaya suatu perusahaan.

d. Management Accountant : dengan bekerja dibagian akuntansi

manajemen suatu perusahaan.

e. Tax Accountant : dengan bekerja dibagian perpajakan suatu

perusahaan atau Direktorat Jendral Pajak.

f. Akuntan Pendidik : dengan bekerja sebagai dosen baik di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Akuntan pendidik banyak yang merangkap sebagai Akuntan Publik, Internal Auditor, maupun Akuntan Manajemen (yang bekerja disuatu perusahaan) atau sebagai government accountant


(42)

2.4.2 Peran Profesi Akuntan

Sangatlah penting bagi seorang akuntan yang profesional untuk memahami dengan benar peran profesi yang dijalaninya, sehingga mereka dapat merespon terhadap permasalahan etis yang terjadi. Sebagai contoh, pemahaman terhadap yang dijalankan akuntan adalah perlu untuk merespon pertanyan sebagai berikut : (a) Siapakah klien yang dilayani sesungguhnya, apakah perusahaan, manajemen, pemegang saham, atau masyarakat?, (b) Apakah profesi akuntan hanya sebuah profesi atau sebuah bisnis, atau kedua-duanya?, (c) Kapankah seorang akuntan menolak memberikan jasanya?, (d) Dapatkah seorang akuntan memberikan jasanya pada dua klien dengan kepentingan yang bersaing pada saat bersamaan?

2.4.3 Tujuan Profesi Akuntan

Tujuan profesi akuntan adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai kebutuhan tersebut terdapat tiga kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:

a. Profesionalisme: Diperlukan individu dengan jelas dapat di indentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan sebagai profesional dibidang akuntansi.

b. Kualitas Jasa: Terdapat keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.


(43)

terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.

2.4.4 Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI )

Kode Etik Akuntan Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam kongres X Ikatan Akuntan Indonesia tahun 2006 terdiri dari:

a. Prinsip - prinsip Etika

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika sebagai berikut:

1) Tanggungjawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota senangtiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2) Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.

3) Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus memenuhi tanggungjawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

4) Obyektivitas


(44)

kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. 5) Kompetensi dan Kehati - Hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang mutakhir. 6) Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukun untuk mengungkapkan. 7) Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

8) Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.


(45)

b. Aturan etika

Disahkan oleh rapat anggota himpunan dan hanya mengikat anggota himpunan yang bersangkutan.

c. Interprestasi aturan etika

Interprestasi aturan etika merupakan interprestasi yang dikeluarkan oleh badan yang dibentuk oleh himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak – pihak berkepentingan lainya, sebagai panduan dalam penerapan aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.

Sebagai pernyataan ideal dari kode etik, prinsip etika bukan merupakan standar yang bisa dipaksakan pelaksanaanya. Sebaliknya, aturan etika merupakan standar minimum yang telah diterima dan bisa dipaksakan pelaksanaanya.

2.5 Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya.

No.

Nama Peneliti

Judul Penelitian Hasil Temuan

1. Fitriany & Yulianty

Perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi junior dan senior me ngenai profesi akuntan pada S1

Pada Program S1 Reguler dan S1 Ekstensi, mahasiswa senior memiliki persepsi yang lebih


(46)

No.

Nama Peneliti

Judul Penelitian Hasil Temuan

(2007) Reguler, S1 Ekstensi, dan Program Diploma 3 Universitas Indonesia Jakarta.

rendah dibandingkan dengan mahasiswa junior. Dan pada Program Diploma 3, tidak ada perbedaan yang signifikan antara mahasiswa senior dan junior. 2. Marriott

& Marriott (2003)

Perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi junior dan senior me ngenai profesi akuntan di Universitas Inggris.

Dengan menggunakan kuesioner yang dinamakan Accounting Attitude Scale (AAS), ditemukan bahwa terjadinya perubahan persepsi mahasiswa akuntansi sejak awal masa kuliah sampai ke senior. Pendidikan akuntansi justru menyebabkan menurunnya

persepsi positif mahasiswa

akuntansi terhadap profesi akuntan. 3. Syukriy

Abdullah &

Syukur Selamat (2002)

Persepsi mahasiswa akuntansi terhadap profesi akuntan publik dengan membandingkan antara mahasiswa yang belum dan sudah mengambil mata kuliah auditing.

Persepsi mahasiswa akuntansi yang telah mengambil pengauditan lebih positi memandang profesi akuntan publik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum mengambil pengauditan.


(47)

2.6 Kerangka Konseptual

Keterangan :

- Variabel Persepsi Mahasiswa Akuntansi Senior - Variabel Persepsi Mahasiswa Akuntansi Junior - Variabel Profesi Akuntan

2.7 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2008:68) menyatakan bahwa hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu harus dibuktikan melalui data yang terkumpul. Secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.

Berdasarkan data - data diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : H1 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi senior dan junior pada

program S-1 ekstensi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara mengenai akuntan sebagai profesi.

H2 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi senior dan junior pada program S-1 ekstensi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Profesi Akuntan:

- Akuntan sebagai profesi - Akuntansi sebagai bidang ilmu - Akuntan sebagai karir

- Akuntansi sebagai aktivitas kelompok

Persepsi Mahasiswa Akuntansi Junior Persepsi Mahasiswa


(48)

Utara mengenai akuntan sebagai bidang ilmu.

H3 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi senior dan junior pada program S-1 ekstensi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara mengenai akuntansi sebagai karir.

H4 : Terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi senior dan junior pada program S-1 ekstensi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara mengenai akuntansi sebagai aktivitas kelompok.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, jenis penelitian yang di gunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dan menggunakan metode penelitian deskriptif dan komparatifyaitu penelitian untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi mahasiswa akuntansi antara mahasiswa senior (mahasiswa semester akhir) dan junior (mahasiswa semester awal) pada program S-1 ekstensi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara mengenai profesi akuntan. Sesuai dengan tujuan penelitian, penulis berusaha untuk mengetahui perbedaan pemahaman diantara masing - masing responden.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2008:72). Populasi juga dapat berarti kelompok keseluruhan orang, peristiwa, atau sesuatu yang ingin diselidiki oleh peneliti.

3.2.2 Sampel


(50)

populasi (Sugiono, 2008:116). Sampel dapat diartikan juga sebagai beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi. Dengan mempelajari sampel, peneliti berharap dapat mengambil kesimpulan yang akan digeneralisasikan keseluruh populasi. Sampel tersebut menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut teknik sampling.

Teknik sampling yaitu proses memilih suatu jumlah unsur populasi yang mencakupi dari populasi, sehingga dengan mempelajari sampel dan memahami karakteristiknya memungkinkan untuk menggeneralisasikan karakteristik tersebut pada seluruh anggota populasi (Sri sularso, 2003:67).

Dalam hal ini penulis menggunakan teknik sampling Purposive

sampling. Purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu, artinya setiap unit atau individu yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan pertimbangan tertentu.

Adapun dasar pertimbangan atau kriteria yang digunakan adalah : Mahasiwa jurusan akuntansi yang telah atau sedang mengambil mata kuliah akuntansi untuk mahasiswa semester awal/junior dan telah atau sedang mengambil mata kuliah akuntansi dan auditing untuk mahasiswa semester akhir/senior.

Dipilih responden dari program S-1 ekstensi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dengan jumlah responden sebanyak 50 responden, yaitu yang terdiri dari 25 mahasiswa akuntansi senior dan 25 mahasiswa akuntansi junior.


(51)

3.3 Data Penelitian

Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang obyektif,

valid, dan reliabel tentang sesuatu hal (variabel tertentu). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh berdasarkan jawaban kuesioner yang dikembalikan oleh para responden, yakni mahasiswa jurusan akuntansi pada program S-1 ekstensi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur standar dan sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan. Kualitas data hasil penelitian sangat dipengaruhi kualitas pengumpulan data. Hal ini berkenaan dengan ketepatan cara - cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, sehingga diperoleh data yang

valid dan reliable untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan (kuesioner). Metode kuesioner merupakan satu mekanisme pengumpulan data yang efisien bila peneliti mengetahui secara jelas apa yang disyaratkan dan bagaimana mengukur variabel yang diminati. Satu kuesioner atau angket adalah satu set tulisan tentang pertanyaan yang diformulasikan untuk responden mencatat jawabannya, biasanya secara terbuka alternatif jawaban ditentukan.

Dalam Penelitian ini peneliti mengumpulkan data primer menggunakan metode kuesioner (angket) adalah suatu pengumpulan data yang dilakukan oleh


(52)

penulis dengan memberikan daftar pertanyaan kepada responden yang telah ditentukan, untuk diisi dan dikembalikan lagi kepada penulis. Penulis memberikan kuesioner secara langsung maupun dengan perantara (contact person).

3.5 Operasional Variabel dan Pengukuran 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2004:31). Jadi variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat, nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini tidak terdapat variabel Dependen maupun Independen karena dalam penelitian ini tidak ada yang dipengaruhi atau mempengaruhi. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu Persepsi Mahasiswa Akuntansi senior, Persepsi Mahasiswa Akuntansi junior dan Profesi Akuntan.

3.5.2 Definisi Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel merupakan suatu konsep untuk membuat variabel menjadi terukur. Definisi operasional adalah suatu definisi yang memberikan penjelasan atas suatu variabel dalam bentuk yang dapat diukur dan dapat memberikan informasi - informasi yang diperlukan untuk mengukur


(53)

variabel - variabel yang akan diteliti. Variabel - variabel yang penulis teliti adalah sebagai berikut :

a. Variabel Persepsi

Persepsi adalah sebagai gambaran seseorang tentang sesuatu objek yang menjadi fokus permasalahan yang sedang terjadi.

b. VariabelProfesi Akuntan

Akuntan adalah salah satu profesi yang terlibat langsung dalam pengelolaan perusahaan. Keterlibatan akuntan mencakup dua pihak, yaitu internal dan eksternal. Profesi akuntan terbagi dalam beberapa bidang seperti Akuntan Publik, Akuntan Manajemen, Akuntan Pemerintah, dan Akuntan Pendidik.

3.6 Alat Ukur Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, diambil dari kuesioner (Fitriani dan Yulianti, 2007) SNA X Unhas Makasar. Berikut ini pembagian pertanyaan kuesioner tersebut:

1) Demografi;

2) Persepsi mengenai profesi akuntan yang terdiri dari: 1) Akuntan sebagai profesi.

2) Akuntansi sebagai bidang ilmu. 3) Akuntan sebagai karir.


(54)

Berdasarkan teori dan konsep serta didukung oleh penelitian terdahulu maka penjabaran variabel dalam penelitian ini, dapat dijabarkan menjadi indikator/dimensi dan penggolongan pernyataan, sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kisi – kisi Instrumen

Skala pengukuran yang digunakan penulis adalah skala likert. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel dan dijabarkan lagi menjadi indikator - indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator - indikator yang terukur ini dapat di jadikan titik tolak untuk membuat item instrumen berupa

Variabel Penelitian

Dimensi Butir Pertanyaan

Profesi akuntan

Akuntan sebagai profesi

Kuesioner bagian 1 No. 1, 4, 6, 8, dan 12.

Akuntansi sebagai bidang ilmu

Kuesioner bagian 2 No. 2, 5, 7, dan 14.

Akuntan sebagai karir

Kuesioner bagian 3 No. 9, 10, dan 11. Akuntansi sebagai aktivitas

kelompok

Kuesioner bagian 4 No. 3, 13, dan 15.


(55)

pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Skala yang berasal dari ide yang dikemukakan oleh Likert dan dikenal dengan skala likert ini biasanya menggunakan lima tingkatan. Pemilihan alternatif diserahkan pada keinginan dan kepentingan peneliti yang menciptakan instrumen tersebut. Jumlah pernyataan kuesioner tersebut terdiri dari 15 item pernyataan.

Setiap jawaban responden diberi skor dengan skala likert 1-5 untuk melihat tingkat persetujuan responden terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan oleh peneliti dengan ketentuan:

Tabel 3.2 Skor Skala Likert

NO Interval Kriteria

1 <0,200 Sangat Rendah

2 0,200 – 0,399 Rendah

3 0,400 – 0,599 Cukup

4 0,600 – 0,799 Tinggi

5 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi

3.7 Teknik Analisis Data 3.7.1 Uji Bias

Statistik Non-Parametris Runs Test berguna untuk menguji apakah dua harga dari variabel memiliki random (keacakan) yang sama. (Syahri Alhusin, 2003: 251).


(56)

H1 : variabel mengikuti pola random (acak) Ho : variabel tidak mengikuti pola random (acak)

Ketentuan:

Jika probabilitas > 0,05, H1 : diterima, dan Ho : ditolak. Jika probabilitas < 0,05, H1 : ditolak, dan Ho : diterima.

3.7.2 Uji Validitas Data

Validitas adalah ketepatan atau kecermatan suatu instrumen dalam mengukur apa yang ingin diukur (Priyatno, 2008: 16). Dalam pengujian instrumen pengumpulan data, validitas bisa dibedakan menjadi validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor ini dengan cara mengkolerasikan antara skor faktor (penjumlahan item dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor), sedangkan pengukuran validitas item dengan cara mengkolerasikan antara skor item dengan skor total item.

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Pengujian validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Bivariate Pearson (Kolerasi Produk Momen Pearson). Signifikansi kolerasi pearson dipakai adalah 0,05. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka pertanyaan tersebut valid, sedangkan jika nilai signifikansi < 0,05 maka pertanyaan


(57)

tersebut tidak valid.

Koefesien kolerasi item total dengan Bivariate Pearson dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

[

][

]

=

2 2 2 2 ix

)

x

(

x

n

)

i

(

i

n

)

x

i

(

ix

n

r

Keterangan :

rix : Koefisien korelasi item-total (bivariate pearson)

i : Skor item

x : Skor total

n : Banyaknya subjek

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :

- Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item - item pertanyaan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

- Jika r hitung ≤ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item - item pertanyaan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

3.7.3 Uji Reliabilitas Data

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten


(58)

jika pengukuran tersebut diulang (Priyatno, 2008:25). Dalam penelitian ini menggunakan metode Alpha (Cronbach’s).

Rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah :

keterangan :

rn : Reliabilitas instrumen k : Banyaknya butir pertanyaan ∑σb2 : Jumlah varian butir

σ12 : Varian total

3.7.4 Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak (Priyatno, 2008: 28). Uji ini biasanya di gunakan untuk mengukur data berskala ordinal, interval, ataupun rasio.

Jika analisis menggunakan metode parametrik, maka persyaratan normalitas harus terpenuhi, yaitu data berasal dari distribusi yang normal. Jika data tidak berdistribusi normal, atau jumlah sampel sedikit dan jenis data adalah nominal atau ordinal maka metode yang digunakan adalah statistik nonparametrik.

Dalam penelitian ini akan digunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan 0,05. Data dinyatakan berdistribusi normal jika





=

2

1 2

1

1

σ

σ

b n

x

k

k

r


(59)

signifikansi lebih besar dari dari 5% atau 0,05.

3.7.5 Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

a. Mean (Rata-rata)

Mean merupakan nilai yang cukup representatif bagi penggambaran nilai-nilai yang terdapat dalam data yang bersangkutan. Rumus untuk rata-rata hitung dari data yang belum dikelompokkan (ungroup data) adalah :

Keterangan:

X : rata-rata nilai n : jumlah sampel

1

x : nilai x ke 1 sampai ke n

b. StandarDeviasi

Standar deviasi merupakan simpangan nilai dari data yang telah disusun, dan rumus untuk standar deviasi dari data yang belum dikelompokkan (ungroup data) adalah :

=

=

n

i

x

n

X

1 1


(60)

Keterangan:

S : Simpangan baku n : Jumlah sampel

xi : Nilai x ke 1 sampai ke n

3.8 Pengujian Hipotesis

Uji hipotesis menggunakan metode Independent T-Test jika data berdistribusi normal. Jika tidak berdistribusi normal maka metode yang digunakan adalah Mann-Whitney. Tujuan dari pengujian Independent t test atau Mann-Whitney adalah untuk menguji apakah ada perbedaan atau tidak antara variabel. Dasar pengambilan keputusan dilihat dari tingkat signifikans.

Ketentuan :

a. Perumusan Hipotesis

Ho : µ = 0 ( tidak ada perbedaan antara mahasiswa senior dan junior jurusan akuntansi).

Ha : µ ≠ 0 ( ada perbedaan antara mahasiswa senior dan junior jurusan akuntansi). 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian).

=

= = n i n i

n

xi

xi

n

S

1 2 1 2

1

1


(61)

b. Statistik Uji

c. Kriteria Pengujian

Ho diterima jika t hitung < t tabel dan Ho ditolak jika t hitung > t tabel. Berdasarkan Probabilitas :

Ho diterima jika P value > 0,05 dan Ho ditolak jika P value < 0,05.

d. Tingkat Signifikansi

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi α = 5%, tingkat signifikansi dalam hal ini berarti penulis mengambil resiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesis yang benar sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian).

3.9 Jadwal dan Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih dari penelitian ini adalah Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dijadwalkan sebagai berikut:


(62)

N

o Kegiatan

Tahun 2012

Desember Januari Februari Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

Pengajuan dan Pengesahan Judul

2. Pengumpulan data

3. Bimbingan Proposal

4. Seminar Proposal

5. Bimbingan Skripsi

6. Penyelesaian Skripsi


(63)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Distribusi Jawaban Responden

Analisis deskriptif frekuensi dilakukan untuk mengetahui distribusi jawaban responden terhadap setiap item pernyataan dengan hasil sebagai berikut :

4.1.1 Persepsi Tentang Akuntansi Sebagai Bidang Profesi

Persepsi tentang akuntansi sebagai bidang profesi terdiri dari 5 item pernyataan No. 1, 4, 6, 8, dan 12 dengan distribusi jawaban responden sebagai berikut :

1) Profesi akuntan sangat dihormati

Distribusi jawaban responden terhadap pernyataan ke-1 (profesi akuntan sangat dihormati) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1.

Distribusi Jawaban Responden Tentang Profesi Akuntan Sangat dihormati

No Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Sangat setuju 4 8.0

2 Setuju 32 64.0

3 Kurang setuju 8 16.0

4 Tidak setuju 5 10.0

5 Sangat tidak setuju 1 2.0

Jumlah 50 100.0

Sumber : Data penelitian 2012 (diolah)

Tabel di atas memperlihatkan bahwa dari 50 responden penelitian, 4 orang (8%) sangat setuju terhadap pernyataan bahwa profesi akuntan sangat


(64)

dihormati, 32 orang (64%) setuju, 8 orang (16%) kurang setuju, 5 orang (10%) tidak setuju dan 1 orang (2%) sangat tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas responden setuju terhadap pernyataan bahwa profesi akuntan sangat dihormati (64%).

2) Rekan saya berpendapat bahwa saya membuat keputusan karir yang baik jika saya menjadi akuntan

Distribusi jawaban responden terhadap pernyataan ke-4 (rekan saya berpendapat bahwa saya membuat keputusan karir yang baik jika saya menjadi akuntan) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2.

Distribusi Jawaban Responden Tentang Rekan saya berpendapat bahwa saya membuat keputusan karir yang baik jika saya menjadi akuntan

No Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Sangat setuju 10 20.0

2 Setuju 27 54.0

3 Kurang setuju 9 18.0

4 Tidak setuju 3 6.0

5 Sangat tidak setuju 1 2.0

Jumlah 50 100.0

Sumber : Data penelitian 2012 (diolah)

Tabel di atas memperlihatkan bahwa dari 50 responden penelitian, 10 orang (20%) sangat setuju terhadap pernyataan bahwa rekan saya berpendapat bahwa saya membuat keputusan karir yang baik jika saya menjadi akuntan, 27 orang (54%) setuju, 9 orang (18%) kurang setuju, 3 orang (6%) sangat tidak setuju dan 1 orang (2%) sangat tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas responden setuju terhadap pernyataan bahwa rekan saya berpendapat bahwa saya membuat keputusan karir yang baik


(65)

jika saya menjadi akuntan (54%).

3) Akuntan yang profesional, harus ahli di bidang akuntansi

Distribusi jawaban responden terhadap pernyataan ke-6 (akuntan yang profesional, harus ahli di bidang akuntansi) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3.

Distribusi Jawaban Responden Tentang Akuntan yang professional harus ahli di bidang akuntansi

No Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Sangat setuju 8 16.0

2 Setuju 33 66.0

3 Kurang setuju 5 10.0

4 Tidak setuju 3 6.0

5 Sangat tidak setuju 1 2.0

Jumlah 50 100.0

Sumber : Data penelitian 2012 (diolah)

Tabel di atas memperlihatkan bahwa dari 50 responden penelitian, 8 orang (16%) sangat setuju terhadap pernyataan bahwa akuntan yang professional harus ahli di bidang akuntansi, 33 orang (66%) setuju, 5 orang (10%) kurang setuju, 3 orang (6%) tidak setuju dan 1 orang (2%) sangat tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas responden setuju terhadap pernyataan bahwa akuntan yang professional harus ahli di bidang akuntansi (66%).

4) Akuntan adalah sebuah profesi, setara dengan dokter dan ahli hukum Distribusi jawaban responden terhadap pernyataan ke-8 (akuntan adalah sebuah profesi, setara dengan dokter dan ahli hukum) dapat disajikan pada table berikut :


(66)

Tabel 4.4.

Distribusi Jawaban Responden Tentang Akuntan adalah sebuah profesi, setara dengan dokter dan ahli hukum

No Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Sangat setuju 11 22.0

2 Setuju 29 58.0

3 Kurang setuju 9 18.0

4 Tidak setuju 1 2.0

Jumlah 50 100.0

Sumber : Data penelitian 2012 (diolah)

Tabel di atas memperlihatkan bahwa dari 50 responden penelitian, 11 orang (22%) sangat setuju terhadap pernyataan bahwa akuntan adalah sebuah profesi, setara dengan dokter dan ahli hukum, 29 orang (58%) setuju, 9 orang (18%) kurang setuju, dan 1 orang (2%) tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas responden setuju terhadap pernyataan bahwa Akuntan adalah sebuah profesi, setara dengan dokter dan ahli hukum (54%).

5) Keluarga saya senang jika saya menjadi akuntan

Distribusi jawaban responden terhadap pernyataan ke-12 (keluarga saya senang jika saya menjadi akuntan) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.5.

Distribusi Jawaban Responden Tentang Keluarga saya senang jika saya menjadi akuntan

No Jawaban Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Sangat setuju 13 26.0

2 Setuju 29 58.0

3 Kurang setuju 6 12.0

4 Tidak setuju 2 4.0

Jumlah 50 100.0


(67)

Tabel di atas memperlihatkan bahwa dari 50 responden penelitian, 13 orang (26%) sangat setuju terhadap pernyataan bahwa keluarga saya senang jika saya menjadi akuntan, 29 orang (58%) setuju, 6 orang (12%) kurang setuju, dan 2 orang (4%) tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas responden setuju terhadap pernyataan bahwa keluarga saya senang jika saya menjadi akuntan (58%).

Selanjutnya, tingkat persepsi mahasiswa tentang akuntansi sebagai profesi dikalkulasikan berdasarkan nilai skor rata-rata (yakni total skor jawaban responden dibagi total sampel) sebesar 19.4, dengan kriteria :

- Persepsi baik, jika berada di atas rata (>19.4)

- Persepsi cukup baik jika sama dengan rata rata (=19.4) - Persepsi kurang baik, jika dibawah nilai rata rata (<19.4)

Sehingga persepsi mahasiswa tentang akuntansi sebagai bidang profesi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 4.6.

Tingkat Persepsi Mahasiswa tentang Akuntansi Sebagai Profesi Kategori Jumlah (F) Persentase

Baik 27 54.0

Cukup 4 8.0

Kurang 19 38.0

Total 50 100.0

Sumber : Hasil Penelitian 2012 (data diolah)

Tabel di atas memperlihatkan bahwa dari 50 responden penelitian, 27 orang (54%) dengan persepsi yang baik tentang akuntansi sebagai profesi,


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan seperti berikut :

1. Terdapat perbedaan signifikan antara persepsi mahasiswa senior dan junior program S-1 ekstensi Universitas Sumatera Utara tentang akuntansi sebagai profesi (p=0.029 lebih kecil dari 0.05).

2. Terdapat perbedaan signifikan antara persepsi mahasiswa senior dan junior program S-1 ekstensi Universitas Sumatera Utara tentang akuntansi sebagai aktifitas kelompok (p=0.006 lebih kecil dari 0.05).

3. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara persepsi mahasiswa senior dan junior program S-1 ekstensi Universitas Sumatera Utara tentang akuntansi sebagai bidang ilmu.

4. Tidak terdapat perbedaan signifikan antara persepsi mahasiswa senior dan junior program S-1 ekstensi Universitas Sumatera Utara tentang akuntansi sebagai karir meskipun terdapat perbedaan secara deskriptif dimana berdasarkan nilai mean dan standar deviasi, mahasiswa senior memiliki persepsi lebih tinggi dari mahasiswa junior

5.2Saran


(2)

rendah dibandingkan mahasiswa junior, maka dengan ini disarankan agar :

1. Pembelajaran akuntansi dapat diberikan secara lebih mendalam dan rinci agar pemahaman mahasiswa semakin baik sebab jika persepsi mahasiswa mengenai profesi akuntan semakin rendah, dapat diartikan bahwa minat mahasiswa untuk menjadi akuntan semakin rendah, maka dikhawatirkan kualitas akuntan dimasa mendatang akan turun.

2. Disarankan agar penelitian sejenis dapat lebih ditindaklanjuti dengan skala penelitian yang lebih komprehensif untuk mendapatkan data dan informasi yang lebih akurat dan reliable.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Syukriy & Selamat Syukur, 2002. “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Profesi Akuntan Publik Dengan Membandingkan Antara Mahasiswa Yang Belum Dan Sudah Mengambil Mata Kuliah Auditing”, Journal Media Riset Akuntansi, Auditing, Dan Informasi. Vol. 2 No. 1 April 2002, Jakarta.

American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). 2005. AICPA Professional Standards. Section AU311 Planning and Supervision New York, NY: AICPA.

Fitriani dan Yulianty, 2007. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan Laporan keuangan, Universitas Indonesia, SNA VIII Solo, 15-16 September 2007.

Ikatan Akuntan Indonesia, 2001, Standar Profesional Akuntan Publik, Jakarta: Salemba Empat

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Salemba Empat

Ghozali, Imam, 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Goa, J.C. & L. Thorne, “An Indroduction To The Special Issue On Proffesionalism And Ethics In Accounting Education”. Issue In Accounting Education, Vol 19 (2004).

Kotler, Armstrong (2004). Marketing: An Introduction An Asian Perspective. Prentice-Hall. New Jersey: Upper Saddle River.

Kreitner dan Kinicki, 2005. Manajemen Perilaku Organisasi Jilid 1 dan 2. Salemba Empat.

Manahan, S.E. 2008. Environmental Chemistry. 5th Ed. Lewis Publisher. Michigan.


(4)

Marriott, P & Neil Marriott, “Are we turning them on? A Longitudinal study of undergraduate accounting students’ attitudes towards accounting as a profession”. Accounting Education, vol 12(2) (2003).

Mulyadi. 2002. Auditing. Buku satu. Edisi ke enam. Salemba Empat. Jakarta. Pusat Bahasa, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi. Jilid I. Jakarta: PT INDEKS Kelompok Gramedia

Siegel, G., and J. Sorensen. 1994. What Corporate Ameica Wants in Entry-Level Accountans. Montvale, NJ: The Institute of Management Accountans. Sularso, Sri, 2003, Metode Penelitian Akuntansi: Sebuah Pendekatan Replikasi,

Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sugiono, 2004, Statistik untuk Penelitian, Bandung: CV Alfabet Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Bisnis, Bandung: CV Alfabet

Sukmadinata, 2002, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sukrisno, Agoes, 2006, Auditing, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka.

Triatno dan Titik Triwulan .T., 2006, Tinjauan Yuridis serta kewajiban Pendidik Menurut UU Guru dan Dosen: suatu kerangka, Jakarta: Prestasi Pustaka 16 September 2005.

Wyatt, A.R., “ Accounting Professionalism – They just don’t get it!”. Accounting Horizons, vol 18 (2004).


(5)

LAMPIRAN 1 : KUISIONER

INSTRUMEN PENELITIAN INFORMASI RESPONDEN

KERAHASIAAN JAWABAN DIJAMIN

Berilah tanda silang (X) pada angka yang anda pilih 1. Asal Perguruan Tinggi

Universitas Sumatera Utara 1 2. Program

S-1 Ekstensi Akuntansi 1

3. Jurusan

Akuntansi 1

4. Angkatan

5. Status

Mahasiswa S-1 Semester Pertama 1 Mahasiswa S-1 Semester Terakhir

(Menjelang Lulus) 2 6. Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan


(6)

Berilah jawaban untuk setiap pernyataan berikut. Sejumlah pertanyaan agak sedikit kontroversial, mungkin anda akan bersikap netral, akan tetapi usahakan memilih rating yang lebih menunjukkan believe/feeling (perasaan) anda.

Sanga t Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang

Setuju Setuju

Sangat Setuju

1 Profesi Akuntan sangat dihormati 1 2 3 4 5

2 Akuntansi hanyalah aktifitas

mengingat aturan-aturan. 1 2 3 4 5

3 Akuntan lebih banyak bekerja sendiri

daripada bekerja dengan orang lain 1 2 3 4 5

4

Rekan saya berpendapat bahwa saya membuat keputusan karir yang baik jika saya menjadi akuntan.

1 2 3 4 5

5 Akuntansi menarik. 1 2 3 4 5

6 Akuntan yang profesional, harus ahli di

bidang akuntansi. 1 2 3 4 5

7

Dalam akuntansi banyak aturan yang bersifat tetap/kaku. Tidak memerlukan conceptual skills atau judgement (penyesuaian).

1 2 3 4 5

8 Akuntan adalah sebuah profesi, setara

dengan dokter dan ahli hukum. 1 2 3 4 5

9 Akuntan hanya memperoleh sedikit

kepuasan pribadi dalam pekerjaannya. 1 2 3 4 5

10 Saya akan senang menjadi seorang

akuntan. 1 2 3 4 5

11 Akuntan adalah orang-orang yang

membosankan. 1 2 3 4 5

12 Keluarga saya senang jika saya

menjadi akuntan. 1 2 3 4 5

13

Para akuntan sibuk dengan angka-angka, mereka jarang bekerja dengan orang lain.

1 2 3 4 5

14 Akuntansi sangat sulit di pelajari. 1 2 3 4 5

15 Akuntan yang profesional, berinteraksi


Dokumen yang terkait

Perbedaan Persepsi Mahasiswa Akuntansi Senior dan Junior di Program S-1 Akuntansi FEB USU dan Mahasiswa Swasta STIE Harapan Medan Mengenai Profesi Akuntan

3 58 88

Perbedaan Persepsi Mahasiswa Program Studi D3 Akuntansi dengan S1 Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan (Studi Empiris pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara)

0 4 118

PERBEDAAN PERSEPSI MENGENAI PROFESI AKUNTAN ANTARA MAHASISWA SENIOR DAN JUNIOR PERBEDAAN PERSEPSI MENGENAI PROFESI AKUNTAN ANTARA MAHASISWA SENIOR DAN JUNIOR JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM S-1 REGULER DI SURAKARTA (Studi Kasus pada Universitas Sebelas Maret,

0 0 14

PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA MAHASISWA SENIOR DAN JUNIOR JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM S-1 REGULER DAN S-1 EKSTENSI Perbedaan Persepsi Antara Mahasiswa Senior Dan Junior Jurusan Akuntansi Program S-1 Reguler Dan S-1 Ekstensi Terhadap Profesi Akuntan (Studi Kas

0 0 15

Perbedaan Persepsi Mahasiswa Program Studi D3 Akuntansi dengan S1 Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan (Studi Empiris pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara)

0 0 16

Perbedaan Persepsi Mahasiswa Program Studi D3 Akuntansi dengan S1 Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan (Studi Empiris pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Perbedaan Persepsi Mahasiswa Program Studi D3 Akuntansi dengan S1 Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan (Studi Empiris pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara)

0 1 7

Perbedaan Persepsi Mahasiswa Program Studi D3 Akuntansi dengan S1 Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan (Studi Empiris pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara)

0 1 29

Perbedaan Persepsi Mahasiswa Program Studi D3 Akuntansi dengan S1 Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan (Studi Empiris pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara)

0 0 2

Perbedaan Persepsi Mahasiswa Program Studi D3 Akuntansi dengan S1 Akuntansi Mengenai Profesi Akuntan (Studi Empiris pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara)

0 0 3