Rumusan Masalah Penilaian Status Gizi Anak Balita

5 sebesar 196 orang 5,3 diantara penduduk miskin tersebut memiliki balita. Masalah gizi kurang berdasarkan BBU juga terdapat di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru sebanyak 20 orang. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui pola makan, kecukupan gizi dan status gizi balita pada keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pola makan, kecukupan gizi dan status gizi balita pada keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pola makan, kecukupan gizi dan status gizi balita pada keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran karakteristik keluarga pendapatan, pekerjaan dan pendidikan orangtua pada keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru. 2. Mengetahui kecukupan energi dan protein yang dikonsumsi balita pada keluarga miskin di Perumnas Mandala, Kelurahan Kenangan Baru. Universitas Sumatera Utara 6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memberikan informasi tentang pola makan, kecukupan gizi dan status gizi balita pada keluarga miskin.

1.4.2 Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi Puskesmas Perumnas Mandala mengenai pola makan, kecukupan gizi dan status gizi balita pada keluarga miskin untuk membuat kebijakan dalam rangka meningkatkan status kesehatan ibu dan balita serta dapat disalurkan kepada masyarakat melalui program pembinaan dan pengawasan terhadap tumbuh kembang balita sehingga diharapkan dalam mengonsumsi makanan selalu memperhatikan aspek gizi untuk makanan yang diberikan kepada anak dan balitanya. Universitas Sumatera Utara 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Balita

Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan zat gizi karena masih dalam taraf perkembangan dan kualitas hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya Sediaoetama, 2008. Anak balita pada usia 1-3 tahun bersifat konsumen pasif dan usia 3-5 tahun bersifat konsumen aktif. Konsumen pasif artinya pada usia 1-3 tahun makanan yang dikonsumsi tergantung pada apa yang disediakan oleh ibu, sedangkan konsumen aktif artinya anak dapat memilih makanan yang disukainya Supriatin, 2004. Beberapa kondisi dan anggapan orang tua dan masyarakat justru merugikan penyediaan makanan bagi kelompok balita salah satunya yaitu anak balita masih belum dapat mengurus sendiri dengan baik, dan belum dapat berusaha mendapatkan sendiri apa yang diperlukannya untuk makanannya dan walaupun tidak mencukupi, sering tidak diberi kesempatan untuk minta lagi atau mengambil sendiri tambahannya Santoso, 2009.

2.1.1 Status Gizi Balita

Menurut Suhardjo 2003, status gizi adalah keadaan kesehatan individu atau kelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat- Universitas Sumatera Utara 8 zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antropometri. Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang yang diakibatkan oleh asupan makanan, pencernaan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Almatsier, 2009.

2.2 Penilaian Status Gizi Anak Balita

Penilaian status gizi adalah proses keadaan tubuh seseorang kemudian dibandingkan dengan baku standar yang tersedia Arisman, 2004. Pemantauan status gizi anak balita mengunakan metode antropometri sebagai cara untuk menilai status gizi. Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam penelitian ini peneliti mengunakan penilaian status gizi dengan cara pemeriksaaan fisik yang disebut antropometri Supariasa, 2012. Antropometri telah dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi perseorangan maupun masyarakat. Pengukuran antropometri dapat dilakukan oleh siapa saja dengan hanya memerlukan latihan sederhana Supariasa, 2012. Antropometri digunakan untuk mengetahui keseimbangan antara asupan protein dan energi. Keseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh, seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Metode antropometri terdiri dari berbagai indeks yang dapat digunakan untuk menilai Universitas Sumatera Utara 9 status gizi, diantaranya berat badan menurut umur BBU, tinggi badan menurut umur TBU dan berat badan menurut tinggi badan BBTB Supariasa, 2012. Status gizi yang normal menunjukkan bahwa kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi telah memenuhi kebutuhan tubuh. Kementrian Kesehatan RI Kemenkes mengeluarkan standar antropometri penilaian status gizi anak yang digunakan sebagai acuan bagi Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan KabupatenKota, Fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan pihak lain yang tekait dalam penilaian status gizi anak. Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks INDEKS KATEGORI STATUS GIZI AMBANG BATAS Z-SCORE Berat Badan Menurut Umur BBU Gizi Buruk -3 SD Gizi Kurang -3 SD sampai dengan -2 SD Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD Gizi Lebih 2 SD Tinggi Badan Menurut Umur TBU Sangat Pendek -3 SD Pendek -3 SD sampai dengan -2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Tinggi 2 SD Berat Badan Menurut Tinggi Badan BBTB Sangat Kurus -3 SD Kurus -3 SD sampai dengan -2 SD Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Gemuk 2 SD Sumber : Kemenkes RI 2010 2.3 Angka Kecukupan Gizi Anak Balita Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan dibuat untuk pengukuran secara kuantitatif. Angka kecukupan gizi yang dianjurkan AKG adalah rata-rata zat gizi yang harus dikonsumsi setiap hari bagi hampir semua orang menurut Universitas Sumatera Utara 10 golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan aktivitas untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal Almatsier, 2009 Angka Kecukupan Gizi AKG dapat digunakan untuk menilai tingkat kecukupan zat gizi individu. Kecukupan gizi tersebut dianjurkan untuk dipenuhi dari konsumsi pangan anak balita setiap harinya. Tingkat kecukupan zat gizi individu dapat diperoleh dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan standar angka kecukupan gizi seseorang. Tabel 2.2 Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Balita Rata-Rata Per Hari Golongan Umur Berat Badan Kg Tinggi Badan cm Energi Kkal Protein g Lemak g 1-3 tahun 13 91 1125 26 44 4-6 tahun 19 112 1600 35 62 Sumber : Kepmenkes 2013 2.4 Pola Makan Pola makan food pattern adalah kebiasaan memilih dan mengonsumsi bahan makanan oleh sekelompok individu. Pola makan dapat memberi gambaran mengenai kualitas makanan masyarakat Suparlan, 2010. Pengertian pola makan menurut Lie Goan Hong dalam Sri Kardjati 2009 adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Universitas Sumatera Utara 11 Pola makan di suatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor ataupun kondisi setempat, yang dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu : a. Faktor yang berhubungan dengan persediaan atau pengadaan bahan pangan. Dalam kelompok ini termasuk faktor geografi, iklim, dan kesuburan tanah yang dapat mempengaruhi jenis tanaman dan jum\lah produksinya di suatu daerah. b. Faktor ekonomi dan adat istiadat. Taraf sosial ekonomi dan adat kebiasaan setempat memegang peranan penting dalam pola konsumsi penduduk. Di samping itu, kebijakan dalam bidang pangan, misalnya pemberian bantuan atau subsidi terhadap bahan tertentu, dalam berpengaruh dalam pola konsumsi. Faktor jumlah anggota keluarga, sosial budaya dan besarnya pengeluaran untuk pangan juga berperan dalam mempengaruhi susunan makanan dalam keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan dalam jumlah yang mencukupi dipengaruhi oleh ketersediaan dan harga bahan makanan. Bahan makanan yang harganya mahal atau jarang biasanya tidak pernah atau jarang dihidangkan dalam susunan makanan keluarga Apriadji, 2009. Pola makan yang baik mengandung makanan pokok, lauk-pauk, buah- buahan dan sayur-sayuran serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan yang baik dan jenis hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang. Sehingga status gizi seseorang Universitas Sumatera Utara 12 akan lebih baik dan memperkuat daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit Baliwati, 2004. Martianto dan Ariani 2004 menyatakan bahwa keluarga dengan pendapatan yang rendah akan mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tercermin dari pengurangan frekuensi makan dari 3 kali menjadi 2 kali dalam sehari. Selain itu, masyarakat berpendapatan rendah juga akan mengonsumsi pangan dalam jumlah dan jenis yang beragam untuk memenuhi kebutuhan gizi yang seimbang seperti mengonsumsi tahu dan tempe sebagai pengganti daging. Khomsan 2003 menyatakan bahwa konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makannya, selain itu juga akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan pekerjaan sehingga kecukupan konsumsi pangan perlu mendapat perhatian. Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah sangat rawan terhadap gizi kurang. Mereka mengonsumsi pangan energi dan protein lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga berada.

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan, Kecukupan Gizi