Hubungan Pemakaian Pakaian Kerja Dengan Keluhan Gangguan Kulit Hubungan Pemakaian Sarung Tangan Dengan Keluhan Gangguan Kulit

menggunakan samphoo ataupun menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut orang lain sehingga responden mengalami keluhan gangguan kulit. Rambut dan kulit kepala harus selalu sehat dan bersih, sehingga perlu perawatan yang baik. Kulit kepala dan rambut tidak bersih dapat menyebabkan penyakit tertentu. Rambut adalah bagian tubuh yang paling banyak mengandung minyak. Karena itu kotoran, debu, asap mudah melekat dengan demikian maka pencucian rambut adalah suatu keharusan. Pencucian rambut dengan shampoo dipandang cukup apabila dilakukan dua kali dalam seminggu Depdikbud, 1986. Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek.

5.2. Pemakaian Alat Pelindung Diri Dan Keluhan Gangguan Kulit

Pemakaian alat pelindung diri meliputi pakaian kerja, sarung tangan, sepatu kerja, dan masker.

5.2.1. Hubungan Pemakaian Pakaian Kerja Dengan Keluhan Gangguan Kulit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memakai pakaian kerja dalam keadaan bersih dan mengganti pakaian kerja minimal satu kali sehari adalah 28 orang, sebagian besar responden yang tidak mengalami keluhan gangguan kulit adalah 16 orang 57,1. Sedangkan responden yang tidak memakai pakaian kerja dalam keadaan bersih dan tidak mengganti pakaian kerja minimal satu kali sehari adalah 24 orang, umumnya responden yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 20 orang 83,3. Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square diketahui terdapat hubungan bermakna antara pemakaian pakaian kerja dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah yaitu nilai p = 0,003. Dalam Universitas Sumatera Utara penelitian ini tidak mengganti pakaian minimal satu kali sehari dan menggunakan pakaian kerja dalam keadaan kotor dapat mengalami keluhan gangguan kulit. Hal ini kemungkinan ada sebagaian petugas menggunakan pakaian kerja ketika akan bekerja bekerja mengumpulkan atau mengelola sampah dan ketika pulang mereka menggantikan pakaiannya kemudian pakaian kerja tersebut dibawa pulang dan kemudian dipakai lagi untuk keesokan harinya dan baru akan dicuci ketika pakaian kerja tersebut dua kali dipakai. Menurut Daryanto 2007, pakaian kerja yang digunakan dapat mengurangi penyakit akibat kerja. Kesehatan kulit tidak terlepas dari menjaga kebersihan pakaian. Hal ini sesuai dengan penelitian Alfian 2004 yang mengatakan bahwa kebiasaan ganti pakaian yang kategori tidak baik dan menderita penyakit kulit sebesar 88 dimana p-value 0,021 yang mengatakan ada hubungan antara kebiasaan ganti pakaian dengan penyakit kulit.

5.2.2. Hubungan Pemakaian Sarung Tangan Dengan Keluhan Gangguan Kulit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memakai sarung tangan ketika bekerja adalah 1 orang dan 100 tidak mengalami keluhan gangguan kulit. Sedangkan responden yang tidak memakai sarung tangan ketika bekerja adalah 51 orang, sebagian besar responden yang mengalami keluhan gangguan kulit 32 orang 62,7. Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square diketahui tidak terdapat hubungan bermakna antara pemakaian sarung tangan ketika bekerja dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah yaitu nilai p = 0,202. Hal ini kemungkinan petugas tidak menggunakan sarung tangan karena tidak adanya fasilitas dari Dinas Kebersihan dan beberapa petugas mengatakan apabila mereka menggunakan sarung tangan pekerjaan yang mereka lakukan jadi terganggu karena Universitas Sumatera Utara sarung tangannya tersangkut pada keranjang sampah ketika hendak mengumpulkan sampah. Berdasarkan hasil tersebut faktor menggunakan sarung tangan ketika bekerja tidak dapat dijadikan prediktor untuk mengetahui adanya keluhan gangguan kulit. Dengan demikian hasil analisis data ini tidak mendukung pernyataan ada hubungan antara memakai sarung tangan dengan keluhan gangguan kulit di TPA Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang.

5.2.3. Hubungan Pemakaian Sepatu Kerja Dengan Keluhan Gangguan Kulit

Dokumen yang terkait

Hubungan Jarak Sumur Gali dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Terhadap Kandungan Fosfat (PO4-3) dan Nitrat (NO3-) pada Air Sumur Gali Masyarakat di Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

8 87 99

Hubungan Antara Komponen Rumah Dan Jarak Rumah Terhadap Kadar SO2 Dalam Rumah Disekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2012

2 46 101

Analisis Kualitas Udara Dan Keluhan Kesehatan Yang Berkaitan Dengan Saluran Pernapasan Pada Pemulung Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011

25 135 91

Analisa Kandungan Nitrat Air Sumur Gali Masyarakat Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Di Desa Namo Bintang Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2009

2 70 72

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

1 62 130

Dampak Peralihan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Namo Bintang Terhadap Kesejahteraan Sosial Rumah Tangga Pemulung di Desa Baru, Kecamatan Pancur Batu, Kabupatem Deli Serdang

5 82 169

Dampak Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) “Namo Bintang” terhadap Masyarakat (Studi Kasus: Desa Namo Bintang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang)

0 8 94

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

3 13 130

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 14

Hubungan Hygiene Perorangan dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan Keluhan Gangguan Kulit dan Kecacingan pada Petugas Pengangkut Sampah Kota Pematangsiantar Tahun 2012

0 0 2