mandi menggunakan air yang bersih dan sabun, menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri, makan yang bergizi terutama banyak sayur dan
buah, dan menjaga kebersihan lingkungan.
Perawatan kulit merupakan keharusan yang mendasar.
Hal ini sesuai dengan penelitian Alfian 2004 yang p-value 0,004 yang mengatakan ada hubungan bermakna antara kebersihan kulit tangan dengan
penyakit kulit. Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan kulit menjadi faktor penentu bagi petugas pengelola sampah pada penelitian ini untuk mengalami keluhan
gangguan kulit.
Kulit yang kurang bersih merupakan penyebab berbagai gangguan macam penyakit kulit kadas, kurap, kudis, panu, bisul, kusta, patek atau frambosa dan
borok.
5.1.2. Hubungan Kebersihan Kuku Dengan Keluhan Gangguan Kulit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang membersihkan kuku secara teratur dan kondisi kuku dalam keadaan bersih dan pendek adalah 18 orang,
sebagian besar responden yang mengalami keluhan gangguan kulit adalah 12 orang 66,7. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan memotong kuku secara teratur dan
kondisi kukunya bersih dan pendek tidak menjadi faktor penentu bagi responden pada penelitian ini untuk mengalami keluhan gangguan kulit. Tindakan responden
yang tidak membersihkan kuku secara teratur dan kondisi kuku dalam keadaan bersih dan pendek adalah 34 orang, sebagian besar responden yang mengalami
keluhan gangguan kulit adalah 20 orang 58,8. Hal ini kemungkinan disebabkan ketidaktahuan memotong kuku secara teratur minimal 1x seminggu dan harus selalu
dalam keadaan bersih dan pendek, dan sebagian tidak memotong kukunya bertujuan untuk memanjangkan kukunya dengan nilai estetika ingin mereka tampilkan. Seperti
Universitas Sumatera Utara
halnya kulit, tangan kaki, dan kuku harus dipelihara dan ini tidak terlepas dari kebersihan lingkungan sekitar dan kebiasaan hidup sehari-hari. Selain indah
dipandang mata, tangan, kaki, dan kuku yang bersih juga menghindarkan kita dari berbagai penyakit. Kuku dan tangan yang kotor dapat menyebabkan bahaya
kontaminasi dan menimbulkan penyakit-penyakit tertentu. Berdasarkan hasil uji
statistik dengan Chi Square diketahui tidak terdapat hubungan bermakna antara kebersihan kuku dengan keluhan gangguan kulit pada petugas pengelola sampah
yaitu nilai p = 0,580. Hubungan yang tidak signifikan ini dapat diartikan bahwa kebersihan kuku tidak akan mempengaruhi petugas pengelola sampah pada
penelitian ini untuk mengalami keluhan gangguan kulit. Berdasarkan hasil tersebut faktor kebersihan kuku dan memotong kuku secara teratur tidak dapat dijadikan
sebagai salah satu predictor untuk menentukan adanya keluhan gangguan kulit.
5.1.3. Hubungan Kebersihan Kulit Kepala Dan Rambut Dengan Keluhan Gangguan Kulit