Gambaran Perilaku Ibu Menyusui Tentang Pemberian Asi Eksklusif Di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008

(1)

GAMBARAN PERILAKU IBU MENYUSUI TENTANG

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN SIBOLGA

SELATAN KOTA SIBOLGA TAHUN 2008

OLEH

061000275

NUR ARIFAH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

GAMBARAN PERILAKU IBU MENYUSUI TENTANG

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN SIBOLGA

SELATAN KOTA SIBOLGA TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

061000275

NUR ARIFAH

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

GAMBARAN PERILAKU IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN SIBOLGA SELATAN KOTA SIBOLGA

TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

061000275 NUR ARIFAH

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 10 Agustus 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

(Dra. Jumirah, Apt., M.Kes NIP. 19580315 198811 2 001

)

Penguji I

(Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si NIP. 19680616 199303 2 003

)

Penguji II

(Ferry, SH., S.Si., AMG., DC Nutri., M.Kes NIP. 19690524 199303 1 001

)

Penguji III

(Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si NIP. 19670613 199303 1 004

)

Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, program Global Strategy for Infant and

Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan hal penting yang harus

dilakukan antara lain, memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara Eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga.

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui 0 - 11

bulan di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga sejak Januari sampai dengan Desember 2007 sebanyak 240 orang. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah ibu menyusui 0-11 bulan di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga sejak Januari sampai dengan Desember 2007 sebanyak 71 orang diambil secara acak. Cara pengambilan data dengan wawancara langsung menggunakan quesioner dengan kunjungan rumah. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berumur 25-29 tahun 35,21%, tingkat pendidikan pada jenjang SLTA 43,66%, berdasarkan pekerjaan sebanyak 63,38% responden tidak bekerja, tingkat pendapatan keluarga terdapat 57,75% dibawah upah minimun regional sebesar Rp. 822.205,-. Pemberian ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan sebanyak 16,90%. Tingkat pengetahuan responden baik sebanyak 69,61%, sikap responden terhadap pemberian ASI eksklusif hanya 33,80% baik, 46,48% tindakan cukup dan tindakan baik sebanyak 25,36%. Dari temuan penelitian ini dapat disarankan untuk mendorong ibu menyusui menerapkan pengetahuan menyusui yang sudah baik dalam membentuk sikap dan tindakan yang baik untuk mencapai tumbuh kembang optimal bayinya.


(5)

ABSTRACT

To reach optimal growth and progress. Global Strategy Program for Infant and Young Child Feeding, WHO / UNICEF recommends important things that should be conducted; providing only breastfeeding or breastfeeding exclusively since born until 6 months of infants. The present study intends to find the description of lactating mothers behavior of exclusive breastfeeding in South Sibolga Subregency of Sibolga. The study is a descriptive survey using cross-sectional design. The population included all the lactating women within 0-11 months in South Sibolga Subregency of Sibolga since January until December 2007 of 240 women. Whereas the samples were taken of those women lactating 0-11 months in South Sibolga Subregency since January to December 2007 of 71 persons taken randomly. The data were collected by direct Interview using questionnaire and home visitation.

The result of the study showed that majority of the respondents aged 25-29 years of 35.21%, education level of SHS of 43.66%, based on the occupation, 63.38% of respondents were unemployed, 57,75% of the families with under minimal regional income of Rp. 822.205. The exclusive breastfeeding to the infants until 6 months of age of 16,90%. The knowledge rate of respondents is good of 69.61%, the attitude of the respondents to the exclusive breastfeeding is only good of 35.21%, 46.48% is enough good of action and 25.36% is good action.

Based on the result of the study, it may be suggested to support the breastfeeding mothers to implement the adequate knowledge to shape better attitude and action to reach the optimal growth and progress of their infants.


(6)

RIWAYAT HIDUP

N a m a : Nur Arifah

Tempat/Tgl Lahir : Kuala Baru / 11 September 1969

A g a m a : Islam

Alamat : Jln. Merpati No. 40 Kelurahan Aek Manis

Sibolga

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN Nomor 081237 : Lulus tahun 1982

2. SMP Negeri 1 Sinabang : Lulus tahun 1985

3. SMA Swasta RK Sibolga : Lulus tahun 1988

4. FNGK Universitas Dharma Agung Medan : Lulus tahun 1993

RIWAYAT PEKERJAAN

1. Ketua Yayasan Rumah Sakit Swasta PUTRI SABENA Sibolga di Kota Sibolga dari tahun 1994 – 2004

2. Anggota DPRD Kota Sibolga periode 2004 - 2009 3. Anggota DPRD Kota Sibolga periode 2009 - 2014


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perilaku Ibu Menyusui tentang Pemberian ASI di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008

Penyelesaian skripsi ini selain atas upaya penulis sendiri juga tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakulas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Jumirah, Apt, MKes selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Pembimbinga I yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Ir. Evawany Y. Aritonang, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skkripsi ini.

5. Bapak Ferry, SH., S.Si., AMG., DC Nutri., M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.

7. Ibu dr. Ria Masniari Lubis selaku Dekan FKM USU periode 2006-2010 yang telah memberikan ijin kepada saya untuk melakukan penelitian.

8. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arman, M.Kes selaku pembantu dekan I FKM USU periode 2006-2010 yang telah banyak membantu saya untuk penyelesaian administrasi kependidikan.

9. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah membimbing saya dalam perencanaan proses belajar di Fakultas.


(8)

10.Kepada Ayah dan Almarhumah ibunda yang tercinta yang telah memberikan semangat kepada penulis.

11.Kepada Suamiku tercinta dr. H. Masrip Sarumpaet, M.Kes dan ananda tercinta May Iyasya Sarumpaet yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan cinta yang tulus kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini.

12.Seluruh staf pengajar dan pegawai pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

13.Kepada Zulkifli. S.IP selaku Camat Sibolga Selatan yang telah membantu dan memberikan izin untuk mengadakan penelitian.

14.Kepada seluruh rekan rekan mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan rujukan bagi penelitian sejenis.

Medan, 16 Agustus 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN ... 7

2.1. Air Susu Ibu (ASI) ... 7

2.1.1. ASI Eksklusif ... 9

2.1.2. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif Bagi Bayi ... 11

2.1.3. Produksi ASI ... 17

2.2. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI ... 18

2.2.1. Kondisi Ibu ... 18

2.2.2. Kondisi Bayi ... 19

2.2.3. Umur ... 19

2.2.4. Pendidikan ... 19

2.2.5. Pekerjaan ... 20

2.2.6. Pendapatan ... 21

2.3. Perilaku Ibu Menyusui ... 22

2.3.1. Konsep Perilaku ... 23

2.3.2. Bentuk operasional Perilaku ... 24

2.4. Kerangka Konsep ... 27

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 28

3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28

3.3. Populasi dan Sampel ... 28

3.3.1. Populasi ... 28

3.3.2. Sampel ... 29

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1. Data Primer ... 30

3.4.2. Data Sekunder ... 30


(10)

3.6. Aspek Pengukuran ... 31

3.6.1. Pengetahuan ... 31

3.6.2. Sikap ... 32

3.6.3. Tindakan ... 32

3.7. Teknik Analisis Data ... 33

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 34

4.1. Gambaran Umum Kota Sibolga ... 34

4.2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 34

4.2.1 Batas Wilayah ... 34

4.2.2 Demografi ... 35

4.3. Karakteristik Ibu Menyusui ... 36

4.4. Perilaku dalam Pemberian ASI Eksklusif ... 38

4.4.1. Pengetahuan Ibu tentang Menyusui ASI Secara Eksklusif .. 38

4.4.2. Sikap Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif ... 40

4.4.3. Tindakan Ibu tentang Menyusui ASI Secara Eksklusif ... 42

4.4.4. Tindakan ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif berdasarkan pengetahuan ibu ... 44

4.4.5. Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif dan Sikap Ibu ... 44

4.4.6. Sikap Ibu dan Tindakan Ibu ... 45

BAB 5. PEMBAHASAN ... 47

5.1. Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang ASI Eksklusif ... 47

5.2. Sikap Ibu Menyusui Tentang ASI Eksklusif . ... 47

5.3. Tindakan Ibu Menyusui Tentang ASI Eksklusif ... 48

5.4. Distribusi Tindakan Berdasarkan Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif ... 49

5.5. Distribusi Sikap Berdasarkan Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif ... 50

5.6. Distribusi Tindakan Berdasarkan Sikap Tentang ASI Eksklusif ... 51

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 54


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Sibolga

Selatan Tahun 2008 ... 35 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Sibolga

Selatan Tahun 2008 ... 36 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan Sibolga

Selatan Tahun 2008 ... 36 Tabel 4.4. Distribusi Ibu Menyusui berdasarkan Karakteristik Ibu di

Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008 ... 37 Tabel 4.5. DistribusiIbu Menyusui Menurut Tenaga Penolong Persalinan di

Kecamatan Sibolga Selatan Tahun 2008 ... 38 Tabel 4.6. Distribusi Pengetahuan Ibu Menyusui di Kecamatan Sibolga

Selatan Kota Sibolga Tahun 2008. ... 39 Tabel 4.7. Distribusi Pengetahuan Ibu Menyusui berkaitan dengan Pemberian

ASI Eksklusif di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.8. Distribusi Sikap Ibu Menyusui di Kecamatan Sibolga Selatan Kota

Sibolga Tahun 2008 ... 40 Tabel 4.9. Distribusi Ibu Menyusui berdasarkan Sikap Ibu di Kecamatan

Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008 ... 41 Tabel 4.10. Distribusi Tindakan Ibu Menyusui di Kecamatan Sibolga Selatan

Kota Sibolga Tahun 2008 ... 42 Tabel 4.11. Distribusi Tindakan Ibu Menyusui terhadap pemberian ASI

eksklusif di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008. 42 Tabel 4.12. Distribusi Ibu Menyusui berdasarkan Tindakan Ibu di Kecamatan

Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008... 43 Tabel 4.13. Tabulasi Silang antara Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif dan

Tindakan Ibu di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008 ... 44 Tabel 4.14. Tabulasi Silang antara Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif dan


(12)

Tabel 4.15. Tabulasi Silang antara Sikap Menyusui ASI Eksklusif dan Tindakan Ibu di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008 ... 46


(13)

ABSTRAK

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, program Global Strategy for Infant and

Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan hal penting yang harus

dilakukan antara lain, memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara Eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga.

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui 0 - 11

bulan di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga sejak Januari sampai dengan Desember 2007 sebanyak 240 orang. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah ibu menyusui 0-11 bulan di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga sejak Januari sampai dengan Desember 2007 sebanyak 71 orang diambil secara acak. Cara pengambilan data dengan wawancara langsung menggunakan quesioner dengan kunjungan rumah. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berumur 25-29 tahun 35,21%, tingkat pendidikan pada jenjang SLTA 43,66%, berdasarkan pekerjaan sebanyak 63,38% responden tidak bekerja, tingkat pendapatan keluarga terdapat 57,75% dibawah upah minimun regional sebesar Rp. 822.205,-. Pemberian ASI eksklusif sampai bayi umur 6 bulan sebanyak 16,90%. Tingkat pengetahuan responden baik sebanyak 69,61%, sikap responden terhadap pemberian ASI eksklusif hanya 33,80% baik, 46,48% tindakan cukup dan tindakan baik sebanyak 25,36%. Dari temuan penelitian ini dapat disarankan untuk mendorong ibu menyusui menerapkan pengetahuan menyusui yang sudah baik dalam membentuk sikap dan tindakan yang baik untuk mencapai tumbuh kembang optimal bayinya.


(14)

ABSTRACT

To reach optimal growth and progress. Global Strategy Program for Infant and Young Child Feeding, WHO / UNICEF recommends important things that should be conducted; providing only breastfeeding or breastfeeding exclusively since born until 6 months of infants. The present study intends to find the description of lactating mothers behavior of exclusive breastfeeding in South Sibolga Subregency of Sibolga. The study is a descriptive survey using cross-sectional design. The population included all the lactating women within 0-11 months in South Sibolga Subregency of Sibolga since January until December 2007 of 240 women. Whereas the samples were taken of those women lactating 0-11 months in South Sibolga Subregency since January to December 2007 of 71 persons taken randomly. The data were collected by direct Interview using questionnaire and home visitation.

The result of the study showed that majority of the respondents aged 25-29 years of 35.21%, education level of SHS of 43.66%, based on the occupation, 63.38% of respondents were unemployed, 57,75% of the families with under minimal regional income of Rp. 822.205. The exclusive breastfeeding to the infants until 6 months of age of 16,90%. The knowledge rate of respondents is good of 69.61%, the attitude of the respondents to the exclusive breastfeeding is only good of 35.21%, 46.48% is enough good of action and 25.36% is good action.

Based on the result of the study, it may be suggested to support the breastfeeding mothers to implement the adequate knowledge to shape better attitude and action to reach the optimal growth and progress of their infants.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa (Kresnawan, 2006).

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Kresnawan, 2006).

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for Infant

and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal penting

yang harus dilakukan yaitu: pertama memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24


(16)

bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (WHO, 2003).

Indonesia telah meratifikasi Global Strategy for Infant and Young Child

Feeding melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang pemasaran produk pengganti ASI dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 450/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia. Disamping itu, masih ada perangkat hukum lainnya yang berkaitan dengan upaya tumbuh kembang optimal berupa Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1999 tentang pemasaran makanan bayi.

Kebutuhan bayi akan zat gizi boleh dibilang sangat kecil, selain tergantung suhu dan kelembaban udara, serta berat badan dan aktivitas bayi, rata-rata kebutuhan cairan bayi sehat sehari berkisar 80-100 ml/kg dalam minggu pertama usianya, selanjutnya meningkat hingga 140-160 ml/kg pada usia 3-6 bulan. Jumlah ini dapat dipenuhi cukup dari ASI saja jika dilakukan pemberian ASI eksklusif dan tidak dibatasi sesuai permintaan bayi, siang dan malam (USAID, 2004).

Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi bayi untuk meningkatkan daya tahan tubuh bayi, meningkatkan kecerdasan meningkatkan daya tahan tubuh bayi, meningkatkan jalinan kasih sayang. Disamping manfaat-manfaat tersebut, masih banyak manfaat yang diperoleh anak dari pemberian ASI antara lain : meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti-kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit, melindungi anak dan serangan alergi, mengandung asam lemak


(17)

yang diperlukan untuk pertumbuhan otak, meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara, membantu pembentukan rahang yang bagus (Roesli, 2007).

Kematian sekitar 30 ribu anak Indonesia setiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak kelahiran bayi, demikian menurut siaran pers dari United National Children’s Fundation (UNICEF) Pemberian ASI secara eksklusif dapat menekan angka kematian bayi hingga 13 persen (Wiriyo, 2005).

Lingkungan menjadi faktor penentu kesiapan ibu untuk menyusui bayinya. Tatanan budaya cukup berpengaruh dalam pengambilan keputusan ibu untuk menyusui atau tidak menyusui. Pengalaman dalam keluarga ibu tentang menyusui, pengalaman ibu, pengetahuan ibu dan keluarga tentang manfaat ASI, dan sikap ibu terhadap kehamilannya (diinginkan atau tidak), sikap suami dan keluarga lain terhadap menyusui, sikap tenaga kesehatan yang membantu ibu bisa berpengaruh besar terhadap pengambilan keputusan menyusukan bayinya atau tidak. Pandangan ibu tentang manfaat ASI menentukan keberhasilan pemberian ASI. Sementar kemampuan ibu untuk secara mandiri dalam mengambil keputusan juga tak kalah pentingnya. Selain itu status ekonomi, jaringan sosial, kebijakan, sosial, yang kesemuanya merupakan resiko yang berpengaruh terhadap pola pemberian ASI.

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002 persentase anak dibawah usia 6 bulan yang mendapatkan ASI esklusif di Indonesia baru sekitar 39,5 Persen. Sementara data dari Suvei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992 pencapaian ASI eksklusif 63,7 persen sedangkan SKRT tahun


(18)

2001 menurun menjadi 47 persen. Hasil Survei Sosial Ekonomi (SUSENAS) pemberian ASI eksklusif pada bayi yang berumur kurang dari 4 bulan adalah 49,2 persen, Pemberian ASI eksklusif didaerah perkotaan lebih rendah 44,3 persen dibanding daerah pedesaan 52,9 persen. (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2002)

Keberhasilan program pemberian ASI eksklusif telah diteliti dibeberapa daerah, dari penelitian-penelitian tersebut diperoleh gambaran adanya kecenderungan-kecenderungan hubungan karakteristik ibu dengan perilaku dalam pemberian ASI eksklusif. Pada penelitian Simadasari di Kabanjahe Kabupaten Karo tahun 2007 diperoleh hasil bahwa pemberian ASI eksklusif responden usia 25-29 tahun sebesar 51,52%, jenjang pendidikan SLTA sebesar 54,45%, pekerjaan PNS sebesar 38,87% dan penghasilan diatas UMR (Rp.761.000) sebesar 22,72% (Ginting, 2007).

Pencapaian pemberian ASI eksklusif ditingkat Nasional sebesar 75 persen (Depkes RI, 2007), Propinsi Sumatera Utara sebesar 34,98 persen (Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007), dan untuk kota Sibolga saat ini 64,77 persen (Dinas Kesehatan Kota Sibolga, 2007). Sedangkan target Nasional Indonesia Sehat 2010 sebesar 80 persen (Depkes, 2003).

Berdasarkan data pada Profil Kesehatan Kota sibolga tahun 2006 pencapaian pemberian ASI eksklusif Kota Sibolga lebih tinggi dibandingkan angka pencapaian di propinsi Sumatera Utara. Pencapaian pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja kecamatan Sibolga Selatan sebesar 76,18 % pada tahun 2006. Berdasarkan angka-angka pencapaian tersebut, dapat dilihat bahwa angka-angka pencapaian ASI eksklusif di


(19)

Kecamatan Sibolga Selatan relatif tinggi jika dibandingkan dengan angka cakupan Nasional dan angka cakupan Provinsi.

Pada minggu pertama Pebruari 2008, penulis telah melakukan survei awal menyangkut angka cakupan dan sejauh mana penyampaian informasi yang dilakukan oleh bidan terhadap ibu bersalin dalam rangka mencapai keberhasilan program ASI eksklusif. Hasil survei awal diperoleh gambaran bahwa besarnya angka cakupan program ASI eksklusif Kecamatan Sibolga Selatan kurang didukung oleh fakta dilapangan.

Berdasarkan keadaan tersebut penulis ingin melihat bagaimana gambaran perilaku ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi masalah penelitian adalah bagaimana perilaku ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Sibolga Selatan Tahun 2008

1.3.Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik ibu, perilaku ibu menyusui tentang ASI eksklusif di wilayah kerja Kecamatan Sibolga Selatan


(20)

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu menyusui tentang ASI eksklusif di wilayah kerja Kecamatan Sibolga Selatan

2. Untuk mengetahui sikap ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Kecamatan Sibolga Selatan

3. Untuk mengetahui tindakan ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Kecamatan Sibolga Selatan.

4. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap sikap ibu

menyusui dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Kecamatan Sibolga Selatan.

5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan terhadap tindakan ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Kecamatan Sibolga Selatan.

6. Untuk mengetahui hubungan sikap terhadap tindakan ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Kecamatan Sibolga Selatan.

1.4.Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui perilaku ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga tahun 2008, diharapkan bermanfaat bagi petugas puskesmas di wilayah Kecamatan Sibolga Selatan sebagai bahan masukan bagi petugas pengelola program dalam upaya peningkatan cakupan program.

Disamping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi program lain seperti promosi kesehatan yang berkaitan dengan masalah gizi.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air Susu Ibu (ASI)

Air susu ibu adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam garam anorganik yang disekresi oleh kedua belah kelenjer mama dari ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayi. Air susu ibu merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan temperatur yag sesuai dengan bayi. Air susu ibu memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat anti infeksi (Puspita Theresia, 1995), oleh karenanya air susu ibu merupakan makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi.

Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah.

Seiring dengan perkembangan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian pesat. Ironinya, pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan. Padahal kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar, karena menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang penting dalam mempertahankan kehidupan manusia. Bagi ibu hal ini berarti kehilangan


(22)

kepercayaan diri untuk dapat memberikan perawatan terbaik pada bayinya dan bagi bayi berarti bukan saja kehilangan sumber makanan yang vital, tetapi juga kehilangan cara perawatan yang optimal.

Di dalam denyut kehidupan kota besar, kita lebih sering melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui oleh ibunya. Sementara di pedesaan, kita melihat bayi yang baru berusia satu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI.

Dari penelitian terhadap 900 ibu di sekitar Jabotabek (1995) diperoleh fakta bahwa yang dapat memberi ASI eksklusif selama 4 bulan hanya sekitar 5%, padahal 98% ibu-ibu tersebut menyusui. Dari penelitian tersebut juga didapatkan bahwa 37,9% dan ibu-ibu tersebut tak pernah mendapatkan informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif. (Roesli, 2007)

Sebenarnya menyusui, khususnya yang secara eksklusif merupakan cara pemberian makan bayi yang alamiah. Namun, seringkali ibu-ibu kurang mendapatkan informasi bahkan sering kali mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar, dan apa yang harus dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya.

Menyusui adalah suatu seni yang harus dipelajari kembali. Untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal. Yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, sedikit pengetahuan tentang menyusui, dan dukungan dan lingkungan terutama suami.


(23)

Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dengan cara yang paling sehat. Menyusui sebenarnya tidak saja memberikan kesempatan pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif, serta perkembangan sosial yang lebih baik.

2.1.1. ASI Eksklusif

Yang dimaksud dengan ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif, adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun. (Roesli, 2007)

Para ahli menemukan bahwa manfaatASl akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur 6 bulan.

Berdasarkan hal-hal di atas, WHO/UNICEF membuat deklarasi yang dikenal dengan Deklarasi Innocenti (Innocenti Declaration). Deklarasi yang dilahirkan di Innocenti, Italia tahun 1990 ini bertujuan untuk melindungi, mempromosikan, dan memberi dukungan pada pemberian ASI. Deklarasi yang juga ditandatangani Indonesia ini memuat hal-hal berikut : “Sebagai tujuan global untuk meningkatkan


(24)

kesehatan dan mutu makanan bayi secara optimal maka semua ibu dapat memberikan ASI eksklusif dan semua bayi diberi ASI eksklusif sejak lahir sampai berusia 4-6 bulan. Setelah berumur 4-6 bulan, bayi diberi makanan pendamping/padat yang benar dan tepat, sedangkan ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian makanan untuk bayi yang ideal seperti ini dapat dicapai dengan cara menciptakan pengertian serta dukungan dan lingkungan sehingga ibu-ibu dapat menyusui secara eksklusif”. (USAID, 2004)

Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Bayi sehat pada umumnya tidak memerlukan makanan tambahan sampai usia 6 bulan. Pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai memberi makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan bayi yang kurang dari standar atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif tidak berjalan dengan baik. (Roesli, 2007)

Namun, sebelum diberi makanan tambahan, sebaiknya coba diperbaiki dahulu cara menyusuinya. Cobalah hanya memberinya ASI saja tanpa memberi minuman/makanan lain. Selain itu, bayi harus sering disusui, perhatikan posisi menyusui, dan jangan diberi dot atau empeng. Secara umum usahakan dahulu agar cara pemberian ASI dilakukan sebaik mungkin. Apabila setelah 1-2 minggu ternyata upaya perbaikan di atas tidak menyebabkan peningkatan berat badan, barulah


(25)

dipikirkan pemberian makanan tambahan/padat bagi bayi berusia di atas 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. (Roesli, 2007)

Terlepas dan isi rekomendasi baru UNICEF tadi, masih ada pihak yang tetap mengusulkan pemberian makanan padat mulai pada usia 4 bulan sesuai dengan isi Deklarasi Innocenti (1990), yaitu ”Hanya diberi ASI sampai bayi berusia 4-6 bulan”. Namun, pengetahuan terakhir tentang efek negatif pemberian makanan padat yang terlalu dini telah cukup menunjang pembaharuan definisi ASI eksklusif menjadi, “ASI saja sampai usia sekitar 6 bulan”. (Kresnawan, 2006)

Pemberian makanan padat/tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat/tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan penrtumbuhannya. (Roesli, 2007)

2.1.2. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif Bagi Bayi

Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat dirasakan. Berikut manfaat terpenting yang diperoleh bayi.

a. ASI sebagai Gizi.

Setiap mamalia secara alamiah dipersiapkan untuk mempunyai sepasang atau lebih kelenjar air susu. Pada saat melahirkan, kelenjar ini akan memproduksi air susu khusus untuk makanan bayinya.

Komposisi air susu setiap mamalia berbeda, dan disesuaikan dengan kebutuhan serta laju pertumbuhan masing-masing jenis (spesies). Air susu setiap jenis


(26)

mamalia memang spesifik untuk masing-masing spesies. Jadi, ASI sapi untuk anak sapi, ASI kuda untuk anak kuda, ASI monyet untuk anak monyet, ASI gajah untuk anak gajah, ASI kucing untuk anak kucing, dan ASI manusia tentu untuk bayi manusia. (Roesli, 2007)

Air susu seorang ibu juga secara khusus disesuaikan untuk bayinya sendiri, misalnya ASI dan seorang ibu yang melahirkan bayi prematur komposisinya akan berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Selain itu, komposisi ASI dan seorang ibu juga berbeda-beda dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari ke-4 atau ke-7 yang dikenal sebagai kolostrum, berbeda dengan ASI yang keluar dari hari ke-4/ke-7 sampai hari ke-10/ke-14 setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan berbeda lagi setelah hari ke-ke-10/ke-14 (ASI matang). Bahkan terdapat pula perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit. ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut foremilk, sedangkan ASI yang keluar pada saat akhir menyusui disebut hindmilk. (León-Cava Natalia, 2002)

ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberi makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. (Kresnawan, 2006)


(27)

b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan tubuh) dan ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur. (Arifeen, 2001)

Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari penyakit mencret (diare). Pada suatu penelitian di Brasil Selatan bayi-bayi yang tidak diberii ASI mempunyai kemungkinan meninggal karena mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif. ASI juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek, dan penyakit alergi. (Roesli, 2007)

Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama bila sakitnya berat. (Natalia, 2002)


(28)

c. ASI meningkatkan kecerdasan

Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak maka jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah pertumbuhan otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam proses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas nutrisi secara angsung juga dapat mempengaruhi pertumbuhan, termasuk pertumbuhan otak. Periode tumbuh pesat otak yang pertama sangat penting, karena hanya pada masa inilah terjadi pertumbuhan otak yang terpesat. Kesempatan ini hendaknya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya agar otak bayi dapat tumbuh optimal, karena kesempatan semacam ini tidak akan terulang lagi selama masa tumbuh kembang anak. (Natalia, 2002)

Dikatakan bahwa bila seorang bayi menderita kekurangan gizi berat pada masa pertumbuhan otak cepat pertama maka akan terjadi pengurangan jumlah sel otak sebanyak 15-20%. (Roesli, 2007)

Sebenarnya alam telah membekali manusia dengan “obat” pencegah gangguan gizi pada periode ini. “Obat” yang dimaksud adalah sebuah formula ajaib yang diberikan Tuhan pada para Ibu, yaitu air susu ibu (ASI). Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung zat gizi khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal. Zat gizi khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit terdapat pada susu sapi.


(29)

Zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain:

1) Taurin yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat di ASI;

2) Laktosa merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi;

3) Asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6) merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.

Mengingat hal-hal tersebut, dapat dimengerti kiranya bahwa pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan akan optimal dengan kualitas yang optimal pula.

Hasil penelitian Lucas terhadap 300 bayi prematur membuktikan bahwa bayi bayi prematur yang diberi ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang tidak diberi ASI. Pada penelitian Riva ditemukan bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif, ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ 12,9 point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI eksklusif. (Riva , 1996)

d. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik. (Roesli, 2007)


(30)

e. Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi

Disamping manfaat-manfaat tersebut, masih banyak manfaat yang diperoleh anak dari pemberian ASI antara lain : (Natalia, 2002)

1) Melindungi anak dan serangan alergi.

2) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi ASI eksklusif potensial lebih pandai.

3) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara. 4) Membantu pembentukan rahang yang bagus.

5) Mengurangi risiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan mendenita penyakit jantung.

6) Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa jalan.

7) Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik.

8) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan. (Kresnawan, 2006)

9) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti-kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. ASI juga akan mengurangi terjadinya mencret, sakit telinga, dan infeksi saluran pernapasan. (Arifeen, 2001)

Pemberian ASI eksklusif akan memenuhi kebutuhan awal bayi untuk tumbuh kembang secara optimal baik fisik, kepandaian, emosional, spiritual maupun sosialisasinya. Itu sebabnya, akan sangat mudah dimengerti mengapa bayi ASI eksklusif akan tumbuh menjadi sumber daya manusia yang tangguh berkualitas.


(31)

2.1.3. Produksi ASI

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayi. Salah satunya ialah karena air susu tidak keluar, penyebab air susu tidak keluar juga tidak sedikit, mulai dari sters mental sampai ke penyakit fisik, termasuk malnutrisi. Namun demikian, perilaku tidak menyusui bayi segera setelah lahir atau dengan catatan bahwa ibu tidak dalam keadaan terbius dan mengidap penyakit tertentu sehingga tidak memungkinkan untuk menyusui (Arisman, 2005).

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

a. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang keluar pertama kali setelah bayi lahir sampai hari ketiga atau keempat, agak kental berwarna kekuningan, lebih kuning dibanding denga ASI mature. Kolostrum berkhasiat antara lain :

1) Sebagai laxantia yang baik untuk membersihkan selaput usus bayi yang baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan.

2) Kolostrum terutama mengandung globulin tinggi, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.

3) Mengandung zat anti infeksi lain (antibodi) sehingga mampu melindungi tubuh dari beberapa penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai 6 bulan.

b. Air Susu Masa Transisi

Air susu transisi adalah ASI yang diproduksi hari ketiga atau hari keempat sampai hari kesepuluh sesudah kelahiran. Kadar proteinnya lebih kecil dari kolostrum.


(32)

c. Air Susu Mature

Air susu mature yaitu ASI yang diproduksi mulai dari hari kesepuluh sesudah kelahiran. Kadar proteinnya lebih kecil dari pada kolostrum, sedangkan kadar lemak dan hidrat arang lebih tinggi.

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI 2.2.1. Kondisi Ibu

Ibu yang melahirkan sesar dapat menyusui segera setelah ibu pulih (sesuai petunjuk dokter), demikian juga halnya bagi ibu yang sakit pada umumnya dapat terus menyusui bayinya. Bagi ibu yang menderita infeksi saluran pernapasan bagian atas harus memakai masker untuk mencegah penularan. Ibu hamil juga dapat meneruskan menyusui bayinya dan jangan lupa untuk makan lebih banyak. Selanjutnya bayi disapih secara bertahap agar anak tidak merasa diterlantarkan ibu karena akan ada adik baru yang memerlukan perhatian ibu. Pekerjaan sehari-hari kadang-kadang sangat menyibukkan ibu dan anak menjadi rewel. Usahakan agar ibu lebih banyak istirahat dan santai, sehingga ibu dapat menyusui lagi dan memenuhi kebutuhan bayi. Dukungan dan pengertian keluarga (suami dan orang tua) sangat diperlukan untuk ketentraman ibu menyusui, disamping itu nasehat dari mereka yang lebih berpengalaman akan membantu keberhasilan menyusui.

2.2.2. Kondisi Bayi

Bayi dalam keadaan sakit apapun harus tetap diberi ASI, termasuk diare. Bagi bayi kembar, ASI tetap mencukupi sesuai kebutuhan bayi. Posisi sepak bola (football


(33)

prematur, kalau bayi dapat menghisap langsung dari payudara ibu, kalau tidak dengan sendok atau lainnya. Produksi ASI harus dipertahankan dengan mengeluarkan ASI dan apabila keadaan bayi sudah memungkinkan, bayi dapat menyusu langsung dari ibu. 2.2.3. Umur

Umur mempengaruhi bagaimana ibu menyusui mengambil keputusan dalarn pemberian ASI eksklusif, semakin bertambah umur (tua) maka pengalaman dan pengetahuan semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003). Selain itu, umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. lbu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi yang dilahirkan (Depkes RI, 1994). Menurut pendapat Hurlock B.E. (2002), bahwa semakin meningkatnya umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang dalam berfikir dan bekerja akan lebih matang.

2.2.4. Pendidikan

Seorang ibu yang memiliki pendidikan formal yang rendah belum tentu tidak mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandigka dengan orang yang lebih tinggi pendidikan formalnya. Perlu menjadi pertimbangan bahwa faktor tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang ibu peroleh (Suharyono, 1992).

1) Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah pendidikan yana mempunyai bentuk atau organisasi tertentu seperti di sekolah atau di universitas. Adanya organisasi yang ketat dan


(34)

nyata. Misalnya tentang adanya penjenjangan cara atau metode mengajar di sekolah (Kusuma,1996)

2) Pendidikan in Formal

Pendidikan in formal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah dalam bentuk lingkungan keluarga. Pendidikan ini berlangsung tanpa pendidik, tanpa suatu program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu tanpa evaluasi yang formal berbentuk ujian (Kusuma, 1996)

3) Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah usaha khusus yang diselenggarakan secara terorganisir diutamakan bagi generasi muda dan orang dewasa yang tidak dapat sepenuhnya mengikuti pendidikan sekolah dapat memiliki pengetahuan praktis dan keterampilan dasar yang mereka perlukan sebagai warga masyarakat produktif (Kusuma, 1996).

Pendidikan bertujuan untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru pada pendidikan rendah serta meningkatkan pengetahuan yang cukup/kurang bagi responden yang masih memakai adat istiadat lama (Notoatmodjo, 1993).

2.2.5. Pekerjaan

Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal)


(35)

memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian Soekirman pada tahun 1994 mengungkapkan bahwa kemungkinan seorang ibu menyusui bayinya secara eksklusif hingga usia 4 bulan dan diteruskan hingga usia 2 tahun, rata-rata 38% jika ibu bekerja dan angka tersebut naik menjadi 91% jika ibu tidak bekerja (Ginting, 2007).

2.2.6. Pendapatan

Tingkat ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan pola pemberian ASI. Di daerah pedesaan keadaan ini tidak cukup nyata. Di daerah perkotaan keadaan ini cukup nyata, makin tinggi tingkat ekonomi makin berkurang prevalensi menyusui. Namun di negara-neraga industri frekuensi menyusui lebih tinggi di kalangan tingkat sosial atas.

Menurut penelitian Sanjaya (2000), ada perbedaan bermakna dalam pemberian ASI dan penyapihan dengan penghasilan atau pendapatan keluarga, jadi semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin cepat menyapih. Disini orang yang berpenghasilan tinggi akan lebih mudah untuk menggantikan ASI dengan susu Formula. (Fathimah 2008)

Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu-ibu tidak menyusui bayinya terutama yang tinggal diperkotaan antara lain:

a. Di perkotaan ibu-ibu lebih banyak memperoleh informasi mengenai susu botol dari pada menyusui.


(36)

b. Umumnya diperkotaan melahirkan di RS dan RB yang tidak menganjurkan menyusui dan menerapkan pelayanan Rawat Gabung serta tidak menyediakan fasilitas Klinik Laktasi, Pojok Laktasi dan sejenisnya.

c. Pengaruh kemajuan teknologi pada perubahan sosial budaya mengakibatkan ibu-ibu diperkotaan umumnya bekerja diluar rumah dan makin meningkat daya belinya. d. Semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja wanita di berbagai sektor, sehingga

semakin banyak ibu yanag haras meninggalkan bayinya sebelum berusia 6 bulan, setelah habis cuti bersalin. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI eksklusif.

2.2. Perilaku Ibu Menyusui

Pemberian ASI tak terlepas dari tatanan budaya. Menurut Swasono (Depkes 2005), berbagai perilaku menyusui pada masyarakat seperti perilaku membuang kolostrum atau susu jolong, yakni cairan yang keluar pertama kali, dan tidak membersihkan payudara dengan anjuran petugas kesehatan. Kolostrum dianjurkan untuk diberikan dan ibu disarankan untuk membersihkan payudaranya dulu sebelum menyusui.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Widodo pada tahun 2001 dimana ibu yang memberi ASI 30 menit setelah dilahirkan kemungkinan untuk tidak memberikan makanan dan minuman pralaktal pada bayinya sebesar 1,8 - 5,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak memberi ASI segera. Demikian pula dengan pemberian ASI eksklusif. Nilai budaya berdasarkan suku maupun kebiasaan setempat dapat berpengaruh pada pola pemberian ASI termasuk didalamnya pemberian ASI eksklusif (Fathimah, 2008).


(37)

Menurut penelitian Soeparmanto, pendidikan ibu yang relatif kurang dapat menurunkan perilaku pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang ASI menyusui yang baik bisa memberi ASI secara eksklusif dan memberikan kolostrum pada bayi. Namun apabila pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif rendah maka perilaku pemberian ASI secara eksklusif tidak dapat diberikan pada bayi. Untuk meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif perlu dilakukan intervensi dengan meningkatkan penyuluhan tentang ASI kepada ibu-ibu dan keluarganya secara rutin dan berkala, yang didasarkan kondisi sosial budaya setempat (Soeparmanto 2001)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah sikap ibu terhadap lingkungan sosialnya dan kebudayaan dimana dia dididik. Selain itu kemampuan ibu yang seusianya lebih tua juga amat rendah produksi ASI nya, sehingga cenderung mengalami malnutrisi. Alasan lain ibu-ibu tidak menyusui bayinya adalah karena ibu tersebut tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanya beban baginya dan kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan ukuran tubuhnya.

2.3.1. Konsep Perilaku

Perilaku adalah keadaan jiwa (berpendapat, berpikir, bersikap dan lain sebagainya) untuk memberikan reaksi terhadap situasi yang ada di subjek.

Dari batasan ini dapat diuraikan bahwa reaksi tersebut dapat bermacam-macam dimana pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : pertama dalam bentuk pasif, dimana individu beraksi tanpa tindakan nyata. Dan kedua dalam bentuk aktif, dimana individu beraksi dalam tindakan nyata dan dapat dilihat oleh orang lain. Pada dasarnya perilaku dapat diamati melalui sikap dan tindakan, namun tidak berarti bahwa


(38)

bentuk itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakan saja melainkan dapat bersifat potensial yaitu dalam bentuk pengetahuan, motivasi, dan persepsi.

Bloom membedakan perilaku dalam tiga komponen yaitu, congnitive, affective, dan psikomotor. Komponen congnitive terdiri dari seluruh kongnisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu (fakta, pengetahuan, dan keyakinan tentang objek). Komponen affective terdiri dari terutama penilaian. Komponen psikomotor terdiri dari kesiapan seseorang untuk beraksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek (Notoatmojo,1993).

Skinner, seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hubungan antara perangsang (stimulus) dan response, oleh karena itu perilaku yang sama diantara beberapa orang dapat berbeda-beda atau latar belakangnya.

2.3.2. Bentuk Operasional Perilaku

Bentuk operasional perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu : 1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tau, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian terayata perilaku yang didasari oleh pengetahuan yang akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. (Notoatmodjo, 1993)


(39)

2. Sikap

Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak, berpresepsi, dan merasa dalatn menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Ciri-ciri sikap adalah :

a. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam hubungan dengan objek tertentu.

b. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap suatu kelompok.

c. Sikap dapat berubah suatu hal tertentu tetapi dapat juga berupa kumpulan dari hal-hal tersebut.

d. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Suatu contoh sikap ibu dalam menerapkan bahwa ASI eksklusif sangat penting dan bermanfaat bagi bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa makanan tambahan lain. Sebagaimana diketahui bahwa ASI merupakan makanan yang paling sempurna dan dapat menghindari bayi dari berbagai penyakit. Akhirnya dapat dikatakan bahwa ibu tersebut mempunyai sikap terhadap objek yaitu berupa pemberian ASI eksklusif pada bayi.

Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah seseorang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. Sikap relatif lebih menetap, timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan hasil belajar. Karena itu sikap


(40)

dapat diperteguh atau dirubah. Dalam psikologi sosial, sikap adalah kecenderungan individu yang dapat ditentukan dari cara-cara berbuat. (Notoatmodjo, 1993)

3. Tindakan

Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, untuk terwujudnya suatu tindakan (perbuatan yang nyata) dibutuhkan suatu pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan dukungan dari berbagai pihak. Adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk bertindak.

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. (Notoatmodjo, 1993)


(41)

2.3. Kerangka Konsep

kaitan antara pemberian ASI eksklusif yang dipengaruhi ileh karakteristik ibu berupa umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan keluarga. Sementara perilaku dalam pemberian ASI eksklusif ditentukan oleh faktor pengetahuan, sikap dan tindakan.

Gambar 1. Kerangka Konsep

Perilaku Dalam Pemberian

ASI Eksklusif

Pengetahuan

Sikap

Tindakan Karakteristik Ibu

o Umur

o Pendidikan

o Pekerjaan

o Pendapatan Keluarga


(42)

BAB 3

METODE PENELITIAN

2.4. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional.

2.5. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga. Adapun pertimbangan dalam penentuan lokasi ini adalah :

1. Latar belakang pendidikan masyarakat yang sangat berbeda, sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran pengaruh pendidikan terhadap perilaku ibu menyusui.

2. Tingginya cakupan program ASI eksklusif di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga yang mencapai 76,18%, sehingga peneliti melihat hal tersebut merupakan suatu yang penting untuk dilakukan penelitian.

Waktu penelitian dilakukan selama 5 bulan dimulai dari survei awal pada bulan Pebruari 2008 sampai dengan selesai penelitian pada bulan Juni 2008.

2.6. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu menyusui 0 - 11 bulan di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga sejak Januari sampai dengan Desember 2007 sebanyak 240 orang.


(43)

3.3.1. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah ibu menyusui 0-11 bulan di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga sejak Januari sampai dengan Desember 2007 diambil secara acak. Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus :

) ( 1 N d2

N n

+

=

Keterangan :

N : Besarnya Populasi n : Besarnya Sampel

d : Tingkat Kepercayaan/ Ketepatan yang diinginkan  0,1 Jumlah populasi 240 orang

Sampel Sampel ) 01 , 0 ( 240 1 240 + = n 4 , 2 1 240 + = n 4 , 3 240 = n

n = 70,58 dibulatkan menjadi 71

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka sampel penelitian ini adalah sebagian ibu menyusui yang sudah pernah memberikan ASI pada bayi yaitu sebanyak 71 orang.


(44)

2.7. Metode Pengumpulan Data. 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara menggunakan kuisioner, dengan melakukan kunjungan rumah oleh peneliti, mencakup . 1) Karakteristik responden

2) Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif 3) Sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif

4) Tindakan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif 3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga, yaitu data mengenai demografi penduduk, dan dari Puskesmas Aek Manis data ibu yang memberikan ASI eksklusif.

2.8. Definisi Operasional

1) Karateristik ibu adalah sesuatu yang berhubungan dengan idenstitas responden meliputi: umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pendapatan keluarga.

a. Umur ibu adalah usia ibu yang dihitung pada ulang tahun terakhir sampai saat pengumpulan data dilakukan.

b. Pendidikan ibu adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah diselesaikan dan mempunyai ijazah.

c. Pekerjaan ibu adalah suatu kegiatan yang dilakukan responden sehari-hari untuk mendapatkan imbalan berupa uang dan barang


(45)

d. Pendapatan keluarga adalah seluruh penghasilan keluarga termasuk penghasilan pokok dan sampingan.

2) Pengetahuan adalah menyangkut semua yang diketahui ibu tentang pemberian ASI eksklusif.

3) Sikap adalah tanggapan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif.

4) Tindakan adalah kegiatan yang dilakukan secara konkrit oleh ibu dalam pemberian ASI yang meliputi: waktu pemberian ASI pertama kali, cara menyusui, lama pemberian ASI eksklusif, lama menyusui dan jenis-jenis pemberian makanan pada bayi.

5) Usia bayi adalah usia bayi dalam bulan yang dihitung sejak lahir sampai berumur 11 bulan.

6) Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja selama 6 bulan pertama tanpa ada makanan tambahan.

2.9. Aspek Pengukuran 3.6.1. Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan pemberian nilai : a. yang menjawab a = nilai 3

b. yang menjawab b = nilai 2 c. yang menjawab c = nilai 1


(46)

Berdasarkan jumlah nilai yang telah diperoleh responden maka ukuran tingkat pengetahuan ibu rumah tangga di kategorikan :

a. nilai pengetahuan > 80% baik b. nilai pengetahuan 60-80% cukup c. nilai pengetahuan <60% kurang 3.6.2. Sikap

Pengukuran sikap dilakukan dengan pemberian nilai : a. yang menjawab sangat setuju = nilai 3

b. yang menjawab setuju = nilai 2 c. yang menjawab tidak setuju = nilai 1

Berdasarkan sikap ibu dalam pemberian ASI secara eksklusif, maka responden di kategorikan :

a. nilai sikap >80% : baik b. nilai sikap 60-80% : cukup c. nilai sikap <60% : kurang 3.6.3. Tindakan

Pengukuran tindakan dilakukan dengan pemberian nilai : a. yang menjawab a = nilai 3

b. yang menjawab b = nilai 2 c. yang menjawab c = nilai 1

Berdasarkan tindakan ibu dalam pemberian ASI secara eksklusif, maka responden di kategorikan :


(47)

a. nilai tindakan >80% : baik

b. nilai tindakan 60-80% : cukup

c. nilai tindakan <60% : kurang

2.10. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dikumpulkan, diolah secara manual dengan langkah-langkah pengeditan, pengkodean dan tabulasi. Selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisis secara deskriptif. Hasil tabulasi silang pengetahuan, sikap dan tindakan dilakukan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik chi square dengan menggunakan rumus :

(

)

fe fe

fo 2

2 −

∑ = χ

Dimanaχ2 = Nilai chi-kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi fe = frekuensi yang diharapkan


(48)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

2.11. Gambaran Umum Kota Sibolga

Kota sibolga merupakan salah satu dari 33 kabupaten/kota dalam Propinsi Sumatera Utara. Terletak pada koordinat 1º 44′ - 1º 46′ LU dan 98º 44′ - 98º 48′ BT dan berada pada ketinggian 0 – 150 meter diatas permukaan laut dengan luas wilayah 35,36 km² terdiri dari 4 kecamatan, 16 kelurahan. Jumlah penduduk adalah 91.941 jiwa dengan kepadatan rata 8.537 jiwa / km². Laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,86 % pertahun. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Sibolga Sambas (14.038 jiwa/ km²), Kecamatan Sibolga Selatan kedua tertinggi (10.471 jiwa / km²) dan terendah di Kecamatan Sibolga Kota (6.059 jiwa/ km²).

2.12. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Sibolga selatan dipimpin oleh seorang camat yang diangkat oleh Walikota Kota Sibolga, yang terletak di wilayah pemerintah Kota Sibolga yang terdiri dari 4 kelurahan dan 16 lingkungan dan mempunyai sarana kesehatan 1 unit puskesmas rawat inap dan 3 unit puskesmas pembantu, serta 1 unit klinik Bidan bersalin swasta. Sarana pendidikan 23 unit sekolah SD negeri dan swasta, SMP negeri / swasta 4 unit, dan SMU sederajat sebanyak 3 unit, serta perguruan tinggi 1 unit. Luas wilayah Kecamatan Sibolga Selatan 3,138 km2 yang meliputi daearah pantai dan pegunungan kota.

4.2.1. Batas Wilayah

Wilayah Kecamatan Sibolga Selatan memiliki batas admistrasi pemerintahan sebagai berikut:


(49)

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sibolga Sambas - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sibolga Sambas 4.2.2. Demografi

Jumlah Penduduk di Kecamatan Sibolga Selatan 33,749 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 6977 KK.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Sibolga Selatan Tahun 2008

No Kelompok Umur Laki Laki Perempuan Jumlah

1 0-4 1995 1681 3676

2 5-9 2045 2035 4081

3 10-14 1401 1641 3042

4 15-19 1517 1594 3111

5 20-24 1240 2060 3300

6 25-29 1675 1404 3080

7 30-34 2541 1203 3744

8 35-39 1142 924 2065

9 40-44 772 753 1525

10 45-49 658 855 1513

11 50-54 993 901 1894

12 55-59 449 873 1322

13 60-64 401 221 522

14 65-69 390 154 544

15 70-74 80 73 153

16 75+ 34 43 77

J U M L A H 17.332 16.417 33.749 Distribusi penduduk kecamatan Sibolga Selatan berdasarkan Agama disajikan dalam tabel 4.2. dibawah ini.


(50)

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Sibolga Selatan Tahun 2008

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 19730 58,46

2 Protestan 10920 32,36

3 Katolik 1759 5,21

4 Budha 1239 3,67

5 Hindu 48 0,14

6 Lainnya 52 0,15

Distribusi penduduk kecamatan Sibolga Selatan menurut pekerjaan disajikan dalam tabel 4.3. dibawah ini.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Menurut Pekerjaan di Kecamatan Sibolga Selatan Tahun 2008

No Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Sektor Perdagangan 6489 36,09

2 Sektor Perikanan/Nelayan 5764 32,06

3 Sektor Jasa 1667 9,27

4 Sektor Industri 1224 6,61

5 PNS/TNI-POLRI 741 4,12

6 Lain-lain 2095 11,65

2.13. Karakteristik Ibu Menyusui

Karakteristik ibu menyusui yang dilihat dalam penelitian ini adalah umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan keluarga. Dari hasil penelitian di dapat karakteristik ibu menyusui adalah seperti yang tersebut dalam tabel 4.4 berikut ini :


(51)

Tabel 4.4. Distribusi Ibu Menyusui berdasarkan Karakteristik Ibu di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.

Karakteristik Ibu Menyusui n %

Umur: 15-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 2 21 25 12 11 2,82 29,58 35,21 16,90 15,49

Total 71 100

Pendidikan: SD SLTP SLTA Akademi/PT 19 16 31 5 26,76 22,54 43,66 7,04

Total 71 100

Pekerjaan: Tidak Bekerja Pegawai perusahaan/PNS Pengusaha 45 17 9 63,38 23,94 12,68

Total 71 100

Pendapatan Keluarga:

≤ Rp. 822.205

>Rp. 822.205

41 30

57.75 42,25

Total 71 100

Umur ibu menyusui terbanyak 25-29 tahun (35,21%), 29,58% ibu menyusui berumur 20-24 tahun, 16,90% ibu menyusui berumur 30-34 tahun, 15,49% ibu menyusui berumur 35-39 tahun dan paling sedikit ibu menyusui berumur 15-19 tahun ada 2,82%.

Pendidikan ibu menyusui yang terbanyak adalah SLTA yaitu 31 orang ibu (43,66%), ibu yang berpendidikan SD adalah 26,76% dan yang berpendidikan SLTP ada 22,54%, sedangkan yang sampai ke Akademi atau Perguruan Tinggi hanya 7,04% .


(52)

Ibu menyusui yang tidak bekerja ada 45 orang (63,38%), dan yang bekerja sebagai pegawai perusahaan/PNS ada 17 0rang (23,94%) dan yang bekerja menjadi pengusaha ada 9 orang atau 12,68% saja dari 71 orang ibu menyusui.

Pendapatan keluarga dikategorikan berdasarkan UMR (Upah Minimun Regional) menjadi dua kelompok, yaitu ≤ Rp. 822.205 dan > Rp. 822.205. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan ≤ Rp.822.205 ada sebanyak 57,75% dan pendapatan > Rp. 822.205 ada sebanyak 42,25%.

Distribusi Ibu Menyusui Menurut Tenaga Penolong Persalinan di Kecamatan Sibolga Selatan Tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 4.5. dibawah ini. Penolong persalinan ibu menyusui yang terbanyak adalah ditolong oleh Bidan 56 (78,87%), ditolong oleh Dokter 13 (18,31%) dan ditolong oleh Dukun Bayi 2 (2,82%)

Tabel 4.5. Distribusi Ibu Menyusui Menurut Tenaga Penolong Persalinan di Kecamatan Sibolga Selatan Tahun 2008

Penolong persalinan n %

Ditolong oleh Dokter Ditolong oleh Bidan Ditolong oleh Dukun Bayi

13 56 2

18,31 78,87 2,82

Total 71 100

2.14. Perilaku Ibu dalam Pemberian ASI Eksklusif

a. Pengetahuan Ibu tentang Menyusui ASI Secara Eksklusif

Pada tabel 4.6. di bawah dapat dilihat bahwa pengetahuan ibu menyusui dalam kategori baik ada 69,61% ibu, dan dalam kategori cukup ada 19,72% ibu, sedangkan dalam kategori kurang ada 12,68% ibu


(53)

Tabel 4.6. Distribusi Pengetahuan Ibu Menyusui di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.

Pengetahuan Ibu Menyusui n %

Baik Cukup Kurang

48 14 9

69,61 19,72 12,68

Total 71 100

Hasil penelitian untuk pertanyaan pengetahuan ditunjukkan dalam tabel 4.7. ASI pertama kali diberikan pada bayi adalah segera setelah lahir (47,89%) dan sehari setelah lahir (43,66%). Tetapi ada juga ibu menyusui yang tidak tahu sebaiknya kapan ASI pertama kali harus diberikan pada bayi, distribusi ibu menyusui yang tidak tahu itu adalah sebanyak 6 orang ibu (8,45%).

Tentang manfaat ASI bagi bayi, 92,96% ibu menjawab bahwa manfaat ASI adalah sebagai makanan bayi dan zat pelindung bagi bayi, dan 5,63% lagi menjawab untuk menghentikan tangisan bayi, sedangkan yang tidak mengetahuinya ada 1 orang (1,41%).

Arti ASI eksklusif yang menjawab ASI yang diberikan kepada bayi tanpa diselangi dengan makanan tambahan lain sampai bayi berumur 6 bulan 83,10%. ASI yang diberikan dengan susu formula 7,04%, sedangkan yang menjawab tidak tahu 9,86%.

Pengetahuan ibu tentang pemberian makanan tambahan harus diberikan setelah umur bayi 6 bulan diketahui oleh 84,51% ibu menyusui, 12,68% mengatakan makanan tambahan dapat diberikan pada umur bayi kurang dari 4 bulan, dan hanya


(54)

2,82% mengatakan bahwa pemberian makanan tambahan diberikan pada umur bayi lebih dari 12 bulan.

Tabel 4.7. Distribusi Pengetahuan Ibu Menyusui Berkaitan dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.

Pengetahuan berkaitan dengan pemberian ASI Ekslusif n % 1. ASI diberikan pada bayi pertama kali :

- < 30 menit (segera setelah lahir) - 1-24 jam (sehari setelah lahir) - Tidak tahu

34 31 6 47,89 43,66 8,45 Total 71 100 2. Manfaat pemberian ASI bagi bayi :

- Mendapat makanan dan zat pelindung yang dibutuhkan bayi - Menghentikan tangisan bayi

- Tidak tahu

66 4 1 92,96 5,63 1,41 Total 71 100 3. Yang dimaksud dengan ASI Eksklusif

- ASI yang diberikan kepada bayi tanpa diselingi dengan makanan tambahan lain sampai bayi berumur 6 bulan - ASI yang di tambah dengan susu formula

- Tidak tahu

59 5 7 83,10 7,04 9,86 Total 71 100 4. Sebaiknya bayi diberi makan makanan tambahan pada saat :

- Setelah bayi berusia 6 bulan - Usia bayi kurang dan 4 bulan - Usia bayi lebih dari 12 bulan

60 9 2 84,51 12,68 2,82 Total 71 100


(55)

b. Sikap Ibu Menyusui terhadap Pemberian ASI Eksklusif

Sikap ibu menyusui yang termasuk kategori baik hanya 35,21% dan kategori cukup adalah 26,76%, sementara kategori kurang sebesar 38,03%.

Tabel 4.8. Distribusi Sikap Ibu Menyusui di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.

Sikap Ibu Menyusui n %

Baik Cukup Kurang

25 19 27

35,21 26,76 38,03

Total 71 100

Gambaran sikap responden terhadap pemberian ASI Eksklusif secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Ibu Menyusui berdasarkan Sikap Ibu di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.

Sikap Ibu Menyusui Sangat setuju Setuju Tidak setuju Jumlah

n % n % n % n %

Inisiasi menyusu dini 39 54,93 23 32,39 9 12,68 71 100

Susu formula tidak diberi pada bayi baru lahir

23 32,39 26 36,62 22 30,99 71 100

ASI Eksklusif diberikan pd bayi 50 70,42 21 29,58 0 0 71 100

Kolostrum diberikan pd bayi 38 53,52 27 38,03 6 8,45 71 100

Bayi baru lahir tidak diberikan makanan

36 50,70 18 25,35 17 23,94 71 100

Menyusui tidak merusak payudara 45 63,38 21 29,58 5 7,04 71 100

Bayi baru lahir harus segera disusui 50 70,42 16 22,54 5 7,04 71 100

Setuju dengan rawat gabung 23 32,39 28 39,44 20 28,17 71 100

Setuju pemberian makanan


(56)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap sangat setuju ibu yang paling banyak berkaitan dengan sikap terhadap bayi baru lahir harus segera disusui (70,42%), ASI Eksklusif harus diberikan pada bayi (70,42%), dan sikap terhadap pernyataan menyusui tidak merusak payudara (63,38%). Setengah ibu menyatakan sangat setuju pada inisiasi menyusu dini (54,93%), kolostrum diberikan pada bayi (53,52%), pemberian makanan tambahan diberikan pada bayi di atas 6 bulan (52,11%) dan bayi baru lahir tidak diberikan makanan (50,70%).

Sebanyak 30,99% ibu menyusui menyatakan sikap tidak setuju jika susu formula tidak diberikan pada bayi baru lahir.

Kemudian disusul oleh sikap tidak setuju rawat gabung bayi dan ibu ketika dirawat pada saat melahirkan yaitu 28,17%.

4.4.3. Tindakan Ibu tentang Menyusui ASI secara Eksklusif

Tabel 4.10. memperlihatkan bahwa tindakan yang baik hanya ada pada 25,36% ibu, dan tindakan yang cukup pada ibu yaitu 46,48%, dan tindakan kurang ada pada 28,17% ibu.

Tabel 4.10. Distribusi Tindakan Ibu Menyusui di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.

Tindakan Ibu Menyusui n %

Baik Cukup Kurang

18 33 20

25,36 46,48 28,17

Total 71 100

Tabel 4.11. menunjukkan bahwa tindakan ibu menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif hanya dilakukan oleh 16,90%, selebihnya 73,10% tidak memberikan.


(57)

Tabel 4.11. Distribusi Tindakan Ibu Menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.

Tindakan Ibu Menyusui n %

Memberikan ASI eskklusif Tidak memberikan ASI eskklusif

12 59

16,90 73,10

Total 71 100

Pada tabel 4.12. dibawah ini diuraikan jawaban responden terhadap pertanyaan tindakan ibu tentang menyusui.


(58)

Tabel 4.12. Distribusi Ibu Menyusui berdasarkan Tindakan Ibu di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.

Tindakan Ibu Menyusui n %

1. Ibu masih menyusui:

- Ya

- Tidak

71 0

100,0 0,0

Total 71 100,0

2. Melakukan pemberian ASI setelah lahir

- Segera setelah lahir

- 2-3 jam setelah lahir

- 24 jam setelah lahir

29 12 30 40,85 16,90 42,25

Total 23 100

3. Pemberian makanan tambahan pertama kali pada bayi:

- Usia bayi > 6 bl

- Usia bayi 6 bulan

- Usia bayi < 6 bulan

12 9 50 16,90 12,68 70,42

Total 71 100

4. Saat ini bayi diberi makanan lain selain ASI:

- Tidak memberikan makanan selain ASI

- Susu formula dan nasi tim

- Susu formula, nasi tim, buah, biskuit, dll

36 26 9 50,70 36,62 12,68

Total 71 100

Dari tabel 4.12. dapat dilihat bahwa seluruh responden masih menyusukan anaknya,. Ibu yang melakukan pemberian ASI setelah lahir 29 orang (40,85%), diberikan sehari setelah lahir (24 jam setelah lahir) sebanyak 30 (42,25%), dan yang memberikan ASI 2-3 jam setelah lahir ada 16,90%.

Tindakan memberikan makanan tambahan pertama kali bagi bayi pada usia bayi > 6 bulan hanya diterapkan 12 orang ibu (16,90 %), diberikan pada usia bayi 6 bulan 12,68 % sedangkan 70,42 % pada usia bayi < 6 bulan. Pilihan jenis makanan tambahan selain ASI, 50,70 % tidak memberikan makanan selaon ASI, 36,62 % memberikan susu formula dan nasi tim, sedangkan yang memberikan susu formula, nasi tim, buah, biskuit dan lain-lain 12,68 %.


(59)

4.4.4. Tindakan ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif dan pengetahuan ibu

Dalam penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan pemberian ASI eksklusif yang dikategorikan baik dan tindakannya juga baik hanya 29,17%, sementara kategori tindakan cukup 54,17%, selebihnya 16,67% yang mempunyai tindakan kategori kurang. Responden yang pengetahuan pemberian ASI Eksklusif kategori cukup 21,43% mempunyai tindakan kategori baik, 35,71% dengan tindakan cukup dan 42,86% kategori tindakan kurang. Sedangkan untuk pengetahuan pemberian ASI Eksklusif ibu kategori kurang terdapat 11,11% kategori tindakan baik dan 22,22% kategori tindakan cukup. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 4.13. di bawah ini. Tabel 4.13. Tabulasi Silang antara Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif dan

Tindakan Ibu di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.

Pengetahuan

Tindakan

Jumlah

Kurang Cukup Baik

N % n % n % n %

Baik Cukup Kurang 8 6 6 16,67 42,86 66,67 26 5 2 54,17 37,51 22,22 14 3 1 29,17 21,43 11,11 48 14 9 100 100 100

Hasil analisis statistik menggunakan uji chi square (χ2

) didapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan tindakan (p=0,024).

4.4.5. Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif dan Sikap Ibu

Tabulasi silang antara pengetahuan pemberian ASI eksklusif terhadap sikap ibu, diperoleh hasil bahwa pengetahuan pemberian ASI eksklusif yang dikategorikan baik dan sikapnya juga baik 76,00%, sementara sikap kategori cukup 37,89%,


(60)

selebihnya 37,04% yang mempunyai sikap kategori kurang. Responden yang pengetahuan pemberian ASI Eksklusif kategori cukup 16,00% mempunyai sikap kategori baik, 36,84% dengan sikap cukup dan selebihnya 33,33% kategori sikap kurang. Pengetahuan pemberian ASI Eksklusif ibu kategori kurang ditemukan sebanyak 8,00% kategori sikap baik dan 5,26% kategori tindakan cukup selebihnya 29,63% pengetahuan kategori kurang memiliki sikap kategori kurang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 4.14. di bawah ini.

Tabel 4.14. Tabulasi Silang antara Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif dan Sikap Ibu di Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2008.

Pengetahuan

Sikap

Jumlah

Kurang Cukup Baik

N % n % n % n %

Baik Cukup Kurang 10 9 8 37,04 33,33 29,63 11 7 1 37,89 36,84 5,26 19 4 2 76,00 16,00 8,00 40 20 11 100 100 100

Hasil analisis statistik menggunakan uji chi square (χ2) didapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap (p=0,024).

4.4.6. Sikap Ibu dan Tindakan Ibu

Untuk variabel sikap menyusui ASI Eksklusif dilakukan tabulasi silang terhadap tindakan ibu. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa sikap menyusui ASI eksklusif yang dikategorikan baik dan tindakannya juga baik terdapat 62,50%, sementara kategori tindakan cukup 25,00%, selebihnya 12,50% yang mempunyai tindakan kategori kurang. Responden yang sikap menyusui ASI Eksklusif kategori cukup 9,52% mempunyai tindakan kategori baik, 71,43% dengan tindakan cukup dan


(1)

- ASI tersebut tidak bermanfaat (3)

- ASI tersebut basi dan kotor, tidak baik bagi bayi (2) - Sudah menjadi kebiasaan (1)

42. Kapankah ibu pertama kali memberikan makanan tambahan bagi bayi ? - Usia bayi > 6 bulan (3)

- Usia bayi 6 bulan (2) - Usia bayi < 6 bulan (1)

43. Makanan apakahyang ibu berikan selain ASI saat ini ? - Tidak memberikan selain ASI (3)

- Susu Formula dan Nasi Tim (2)

- Susu Formula, Nasi Tim, Buah, Biskuit dan lain-lain (1) 44. Jika ibu sedang bekerja, apakah ASI tetap diberikan pada bayi ?

- Ya - Tidak

45. Jika ya, bagaimana caranya ?

- ASI ditampung dengan cara diperas dan disimpan (3) - Bayi dibawa bekerja (2)


(2)

Chi-Kuadrat (

χ2

)

Metode chi-kuadrat (χ2) digunakan untuk menggunakan pendekatan (mengestimate) dari beberapa faktor atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau frekuensi hasil observasi (fo) dengan frekuensi yang diharapkan (fe) dari sampel apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan atau tidak. Untuk mengatasi permasalahan seperti ini, maka perlu diadakan teknik pengujian yang dinamakan pengujian χ2

.

Rumus yang digunakan untuk menghitung χ2yaitu :

(

)

fe fe

fo 2

2 =∑ −

χ

2

χ = Nilai chi-kuadrat

fo = frekuensi yang diobservasi fe = frekuensi yang diharapkan

Rumus mencari frekuensi teoritis ( fe )

( ) ( )

T fb x fk fe

∑ ∑

∑ =

fe = frekuensi yang diharapkan

fk

∑ = jumlah frekuensi pada kolom

fd

∑ = jumlah frekuensi pada baris

T

∑ = jumlah keseluruhan baris atau kolom

Pengetahuan dan Tindakan

Pengetahuan

Tindakan

Jumlah

Kurang Cukup Baik

N % n % n % n %

Baik Cukup Kurang

8 6 6

16,67 42,86 66,67

26 5 2

54,17 37,51 22,22

14 3 1

29,17 21,43 11,11

48 14 9

100 100 100

Total 20 33 18 71

Langkah-langkah menjawab :

Langkah 1. Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan tindakan ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif.


(3)

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan tindakan ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif.

Langkah 2. Mencari frekuensi yang diharapkan ( fe ) pada tiap sel dengan rumus

( ) ( )

T fb x fk fe

∑ ∑

∑ =

( ) ( )

=

71 48 20 x

13,52

( ) ( )

= 71

48 33 x

22,31

( ) ( )

= 71

48 18 x

12,17

( ) ( )

=

71 14 20 x

3,94

( ) ( )

=

71 14 33 x

6,51

( )

=

71 14 ) 18 ( x

3,55

( ) ( )

=

71 9 20 x

2,54

( ) ( )

=

71 9 33 x

4,18

( ) ( )

=

71 9 18 x

2,28

Langkah 3. Mencari chi-kuadrat (χ2) dengan rumus :

(

)

fe fe

fo 2

2 −

∑ = χ

(

)

52 , 13

52 , 13

8− 2

= 2,25

(

)

31 , 22

31 , 22 26− 2

= 0,61

(

)

27 , 12

27 , 12 14− 2

= 0,28

(

)

94 , 3

94 , 3 6− 2

= 1,07

(

)

51 , 6

51 , 6 5− 2

= 0,35

(

)

55 , 3

55 , 3 3− 2

= 0,09

(

)

54 , 2

54 , 2 6− 2

= 4,47

(

)

18 , 4

18 , 4 2− 2

= 1,14

(

)

28 , 2

28 , 2 1− 2

= 0,72

2

χ = 2,25 + 0,61 + 0,28 + 1,07 + 0,35 + 0,09 + 4,74 + 1,14 + 0,72 = 11,24

Langkah 4. Mencari χ2

tabel dengan rumus :

dk = (k-1) . (b-1) dk = (3-1) . (3-1) dk = 2 x 2 = 4 Nilai χ2

tabel untuk α 0,05 = 9,49

Kemudian membandingkan antara χ2

hitung dengan χ2tabel

Jika χ2

hitung >χ2tabel, maka tolak Ho artinya signifikan, dan 2

χ hitung ≤ χ2tabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan

Ternyata χ2

hitung >χ2tabel atau 11,24 > 9,49, maka Ho ditolak artinya signifikan.


(4)

Pengetahuan dan Sikap

Pengetahuan

Sikap

Jumlah

Kurang Cukup Baik

N % n % n % n %

Baik Cukup Kurang 10 9 8 37,04 33,33 29,63 11 7 1 37,89 36,84 5,26 19 4 2 76,00 16,00 8,00 40 20 11 100 100 100

27 19 25 71

Langkah 1. Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif.

Langkah 2. Mencari frekuensi yang diharapkan ( fe ) pada tiap sel dengan rumus

( ) ( )

T fb x fk fe ∑ ∑ ∑ =

( ) ( )

= 71 40 27 x

15,21

( ) ( )

= 71

40 19 x

10,70

( ) ( )

= 71 40 25 x 14,08

( ) ( )

= 71 20 27 x

7,61

( ) ( )

=

71 20 19 x

5,35

( ) ( )

=

71 20 25 x 7,04

( ) ( )

= 71 11 27 x

4,18

( ) ( )

=

71 11 19 x

2,94

( ) ( )

=

71 11 25 x

3,87

Langkah 3. Mencari chi-kuadrat (χ2) dengan rumus :

(

)

fe fe fo 2 2 − ∑ = χ

(

)

21 , 15 21 , 15 10− 2

= 1,79

(

)

70 , 10 70 , 10 11− 2

= 0,01

(

)

08 , 14 08 , 14 19− 2

= 1,72

(

)

61 , 7 61 , 7 9− 2

= 0,26

(

)

35 , 5 35 , 5 7− 2

= 0,51

(

)

04 , 7 04 , 7 4− 2

= 1,31

(

)

18 , 4 18 , 4 8− 2

= 3,48

(

)

94 , 2 94 , 2 1− 2

= 1,28

(

)

87 , 3 87 , 3 2− 2

= 0,91

2


(5)

Langkah 4. Mencari χ2

tabel dengan rumus :

dk = (k-1) . (b-1) dk = (3-1) . (3-1) dk = 2 x 2 = 4 Nilai χ2

tabel untuk α 0,05 = 9,49

Kemudian membandingkan antara χ2

hitung dengan χ2tabel

Jika χ2

hitung >χ2tabel, maka tolak Ho artinya signifikan, dan 2

χ hitung ≤ χ2tabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan

Ternyata χ2

hitung >χ2tabel atau 11,26 > 9,49, maka Ho ditolak artinya signifikan.

Sikap dan Tindakan

Sikap

Tindakan

Jumlah

Kurang Cukup Baik

N % n % n % n %

Baik Cukup Kurang

3 4 13

12,50 19,05 50,00

6 15 12

25,00 71,43 46,15

15 2 1

62,50 9,52 3,85

24 21 26

100 100 100

20 33 18 71

Langkah-langkah menjawab :

Langkah 1. Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara sikap dan tindakan ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif.

Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dan tindakan ibu menyusui tentang pemberian ASI eksklusif.

Langkah 2. Mencari frekuensi yang diharapkan ( fe) pada tiap sel dengan rumus

( ) ( )

T fb x fk fe

∑ ∑

∑ =

( ) ( )

=

71 24 20 x

6,76

( ) ( )

=

71 24 33 x

11,15

( ) ( )

= 71

24 18 x

6,08

( ) ( )

=

71 21 20 x

5,92

( ) ( )

=

71 21 33 x

9,76

( ) ( )

=

71 21 18 x


(6)

( ) ( )

=

71 26 20 x

7,32

( ) ( )

=

71 26 33 x

12,08

( ) ( )

= 71

26 18 x

6,59

Langkah 3. Mencari chi-kuadrat (χ2) dengan rumus :

(

)

fe fe

fo 2

2 =∑ −

χ

(

)

76 , 6

76 , 6 3− 2

= 2,09

(

)

15 , 11

15 , 11

6− 2

= 2,38

(

)

08 , 6

08 , 6 15− 2

= 13,06

(

)

92 , 5

92 , 5 4− 2

= 0,62

(

)

76 , 9

76 , 9 15− 2

= 2,81

(

)

32 , 5

32 , 5 2− 2

= 2,08

(

)

32 , 7

32 , 7 13− 2

= 4,40

(

)

08 , 12

08 , 12 12− 2

= 0,00

(

)

59 , 6

59 , 6 1− 2

= 4,74

2

χ = 2,09 + 2,38 + 13,06 + 0,62 + 2,81 + 2,08 + 4,40 + 0,00 + 4,74 = 32,19

Langkah 4. Mencari χ2

tabel dengan rumus :

dk = (k-1) . (b-1) dk = (3-1) . (3-1) dk = 2 x 2 = 4 Nilai χ2

tabel untuk α 0,05 = 9,49

Kemudian membandingkan antara χ2

hitung dengan χ2tabel

Jika χ2

hitung >χ2tabel, maka tolak Ho artinya signifikan, dan 2

χ hitung ≤ χ2tabel, maka terima Ho artinya tidak signifikan

Ternyata χ2