Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue (NAD) Tahun 2008

(1)

PENGARUH PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DI MUKIM LAURE-E

KECAMATAN SIMEULUE TENGAH KABUPATEN SIMEULUE (NAD)

TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh:

RIKA CANDRA EMILIA 031000041

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

PENGARUH PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DI MUKIM LAURE-E

KECAMATAN SIMEULUE TENGAH KABUPATEN SIMEULUE (NAD)

TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

RIKA CANDRA EMILIA 031000041

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul

PENGARUH PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DI MUKIM LAURE-E

KECAMATAN SIMEULUE TENGAH KABUPATEN SIMEULUE (NAD)

TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

RIKA CANDRA EMILIA NIM. 031000041

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Penguji Skripsi Pada Tanggal 14 Januari 2009 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Ir. Albiner Siagian. MSi Prof. Dr. David H. Simanjuntak NIP. 132049786 NIP, 130231537

Penguji II Penguji III

Ernawati Nasution, SKM, MKes Dra. Jumirah, Apt, MKes

NIP. 132126844 NIP. 131803342

Medan, Januari 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Dr. Ria Masniari Lubis, MSi NIP.131124053


(4)

ABSTRAK

Pengaruh Penyuluhan ASI eksklusif terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue Tahun 2008

Peranan ASI eksklusif dalam meningkatkan status gizi bayi sangatlah penting, terutama untuk menjaga dan meningkatkan tumbuh kembang bayi. Bayi usia 0-6 bulan cukup hanya dengan mengkomsumsi ASI eksklusif saja tanpa tambahan makanan lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue (NAD) Tahun 2008.

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dengan rancangan one group

pre-test dan post-test, perlakuan adalah pemberian penyuluhan dan pembagian leaflet.

Analisa hasil dilakukan dengan menggunakan paired sample t-test.

Hasil penelitian menunjukan sebelum penyuluhan 88,5% ibu hamil memiliki pengetahuan sedang tentang ASI eksklusif dan 11,5% berada pada kategori baik, setelah penyuluhan pengetahuan ibu hamil menjadi baik 100%. Sikap ibu hamil sebelum penyuluhan adalah berada pada kategori sedang sebanyak 76,9%, 15,4% berada pada kategori baik dan 7,7% berkategori kurang, setelah mendapatkan penyuluhan sikap sampel menjadi 92,3% berada pada baik dan 7,7 berada pada kategori sedang.

Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penyuluhan sebagai upaya promosi kesehatan memberikan pengaruh dalam peningkatan pengetahuan dan sikap ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif. Diharapkan bagi petugas kesehatan di Puskesmas agar memberikan penyuluhan tentang ASI ekskklusif serta penyuluhan gizi lainnya kepada masyrakat guna membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat serta membantu mewujudkan pencapaian pemberian ASI eksklusif.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rika Candra Emilia

Tempat / Tanggal Lahir : Kampung Aie, 22 mei 1985

Agama : Islam

Satus Perkawinan : Belum kawin

Alamat : Jl.Tengku Diujung Kecamatan Simeulue

Tengah Kabupaten Simeulue Tengah (NAD)

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1992 – 1998 SD N 3 Kampung. Aie Kecamatan. Simeulue Tengah Tahun 1998 – 2001 MTs N 1 Kampung. Aie Kecamatan. Simeulue Tengah Tahun 2001 – 2004 SMU N1 Kampung. Aie Kecamatan. Simeulue Tengah Tahun 2003 – 2008 Fakulats Kesehatan Masyarakat (FKM) USU


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena berkat dan rahmat-NYA penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue (NAD) Tahun 2008

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi dalam penulis skripsi ini, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih banyak kepada bapak Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi. selaku dosen pembimbing I serta kepada bapak Prof. Dr. David H. Simanjuntak, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan masukan serta motivasi selama penyelesaian skripsi ini hingga penulis dapat menyelesaikannya.

Di samping itu penghargaan penulis ucapkan terimah kasih kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatn Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Jumirah, Apt, Mkes, selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Uiversitas sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Syarifa, MS, selaku pembimbing akademik atas segala bimbingan dan arahan selama penulis kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan ibu dosen Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Teristimewa kepada ayahanda Abl. Tasman dan ibunda Juati, yang telah memberi dukungan serta do’a yang tak henti-hentinya dipanjatkan demi keberhasilan dan kelancaran penulis dalam berbagai hal, buat adik-adiku (Rico, Retni, Ratna, Ragil) yang selalu memberi motivasi, cinta, kasih sayang yang tak tergantikan.


(7)

6. Buat Ahmad Rosyadi Nst. SP. Terimah kasih Atas Perhatian, kasih sayang dan motivasi yang telah diberikan dari selama ini.

7. Terimah kasih buat Abangku Harjini sulis, kak Kis, bunda Par dan bunda Tata atas bantuan selama pengupulan data serta seluruh masyarakat Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah yang telah membantu penulis.

8. Sahabat terbaikku Lidia, Pida, Julfa, Ery yang selalu siap sedia meluangkan waktu membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman di Gg. Golf 6A Dilla, Dina, Ema terimakasih atas motivasinya 10.Kawan – kawan peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat st’04 kak Ira, kak

Lina, kak Mia, kak Rita, Kak Ridha, Mimi, Ica dan Indah.

Akhir kata semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan karunia-NYA kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Nopember 2008 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN…... i

ABSTRAK……… ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR... viii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. ASI ... 6

2.2. Pemberian ASI ... 6

2.2.1. ASI Eksklusif ... 7

2.2.2. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif... 8 2.2.3. Produksi ASI ... 9

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI ... 11

2.3.1. Kondisi Ibu... 11

2.3.2. Kondisi Bayi ... 12

2.3.3. Umur... 12

2.3.4. Pendidikan... 13

2.4.5. Pekerjaan... 13

2.5.6. Pendapatan... . 14

2.4. Perilaku Ibu Menyusui ... 14

2.5. Bentuk Operasional Perilaku... 15

2.6. Penyuluhan... 16

2.6.1. Pengertian Penyuluhan... 16

2.6.2. Metode penyuluhan dan Media Penyuluhan... 17

2.6.2.1. Berdasarkan Pendekatan Kelompok... 17

2.6.2.2. Leaflet... 18

2.7. Kerangka Konsep... 19


(9)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

3.1. Jenis penelitian ... 20

3.2. Lokasi dan waktu Penelitian ... 20

3.3. Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1. Populasi ... 21

3.3.2. Sampel... ... 21

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.4.1. Data Primer ... 22

3.4.2. Data Sekunder ... 22

3.5. Jalannya Penelitian... 22

3.6. Instrumen Penelitian... 23

3.7. Defenisi Operasional... 23

3.8. Aspek Pengukuran ... 24

3.9. Teknik Analisa Data... 25

3.9.1. Pengolahan Data ... 25

3.9.2. Analisa Data ... 25

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 26

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 26

4.1.1. Letak Geografis... ... 26

4.1.2. Data Demografi... 26

4.2. Karateristik Responden ... 27

4.2.1. Umur Responden... 27

4.2.2. Pendidikan Responden ... 28

4.2.3. Pekerjaan Responden... 28

4.3. Hasil tabulasi Silang pengetahuan responden Berdasarkan Karakteristik responden pada saat post-tets... ... 28

4.4. Hasil tabulasi Silang pengetahuan responden Berdasarkan Karakteristik responden pada saat post-tets... 29

4.5. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang ASI eksklusif di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... 30

4.5.1. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang ASI eksklusif di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... 30

4.6. Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap Pengetahuan Ibu Hamil... 31

4.7. Perbedaan Nilai pre-test dan Post-tets Pengetahuan Ibu Hamil Di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... 32


(10)

4.8. Gambaran Sikap Ibu Hamil Tentang ASI Eksklusif di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah

Tahun 2008... 33

4.8.1. Gambaran Sikap Ibu Hamil tentang ASI eksklusif di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... 33

4.9. Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap Sikap Ibu Hamil... 34

4.10. Perbedaan Nilai pre-test dan Post-tets Pengetahuan Ibu Hamil Di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... 35

4.11. Hasil Tabulasi Silang Sikap Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden Pada Saat post-test... 35

BAB V PEMBAHASAN ... 36

5.1. Pengetahuan Ibu hamil tentang ASI Eksklusif Sebelum Penyuluhan di Mukim Laure-e Kecamtan Simeulue Tengah Tahun 2008... 36

5.2. Pengetahuan Ibu hamil tentang ASI Eksklusif Sebelum Penyuluhan di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... 39

5.3. Sikap Ibu Hamil tentang ASI Eksklusif Sebelum Penyuluhan Di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... 40

5.4. Sikap Ibu Hamil tentang ASI Eksklusif Sesudah Penyuluhan Di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1. Kesimpulan ... 44

6.2. Saran... 44 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian Leaflet

Output Hasil Penelitian dengan Uji Paired sampel t-tetst Surat keterangan dari pendidikan untuk tempat penelitian

Surat keterangan telah Selesai Penelitian dari Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue (NAD).


(11)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 4.1. Distribusi Umur Penduduk Mukim Laure-e Kecamatan

Simeulue Tengah Tahun 2008 ... 27 Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Mukim

Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... ... 27 Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pendidikan di Mukim Laure-e Kecamatan

Simeulue Tengah tahun 2008... 28 Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Respoden Berdasarkan Karakteristik

Responden dalam Pemberian ASI eksklusif pada saat post-test di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah

Tahun 2008... 29 Tabel 4.5. Distribusi Respoden Sikap Berdasarkan Karakteristik

Responden dalam Pemberian ASI eksklusif pada saat post-test di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah

Tahun 2008... 30

Tabel 4.6. Perbedaan Nilai Pre-test dan Post-test Pengetahuan Responden terhadap ASI-eksklusif Di Mukim Laure-e

Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... 32 Tabel 4.7. Perbedaan Nilai Pre-test dan Post-test Pengetahuan Responden

terhadap ASI-eksklusif Di Mukim Laure-e

Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... 35 Tabel 4.8. Sikap Responden Berdasarkan Tingkat pendidikan Responden

tentang pengaruh penyuluhan ASI Eksklusif pada saat

pre-test di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Grafik Kategori Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Mukim Lauere-e

Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008... 29 Gambar 4.2. Grafik Perbedaan Pengetahuan Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan di Mukim Lauere-e Kecamatan Simeulue

Tengah Tahun 2008... 31 Gambar 4.3. Grafik Kategori Sikap Responden Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan di Mukim Lauere-e Kecamatan Simeulue

Tengah Tahun 2008... 33 Gambar 4.4. Grafik Perbedaan Sikap Sebelum dan Sesudah

Penyuluhan. di Mukim Lauere-e Kecamatan Simeulue


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, diprioritaskan pada kelompok masyarakat risiko tinggi yaitu golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil, ibu menyusui serta usia lanjut. UPGK pada bayi dimulai sejak dalam kandungan. Air Susu Ibu (ASI) diberikan sejak usia dini, terutama pemberian ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI kepada bayi sejak lahir sampai berusia 6 bulan. Pemberian ASI secara eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat (Muhammad, 2006).

Menurut Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) tahun 2002-2003, jumlah pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan hanya mencakup 64,0% dari bayi seluruhnya. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yaitu 46,0% pada bayi usia 2-3 bulan dan 14,0% pada bayi usia 4-5 bulan. Yang lebih memperihatinkan adalah 13,0% bayi di bawah usia 2 bulan telah diberikan susu formula dan 30% bayi berusia 2-3 bulan telah diberikan makanan tambahan .

Data Departemen Kesehatan menunjukan bahwa di Indonesia hanya 14% bayi mendapat ASI eksklusif sampai usia 5 bulan dan hanya 8% bayi mendapat ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.


(14)

Banyaknya bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif kemungkinan dipengaruhi oleh karakteristik ibu seperti umur ibu yang terlalu muda saat pertama melahirkan sehingga tidak mengerti akan kebutuhan bayi, lebih mementingkan keindahan tubuh pasca melahirkan, pengaruh pekerjaan, pendidikan yang rendah serta pengetahuan yan kurang, atau diakibatkan oleh kurangnya informasi dari pihak kesehatan, keluarga dan masyarakat (Soetjiningsih, 1997).

Yang dikutip oleh UNICEF menjelaskan bahwa melalui riset di 42 negara, meskipun manfaat menyusui bayi bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka telah diketahui secara luas, namun keampuhannya dalam mencegah kematian belum banyak di ketahui masyarakat Indonesia. Di Indonesia hal ini tampaknya tidak bisa dilakukan hanya atas kemauan ibu saja, berbagai program penyuluhan serta fasilitas pendukung akan sangat membantu dalam meningkatkan status bayi sehat, usia harapan hidup, dan menurunkan gizi buruk (Esti, 2008).

Berdasarkan penelitian Nurfi, dkk (2007) membuktikan bahwa menyusui secara eksklusif dapat menjaga kelangsungan hidup dan kesehatan. Oleh sebab itu WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Di Indonesia, pemerintah juga telah menetapkan agar bayi di susui sejak lahir hingga berumur 6 bulan namun kenyataan di lapangan masyarakat belum dapat melaksanakannya. Oleh karna itu penyuluhan ASI eksklusif sebaiknya di targetkan kesemua lapisan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedasaan dengan tidak membedakan tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, umur maupun tempat tinggal.


(15)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ira Rahmawati, dkk (2007) dikatakan bahwa ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang gizi setelah dilakukan penyuluhan dengan media audio-visual.

Suradi, mengemukakan bahwa pemberian ASI secara eksklusif kepada bayi sampai berusia 6 bulan saat ini sangat rendah, yaitu kurang dari 2% dari jumlah total ibu melahirkan. Hal ini terjadi karena pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI masih rendah, tatalaksana rumah sakit yang salah dengan memberikan susu formula pada bayi baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI sehingga menyebabkan bayi tidak terbiasa mengisap puting susu ibunya, dan akhirnya tidak mau lagi mengkomsumsi ASI atau sering disebut dengan ”bingung puting” (Rulina, 2004).

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan tahun 2006 dapat dilihat bahwa pada Puskesmas Kecamatan Simeulue Tengah. Pemberian ASI eksklusif masih dibawah yang di harapkan hanya mencapai 43,73% dari jumlah bayi 263 sedangkan dilihat dari standard nasional pada indikator ASI eksklusif sebesar 80%.

Mukim Laure-e merupakan salah satu mukim yang ada di Kecamatan Simeulue Tengah yang terletak di daerah pesisiran di mana banyak terdapat ibu-ibu muda dengan tingkat pendidikan yang masih rendah. Berdasarkan pengamatan penulis diketahui masih terdapat kebiasaan masyarakat yang memberikan makanan/minuman beberapa saat setelah lahir yaitu berupa madu, larutan gula, susu bubuk, pisang biji, dengan alasan bayinya akan kelaparan yang merupakan tradisi turun temurun. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan ibu akan pentingnya manfaat ASI eksklusif tersebut.


(16)

Dimana hal tersebut diatas merupakan faktor dominan yang menghambat pemberian ASI eksklusif umunya. Oleh karna itu perlu diberikan informasi melalui penyuluhan ASI eksklusif.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah 2008.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI ekskusif terhadap pengetahuan ibu hamil

2. Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap sikap ibu hamil.


(17)

1.4. Manfaat penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi pengelola program pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya tentang ASI eksklusif di puskesmas Kecamatan Simeulue Tengah.

2. Dapat memberikan informasi dan meningkatkan kesadaran ibu hamil akan pentingnya ASI eksklusif.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi segera setelah lahir. Kelebihan dan kehebatan ASI sudah tidak disangsikan lagi, ASI mengandung hampir semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi. ASI adalah makanan cair, lengkap gizi dan sebagai makanan tunggal pada umumnya dapat memenuhi fisiologis sampai umur 6 bulan (Winarno, 1993).

2.2. Pemberian ASI

Pemberian ASI memiliki banyak kelebihan bagi ibu maupun bayinya. ASI merupakan makanan yang paling cocok untuk kemampuan digestif bayi, karena bayi dapat menyerap dengan baik, tidak pernah sembelit, dan merasa puas. ASI juga bebas dari kuman, pada kenyataanya ASI mengandung antibodi sehingga bayi yang mendapat ASI umumya jarang sakit dan jarang menderita alergi jika di bandingkan dengan bayi mendapat susu formula (Roesli 2000).

Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar.

Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif.


(19)

ASI memiliki kandungan yang dapat membantu penyerapan nutrisi. Pada bulan-bulan awal, saat bayi dalam kondisi yang paling rentan, ASI eksklusif membantu melindungi bayi dari diare, infeksi telinga dan penyakit infeksi lain yang biasa terjadi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia – WHO mengatakan ASI adalah suatu cara yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan makanan ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan adalah cara yang paling optimal dalam pemberian makan kepada bayi. Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng dari pada yang tersedia didalam ASI – pada titik inilah, nutrisi tambahan bisa diperoleh dari sedikit porsi makanan padat.

Sejak abad ke 19 para pakar telah sepakat bahwa, ASI lebih unggul dari pada susu sapi atau bahan pengganti. Sayangnya perilaku yang baik menyusui bayi sendiri dianggap sebagian orang suatu tingkah laku yang tradisional, sehingga sedikit demi sedikit ditinggalkan, hal tersebut dipengaruhi oleh kemajuan di negara-negara industri yang memperkenalkan susu buatan untuk bayi dan mempunyai manfaat yang sama dengan ASI, pemakaiannya lebih praktis, dengan promosi pemasaran susu buatan atau makanan pengganti ASI secara gencar.

2.2.1. ASI Eksklusif

Yang dimaksud ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan lain seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan


(20)

tim. Pemberian ASI eksklusif ini dianjurkan sampai bayi berusia 6 bulan, setelah bayi berumur 6 bulan,ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Roesli, 2007).

2.2.2. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif bagi bayi

Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI eksklusif yang dapat dirasakan. Berikut manfaat yang diperoleh bayi.

a. ASI Sebagai Nutrisi

ASI merupakan zat gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal sampai usia 2 tahun atau lebih.

b. ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi

Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antara lain akan melindungi bayi dari diare. Bayi ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan anak yang tidak mendapat ASI eksklusif, anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaianya dibanding anak yang sering sakit terutuma bila sakit.


(21)

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan kasih sayang ibunya, ia juga akan merasa aman dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang baik..

d. ASI Meningkatkan Kecerdasan

Mengingat bahwa kecerdasan anak berkaitan erat dengan otak makan jelas bahwa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan adalah otak. Sementara itu, faktor terpenting dalam peroses pertumbuhan termasuk pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjadi tercapainya perkembangan potensi kecerdasan anak yang optimal. Hal ini karena sebagai nutrien yang ideal, dengan komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung zat gizi khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal.

2.2.2. Produksi ASI

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak dapat menyusui bayi, salah satunya ialah karena air susu tidak keluar, penyebab air susu tidak keluar juga tidak sedikit, mulai dari stres mental sampai ke penyakit, termasuk malnutrisi namum demikian perilaku tidak menyusui bayi segera setelah lahir dengan catatan bahwa ibu tidak dalam keadaan terbius dan mengidap penyakit tertentu sehingga tidak


(22)

memungkinkan untuk menyusui, serta bayi tidak menderita kelainan saluran mulut, saluran napas, atau lahir tidak cukup bulan terutama di kondisikan oleh jaringan pemasaran susu formula, baik melalui iklan maupun memasok lansung produknya ke rumah sakit (Arisman, 2004).

Berdasarkan waktu di produksi, ASI dapat di bagi menjadi tiga yaitu: a. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali setelah bayi lahir sampai hari ketiga atau keempat, agak kental dan berwarna kekuning-kuningan dan kaya akan zat anti bodi di banding dengan susu matur (Soetjiningsih, 1997). Kolostrum sangat bermanfaat bagi kesehatan bayi karena dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare, dan membantu pengeluaran mekonium, yaitu kotoran bayi pertama yang berwarna hitam kehijauan ( Depkes, 1997).

b. Air Susu Masa Peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI matur yang disekresikan dari hari ke empat sampai dengan hari kesepuluh dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima, serta kadar protein semakin rendah sedangkan karbohidart dan lemak semakin meninggi, juga volume akan makin meningkat (Soetjiningsih,1997).


(23)

Air susu matur yaitu merupakan ASI yang disekeresi pada hari kesepuluh dan seterusnya, komposisi relatif konstan ada pula yang menyatakan bahwa komposisi ASI konstan baru mulai minggu ketiga sampai minggu ke lima (Soetjiningsih, 1997).

2.2.3. Manfaat ASI

Manfaat ASI ( Air Susu Ibu), merupakan gizi terbaik bagi bayi karena komposisi zat-zat gizi di dalamnya secara optimal mampu menjamin pertumbuhan tubuh bayi. Selain itu, kualitas zat gizi ASI juga terbaik karena mudah diserap dan dicerna oleh usus bayi. Kandungan protein ASI (0,9 mg/100 ml) lebih rendah dibanding dengan kadar protein dalam susu formula (1,6 gram/100 ml). Namun, kualitas protein ASI sangat tinggi dan mengandung asam-asam amino esensial yang dibutuhkan bayi (Widjaya, 2004).

2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI 2.3.1 Kondisi Ibu

Ibu yang melahirkan sesar dapat menyusui segera setelah ibu pulih (sesuai petunjuk dokter), demikian juga halnya bagi ibu yang sakit pada umumnya dapat terus menyusui bayinya. Bagi ibu yang menderita infeksi saluran pernafasan bagian atas harus memakai masker untuk mencegah penularan. Ibu hamil juga dapat meneruskan menyusui bayinya dan jangan lupa untuk makan lebih banyak. Selanjutnya bayi disapih secara bertahap agar anak tidak merasa ditelantarkan ibu karena akan ada adik baru yang memerlukan perhatian ibu dan anak menjadi rewel. Di usahakan agar ibu lebih banyak istirahat dan santai, sehingga ibu dapat menyusui


(24)

lagi dan memenuhi kebutuhan bayi. Dukungan dan perhatian keluarga (suami dan orang tua) sangat diperlukan untuk ketentraman ibu menyusui, disamping itu nasehat dari mereka yang lebih berpengalaman akan memebantu keberhasilan menyusui.

2.3.2. Kondisi Bayi.

Bayi dalam keadaan sakit apapun harus tetap di beri ASI. Bagi bayi kembar, ASI tetap mencukupi sesuai kebutuhan bayi. Demikian juga dengan bayi perematur, Produksi ASI harus dipertahankan dengan mengeluarkan ASI dan apabila keadaan bayi sudah memungkinkan, bayi dapat menyusu langsung dari ibu.

2.3.3 Umur

Kehamilan yang baik adalah kehamilan yang tidak akan menimbulkan gangguan kesehatan jasmani, rohani, dan sosial baik untuk ibu maupun bayi yang akan dilahirkannya. Salah satu faktor yan penting dalam kehamilan adalah umur ibu waktu hamil baik untuk kepentingan ibu maupun janin dalam pembentukan ASI. Usia 16-20 tahun dianggap masih berbahaya meskipun kurang resikonya dibanding umur sebelumnya namun secara mental phisikologis dianggap belum cukup matang dan dewasa untuk mengahadapi kehamilan dan kelahiran. Umur 21-30 tahun adalah kelompok umur yang paling baik untuk kehamilan secara fisik sudah cukup kuat juga dari segi mental sudah cukup dewasa. Umur 31-35 tahun dianggap sudah mulai bahaya lagi sebab secara fisik sudah mulai menurun apalagi jika jumlah kelahiran sebelumnya apalagi jika jumlah kelahiran sebelumnya cukup banyak atau lebih dari tiga (Depkes, 1999).


(25)

2.3.4. Pendidikan

Tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh dalam pola pemberian ASI, makin tinggi tingkat pendidikan ibu makin tinggi perevalensi menyusui. Pendidikan bertujuan untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku/ kebiasaan yang baru responden yang masih memakai adat istiadat lama (Notoatmodjo, 1993).

2.3.5. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kegiatan formal yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang berpengaruh terhadap orang lain. Pekerjaan yang diberikan merupakan kepuasan pada seseorang dengan demikian ibu pekerja memiliki kaitan dalam pemberian ASI karena bekerja berat akan berpengaruh terhadap ASI yang diberikan pada bayinya.

Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan orang tua bersifat menghasilkan uang sehingga pendapatan keluarga dapat memadai kebutuhan anak guna pertumbuhan dan perkembangan anak.

2.3.6. Pendapatan

Tingkat ekonomi keluarga merupakan salah satu faktor yang menentukan pola pemberian ASI. Di daerah pedesaan keadaan ini tidak cukup nyata, tetapi di daerah perkotaan keadaan ini cukup nyata, makin tinggi tingkat ekonomi makin berkurang prevalensi menyusui. Namun di negara-negara industri frekuensi menyusui lebih tinggi dikalangan tingkat sosial atas.


(26)

2.4. Perilaku Ibu Menyusui

Pemberian ASI tak terlepas dari tatanan budaya. Menurut Saswono dalam berbagai perilaku menyusui pada masyarakat seperti perilaku membuang kolostrum atau susu jolong, yakni cairan yang keluar pertama kali, dan tidak membersihkan payudara dengan anjuran petugas kesehatan. Kolostrum dianjurkan untuk diberikan dan ibu disarankan untuk membersihkan payudaranya dulu sebelum menyusui (Depkes, 2005). Pada penelitian yang dilakukan Widodo (2001), dimana ibu yang memberi ASI 30 menit setelah dilahirkan kemungkinan untuk tidak memberikan makanan dan minuman pralaktal pada bayinya sebesar 2-5 kali lebih besar dibandingkan ibu yang tidak memberi ASI segera setelah melahirkan, demikian pula dengan pemberian ASI eksklusif.

Menurut Soeparmanto (2001), dimana pendidikan ibu yang relatif kurang dapat menurunkan perilaku pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mempunyai pengetahuan tentang ASI atau menyusui yang baik bisa memberi ASI secara eksklusif dan memberikan kolostrum pada bayi. Namun apabila pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif rendah maka perilaku pemberian ASI secara eksklusif tidak dapat diberikan pada bayi. Untuk meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif perlu di lakukan intervesi dengan meningkatkan penyuluhan tentang ASI kepada ibu-ibu dan keluarganya secara berkala, yang didasarkan kondisi sosial budaya setempat.


(27)

2.5. Bentuk Operasional Perilaku 1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan seseorang tentang masalah gizi diperoleh dari pengalaman

empris dan dijadikan sebagai salh satu pertimbangan dalam menyediakan, mengolah, menyajikan makanan bagi dirinya dan orang lain, oleh karenanya penguasaan pengetahuan tentang gizi akan membantu dan memilih makanan, menentukan cara pengolahan yang benar dan sesuai dengan kriteria kesehatan (Suharjo,1996).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bart (1994), dapat dikatakan bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Jadi pengetahuan sangat dibutuhkan agar masyarakat dapat mengetahui mengapa mereka harus melakukan suatu tindakan sehingga perilaku masyarakat dapat lebih mudah untuk diubah kearah yang lebih baik. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara menanyakan suatu yang diukur dari responden tentang pengetahuan pemberian ASI eksklusif (Notoatmodjo, 1997)

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo,2003). Menurut Newcomb yang


(28)

dikutip oleh Notoatmodjo (2003), bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, bukan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap mengandung daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang harus pro dan kontra terhadap sesuatu, menetukan apa yang disukai, diharapkan, diinginkan, mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari.

2.6. Penyuluhan

2.6.1. Pengertian Penyuluhan Gizi

Istilah penyuluhan seringkali dibedakan dari penerangan, walaupun keduanya merupakan upaya edukatif. Secara popular penyuluhan lebih menekankan “bagaimana” sedangkan penerangan lebih menitikberatkan pada “apa”. Dalam uraian berikut ini penyuluhan diberikan arti lebih luas dan menyeluruh. Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik-terancana-terarah, dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial-ekonomi-budaya setempat (Suharjo, 2003)

Dalam hal penyuluhan di masyarakat sebagai pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi antar provider dan masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan masyarakat yang mempunyai sikap mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya (Suharjo, 2003).


(29)

Sesuai dengan pengertian yang diuraikan diatas, maka penyuluhan gizi adalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu/masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan/mempertahankan gizi baik (Suharjo, 2003)

2.6.2 Metode Penyuluhan dan Media Penyuluhan

Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin di capai.

2.6.2.1. Berdasarkan Pendekatan Kelompok

Dalam metode ini, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping dari transfer informasi juga terjadi tukar pendapat dan pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Serta memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap prilaku dan norma anggotanya.

Kelemahan metode ini adalah adanya kesulitan dalam mengkoordinir sasaran karena faktor geografis dan aktivitas sasaran. Salah satu cara yang efektif dalam metode pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah, metode ini cocok di gunakan untuk masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah. Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih metode pendekatan kelompok dengan cara ceramah untuk melakukan penyuluhan ASI eksklusif, dengan tujuan terjadinya proses perubahan prilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif


(30)

sasaran penyuluhan dalam memberikan umpan balik terhadap penyuluh serta adanya saling tukar informasi dan pengalaman sesama peserta penyuluhan.

2.6.2.2.Leaflet

Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi kesehatan melalui lembaran

yang dilipat. Keuntungan menggunakan leaflet antara lain : sasaran dapat menyesuaikan dan belajar mandiri serta praktis karena mengurangi kebutuhan mencatat, sasaran dapat melihat isinya disaat santai dan sangat ekonomis, berbagai informasi dapat diberikan atau dibaca oleh anggota kelompok sasaran, sehingga bisa didiskusikan, dapat memberikan informasi yang detail yang mana tidak dapat diberikan secara lisan, mudah dibuat, diperbanyak, dan diperbaiki serta mudah disesuaikan dengan kelompok sasaran

Sementara itu ada beberapa kelemahan dari leaflet yaitu : tidak cocok untuk sasaran individu per individu, tidak tahan lama dan mudah hilang, leaflet akan menjadi percuma jika sasaran tidak diikut sertakan secara aktif, serta perlu proses penggandaan yang baik.

Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih leaflet sebagai media dalam penyuluhan karena keunggulannya serta sedikitnya faktor keterbatasan yang dimiliki.


(31)

2.7. Kerangka Konsep

SESUDAH 1.Pengetahuan Ibu 2.Sikap Ibu

Penyuluhan Pemberian ASI eksklusif

- Ceramah

- Poster

- Leaflet

SEBELUM 1. Pengetahuan Ibu 2. Sikap Ibu

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Dalam kerangka konsep yang ingin diketahui adalah bagaimana tingkat pengetahuan, sikap tentang pemberian ASI ekslusif sebelum dan sesudah penyuluhan.

2.8. Hipotesis Penelitian

a). Ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu Hamil b).Ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu hamil


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimental dimana bentuk desain yang di pakai adalah desain one group pretest-postest untuk mengetahui pengaruh penyuluhan pemberian ASI eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil.

Dimana dalam rancangan ini tidak ada kelompok pembanding (kontrol) tetapi dilakukan observasi pertama (pre-test) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan.

01 X 02

Keterangan : 01 = pre-test

X = penyuluhan pemberian ASI eksklusif 02 = post-test

Perbedaan antara 01 dengan 02 dapat diasumsikan sebagai efek atau pengaruh dari perlakuan yang ada.


(33)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilaksanakan di Mukim Laure’e Kecamatan Simeulue Tengah. Mukim laure-e merupakan salah satu mukim yang ada di Kecamatan Simeulue Tengah yang terletak di daerah pesisiran di mana banyak terdapat ibu-ibu muda dengan tingkat pendidikan yang masih rendah.

Hal tersebut merupakan faktor dominan yang menghambat pemberian ASI eksklusif umunya. Oleh karna itu perlu diberikan informasi melalui penyuluhan ASI eksklusif.

Waktu penelitian dilakukan dari bulan Juni 2008 sampai Desember 2008.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Mukim Laure-e yang usia kehamilan memasuki trimester ke-3 pada waktu penelitian dilakukan, yang terdata di puskesmas Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue Tahun 2008 sebanyak 26 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel diambil dengan metode total sampling. Jumlah sampel yang diambil sebagai responden sebanyak 26 orang.


(34)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi : pengetahuan dan sikap, ibu hamil tentang ASI eksklusif yang di peroleh melalui wawancara lansung dengan responden dengan menggunakan keusioner yang diberikan kepada responden sebelum dan sesudah penyuluhan.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari kantor Kecamatan Simeulue Tengah, yaitu data mengenai demografi penduduk, serta gambaran umum mengenai Kecamatan Simeulue Tengah dan jumlah ibu hamil yang diambil dari Puskesmas Kecamatan Simeulue Tengah.

3.5. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa kegiatan, meliputi:

1. Melakukan survei pendahuluan pada bulan Mei 2008 untuk menentukan karakteristik responden yang akan dipilih sebagai responden penelitian.

2. Memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian yang akan dilakukan, kemudian pada tanggal 15 September 2008 di kediaman responden dilakukan

pre-test tentang pengetahuan, sikap ibu hamil melalui wawancara kemudian 1

hari setelah pre-test, dilakukan penyuluhan selama 45 menit di balai desa. Penyuluhan dilakukan sebanyak 1 kali dengan bantuan poster yang telah disiapkan yang dilakukan dengan teknik peyuluhan ceramah, sekaligus pemberian leaflet tentang ASI eksklusif.


(35)

3. Kemudian 2 minggu setelah diberikan penyuluhan yakni pada tanggal 22 September 2008 dilakukan post-test tentang pengetahuan, sikap ibu Hamil melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner.

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang di gunakan adalah kuesioner, poster, leaflet.

3.7. Defenisi Operesional

1. Penyuluhan ASI eksklusif adalah suatu usaha penyebarluasan informasi tentang ASI eksklusif kepada ibu hamil dengan menggunakan metode ceramah, dan leaflet.

2. Pengetahuan ibu adalah adalah segala sesuatu yang diketahui ibu tentang pemberian ASI eksklusif sebelum dan sesudah penyuluhan menyangkut semua yang diketahui ibu tentang ASI eksklusif.

3. Sikap ibu adalah respon atau tanggapan ibu terhadap ASI Eksklusif sebelum dan sesudah penyuluhan.


(36)

3.8. Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan

Pengatahuan ibu : diukur dengan memberikan 11 buah pertanyaan menggunakan kuesioner, dengan ketentuan :

- jawaban a diberi nilai 3

- jawaban b diberi nilai 2

- jawaban c diberi nilai 1

Berdasarkan jumlah nilai yang telah diperoleh responden maka ukuran tingkat pengetahuan ibu hamil menurut Pratomo (1990):

a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dijawab dengan benar dengan total >25

b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 40%-75% dijawab dengan benar dengan total 13-25

c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 40% dari jawaban benar dengan total <13

2. Sikap

Sikap ibu :Diukur dengan memberikan 9 buah pertanyaan menggunakan kuesioner, dengan ketentuan :

- jawaban setuju diberi nilai 3

- jawaban tidak setuju diberi nilai 1

Berdasarkan jumlah nilai yang telah diperoleh responden maka ukuran tingkat sikap ibu hamil menurut Pratomo (1990):


(37)

a. Kategori baik, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 75% dijawab dengan benar dari total >20

b. Kategori sedang, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 40%-75% dijawab dengan benar dengan total 10-20

c. Kategori kurang, apabila nilai yang diperoleh responden lebih besar dari 40% dijawab dengan benar dengan total <10

3.9. Teknik Analisa Data 3.9.1. Pengolahan data

Pengolahan data di lakukan secara manual dengan bantuan komputer, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing, yaitu memeriksa kembali data yang telah dikumpulkan 2. Coding, yaitu memberi angka (tanda) pada setiap jawaban 3. Entri data

3.9.2. Analisis data

Data di analisis dengan menggunakan uji statistik yaitu paired sample t-test untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows 14.0 keputusan uji statistik menggunakan taraf signifikan p<0,05.

Analisis hasil dilakukan juga dengan cara distribusi frekuensi, tabel dan grafik kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai kesimpulan penelitian.


(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue memiliki Luas wilayah sebesar 80 km² dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara dengan hutan negara - Sebelah Selatan dengan lautan hindia - Sebelah Barat dengan Mukim latel, dan - Sebelah Timur dengan Mukim B.ujung 4.1.2. Data Demografi

Berdasarkan data yang didapat dari kantor Mukim Laure-e terdapat jumlah penduduk pada tahun 2007 sebanyak 2036 jiwa dengan rincian 1033 laki-laki dan 1003 perempuan serta 482 kepala keluarga. Di samping itu, rata-rata penduduk di wilayah ini bekerja sebagai petani, dimana penduduk di Mukim Laure-e terbanyak terdapat pada kelompok umur 22-59 tahun sebanyak 514 orang dan terkecil terdapat pada kelompok umur 60 bulan sebanyak. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk di Mukim Laure-e berusia produktif.


(39)

Tabel 4.1. Distribusi Umur Penduduk Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008.

No Umur (tahun) Lk Pr Jumlah

1 0-1 55 45 100

2 1-5 100 109 209

3 6-15 140 146 286

4 16-21 132 130 262

5 22-59 450 533 983

6 60 80 116 196

Total 1033 1003 2036 Sumber : Profil Mukim Laure-e tahun 2007

4.2. Karateristik Responden 4.2.1. Umur Responden

Berdasarkan tabel 4.1.menunjukkan bahwa umur responden terbanyak adalah 25-30 dengan jumlah 19 orang (11,60%) dan yang paling sedikit berumur >31

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

No Umur (tahun) Jumlah %

1 19-24 4 15,40

2 25-30 19 73,00

3 >31 3 11,60

Total 26 100,0

4.2.2 Pendidikan

Tabel 4.3 menjelaskan bahwa umumnya responden berpendidikan terakhir SLTP yaitu sebanyak 16 orang (61,5%) dan paling sedikit adalah SD yaitu sebanyak 2 (7,7%) orang.


(40)

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008.

No Pendidikan Jumlah %

1 SD 2 7,69

2 SLTP 16 61,54

3 SMU 8 30,77

Total 26 100,00

4.2.3. Pekerjaan

Secara keseluruhan responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebesar 26 Orang (100%).

4.3. Hasil Tabulasi Silang Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik Responden pada saat post-test

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat pengetahuan dengan karakteristik responden menunjukkan bahwa kelompok umur 25-30 lebih banyak mempunyai kategori pengetahuan sedang. Sedangkan untuk pendidikan responden lebih banyak tingkat pendidikan SLTP dengan pengetahuan kategori sedang.


(41)

Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Karakteristik Responden dalam pemberian ASI eksklusif pada saat post-test di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008.

Kategori Pengetahuan

Baik Sedang

Jumlah No Kelompok

Umur

n % n % n %

1 19-24 1 25,00 3 75,00 4 100,00

2 25-30 2 10,53 17 89,47 19 100,00

3 >31 0 0,00 3 100,00 3 100,00

Total

Pendidikan n % n % n %

1 SD 0 0,0 2 100,00 2 100,00

2 SLTP 1 6,25 15 93,75 16 100,00

3 SMU 2 25,00 6 75,00 8 100,00

Total 26 100,00

4.4. Hasil Tabulasi Silang Sikap Responden Berdasarkan Karakteristik Responden pada saat post-test

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat sikap dengan karakteristik responden menunjukkan kelompok umur 25-30 lebih banyak berada pada kategori sikap sedang. Sedangkan untuk pendidikan responden lebih banyak mempunyai tingkat pendidikan SLTP yang juga mempunyai sikap sedang.


(42)

Tabel 4.5. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Karakteristik Responden pada saat post-test di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Kategori Sikap

Baik Sedang Kurang

Jumlah No Kelompok

Umur

n % n % n % n %

1 19-24 1 25,00 3 75,00 0 0,0 4 100,00

2 25-30 2 10,53 17 89,47 0 0,0 19 100,00

3 31 1 33,30 0 0,0 2 66,70 3 100,00

Total 26 100,00

Pedidikan n % n % n % n %

1 SD 0 0,0 0 0,0 2 100 2 100,00

2 SlTP 1 6,25 15 93,75 0 0,0 16 100,00

3 SMU 3 37,50 5 62,50 0 0,0 8 100,00

Total 26 100,00

4.5. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang ASI Eksklusif di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

4.5.1. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre-

test) dan Sesudah (Post-test) Diberikan penyuluhan di Mukim Laure-e

Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Gambar 4.1 menjelaskan adanya perubahan tingkat pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan pada responden. Perbedaan tingkat pengetahuan ini disebabkan karena penyuluhan yang diberikan kepada responden sehingga bisa membantu responden meningkatkan pengetahuannya tentang ASI eksklusif.

Berdasarkan hasil pre-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan adalah sebanyak 23 orang (88,5 %) berada pada kategori sedang dan sebanyak 3 orang (11,8%) berkategori baik. Dapat dikatakan bahwa umumnya tingkat pengetahuan responden tentang ASI eksklusif


(43)

masih rendah. Sementara itu setelah dilakukukan pos-test didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan responden setelah diberikan penyuluhan adalah baik 26 orang (100%). Bisa dikatakan bahwa tingkat pengetahuan responden mengalami peningkatan menjadi lebih baik.

0 5 10 15 20 25 30 Pre-Test Post-Test Jum la h R esponden B er dasr kan K at egor i P e nge ta huan Baik sedang kurang

Gambar 4.1. Grafik kategori pengetahuan responden sebelum dan sesudah penyuluhan

4.6. Pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap Pengetahuan Ibu hamil di Mukim Laure-e kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Gambar 4.2. menunjukkan bahwa jumlah responden yang menjawab pertanyaan secara benar sebelum penyuluhan ASI eksklusif hanya 1 pertanyaan yaitu 26 orang. Sedangkan pada item pertanyaan no.8 tidak ada responden yang menjawab secara benar. Sesudah diberikan penyuluhan ASI eksklusif secara umum responden menjawab secara benar yaitu 26 orang. Dapat dikatakan bahwa tingkat pengatahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif sesudah diberikan penyuluhan sudah mengalami peningkatan.


(44)

0 5 10 15 20 25 30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Item Pertanyaan J um la h R e sp on de n Ya ng M e nj a w ab B e nar Pre-Test Post-Test

Gambar 4.2. Grafik perbedaan pengetahuan sebelum dan setelah perlakuan.

4.7. Perbedaan Nilai Pre-test dan Post-test Pengetahuan Ibu Hamil terhadap ASI-eksklusif di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008.

Berdasarkan hasil analisis dengan paired sampel t-test diperoleh nilai rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan sebesar 20,81 dan sesudah penyuluhan sebesar 32,88 dengan t hitung adalah -16,852 serta nilai probabilitas (p=0,000), oleh karena (p<0,05) maka dapat di simpulkan bahwa ada pengaruh perbedaan secara nyata rata-rata pengetahuan responden sebelum dan setelah diberi perlakuan. Gambaran secara jelas dapat dilihat pada grafik 4.2

Tabel 4.6. Perbedaan Nilai Pre-test dan Post-test Pengetahuan Ibu hamil terhadap ASI-eksklusif di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008.

Variabel Rerata

Nilai

t P

Sebelum 20.81 Pengetaahuan

Sesudah 32.88


(45)

4.8. Gambaran Sikap Ibu Hamil Tentang ASI Eksklusif di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

4.8.1. Gambaran Sikap Ibu Hamil Tentang ASI Eksklusif Sebelum (pre-test) dan Sesudah (Post-test) Diberikan penyuluhan di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa sikap responden terbanyak sebelum diberikan penyuluhan adalah sebanyak 20 orang (84,6%) berada pada kategori sedang, 4 orang (15,4%) berada pada kategori baik dan sebanyak 2 orang (7,7%) dengan kategori kurang. Dapat dikatakan bahwa sikap responden tentang ASI eksklusif sebelum diberikan penyuluhan sejalan dengan pengetahuannya terhadap hal yang sama. Kemudian setelah diberikan penyuluhan adalah sebanyak 24 orang (92,3%) berkategori baik, sebanyak 2 orang (7,7%) berada pada kategori sedang. Artinya ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap responden setelah di lakukan penyuluhan yang ditandai dengan meningkatkannya responden yang memiliki sikap baik berdasarkan hasil post-test.

0 5 10 15 20 25 30 Pre-Test Post-Test Ju m la h R esp o n d en B ed asar kan kat e g o ri S ikap Baik sedang kurang

Gambar 4.3. Grafik kategori sikap responden sebelum dan sesudah Penyuluhan


(46)

4.9. Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif terhadap Sikap Ibu Hamil Sebelum (Pre-test) dan Sesudah (Post-test) di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Gambar 4.2. menunjukkan bahwa sebelum diberikan penyuluhan ASI eksklusif tidak ada responden yang menjawab pertanyaan secara benar.sedangkan yang menjawab pertanyaan terendah adalah 4 orang yaitu pada item pertanyaan no.8. sesudah diberikan penyuluhan ASI esklusif yang menjawab pertanyaan secara benar terbanyak adalah 5 pertanyaan yaitu 30 orang. Dapat dikatakan bahwa tingkat sikap ibu hamil sesudah diberikan penyuluhan umumnya sudah mengalami peningkatan.

0 5 10 15 20 25 30

1 2 3 4 5 6 7 8 9

J um la h R e s ponde n y a ng M e nj a w a b be na r Pre-Tes Post-tes


(47)

4.10. Perbedaan Rata-Rata Nilai Pre-test dan Post-test Sikap Responden terhadap Pemberian ASI eksklusif di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan paired sampel t-test pada tabel 4.6. diperoleh rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan penyuluhan sebesar 16,69 dan sesudah penyuluhan sebesar 26,46. Selain itu, t hitung adalah -10,576 dengan nilai probabilitas (p=0,000), oleh karena (p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan sikap antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif sesudah diberikan penyuluhan.Gambaran secara jelas dapat dilihat pada gambar grafik 4.2

Tabel 4.7. Perbedaan Rata-Rata Nilai Pre-test dan Post-test Sikap Responden Terhadap Pemberian ASI eksklusif di Mukim Laure Tahun 2008

Variabel Rerata Nilai t p

Sebelum 16,69 Sikap

Sesudah 26,46

-10,576 0,000

4.11. Sikap Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden pada Saat post-test di Mukim Laure-e Tahun 2008

Berdasarkan tabel 4.7. dapat diketahui bahwa dari 26 responden dengan kategori pengetahuan baik, terdapat 24 orang (92,3%) dengan kategori sikap baik dan 2 orang (7,7%) dengan sikap sedang. Dapat di artikan bahwa responden yang memiliki baik terhadap ASI eksklusif juga memiliki sikap yang baik terhadap hal yang sama.


(48)

Tabel 4.8. Distribusi Sikap responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Responden terhadap ASI eksklusif pada Saat post-test di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Sikap ibu

Baik Sedang Kurang

Jumlah No Tingkat

pengetahuan

n % N % n % n %

1 Baik 24 92,3 2 7,7 0 0 26 100,00

2 Sedang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0 3 Kurang 0 0,0 0 0,0 0 0,0 0 0,0


(49)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Ibu hamil tentang ASI Eksklusif Sebelum Diberikan Penyuluhan di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif pada ibu hamil adalah pengetahuan gizi. Seseorang yang mempunyai pengetahuan gizi yang baik, diharapkan akam memilliki perilaku pemberian ASI eksklusif yang baik.

Salah satu strategi untuk memperoleh perubahan perilaku menurut WHO yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) adalah dengan pemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan pemberian informasi sehingga menimbulkan kesadaran dan dapat dilakukan adalah dengan penyuluhan.

Karakteristik ibu yang mencakup umur, pendidikan, pekerjaan bisa mempengaruhi proses perubahan perilaku. Umur responden rata-rata masih dalam kategori usia produktif memungkinkan mereka masih mampu untuk menangkap informasi yang diberikan dan bisa mengingatnya kembali. Begitu juga dengan karakteristik pekerjaan. Responden yang mayoritas sebagai ibu rumah tangga 100% sangat mendukung dalam menyediakan waktu untuk mendengarkan penyuluhan, membaca leaflet, dan mencoba melakukan tindakan penyuluhan yang dianjurkan.

Berdasarkan hasil tabulasi silang pengetahuan dengan karakteristik responden tentang pemberian ASI eksklusif pada saat post-test yang ditujukkan oleh tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan dengan karakteristik responden menunjukkan bahwa kelompok umur 25-30 lebih banyak mempunyai kategori


(50)

pengetahuan sedang. Sedangkan untuk pendidikan responden lebih banyak tingkat pendidikan SLTP dengan pengetahuan kategori sedang.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa pendidikan formal seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi nya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk menyerap pengetahuan praktis baik dalam pendidikan formal dan non formal (Berg, 1987).

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu hamil sebelum diberikan penyuluhan ASI eksklusif mayoritas sedang (88,5%) dan dengan pengetahuan baik adalah 11,5%. Jika dilihat dari tingginya persentase ibu hamil yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif masih rendah, hal ini disebabkan karena kurangnya penyuluhan mengenai ASI eksklusif dan juga disebabkan rendahnya penyebaran informasi melalui media cetak dan elektronik.

Berdasarkan gambar 4.2. menjelaskan bahwa seluruh responden mengalami peningkatan pengetahuan baik setelah diberikan penyuluhan. Peningkatan tersebut terutama dalam hal manfaat utama ASI eksklusif bagi bayi, sebelum diberikan penyuluhan tidak ada responden yang menjawab pertanyaan secara benar, serta dalam hal pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan. Pada umumnya ibu masih beranggapan pemberian ASI eksklusif cukup sampai usia 3 bulan . Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian di mana hanya 5 orang (19,2%) mengetahui pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.

Berbagai keunggulan mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, mulai dari pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan kecerdasan


(51)

yang pesat, hingga kematangan emosional seorang anak, terpacu berkat ASI eksklusif selama enam bulan.

5.2. Pengetahuan Ibu Hamil tentang ASI Eksklusif Sesudah diberikan Penyuluhan di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Berbagai keunggulan mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, mulai dari pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan kecerdasan yang pesat, hingga kematangan emosional seorang anak, terpacu berkat ASI eksklusif selama enam bulan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap pengetahuan ibu hamil. Dimana terdapat perbedaan antara pengtahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan ASI eksklusif, diketahui bahwa pengetahuan sebelum penyuluhan ASI eksklusif hanya 11,5% yang memiliki pengetahuan baik. Setelah diberikan penyuluhan ASI eksklusif semua responden (100%) memiliki pengetahuan baik.

Peningkatan pengetahuan ibu sesudah diberikan penyuluhan dapat dilihat pada gambar 4.2. dimana untuk masing-masing item pertanyaan tentang pengetahuan mengalami peningkatan. Peningkatan yang sangat signifikan terdapat pada pengetahuan tentang manfaat utama ASI eksklusif bagi bayi. Setelah diberikan penyuluhan pengetahuan ibu hamil terhadap indikator ASI eksklusif sudah baik dibandingkan sebelum diberikan penyuluhan. Disamping itu identitas ibu yang mencakup umur dapat mempengaruhi peroses perubahan perilaku. Umur ibu yang


(52)

rata-rata masih dalam usia produktif memungkinkan mereka masih mampu untuk menerima informasi yang diberikan dan bisa mengingatnya kembali.

Pengujian dengan menggunakan paired sample t-test diperoleh rata-rata pengetahuan ibu hamil sebelum diberikan penyuluhan sebesar 20,81 dan sesudah penyuluhan sebesar 32,88. Selain itu, t hitung adalah -16,852 dengan nilai probabilitas (p=0,000), oleh karena (p<0,005) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif sesudah diberikan penyuluhan

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Astuti dkk (2002), bahwa metode pendidikan kesehatan dengan penyuluhan (ceramah) dapat meningkatkan pengetahuan setelah dilakukan post-test dibandingkan dengan pengetahuan pre-test. Dalam penelitian Bart (1994), mengatakan bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perlaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Jadi pengetahuan yang memadai sangat dibutuhkan ibu hamil terutama dalam hal pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.

5.3. Sikap Ibu Hamil tentang ASI Eksklusif Sebelum Diberikan Penyuluhan di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat terlihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.


(53)

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek. (Notoatmodjo,2003).

Pendidikan kesehatan adalah peroses belajar. Pendidikan kesehatan membantu agar orang mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan dan kualitas hidup. Penyuluhan merupakan suatu metode dalam pendidikan kesehatan yang dapat merubah sikap seseorang menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari sikap respoden setelah diberikan penyuluhan memberikan perubahan yang berarti dari sikap negatif menjadi lebih positif bahkan sangat positf.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat sikap dengan karakteristik responden menunjukkan kelompok umur 25-30 lebih banyak berada pada kategori sikap sedang. Sedangkan untuk pendidikan responden lebih banyak mempunyai tingkat pendidikan SLTP yang juga mempunyai sikap sedang.

Hasil penelitian pada gambar 4.3.menunjukkan bahwa kategori sikap ibu hamil terbanyak sebelum diberikan penyuluhan adalah sedang sebanyak 20 orang (84,6%) dan kurang sebanyak 2 orang (7,7%).

Sikap yang kurang pada ibu hamil sebelum (pre-test) diberikan penyuluhan antara lain: sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, bayi yang diberikan ASI eksklusif jarang sakit jika dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula, waktu pemberian makanan tambahan pada saat bayi berusia diatas 6 bulan.


(54)

Sosialisasi tentang ASI eksklusif sampai usia 6 bulan jug masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif sampai usia 6 bulan hanya 23,1% ibu hamil yang setuju bahwa pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, sebanyak 15,4% ibu hamil setuju jika bayi yang diberikan ASI eksklusif jarang sakit dan jarang menderita alergi bila dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula. Di tambah lagi oleh kemajuan di negar-negara idustri yang memperkenalkan susu buatan untuk bayi dan mempunyai manfaat yang sam dengan ASI, pemakainanya yang lebih praktis dengan promosi pemasaran susu buatan atau makanan pengganti ASI secara gencar.

5.4. Sikap Ibu Hamil tentang ASI Eksklusif Sesudah Diberikan Penyuluhan di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Setelah diberikan penyuluhan dilakukan pengujian kembali (post-test) maka didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan sikap setelah diberikan penyuluhan. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa kategori sikap ibu hamil terbanyak setelah diberikan penyuluhan adalah kategori baik sebenyak 92,3% dan kategori sedang 7,7%.

Sehingga dapat di artikan dengan adanya intervensi berupa penyuluhan ternyata dapat mempengaruhi peningkatan sikap seseorang terhadap suatu hal. Sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap hal yang sama, serta ada kemungkinan juga sikap yang sudah ada terbentuk karena faktor sosial budaya di lingkungan tempat tinggal.

Pengujian dengan menggunakan paired sample t-test diperoleh rata-rata sikap


(55)

sebesar 26,46. Selain itu, t hitung adalah -10,576 dengan nilai probabilitas( p=0,000), oleh karena ( p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara nyata antara sikap ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan . Sehingga dapat di artikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif sesudah diberikan penyuluhan.

Dengan adanya intervensi berupa penyuluhan ternyata dapat mempengaruhi peningkatan sikap seseorang terhadap suatu hal. Sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap hal yang sama, serta ada kemungkinan juga sikap yang sudah ada terbentuk karena faktor sosial budaya di lingkungan tempat tinggal. Hal ini terlihat pada tabel 4.7. yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil sesudah diberikan penyuluhan ASI eksklusif akan mempengaruhi sikapnya terhadap hal yang sama, dimana dapat dilihat pada tabel 4.7. bahwa dari 26 orang ibu hamil dengan kategori pengetahuan baik terdapat 92,3% yang memiliki sikap baik.

Menurut Purwanto (1993) sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungan dengan objeknya. Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan melalui penyuluhan kepada ibu hamil membantu pembentukan sikap ibu hamil terhadap yang sama.


(56)

BABV1

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengatahuan ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif di Mukim Laure-e.

2. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat sikap ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif di Mukim Laure-e.

6.2. Saran

1. Upaya meningkatkan pengetahuan, sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif dapat lakukan dengan salah satu metode penyuluhan yaitu metode ceramah dan pembagian leaflet.

2. Diharapkan bagi petugas promosi kesehatan di Puskesmas agar memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif serta penyuluhan gizi lainnya kepada masyarakat terutama dengan metode ceramah guna membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat serta membantu mewujudkan pencapaian pemberian ASI eksklusif.


(1)

yang pesat, hingga kematangan emosional seorang anak, terpacu berkat ASI eksklusif selama enam bulan.

5.2. Pengetahuan Ibu Hamil tentang ASI Eksklusif Sesudah diberikan Penyuluhan di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Berbagai keunggulan mengenai manfaat pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, mulai dari pertumbuhan fisik yang sempurna, perkembangan kecerdasan yang pesat, hingga kematangan emosional seorang anak, terpacu berkat ASI eksklusif selama enam bulan.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap pengetahuan ibu hamil. Dimana terdapat perbedaan antara pengtahuan sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan ASI eksklusif, diketahui bahwa pengetahuan sebelum penyuluhan ASI eksklusif hanya 11,5% yang memiliki pengetahuan baik. Setelah diberikan penyuluhan ASI eksklusif semua responden (100%) memiliki pengetahuan baik.

Peningkatan pengetahuan ibu sesudah diberikan penyuluhan dapat dilihat pada gambar 4.2. dimana untuk masing-masing item pertanyaan tentang pengetahuan mengalami peningkatan. Peningkatan yang sangat signifikan terdapat pada pengetahuan tentang manfaat utama ASI eksklusif bagi bayi. Setelah diberikan penyuluhan pengetahuan ibu hamil terhadap indikator ASI eksklusif sudah baik dibandingkan sebelum diberikan penyuluhan. Disamping itu identitas ibu yang mencakup umur dapat mempengaruhi peroses perubahan perilaku. Umur ibu yang


(2)

rata-rata masih dalam usia produktif memungkinkan mereka masih mampu untuk menerima informasi yang diberikan dan bisa mengingatnya kembali.

Pengujian dengan menggunakan paired sample t-test diperoleh rata-rata pengetahuan ibu hamil sebelum diberikan penyuluhan sebesar 20,81 dan sesudah penyuluhan sebesar 32,88. Selain itu, t hitung adalah -16,852 dengan nilai probabilitas (p=0,000), oleh karena (p<0,005) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif sesudah diberikan penyuluhan

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Astuti dkk (2002), bahwa metode pendidikan kesehatan dengan penyuluhan (ceramah) dapat meningkatkan pengetahuan setelah dilakukan post-test dibandingkan dengan pengetahuan pre-test. Dalam penelitian Bart (1994), mengatakan bahwa perilaku yang dilakukan atas dasar pengetahuan akan lebih bertahan lama dari pada perlaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Jadi pengetahuan yang memadai sangat dibutuhkan ibu hamil terutama dalam hal pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.

5.3. Sikap Ibu Hamil tentang ASI Eksklusif Sebelum Diberikan Penyuluhan di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat terlihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap belum merupakan tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.


(3)

Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek. (Notoatmodjo,2003).

Pendidikan kesehatan adalah peroses belajar. Pendidikan kesehatan membantu agar orang mengambil sikap yang bijaksana terhadap kesehatan dan kualitas hidup. Penyuluhan merupakan suatu metode dalam pendidikan kesehatan yang dapat merubah sikap seseorang menjadi lebih baik. Hal ini terbukti dari sikap respoden setelah diberikan penyuluhan memberikan perubahan yang berarti dari sikap negatif menjadi lebih positif bahkan sangat positf.

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara tingkat sikap dengan karakteristik responden menunjukkan kelompok umur 25-30 lebih banyak berada pada kategori sikap sedang. Sedangkan untuk pendidikan responden lebih banyak mempunyai tingkat pendidikan SLTP yang juga mempunyai sikap sedang.

Hasil penelitian pada gambar 4.3.menunjukkan bahwa kategori sikap ibu hamil terbanyak sebelum diberikan penyuluhan adalah sedang sebanyak 20 orang (84,6%) dan kurang sebanyak 2 orang (7,7%).

Sikap yang kurang pada ibu hamil sebelum (pre-test) diberikan penyuluhan antara lain: sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, bayi yang diberikan ASI eksklusif jarang sakit jika dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula, waktu pemberian makanan tambahan pada saat bayi berusia diatas 6 bulan.


(4)

Sosialisasi tentang ASI eksklusif sampai usia 6 bulan jug masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif sampai usia 6 bulan hanya 23,1% ibu hamil yang setuju bahwa pemberian ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan, sebanyak 15,4% ibu hamil setuju jika bayi yang diberikan ASI eksklusif jarang sakit dan jarang menderita alergi bila dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula. Di tambah lagi oleh kemajuan di negar-negara idustri yang memperkenalkan susu buatan untuk bayi dan mempunyai manfaat yang sam dengan ASI, pemakainanya yang lebih praktis dengan promosi pemasaran susu buatan atau makanan pengganti ASI secara gencar.

5.4. Sikap Ibu Hamil tentang ASI Eksklusif Sesudah Diberikan Penyuluhan di Mukim Laure-e Kecamatan Simeulue Tengah Tahun 2008

Setelah diberikan penyuluhan dilakukan pengujian kembali (post-test) maka didapatkan hasil bahwa terdapat peningkatan sikap setelah diberikan penyuluhan. Gambar 4.5 menunjukkan bahwa kategori sikap ibu hamil terbanyak setelah diberikan penyuluhan adalah kategori baik sebenyak 92,3% dan kategori sedang 7,7%.

Sehingga dapat di artikan dengan adanya intervensi berupa penyuluhan ternyata dapat mempengaruhi peningkatan sikap seseorang terhadap suatu hal. Sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap hal yang sama, serta ada kemungkinan juga sikap yang sudah ada terbentuk karena faktor sosial budaya di lingkungan tempat tinggal.

Pengujian dengan menggunakan paired sample t-test diperoleh rata-rata sikap ibu hamil sebelum diberikan penyuluhan sebesar 16,69 dan sesudah penyuluhan


(5)

sebesar 26,46. Selain itu, t hitung adalah -10,576 dengan nilai probabilitas( p=0,000), oleh karena ( p<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara nyata antara sikap ibu hamil sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan . Sehingga dapat di artikan bahwa ada pengaruh penyuluhan terhadap sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif sesudah diberikan penyuluhan.

Dengan adanya intervensi berupa penyuluhan ternyata dapat mempengaruhi peningkatan sikap seseorang terhadap suatu hal. Sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap hal yang sama, serta ada kemungkinan juga sikap yang sudah ada terbentuk karena faktor sosial budaya di lingkungan tempat tinggal. Hal ini terlihat pada tabel 4.7. yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu hamil sesudah diberikan penyuluhan ASI eksklusif akan mempengaruhi sikapnya terhadap hal yang sama, dimana dapat dilihat pada tabel 4.7. bahwa dari 26 orang ibu hamil dengan kategori pengetahuan baik terdapat 92,3% yang memiliki sikap baik.

Menurut Purwanto (1993) sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut dalam hubungan dengan objeknya. Dalam hal ini pengetahuan yang diberikan melalui penyuluhan kepada ibu hamil membantu pembentukan sikap ibu hamil terhadap yang sama.


(6)

BABV1

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengatahuan ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif di Mukim Laure-e.

2. Ada pengaruh penyuluhan terhadap tingkat sikap ibu hamil dalam pemberian ASI eksklusif di Mukim Laure-e.

6.2. Saran

1. Upaya meningkatkan pengetahuan, sikap ibu hamil tentang ASI eksklusif dapat lakukan dengan salah satu metode penyuluhan yaitu metode ceramah dan pembagian leaflet.

2. Diharapkan bagi petugas promosi kesehatan di Puskesmas agar memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif serta penyuluhan gizi lainnya kepada masyarakat terutama dengan metode ceramah guna membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat serta membantu mewujudkan pencapaian pemberian ASI eksklusif.