Latar Belakang Masalah Ibu Dra. Syarifa, MS, selaku pembimbing akademik atas segala bimbingan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Upaya Perbaikan Gizi Keluarga UPGK yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, diprioritaskan pada kelompok masyarakat risiko tinggi yaitu golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil, ibu menyusui serta usia lanjut. UPGK pada bayi dimulai sejak dalam kandungan. Air Susu Ibu ASI diberikan sejak usia dini, terutama pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Pemberian ASI secara eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat Muhammad, 2006. Menurut Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia SKDI tahun 2002- 2003, jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64,0 dari bayi seluruhnya. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yaitu 46,0 pada bayi usia 2-3 bulan dan 14,0 pada bayi usia 4-5 bulan. Yang lebih memperihatinkan adalah 13,0 bayi di bawah usia 2 bulan telah diberikan susu formula dan 30 bayi berusia 2-3 bulan telah diberikan makanan tambahan . Data Departemen Kesehatan menunjukan bahwa di Indonesia hanya 14 bayi mendapat ASI eksklusif sampai usia 5 bulan dan hanya 8 bayi mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Rika Candra Emilia : Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue NAD Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif kemungkinan dipengaruhi oleh karakteristik ibu seperti umur ibu yang terlalu muda saat pertama melahirkan sehingga tidak mengerti akan kebutuhan bayi, lebih mementingkan keindahan tubuh pasca melahirkan, pengaruh pekerjaan, pendidikan yang rendah serta pengetahuan yan kurang, atau diakibatkan oleh kurangnya informasi dari pihak kesehatan, keluarga dan masyarakat Soetjiningsih, 1997. Yang dikutip oleh UNICEF menjelaskan bahwa melalui riset di 42 negara, meskipun manfaat menyusui bayi bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka telah diketahui secara luas, namun keampuhannya dalam mencegah kematian belum banyak di ketahui masyarakat Indonesia. Di Indonesia hal ini tampaknya tidak bisa dilakukan hanya atas kemauan ibu saja, berbagai program penyuluhan serta fasilitas pendukung akan sangat membantu dalam meningkatkan status bayi sehat, usia harapan hidup, dan menurunkan gizi buruk Esti, 2008. Berdasarkan penelitian Nurfi, dkk 2007 membuktikan bahwa menyusui secara eksklusif dapat menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan. Oleh sebab itu WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Di Indonesia, pemerintah juga telah menetapkan agar bayi di susui sejak lahir hingga berumur 6 bulan namun kenyataan di lapangan masyarakat belum dapat melaksanakannya. Oleh karna itu penyuluhan ASI eksklusif sebaiknya di targetkan kesemua lapisan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedasaan dengan tidak membedakan tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, umur maupun tempat tinggal. Rika Candra Emilia : Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue NAD Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ira Rahmawati, dkk 2007 dikatakan bahwa ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang gizi setelah dilakukan penyuluhan dengan media audio-visual. Suradi, mengemukakan bahwa pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi sampai berusia 6 bulan saat ini sangat rendah, yaitu kurang dari 2 dari jumlah total ibu melahirkan. Hal ini terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tatalaksana rumah sakit yang salah dengan memberikan susu formula pada bayi baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI sehingga menyebabkan bayi tidak terbiasa mengisap puting susu ibunya, dan akhirnya tidak mau lagi mengkomsumsi ASI atau sering disebut dengan ”bingung puting” Rulina, 2004. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan tahun 2006 dapat dilihat bahwa pada Puskesmas Kecamatan Simeulue Tengah. Pemberian ASI eksklusif masih dibawah yang di harapkan hanya mencapai 43,73 dari jumlah bayi 263 sedangkan dilihat dari standard nasional pada indikator ASI eksklusif sebesar 80. Mukim Laure-e merupakan salah satu mukim yang ada di Kecamatan Simeulue Tengah yang terletak di daerah pesisiran di mana banyak terdapat ibu-ibu muda dengan tingkat pendidikan yang masih rendah. Berdasarkan pengamatan penulis diketahui masih terdapat kebiasaan masyarakat yang memberikan makananminuman beberapa saat setelah lahir yaitu berupa madu, larutan gula, susu bubuk, pisang biji, dengan alasan bayinya akan kelaparan yang merupakan tradisi turun temurun. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan ibu akan pentingnya manfaat ASI eksklusif tersebut. Rika Candra Emilia : Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue NAD Tahun 2008, 2009 USU Repository © 2008 Dimana hal tersebut diatas merupakan faktor dominan yang menghambat pemberian ASI eksklusif umunya. Oleh karna itu perlu diberikan informasi melalui penyuluhan ASI eksklusif.

1.2. Perumusan Masalah