Pola Makan dan Kecukupan Gizi Balita Berdasarkan Status Gizi

40 memiliki status gizi BBTB kurus sebesar 6,7 dan pada kelompok umur 37 – 60 bulan sebesar 8,6.

4.6 Pola Makan dan Kecukupan Gizi Balita Berdasarkan Status Gizi

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Tabel 4.18 Distribusi Status Gizi BBU Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Pola Makan Status Gizi BBU Jumlah Kurang Baik n n n 1. Lengkap 28 100,0 28 100,0 2. Tidak Lengkap 5 13,5 32 86,5 37 100,0 Berdasarkan tabel 4.18 diketahui gambaran pola makan berdasarkan status gizi BBU, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita pada status gizi BBU baik memiliki pola makan lengkap sebesar 100. Balita pada status gizi BBU kurang memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 13,5. Tabel 4.19 Distribusi Status Gizi TBU Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Pola Makan Status Gizi TBU Jumlah Pendek Normal n n n 1. Lengkap 28 100,0 28 100,0 2. Tidak Lengkap 22 59,5 15 40,5 37 100,0 Berdasarkan tabel 4.19 diketahui gambaran pola makan berdasarkan status gizi TBU, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita pada status gizi TBU Universitas Sumatera Utara 41 normal memiliki pola makan lengkap sebesar 100. Balita pada status gizi TBU pendek memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 59,5. Tabel 4.20 Distribusi Status Gizi BBTB Berdasarkan Pola Makan di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Pola Makan Status Gizi BBTB Jumlah Kurus Normal n n n 1. Lengkap 28 100,0 28 100,0 2. Tidak Lengkap 5 13,5 32 86,5 37 100,0 Berdasarkan tabel 4.20 diketahui gambaran pola makan berdasarkan status gizi BBTB, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita pada status gizi BBTB normal memiliki pola makan lengkap sebesar 100. Balita pada status gizi BBTB kurus memiliki pola makan tidak lengkap sebesar 13,5. Tabel 4.21 Distribusi Status Gizi BBU Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Konsumsi Energi Status Gizi BBU Jumlah Kurang Baik n n n 1. Baik 35 100,0 35 100,0 2. Sedang 25 100,0 25 100,0 3. Kurang 5 100,0 5 100,0 Berdasarkan tabel 4.21 diketahui gambaran tingkat konsumsi energi berdasarkan status gizi BBU, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi BBU baik pada tingkat konsumsi energi baik sebesar 100. Balita memiliki status gizi BBU kurang pada tingkat konsumsi energi kurang sebesar 100. Universitas Sumatera Utara 42 Tabel 4.22 Distribusi Status Gizi TBU Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Konsumsi Energi Status Gizi TBU Jumlah Pendek Normal n n n 1. Baik 35 100,0 35 100,0 2. Sedang 17 68,0 8 32,0 25 100,0 3. Kurang 5 100,0 5 100,0 Berdasarkan tabel 4.22 diketahui gambaran tingkat konsumsi energi berdasarkan status gizi TBU, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi TBU normal pada tingkat konsumsi energi baik sebesar 100. Balita memiliki status gizi TBU pendek pada tingkat konsumsi energi kurang sebesar 100. Tabel 4.23 Distribusi Status Gizi BBTB Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Konsumsi Energi Status Gizi BBTB Jumlah Kurus Normal n n n 1. Baik 35 100,0 35 100,0 2. Sedang 25 100,0 25 100,0 3. Kurang 5 100,0 5 100,0 Berdasarkan tabel 4.23 diketahui gambaran tingkat konsumsi energi berdasarkan status gizi BBTB, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi BBTB normal pada tingkat konsumsi energi baik sebesar 100. Balita memiliki status gizi BBTB kurus pada tingkat konsumsi energi kurang sebesar 100. Universitas Sumatera Utara 43 Tabel 4.24 Distribusi Status Gizi BBU Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Konsumsi Protein Status Gizi BBU Jumlah Kurang Baik n n n 1. Baik 5 7,7 60 92,3 65 100,0 Berdasarkan tabel 4.24 diketahui gambaran tingkat konsumsi protein berdasarkan status gizi BBU, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi BBU baik pada tingkat konsumsi protein baik sebesar 92,3. Balita memiliki status gizi BBU kurang pada tingkat konsumsi protein baik sebesar 7,7. Tabel 4.25 Distribusi Status Gizi TBU Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Konsumsi Protein Status Gizi TBU Jumlah Pendek Normal n n n 1. Baik 22 33,8 43 66,2 65 100,0 Berdasarkan tabel 4.25 diketahui gambaran tingkat konsumsi protein berdasarkan status gizi TBU, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi TBU normal pada tingkat konsumsi protein baik sebesar 66,2. Balita memiliki status gizi TBU pendek pada tingkat konsumsi protein baik sebesar 33,8. Tabel 4.26 Distribusi Status Gizi BBTB Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Konsumsi Protein Status Gizi BBTB Jumlah Kurus Normal n n n 1. Baik 5 7,7 60 92,3 65 100,0 Universitas Sumatera Utara 44 Berdasarkan tabel 4.26 diketahui gambaran tingkat konsumsi protein berdasarkan status gizi BBTB, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi BBTB normal pada tingkat konsumsi protein baik sebesar 92,3. Balita memiliki status gizi BBTB kurus pada tingkat konsumsi protein baik sebesar 7,7. Tabel 4.27 Distribusi Status Gizi BBU Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Konsumsi Lemak Status Gizi BBU Jumlah Kurang Baik n n n 1. Baik 30 100,0 30 100,0 2. Sedang 30 100,0 30 100,0 3. Kurang 3 100,0 3 100,0 4. Defisit 2 100,0 2 100,0 Berdasarkan tabel 4.27 diketahui gambaran tingkat konsumsi lemak berdasarkan status gizi BBU, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi BBU baik pada tingkat konsumsi lemak baik sebesar 100. Balita memiliki status gizi BBU kurang pada tingkat konsumsi lemak defisit sebesar 100. Tabel 4.28 Distribusi Status Gizi TBU Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Konsumsi Lemak Status Gizi TBU Jumlah Pendek Normal n n n 1. Baik 30 100,0 30 100,0 2. Sedang 17 56,7 13 43,3 30 100,0 3. Kurang 3 100,0 3 100,0 4. Defisit 2 100,0 2 100,0 Universitas Sumatera Utara 45 Berdasarkan tabel 4.28 diketahui gambaran tingkat konsumsi lemak berdasarkan status gizi TBU, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi TBU normal pada tingkat konsumsi lemak baik sebesar 100. Balita memiliki status gizi TBU pendek pada tingkat konsumsi lemak defisit sebesar 100. Tabel 4.29 Distribusi Status Gizi BBTB Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak di Kelurahan Kenangan Baru Tahun 2014 No. Konsumsi Lemak Status Gizi BBTB Jumlah Kurus Normal n n n 1. Baik 30 100,0 30 100,0 2. Sedang 30 100,0 30 100,0 3. Kurang 3 100,0 3 100,0 4. Defisit 2 100,0 2 100,0 Berdasarkan tabel 4.29 diketahui gambaran tingkat konsumsi lemak berdasarkan status gizi BBTB, dapat dilihat bahwa sebagian besar balita memiliki status gizi BBTB normal pada tingkat konsumsi lemak baik sebesar 100. Balita memiliki status gizi BBTB kurus pada tingkat konsumsi lemak defisit sebesar 100. Universitas Sumatera Utara 46

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pola Makan Anak Balita

5.1.1 Jenis dan Frekuensi Bahan Makanan Balita di Kelurahan Kenangan Baru

Berdasarkan gambaran karakteristik balita, didapatkan hasil bahwa karakteristik balita berdasarkan pola makan lengkap makanan pokok, lauk pauk, sayur-sayuran dan buah-buahan sebesar 43,1 dan tidak lengkap makanan pokok dan lauk pauk sebesar 56,9. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis bahan makanan pokok yang sering dikonsumsi oleh balita di Kelurahan Kenangan Baru dengan frekuensi 1-3xhari adalah nasi sebesar 100. Menurut Santoso 2009 bahwa pola makan masyarakat di Indonesia pada umumnya diwarnai oleh jenis-jenis bahan makanan yang diproduksi di daerah setempat, sehingga pola makan dapat memberikan berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan mempunyai ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Jenis makanan untuk lauk hewani yang paling sering dikonsumsi adalah telur dengan frekuensi 4-6xmgg sebesar 73,84, sedangkan untuk lauk nabati yang paling sering dikonsumsi adalah tempe sebesar 64,61 dengan frekuensi 4- 6xmgg. Pada umumnya lauk nabati dikonsumsi tidak bersamaan dengan lauk hewani. Jika sudah mengonsumsi lauk nabati maka lauk hewani tidak lagi Universitas Sumatera Utara