Gambaran Konsumsi Sumber Vitamin Dan Mineral, Status Gizi, dan Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015

(1)

GAMBARAN KONSUMSI SUMBER VITAMIN DAN MINERAL, STATUS GIZI, DAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMP

SHAFIYYATUL AMALIYYAH TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

FITRATUR RAHMAH AGUSTINA NIM: 111000274

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

GAMBARAN KONSUMSI SUMBER VITAMIN DAN MINERAL, STATUS GIZI, DAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMP

SHAFIYYATUL AMALIYYAH TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

FITRATUR RAHMAH AGUSTINA NIM: 111000274

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN KONSUMSI SUMBER VITAMIN DAN MINERAL, STATUS GIZI, DAN

KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMP

SHAFIYYATUL AMALIYYAH TAHUN 2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, September 2015


(4)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul

GAMBARAN KONSUMSI SUMBER VITAMIN DAN MINERAL, STATUS GIZI, DAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMP

SHAFIYYATUL AMALIYYAH TAHUN 2015

Yang disiapkan dan dipertahankan oleh FITRATUR RAHMAH AGUSTINA

NIM: 111000274

Disahkan oleh: Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ernawati Nasution, SKM.,M.Kes Fitri Ardiani, SKM, MPH

NIP. 197002121995012001 NIP.198207292008122002

Medan, September 2015 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 196108311989031001


(5)

ABSTRAK

Dismenorea merupakan keluhan sakit pada bagian bawah perut yang dirasakan ketika haid yang biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Kejadian dismenorea berkisar 45% sampai 75% dari seluruh remaja pubertas yang menyebabkan ketidakhadiran di sekolah atau lingkungan kerja. Status gizi dan asupan vitamin dan mineral pada remaja perlu diperhatikan karena dapat memperngaruhi terjadinya keluhan-keluhan selama menstruasi seperti dismenorea.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran konsumsi sumber vitamin dan mineral, status gizi, dan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang berjumlah 133 orang. Sampel diambil sebanyak 44 orang dengan teknik acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan formulir food recall 24, formulir food frekuensi, penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kejadian dismenorea paling banyak dikeluhkan oleh remaja putri berada pada tingkat sedang sebanyak 21 orang (47,7%). Asupan vitamin B6 yang kurang pada remaja putri sebesar 47,1 % responden dengan keluhan nyeri sedang. Asupan vitamin E yang kurang pada seluruh remaja putri dimana 47,7% diantaranya mengalami nyeri sedang. Asupan kalsium yang kurang sebesar 50,0% responden dengan keluhan nyeri sedang. Asupan zink yang kurang sebesar 47,5 % responden dengan keluhan nyeri ringan. Status gizi normal pada remaja putrid sebesar 50,0% memiliki keluhan nyeri ringan.

Remaja putri SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan disarankan agar mengonsumsi makanan sumber vitamin dan mineral secara teratur khususnya bahan makanan yang mengandung vitamin B6, vitamin E, kalsium dan zink yang tinggi.

Kata Kunci: Konsumsi sumber vitamin dan mineral, status gizi, dismenorea, remaja putri


(6)

ABSTRACT

Dysmenorrhea is the complaining of pain comes from lower abdomen and when menstruation, the pain feel about 2 or 3 years after menarche. Dysmenorrhea incidence have ranges from 45% to 75% of all adolescents puberty and it lead to absenteeism from school or work environment. Nutritional status and intake of vitamins and minerals in adolescents need to be considered because it can affect the occurrence of complaints during menstruation, called dysmenorrhea.

The purpose of this study was to see from the prespective of the consumption of vitamins and minerals, and nutritional status and the incidence of dysmenorrhea to adoescents in junior high school Shafiyyatul Amaliyyah 2015. The type of research in this study is using desctriptive. The population of study was around the junior high school students Shafiyyatul Amaliyyah with total 133 students. Samples taken as many as 44 students with simple random technique. Data collected by interview using a food recall form 24 form food frequency, weighing and height measurement.

The survey results revealed that the incidence of dysmenorrhea most complaining by teenage students are at a moderate level as many as 21 people (47,7%). The intake of vitamin B6 is lacking in adolescents by 47,1% with moderate pain complaints. Intake of vitamin E were less in all adolescents in which 47,7% of the experienced moderate pain. The intake of calcium is less amounted to 50,0% of respondents with moderate pain complaints. The intake of zinc is less by 47,5% of respondents complaining of mild pain. Normal nutrition status of adolescents by 50,0% had mild pain complaints.

Adolescents of Shafiyyatul Amaliyyahjunior high school sugested to consuming food sources that high of vitamins and minerals regularly, especially foods containing vitamin B6, vitamin E, calcium and zinc.

Keywords: Consumption of vitamins and minerals, nutritional status, dysmenorrhea, adolescents


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memiliki kuasa atas segala yang ada di langit dan di bumi, yang tidak pernah berhenti mencurahkan kasih sayang-Nya, dan dengan izin-Nya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Gambaran Konsumsi Sumber Vitamin Dan Mineral, Status Gizi, dan Kejadian Dismenorea Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015”. Shalawat beriring salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, manusia sempurna yang diciptakan oleh-Nya yang sangat mencintai umatnya dan menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari dan mengetahui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan pengetahuan penulis sebagai manusia.

Selama penulisan skripsi ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(8)

3. Prof. Dr. Albiner Siagian, M.Si, selaku Kepala Bagian Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat di FKM USU beserta Staf bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ernawati Nasution, SKM.,M.Kes dan Fitri Ardiani, SKM, MPH., selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II.

5. Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D dan Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, Msi selaku Dosen Penguji I dan Penguji II.

6. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Irsal Efendi, S.Pd, Selaku Kepala Sekolah SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan.

8. Para guru di SMP Shafiyyatul Amaliyyah, khususnya guru kelas VII dan kelas VIII yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

9. Siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah Kelas VII dan Kelas VIII yang telah bersedia menjadi responden dan membantu penulis dalam penelitian ini. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan tidak terhingga kepada :

1. Ayahanda tercinta, Drs.A.H Agustion yang selalu menjadi motivator dalam hidup penulis. Tak lupa pula ibunda tercinta Dra. Nurhayati yang selalu mendongkrak semangat penulis dengan nasihat-nasihat beliau, yang


(9)

senantiasa mendoakan penulis disetiap sujud dan doanya, dan yang selalu ada di hati penulis.

2. Kepada kakak tercinta, Akhrimatul Fitria Agustina, SE yang selalu menuntun penulis dalam menyusun skripsi.

3. Adik tercinta, Rizka Melina Ramadhani Agustina yang dengan keceriaannya selalu membuat bahagia hati penulis.

4. Ustadz dan ustadzah tercinta, Irsyad Safar Lc, M.Ed, Fitrianti, S.Pd, M.Sc, dr. Fitria Ramadhani St.Pane yang selalu memberikan motivasi dan nasihat-nasihat kepada penulis.

5. Sahabat-sahabat terbaik saya Shofiatul Qolbi, Shofia Shabrina, Vebiyola Wahyuni, Ridatul Musren, Fadhilatul Hasna, Dirga Indah, Muharrikah Ramadhaniah dan sahabat RADAR lainnya yang selalu mendoakan dan menyemangati dan menghibur penulis disaat susah.

6. Sahabat-sahabat UKMI FKM yang selalu ada bersama penulis baik suka maupun duka, khususnya Ratna, Nura, Siti, Dian, Atika, Henti, Rici, Yolan, Kak Nisa, Saadah, Ica, Dewi.

7. Adik-adik stambuk 2012, khususnya Honesty, Kiki, Nazrah, Sahira, Eri, Faris, Rifnal, dan adik-adik UKMI FKM lainnya.

8. Kakak-kakak stambuk atas, khusunya Kak Rahmi, Kak Isna, Kak Una, Kak Defi, Kak Ulfa, Kak Nina, Kak Sri, Kak Anggi.

9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2011 peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU, khususnya Dika, Asih, Halis, Aini, Ici, Fani, Elvira, Jejen, Chintya, Tira.


(10)

10.Teman Mahasiswa Angkatan 2010 dan 2011, khususnya Anestia Rofitri, kak Mariana Siregar, terima kasih atas dukungannya.

11.Teman-teman seperjuangan yang selalu membuat penulis tertawa dan menyemangati penulis, khususnya Nadya Lovianda, Rahmi Fitriana, Tilsa Ariyeni, Mothia Yolandari, Rara, Rahmi Husni.

12.Terakhir, teman-teman kos, khususnya Rumaisha Afifah, Dian Pratiwi, Siti Khadijatul Yazrah, Rini, kak Rahmi, kak Ane, yang senantiasa memberikan motivasi dan solusi kepada penulis.

Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk semua kalangan.

Assalaamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, September 2015


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

RIWAYAT HIDUP ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Menstruasi pada Remaja ... 7

2.1.1 Faktor yang Memengaruhi Menstruasi ... 7

2.1.2 Siklus Menstruasi ... 8

2.2 Dismenorea ... 11

2.2.1 Klassifikasi ... 11

2.2.2 Tingkat Nyeri ... 13

2.2.3 Gejala ... 14

2.2.4 Penyebab ... 15

2.2.5 Pencegahan ... 16

2.2.6 Pengobatan ... 16


(12)

2.3.1 Konsumsi Pangan Remaja... 17

2.3.2 Kebutuhan Gizi Remaja ... 18

2.3.3 Zat Gizi yang Berperan dalam Mengurangi Dismenorea ... 20

2.4 Status Gizi ... 23

2.4.1 Penilaian Status Gizi ... 23

2.4.2 Indeks Antropometri ... 25

2.4.3 Hubungan Status Gizi dengan Dismenorea ... 28

2.5 Kerangka Konsep ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2.2 Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 31

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1 Data Primer ... 33

3.4.2 Data Sekunder ... 34

3.5 Instrumen Penelitian... 34

3.6 Variabel dan Defenisi Operasional ... 34

3.6.1 Variabel ... 34

3.6.2 Defenisi Operasional ... 34

3.7 Metode Pengukuran ... 35

3.8 Metode Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

4.2 Karakteristik Responden ... 39


(13)

4.4 Status Gizi Remaja Putri ... 44

4.5 Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) pada Remaja Putri ... 44

4.5.1 Kejadian Dismenorea Berdasarkan Asupan Vitamin dan Mineral pada Remaja Putri ... 44

4.5.2 Kejadian Dismenorea Berdasarkan Status Gizi Remaja Putri ... 47

BAB V PEMBAHASAN ... 48

5.1 Konsumsi Sumber Vitamin dan Mineral Remaja Putri ... 48

5.1.1 Asupan Vitamin B6 Remaja Putri ... 48

5.1.2 Asupan Vitamin E Remaja Putri ... 50

5.1.3 Asupan Kalsium Remaja Putri ... 52

5.1.4 Asupan Zink Remaja Putri ... 54

5.2 Status Gizi Remaja Putri ... 55

5.3 Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) pada Remaja Putri ... 56

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 58

6.1 Kesimpulan ... 58

6.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59 DAFTAR LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi per Hari Remaja Putri ... 20 Tabel 3.1 Distribusi Sampel Dengan Teknik Proportionate Stratified Random

Sampling ... 33 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin di SMP

Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015 ... 38 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin dan Mineral Remaja Putri 41 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Sumber Vitamin dan Mineral ... 43 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Remaja Putri ... 44 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) ... 44 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri)

Berdasarkan Asupan Vitamin dan Mineral Remaja Putri ... 46 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri)


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ... 29

Gambar 1. Penimbangan Berat Badan Remaja Putri ... 80

Gambar 2. Pengukuran Tinggi Badan Remaja Putri ... 80

Gambar 3. Wawancara Food Recall dengan Remaja Putri ... 81


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan ... 61

Lampiran 2. Kuesioner Skrining Kejadian Dismenorea di SMP Shafiyyatul Amaliyyah ... 62

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 64

Lampiran 4. Universal Pain Assessment Tool ... 65

Lampiran 5. Formulir Food Recall 24 jam ... 66

Lampiran 6. Formulir Food Frequency ... 67

Lampiran 7. Output Data... 68

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian ... 80


(17)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fitratur Rahmah Agustina

Tempat Lahir : Payakumbuh

Tanggal Lahir : 03 Juni 1994

Suku Bangsa : Minang

Agama : Islam

Nama Ayah : Drs. A.H Agustion

Suku Bangsa Ayah : Minang

Nama Ibu : Dra. Nurhayati

Suku Bangsa Ibu : Minang

Pendidikan Formal

1. SD/Tamat tahun : SD Islam Raudhatul Jannah/2006 2. SLTP/Tamat tahun : SMP Islam Raudhatul Jannah/2008

3. SLTA/Tamat tahun : MA Ar-Risalah/2011

4. Akademi/Tamat Tahun : -


(18)

ABSTRAK

Dismenorea merupakan keluhan sakit pada bagian bawah perut yang dirasakan ketika haid yang biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Kejadian dismenorea berkisar 45% sampai 75% dari seluruh remaja pubertas yang menyebabkan ketidakhadiran di sekolah atau lingkungan kerja. Status gizi dan asupan vitamin dan mineral pada remaja perlu diperhatikan karena dapat memperngaruhi terjadinya keluhan-keluhan selama menstruasi seperti dismenorea.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran konsumsi sumber vitamin dan mineral, status gizi, dan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang berjumlah 133 orang. Sampel diambil sebanyak 44 orang dengan teknik acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan formulir food recall 24, formulir food frekuensi, penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kejadian dismenorea paling banyak dikeluhkan oleh remaja putri berada pada tingkat sedang sebanyak 21 orang (47,7%). Asupan vitamin B6 yang kurang pada remaja putri sebesar 47,1 % responden dengan keluhan nyeri sedang. Asupan vitamin E yang kurang pada seluruh remaja putri dimana 47,7% diantaranya mengalami nyeri sedang. Asupan kalsium yang kurang sebesar 50,0% responden dengan keluhan nyeri sedang. Asupan zink yang kurang sebesar 47,5 % responden dengan keluhan nyeri ringan. Status gizi normal pada remaja putrid sebesar 50,0% memiliki keluhan nyeri ringan.

Remaja putri SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan disarankan agar mengonsumsi makanan sumber vitamin dan mineral secara teratur khususnya bahan makanan yang mengandung vitamin B6, vitamin E, kalsium dan zink yang tinggi.

Kata Kunci: Konsumsi sumber vitamin dan mineral, status gizi, dismenorea, remaja putri


(19)

ABSTRACT

Dysmenorrhea is the complaining of pain comes from lower abdomen and when menstruation, the pain feel about 2 or 3 years after menarche. Dysmenorrhea incidence have ranges from 45% to 75% of all adolescents puberty and it lead to absenteeism from school or work environment. Nutritional status and intake of vitamins and minerals in adolescents need to be considered because it can affect the occurrence of complaints during menstruation, called dysmenorrhea.

The purpose of this study was to see from the prespective of the consumption of vitamins and minerals, and nutritional status and the incidence of dysmenorrhea to adoescents in junior high school Shafiyyatul Amaliyyah 2015. The type of research in this study is using desctriptive. The population of study was around the junior high school students Shafiyyatul Amaliyyah with total 133 students. Samples taken as many as 44 students with simple random technique. Data collected by interview using a food recall form 24 form food frequency, weighing and height measurement.

The survey results revealed that the incidence of dysmenorrhea most complaining by teenage students are at a moderate level as many as 21 people (47,7%). The intake of vitamin B6 is lacking in adolescents by 47,1% with moderate pain complaints. Intake of vitamin E were less in all adolescents in which 47,7% of the experienced moderate pain. The intake of calcium is less amounted to 50,0% of respondents with moderate pain complaints. The intake of zinc is less by 47,5% of respondents complaining of mild pain. Normal nutrition status of adolescents by 50,0% had mild pain complaints.

Adolescents of Shafiyyatul Amaliyyahjunior high school sugested to consuming food sources that high of vitamins and minerals regularly, especially foods containing vitamin B6, vitamin E, calcium and zinc.

Keywords: Consumption of vitamins and minerals, nutritional status, dysmenorrhea, adolescents


(20)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dismenorea atau nyeri haid merupakan masalah yang sering menjadi keluhan wanita saat memasuki siklus mentruasi. Pada dasarnya nyeri haid merupakan hal yang lumrah dialami oleh seorang wanita. Hanya saja keluhan ini perlu mendapat perhatian khusus jika mengganggu aktivitas sehari-hari. Meskipun mengganggu tak banyak wanita yang mencari penanggulangan dan memberi perhatian lebih pada keluhan ini karena menganggap nyeri haid merupakan hal yang sudah biasa dan bisa hilang seiring berjalannya waktu.

Dismenorea merupakan keluhan sakit pada bagian bawah perut yang dirasakan ketika haid yang biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Kemungkinan lebih dari 50% wanita mengalami dismenorea primer dan 15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat (Taufan, 2014).

Status gizi perlu diperhatikan dalam masa petumbuhan dan perkembangan remaja, karena status gizi remaja wanita sangat mempengaruhi terjadinya menstruasi baik dari faktor usia terjadinya menstruasi, adanya keluhan-keluhan selama menstruasi maupun lamanya hari menstruasi.

Wanita remaja yang pertama sekali mengalami haid secara psikologis akan mengeluhkan rasa nyeri, kurang nyaman, dan mengeluh perutnya terasa begah (Sibagariang, 2010). Rasa nyeri inilah yang disebut dengan dismenorea. Hanya


(21)

saja keluhan ini tidak dirasakan oleh beberapa remaja, hal ini dipengaruhi oleh nutrisi yang adekuat yang biasa dikonsumsi, selain olahraga yang teratur.

Meningkatnya aktivitas fisik, kehidupan social dan kesibukan remaja, akan memengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang.

Remaja dengan aktivitas social tinggi, memperlihatkan peran teman sebaya semakin tampak. Di kota besar sering kita lihat sekelompok atau lebih remaja bersama makan di rumah makan yang menyajikan makanan siap saji atau

fast food ini, pada umumnya mengandung tinggi lemak dan kalori sehingga apabila dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kegemukan. Dimana kegemukan sendiri bisa menjadi pemicu timbulnya penyakit gizi lainnya.

Pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi pada remaja putri membutuhkan asupan nutrisi yang cukup dan seimbang. Pada kondisi ini, remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral per unit dari setiap energi yang mereka konsumsi dibanding dengan anak yang belum pubertas (Andriani dan Bambang, 2012).

Menurut Nelson (2005) peningkatan asupan makanan makanan seperti serat,kalsium, kedelai dan makanan olahannya, buah-buahan dan sayuran serta mengonsumsi multi vitamin dan mineral suplemen yang mengandung dosis tinggi magnesium dan vitamin B6 (pyridoxine), kalsium,Seng, vitamin E, dan minyak ikan (omega-3) dapat mencegah dan mengobati dismenorea.


(22)

Kurangnya asupan vitamin dan mineral pada remaja putri khususnya kalsium, magnesium, dan niasin memiliki hubungan terhadap tingkat nyeri yang dikeluhkan oleh siswi kelas X MAN 2 Model Medan (Matanari, 2011).

Di Amerika Serikat, nyeri haid didapatkan 30–70% wanita dalam usia reproduksi, serta 60–70% wanita dewasa yang tidak menikah. Penelitian di Swedia menjumpai 30% wanita pekerja industri menurun penghasilannya karena nyeri haid. Kelainan terjadi pada 60–70% wanita di Indonesia dengan 15% diantaranya mengeluh bahwa aktivitas mereka menjadi terbatas akibat dismenorea (Glasier, 2005).

Kejadian dismenorea berkisar 45% sampai 75% dari seluruh remaja perempuan pubertas, dimana ketidakhadiran di sekolah atau lingkungan kerja berkisar 13% sampai 51% dengan 5% sampai 14% ketidakhadiran tersebut disebabkan beratnya gejala yang terjadi.3 Studi epidemiologi di Mesir melaporkan kejadian dismenorea pada 75% remaja perempuan pubertas dengan jumlah ketidakhadiran di sekolah sebesar 20,3% yang dihubungkan dengan beratnya gejala (El-Gilany, Badawi, El-Fedawy, 2005).

Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer. Penelitian mengenai prevalensi dismenorea pada siswi sebuah SMA di Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta tahun 2009 menemukan bahwa gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi yang meliputi sindrom pramenstruasi (75,8%), dismenorea (54,5%), dan perdarahan di luar menstruasi (36,4%) (Sianipar dkk, 2009).


(23)

Angka kejadian dismenorea di Indonesia belum ada yang melaporkanya.Hasil penelitian pada tahun 2002 di 4 SLTP di Jakarta untuk mencari angka kejadian nyeri haid primer. Dari 733 orang yang diterima sebagai subjek penelitian, 543 orang mengalami nyeri haid dari derajat ringan sampai derajat berat (74,1%) (Gunawan, 2002).

SMP Shafiyyatul Amaliyyah terletak di Jl. Setia Budi No.191 Medan dengan siswa rata-rata tergolong pada kelompok masyarakat menengah ke atas. Setiap harinya siswa menghabiskan sekitar 9 jam di sekolah dengan berbagai aktivitas belajar. Kondisi ini mengharuskan siswa untuk makan siang di sekolah. Adapun penyelenggararaan makan siang dilaksanakan langsung oleh pihak sekolah dengan metode prasmanan yang tersedia dalam menu lengkap dimana setiap siswa boleh memilih makanan sesuai menu yang disediakan berdasarkan selera masing-masing. Akan tetapi setiap siswa tidak diwajibkan makan siang bersama di ruang makan dan diperbolehkan membawa makanan sendiri dari rumah khususnya untuk siswa yang memiliki alergi pada makanan tertentu. Kelonggaran ini mengakibatkan sebagian siswa tidak makan siang atau makan siang dengan makanan atau jajanan yang tidak sehat.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap 15 orang remaja putri di SMP Shafiyatul Amaliah Medan, didapatkan 12 orang remaja putri yang memiliki keluhan nyeri dibagian perut sebelum dan saat haid dimana 4 orang diantaranya dengan status gizi kurang, 5 orang dengan status gizi normal, dan 3 orang remaja putri lainnya dengan status gizi lebih(over weight). Selain itu para siswi menghabiskan banyak waktunya di sekolah dari pagi hingga


(24)

sore dengan berbagai macam aktivitas termasuk makan siang, dimana makan siang disediakan sekolah dengan menu yang lengkap yang memungkinkan siswi menerima asupan vitamin dan mineral yang cukup setiap harinya. Akan tetapi pada realitanya masih ada siswa yang tidak makan siang bersama dan memilih makanan lain yang tersedia di lingkungan sekolah atau membawa bekal sendiri dari rumah. Selain itu kebiasaan siswa yang sering jajan setelah pulang sekolah dengan jajanan yang tidak sehat dan banyak mengandung lemak seperti sate dan goreng-gorengan menyebabkan kebanyakan mereka tidak lagi makan malam di rumah sehingga tidak memperoleh asupan gizi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Gambaran Konsumsi Sumber Vitamin dan Mineral, Status Gizi,dan Kejadian Dismenorea pada Remaja Putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015” supaya dapat mencari alternatif terapi yang mudah dilaksanakan tanpa memerlukan obat-obatan untuk mengatasi masalah dismenorea serta meningkatkan kebiasaan konsumsi sumber vitamin dan mineral di kalangan siswi.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimanakah konsumsi sumber vitamin dan mineral, status gizi, dan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015.


(25)

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran konsumsi sumber vitamin dan mineral, status gizi, dan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk:

1. Dapat dijadikan informasi bagi wanita khususnya remaja putri mengenai cara mengatasi dismenorea ketika menstruasi sehingga mampu mengatasi keluhan-keluhan yang dirasakan saat mentruasi. 2. Menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Menstruasi pada Remaja

Menstruasi adalah proses alamiah yang terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan pendarahan yang teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang (Kusmiran,2012). Pendarahan akibat runtuhnya diding lapisan dalam rahim adalah puncak dari serangkaian peristiwa saling berkaitan yang bertujuan mempersiapkan rahim menampung sel telur yang dibuahi.

Menstruasi pertama kali biasanya dimulai pada umur 10-16 tahun tergantung dari berbagai faktor yang meliputi kesehatan wanita, nutrisi, dan berat badan yang relatif pada tinggi badan. Tetapi menstruasi bisa juga terjadi pada usia 8 tahun. Hal ini disebabkan karena asupan gizi yang baik mempercepat proses kesiapan tubuh untuk mulai mengalami menstruasi.

Setiap wanita yang mengalami mentruasi merupakan hal yang sangat wajar dan normal namun menjadi tidak wajar jika usia 16 atau 17 tahun belum menstruasi yang mungkin diakibatkan adanya gangguan organ reproduksi.

2.1.1 Faktor yang Memengaruhi Menstruasi

Menurut Kusmiran (2012) faktor-faktor yang memengaruhi menstruasi yaitu:

a. Faktor Hormon

Hormon-hormon yang memengaruh terjadinya haid pada seorang wanita yaitu Follicel Stimulating Hormone (FSH) yang dikeluarkan oleh hipofisis,


(27)

esterogen yang dihasilkan oleh ovarium, Leuteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisi, serta progesterone yang dihasilkan oleh ovarium.

b. Faktor enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

c. Faktor vaskular

Saat fase proloferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena dan hubungan antara keduanya. Dengan regresi endometrium, timbu statis dalam vena-vena serta saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan pendarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.

d. Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya disintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi moimetrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

2.1.2 Siklus Mentruasi

Menurut Llwellyn dan Jones (2005), umumnya, remaja pertama kali mengalami mentruasi (menarche) pada usia 12 sampai dengan 16 tahun. Siklus mentruasi normal terjadi pada 22-35 hari, dengan lamanya mentruasi 2-7 hari.

Pada mulanya, dalam jarak tertentu sejak menarche menstruasi tidak tertatur, tetapi seiring berjalannya waktu siklus menstruasi pada seorang wanita


(28)

akan teratur. Dalam waktu 4-6 bulan sejak menarche pola menstruasi sudah terbentuk dan berbeda-beda pada setiap wanita. Tetapi pada umumnya mentruasi terjadi sebulan sekali (kecuali terputus ketika mengandung), dan berlangsung terus hingga kira-kira berumur 45 tahun.

Pengendali utama menstruasi adalah hypothalamus. Bagian otak ini masih dapat dipengaruhi oleh emosi dan kekecewaan yang dapat berdampak pada siklus mentruasi, seperti terhentinya haid untuk waktu tertentu.

Selama haid hypothalamus mengirim sejumlah faktor pencetus FSH ke kelenjar bawah otak yang membuat FSH. Jumlah FSH dalam darah kemudian meningkat dan merangsang sejumlah folikel telur di indung telur, biasanya sebanyak 12 sampai 20. Folikel tumbuh dan membentuk esterogen, sehingga jumlah hormon dalam darah meningkat. Esterogen kemudian mempengaruhi beberapa jaringan pembentuk saluran alat kelamin dan merangsang penebalan dinding rahim. Peristiwa penebalan dinding rahim ini disebut masa penebalan (fase ploriferasi). Diakhir haid hampir seluruh dinding runtuh, bercampur dengan darah dan hanyut keluar. Dinding tersebut terdiri atas saluran-saluran kecil yang disebut sel-sel kelenjar endometrium.

Ketika folikel-folikel tumbuh, jumlah esterogen yang beredar dalam darah meningkat terus. Tiga belas hari sesudah hari haid pertama, kadar esterogen meningkat sampai enam kali lipat daripada ketika haid baru saja mulai. Kadar esterogen yang meningkat ini mempunyai efek balik terhadap hypothalamus.Jumlah faktor pencetus FSH yang dikeluarkan hypothalamus menjadi berkurang. Tetapi sebaliknya, kini hypothalamus mengeluarkan zat lain


(29)

yang disebut faktor pencetus LH, yang kemudian mempengaruhi kelenjar bawah otak untuk mengeluarkan LH atau leuteinizing hormone. Hormon ini merangsang salah satu folikel untuk pecah dan melepaskan sel telur yang tersimpan di dalam. Sesudah itu hormone tersebut menyebabkan sel yang membentuk folikel berubah berwarna kuning cerah. Kira-kira pada hari ke-14 sesudah hari pertama haid, yaitu pada wanita yang bersiklus normal, kadar leuteinizing hormone mendadak meningkat dalam darah. Hormon tersebut kemudian mencapai indung telur yang sudah matang. Selama tumbuh, folikel bergerak terus mencapai indung telur. Karena pengaruh LH, folikel mendadak pecah dan sel telur terdorong keluar bersama cairan yang sebelumnya menyelubungi. Telur kemudian tersangkut di ujung saluran telur yang bentuknya menyerupai jari, dan pelan-pelan didorong ke dalam saluran telur.

Begitu sel telur terdorong keluar, folikel yang sudah kosong mengempis, dan disebut badan kuning (corpus luteum). Perubahan warna sel corpus luteum disebabkan perubahan kegiatan. Badan kuning yang tertinggal di indung telur akan mati, kecuali bila terjadi pembuahan dan kehamilan. Akibat kematian sel folikel ini, maka kadar esterogen dan progesterone dalam darah mendadak menurun. Hal ini mengakibatkan pengeluaran faktor pencetus FSH oleh hypothalamus terhambat dan tanoa rangsangan esterogen dan progesterone, dinding rahim yang semula tebal jadi mengerut. Pembuluh darah pecah dan terjadilah pendarahan pada lapisan dalam dinding yang memisahkan dinding di atas darah sehingga dinding rumtuh ke dalam rongga rahim, bersama-sama dengan darah dan cairan yang mengalir perlahan ke rongga rahim dari


(30)

endometrium. Jumlah darah yang mengalir hanya sepertiga sampai setengah dari jumlah total yang keluar dalam satu periode haid. Dalam beberapa jam, darah dan cairan di rongga rahim itu penuh, dan rahim mendorongnya keluar melalui vagina. Haid pun dimulai dan siklus terus berlanjut.

2.2 Dismenorea

Dismenorea merupakan keluhan sakit yang dirasakan ketika haid yang biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Sifat dan tingkat rasa nyeri bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Dismenorea merupakan suatu fenomena simptomatik meliputi nyeri abdomen, kram, dan sakit punggung. Tingkat keparahan rasa nyeri bervariasi antara satu perempuan dan perempuan lain. Kadang kala, nyeri munkin hampir tidak terasa namun bisa jadi di saat lain nyeri akan terasa sangat hebat disertai kejang, lemas, demam, pusing dan berbagai gangguang lambung seperti mual, muntah, dan diare.

Umumnya dismonerea hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel telur. Kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (siklus anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim. Rasa sakit yang menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam sebelum haid datang, dan berlangsung 12 jam pertama dari masa haid. Setelah itu rasa sakit akan hilang. (Llwellyn dan Jones, 2005).

2.2.1 Klassifikasi

Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati dismenorea terbagi atas:


(31)

1. Dismenorea primer

Dismenorea primer yaitu nyeri yang dialami perempuan usia subur yang tidak berhubungan dengan kelainan pada alat kandungan. Dismenorea ini biasanya terjadi pada 12 bulan pertama setelah menarche (Andang dan Mumpuni, 2013).

Rasa nyeri timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu, tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atas perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan. Pada dasarnya nyeri haid normal, tetapi dapat berlebihan jika dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stress, syok, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun.

Dismenorea primer dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri terbagi menjadi :

a. Dismenorea spasmodik

Dismenorea spasmodik adalah nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera setelah menstruasi dimulai.Dismenorea spasmodic dapat dialami oleh wanita muda maupun wanita berusia 40 tahun ke atas.Sebagian wanita yang mengalami dismenorea spasmodik tidak dapat melakukan aktvitas. Tanda dismenorea spasmodik antara lain :

a) Pingsan b) Mual c) Muntah


(32)

b. Dismenorea kongestif

Dismenorea kongestif dapat diketahui beberapa hari sebelum haid datang. Gejala yang ditimbulkan berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Pada saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri. Bahkan setelah hari pertama haid, penderita dismenorea kongestif akan merasa lebih baik. Gejala yang ditimbulkan pada dismenorea kongestif, antara lain:

a) Pegal pada paha b) Sakit pada payudara c) Lelah

d) Mudah tersinggung e) Kehilangan keseimbangan f) Ceroboh

g) Gangguan tidur 2. Dismenorea sekunder

Dismenorea sekunder yaitu nyeri yang disebabkan karena adanya penyakit atau kelainan pada alat kandungan.Rasa nyeri ini bisa timbul sebelum, selama dan sesudah haid (Andang dan Mumpuni, 2013).

2.2.2 Tingkat Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2005) nyeri adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang cukup obyektif salah satunya yaitu skala deskritif. Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale,


(33)

VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini

diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”.Alat

VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri.Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata.Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10.Salah satu alat verbal descriptor scale ini adalah

universal pain assessment tool.

2.2.3 Gejala

Menurut Andang dan Mumpuni (2013), gejala-gejala yang dialami oleh penderita berbeda tingkat keparahannya. Yang paling umum dirasakan antara lain: a. Payudara terasa nyeri

b. Sakit kepala c. Nyeri atau kram

d. Menginginkan makanan tertentu e. Kembung

f. Depresi

Hasil penelitian pada tahun 2002 di 4 SLTP di Jakarta menunjukkan bahwanyeri haid paling sering muncul pada usia 12 tahun (46,7%), dengan rata-rata usia12–19 tahun. Pada 56,5% siswi, merasakan nyeri haid yang tidak menentu, dimana23,6% terjadi bersamaan dengan datangnya haid, 13,6% terjadi sebelum datangnyahaid, dan pada 6,2% terjadi setelah datangnya haid. Puncak nyeri haid pada sebagianbesar (53,3%) responden tidak menentu. Sebagian besar


(34)

(89,7%) rasa nyeri berlokasidiperut bagian bawah, sedangkan 5,3% pada sisi dalam paha dan 4,4% pada bokong. Keluhan lain yang menyertai nyeri haid berupa pusing sebanyak 37,4%, sakit kepala16,6% dan mual 10,7%. Rasa muntah, diare, pingsan dan lain-lain jarang terjadi (Gunawan, 2002, Baziad, 2003).

2.2.4 Penyebab

Penyebab utama serangan nyeri haid adalah sebuah zat bernama

prostaglandin. Zat ini terdapat pada lapisan rahim yang bertugas merangsang kontraksi untuk melepaskan lapisan rahim saat proses menstruasi dimulai. Kontaksi inilah yang menyebabkan kram. Prostaglandin juga menyebabkan pelebaran pembuluh darah sehingga darah haid lebih mudah dikeluarkan. Akibatnya, tubuh menjadi lemas dan kepala terasa pusing karena tekanan darah yang menurun (Andang dan Mumpuni, 2013).

Pada beberapa perempuan, prostaglandin juga bisa memicu kontraksi otot polos di saluran pencernaan sehingga menimbulkan rasa mual, muntah, dan diare. Aliran darah haid juga bisa memperburuk rasa nyeri karena alirannya yang deras harus melalui bukaan leher rahim yang sempit. Namun pada beberapa perempuan, rasa nyeri haid akan berkurang bahkan menghilang setelah melahirkan. Hal ini dikarenakan setelah melahirkan bukaan serviks mereka telah melebar.

Nyeri haid juga bisa disebabkan oleh kondisi atau penyakit, misalnya endometriosis, penyakit menular seksual, radang panggul, tumor, kelainan letak uterus, selaput dara tidak berlubang, stress, kista ovarium, atau masalah spiral (IUD). Namun penyebab yang paling sering nyeri haid diduga karena terjadinya ketidakseimbangan hormonal dan tidak ada hubungan dengan organ reproduksi.


(35)

Faktor lain yang bisa memperburuk dismenorea adalah: 1. Rahim yang menghadap ke belakang (retroversi)

2. Kurang berolahraga

3. Stres psikis atau stres sosial

2.2.5 Pencegahan

Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan untuk menghindari nyeri haid pada saat mendekati tanggal haid:

a. Hindari stress

b. Hindari makanan dan minuman yang mengandung gula rendah, kafein, dan lemak jenuh seperti kopi, teh, atau soda

c. Hindari mengenakan celana atau pakaian yang ketat karena bisa mengurangi aliran darah ke organ reproduksi

d. Jalani pola makan yang baik dan teratur e. Istirahat cukup dan tidur teratur

2.2.6 Pengobatan

Kiat-kiat meredakan nyeri haid dibawah ini dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri berlebihan:

a. Hangatkan perut bagian bawah dengan kompres hangat. Kompres hangat menurunkan ketegangan otot dan membuat pembuluh darah menjadi lebih longgar dan lancar.

b. Lakukan olahraga ringan. Olahraga bisa meredakan rasa sakit dengan cepat. c. Barikan pijatan lembut dengan gerakan memutar di perut bagian bawah.


(36)

d. Letakkan kaki lebih tinggi dari jantung dan perut saat berbaring, atau berbaringlah miring dengan lutut menekuk.

e. Makan sering namun dalam porsi sedikit.

f. Minum suplemen yang banyak mengandung vitamin B6 kalsium, dan magnesium.

g. Mandi air hangat hingga tubuh rileks.

h. Berikan obat analgesik (pengurang rasa nyeri).

2.3 Konsumsi Pangan

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik dan optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.

Kebiasaan makan yang tidak teratur akan memicu banyak penyakit dan gangguan kesehatan terutama pada remaja yang sedang mengalami perkembangan yang cukup pesat salah satunya pada organ reproduksi. Di sisi lain, kebiasaan makan yang salah pada remaja dan sikap yang cenderung mengikuti teman dan tren dalam memilih makanan serta kurangnya pengetahuan dalam memilih diet yang tepat sering kali menyebabkan gangguan kesehatan pada remaja.

2.3.1 Konsumsi Pangan Remaja

Pertumbuhan yang pesat, perubahan psikologi yang dramatis serta peningkatan aktivitas yang menjadi karakteristik remaja, menyebabkan peningkatan kebutuhan gizi dan terpenuhi atau tidaknya kebutuhan ini akan memengaruhi status gizi. Oleh karena itu, asupan pada remaja sebaiknya


(37)

mengandung jumlah zat-zat gizi yang lebih tinggi dari pada sebelumnya. Sebagai contoh remaja putri membutuhkan makanan dengan kandungan zat besi yang tinggi terutama remaja putri yang mengalami haid setiap bulan.

Ketika mencapai puncak pertumbuhan, remaja biasanya makan lebih sering dalam jumlah yang banyak, sesudah masa growth spurt, biasanya mereka lebih memerhatikan penampilan dirinya terutama remaja putri.Mereka sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya, sehingga dapat menyebabkan kekurangan gizi.

Meningkatnya aktivitas fisik, kehidupan social dan kesibukan remaja, akan memengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan sering sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang.

Remaja dengan aktivitas social tinggi, memperlihatkan peran teman sebaya semakin tampak. Di kota besar sering kita lihat sekelompok atau lebih remaja bersama makan di rumah makan yang menyajikan makanan siap saji atau

fast food ini, pada umumnya mengandung tinggi lemak dan kalori sehingga apabila dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kegemukan. Dimana kegemukan sendiri bisa menjadi pemicu timbulnya penyakit gizi lainnya.

2.3.2 Kebutuhan Gizi Remaja

Menurut Adriani dan Bambang (2014) pada masa remaja kebutuhan nutrisi/ gizi perlu mendapat perhatian karena:


(38)

a. Kebutuhan akan nutrisi yanga meningkat karena adanya peningkatan pertumbuhan fisik dan perkembangan.

b. Berubahnya gaya hidup dan kebiasaan makan pada masa ini berpengaruh pada kebutuhan dan asupan zat gizi/ nutrient.

c. Kebutuhan khusus nutrient perlu diperhatikan pada kelompik remaja yang memiliki aktivitas olahraga, mengalami kehamilan, gangguan prilaku makan, retriksi asupan makan, konsumsi alcohol, obat-obatan maupun hal-hal lain yang biasa terjadi pada remaja.

Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umun didasarkan pada

recommended daily allowances (RDA). Untuk praktisnya RDA disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi energi remaja kurang dari yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja harus dinilai secara perorangan berdasarkan dara yang diperoleh dari pemeriksaan klinis, biokimia, antropometris, diet serta psikososial. Berikut uraian angka kecukupan gizi remaja putri.


(39)

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi per Hari Remaja Putri No. Zat Gizi Angka Kecukupan

Gizi per Hari

Sumber

1. Karbohidrat 2.550 kkal Padi-padian, serealia, umbi-umbian, kacang-kacang kering dan gula.

2. Protein 44-45 gram Telur, susu, daging, unggas,

ikan, kerang, kedelai dan hasilnya

3. Lemak 25% energi Minyak tumbuh-tumbuhan,

kacang-kacangan, biji-bijian, daging,susu

4. Vitamin B6 1,2 mg Daging, seralia tumbuk utuh,

susu, kuning telur,kacang-kacangan

5. Vitamin C 65-75 mg Buah sitrus jenis kool, sayuran hijau, tomat, papaya, mangga, jambu biji, nenas, rambutan

6. Vitamin E 15 mg Minyak Nabati, kecambah,

sayuran hijau, lemak susu, kuning telur, kacang-kacangan

7. Kalsium 1200 mg Susu dan hasil olahannya, ikan,

udang, kerang,kepiting, kacang-kacangan dan olahannya

8. Zink 16 mg Kerang. Tiram, hati,

kacang-kacangan, susu, dedak gandum

9. Fe 19-26 mg Hati, daging, kuning telur,

udang, serealia tumbuk, kacang-kacangan dan sayuran hijau

2.3.3 Zat Gizi yang Berperan dalam Mengurangi Dismenorea

Menurut Hill (2002), untuk dapat mengurangi kram saat menstruasi, diperlukan zat gizi sebagai terapi, yaitu (1) mengonsumsi Magnesium sebanyak 300 mg, dengan aturan mengonsumsi yakni, 100 mg setiap empat jam sekali selama keluhan sakit dirasakan, (2) mengonsumsi Kalsium sebanyak 800-1000 mg, dengan aturan mengonsumsi yakni, 250-500 mg setiap empat jam sekali selama keluhan sakit dirasakan, (3) mengonsumsi Vitamin E sebanyak 800 IU,


(40)

dan (4) mengonsumsi Niasin sebanyak 200 mg, dengan aturan mengonsumsi yakni, 100 mg setiap 2-3 jam selama keluhan sakit dirasakan.

Dalam penelitian Yunita (2011) menyatakan bahwa remaja putri Medan mengonsumsi kalsium, magnesium, dan niasin masih dibawah 70% dimana konsumsi Kalsium, Magnesium, dan niasin memiliki hubungan yang signifikan antara dengan tingkat nyeri dismenorea.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sundari (2011) menyatakan bahwa pemberian zink selama 4 hari sebelum haid dapat menurunkan kadar prostaglandin dan nyeri haid secara signifikan.

1. Vitamin E

Vitamin E dapat mengatasi nyeri haid dengan menghambat biosintesis prostaglandin di mana Vitamin E akan menekan aktivitas enzim fosfolipase A dan siklooksigenase melalui penghambatan aktivasi post translasisi klooksigenase sehingga akan menghambat produksi prostaglandin. Sebaliknya vitamin E juga meningkatkan produksi prostasiklin dan PGE2 yang berfungsi sebagai vasodilator yang bisa merelaksasi otot polos uterus (Dawood, 2006).

Vitamin E banyak terdapat dalam minyak tumbuh-tumbuhan, terutama minyak kecambah gandum dan biji-bijian,

2. Niasin

Nikotinamida berfungsi di dalam tubuh sebagai koenzim NAD dan NADP yang diperlukan dalam reaksi oksidasi-reduksi pada glikosis, metabolisme protein, asam lemak, pernapasan sel dan detoksifikas. Pada tahap awal kekurangan niasin


(41)

dapat menyebabkan kelemahan otot, anoreksia, gangguang percernaan, dan kulit memerah.Sumber niasin adalah hati, ginjal, ikan, daging, ayam, dan kacang tanah. 3. Vitamin B6

Vitamin B6 dapat menstimulasi membran sel dalam mentransfer dan meningkatkan magnesium intrasel yang berperan dalam relaksasi otot (Souza, 2000). Selain itu secara tidak langsung menurunnya kadar B6 dalam darah dapat menhambat hati dalam mengonjungsikan esterogen, sehingga esterogen meningkat dalam darah yang berdampak pada keluhan nyeri haid. Vitamin B6 paling banyak terdapat di dalam khamir, kecambah gandum, hati, ginjal, serealia tumbuk, kacang-kacang, kentang dan pisang.

4. Kalsium

Kalsium bersama dengan magnesium berperan dalam tansmisi saraf. Jika otot kekurangan kalsium maka otot tidak dapat mengendur dan akan mengkibatkan kram (Hill, 2002).

5. Magnesium

Magnesium memiliki efek langsung pada tekanan pembuluh darah dan mengatur masuknya kalsium ke dalam sel otot polos sehingga dapat berpengaruh pada kontraksi, tegangan dan relaksasi otot polos uterus.Dengan mengatur masuknya kalsium tersebut, magnesium dapat mempengaruhi kontraktilitas, tegangan dan relaksasi dari otot polos uterus, tetapidosis pemberiannya memiliki variasi yang sangat besar.


(42)

6. Zink

Seperti halnya vitamin E, zink juga dapat menghambat sintesis progtaglandin dengan kemampuannya sebagai antiinflamasi dan katalisator antioksidan endogen yang dapat meningkatkan sirkulasi pembuluh darah mikro.

Sumber zink yang baik adalah makanan hewani, seperti daging, ayam, ikan. Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuh, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah.

2.4 Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Supariasa, 2001).

Status gizi pada remaja perlu diperhatikan karena pada masa ini remaja kan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang cepat terutama pada organ reproduksi.

2.4.1 Penilaian Status Gizi

Menurut Supariasa (2001) penilaian status gizi terdiri atas: 1. Penilaian status gizi secara langsung

a. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, makana antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat


(43)

umur dan tingkat gizi. Antropometri digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

b. Klinis

Pemeriksaan klinis didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengna ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, rambut, dan mukosa oral atau pada organ-prgan yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenhar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

c. Bikimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti otot dan hati.

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan dan jaringan.


(44)

2. Penilaian status gizi secara tidak langsung a. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu.

b. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

c. Faktor ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.

2.4.2 Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri.

a. Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan merupakan suatu parameter yang menggabarkan massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive dengan perubahan-perubahan mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan dan menurunnya


(45)

jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karateristik berat badan ini, maka indeks berta badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring pertambahan umur.Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defesiensi gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relative lama. Berdasarkan kareteristik tersebut, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu yang leih erat kaitannya dengan status social ekonomi.

c. Berat badan menurut tinggi (TB/BB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan keceparan tertentu. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat kini (sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur.


(46)

d. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

Lingkar lengan tas memberikan gambaran tentang kejadian jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas sebagaimana dengan berat badan merupakan parameter yang labil, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena itu lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat kini.

e. Indeks massa tubuh (IMT)

Indeks massa tubuh merupakan nilai untuk menentukan berat badan normal orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.

f. Tebal lemak bawah kulit menurut umur

Pengukuran lemak tubuh melalui pengukuran ketebalan lemak bawah kulit (skinfold) dilakukan pada beberapa bagian tubuh, misalnya pada bagian lengan atas, lengan bawah, tulang belikat, ditengah garis ketiak, sisi dada, perut, suprailiaka, pada, tempurung lutut, dan pertengahan tungkai bawah.

Lemak tubuh dapat diukur secara absolut dinyatakan dalam kilogram maupun secara relatif dinyatakan dalam persen terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi tergantung dari jenis kelamin dan umur. Umumnya lemak bawah kulit untuk pria 3,1 kg dan pada wanita 5,1 kg.


(47)

g. Rasio lingkar pinggang dengan pinggul

Rasio pinggang dengan pinggul digunakan untuk melihat banyaknya lemak dalam perut yang dapat menunjukkan perubahan metabolisme termasuk daya tahan terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding dengan banyaknya lemak bawak kulit atau pada kaki dan tangan.

2.4.3 Hubungan Status Gizi dengan Dismenorea

Hormon yang berpengaruh terhadap terjadinya menstruasi adalah esterogen dan progesteron. Esterogen berfungsi mengatur siklus haid, sedangkan progesterone berpengaruh pada uterus yaitu dapat mengurangi kontraksi selama siklus haid. Agar haid tidak menimbulkan keluhan-keluhan, sebaiknya remaja mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, sehingga status gizinya baik.Status gizi dikatakan baik apabila nutrisi yang diperlukan baik protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin maupun air digunakan oleh tubuh sesuai kebutuhan.

Gizi yang kurang atau terbatas selain akan memengaruhi pertumbuhan, fungsi organ tubuh, juga akan menyebabkan terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan berdampak pada gangguan haid, tetapi akan membaik bila asupan nutrisinya baik (Sibagariang, 2010).

Status gizi dapat berpengaruh dengan kejadian dismenorea, karena orang dengan status gizi yang lebih dari normal menunjukan peningkatan kadar prostagladin yang berlebih, sehingga memicu terjadinya spasme miometrium yang dipicu oleh zat dalam darah haid, mirip lemak alamiah yang dapat ditemukan dalam otot uterus.


(48)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Madhabala (2008) di New Delhi menyatakan bahwa dari 400 anak perempuan, prevalensi dismenorea ditemukan sangat tinggi (81,5% pedesaan dan 76% perkotaan). Di daerah pedesaan, remaja dismenorea ringan (71,84%) memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT)<16,5.Begitu juga dengan remaja putriyang mengalamidismenorea sedang dan berat juga memiliki IMT <16,5. Di daerah perkotaan, remaja yang mengalami dismenorearingan (38,05%) memiliki IMT<16,5. Seluruh remaja yang mengalami dismenorea berat dan 80% dari remaja yang mengalami dismenoreasedangjuga memiliki IMT<16,5. Semua gadis tanpa dismenorea memiliki IMT normal.Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara dismenorea dengan Indeks Massa Tubuh.

2.5 Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Dilihat dari kerangka konsep bahwa asupan gizi yang baik memperngaruhi kejadian dismenorea. Konsumsi sumber vitamin dan mineral yang cukup dan

Konsumsi sumber vitamin dan mineral 1. Jumlah asupan

makanan yang mengandung - Vitamin E - Vitamin B6 - Kalsium

- Zink Kejadian

Dismenorea


(49)

beragam sebelum dan saat haid dapat mempengaruhi terjadinya dismenorea baik dalam hal pencegahan maupun dalam hal pengobatan.Begitu juga status gizi seorang remaja putri merupakan salah satu indikator yang dapat memperngaruhi terjadinya dismenorea. Jika status gizi anak baik maka ia cenderung tidak akan mengalami dismenorea dan sebalikya, jika status gizi anak buruk maka ia cenderung untuk mengalami dismenorea.


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian

crossectional untuk mengetahui gambaran konsumsi sumber vitamin dan mineral, status gizi, dan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah tahun 2015.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Shafiyyatul Amaliyyah yang terletak di Jl. Setia Budi No.191 Medan. Adapun pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan yaitu berdasarkan hasil survei pendahuluan didapatkan 12 orang siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah yang memiliki keluhan nyeri dibagian perut sebelum dan saat haid.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei 2014 –Agustus2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medanyaitu sebanyak 133 orang.

3.3.2 Sampel

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut (Lemeshow, 1997):


(51)

1- 0 0 1- a a 2 a 0 2

Keterangan :

n : Besar sampel Po : proposi awal

Pa : proporsi yang diinginkan : level of signifikan

β : power

Berdasarkan survei awal populasi siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah adalah seluruh siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang mengalami nyeri haid yaitu sebanyak 56 orang. Maka, sampel dari siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah adalah 44 orang.

Populasi penelitian merupakan siswi yang mengalami nyeri haid untuk kelas 1 dan 2 saja, yaitu sebanyak 56 orang dengan pertimbangan siswi kelas 3 SMP sudah menyelesaikan ujian nasional dan tidak berada lagi di sekolah sehingga peneliti tidak dapat memperoleh data yang diperlukan untuk penelitian.

Selanjutnya untuk menentukan sampel yang akan disajikan untuk analisis dilakukan dengan metode proporsional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan proporsi yang sama pada setiap kelas agar setiap siswi memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel sehingga mewakili setiap kelas. Penentuan sampel dari setiap kelas dengan menggunakan metode alokasi atau proporsional, yaitu :


(52)

nh : Besar sampel setiap kelas NH : Besar populasi setiap kelas n :Total sampel

N :Total populasi

Berikut uraian kelas dan jumlah sampel yang diambil:

Tabel 3.1 Distribusi Sampel Dengan Teknik Proportionate Stratified Random Sampling

N.o. Kelas Jumlah Siswa Rumus

Proporsi

Sampel

1. Kelas 1 47

24

2. Kelas 2 41

20

Jumlah 88 44

Setiap tingkatan kelas terdiri dari 3 lokal (A, B, dan C) dimana pencuplikan sampel setiap lokal diambil secara merata dengan sistem undian.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini meliputi frekuensi konsumsi sumber vitamin dan mineral yang dihitung/diukur melalui wawancara dengan menggunakan formulir food frequencydanasupan sumber vitamin dan mineral diukur melalui wawancara dengan menggunakan formulir food recall. Sedangkan status gizi dihitung dengan pengukuran antropometri melalui penimbangan berat badan dengan timbangan injak dan pengukuran tinggi badan dengan mikrotois. Adapun untuk kejadian dismenorea diketahui melalui universal pain assessment tool.


(53)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder yaitu data dari sekolah yang diperolah dari bagian tata usaha, survei dan penelitian serta literatul yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Universal pain assessment tool

2. Formulir food frequency

3. Formulir food recall

4. Timbangan injak (bathroomscale) yaitu alat ukur berat badan dengan ketelitian 0,1 kg

5. Microtoise

6. Daftar komposisi bahan makanan ( DKBM ) 7. Daftar kecukupan gizi yang dianjurkan ( DKGA ) 8. Nutrisurvey

3.6 Variabel dan Defenisi Operasional 3.6.1 Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah konsumsi sumber vitamin dan mineral, status gizi, dan kejadian dismenorea pada remaja putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah.

3.6.2 Defenisi Operasional

1. Remaja putri adalah murid perempuan kelas 1 sampai kelas 2 SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan.


(54)

2. Konsumsi sumber vitamin dan mineral adalah informasi yang memberikan gambaran mengenai ketersediaan zat gizi berupa jumlah asupan dan frekuensivitamin E, vitamin B6, Kalsium, dan zink yang dikonsumsi responden.

3. Jumlah Vitamin E adalah banyaknya nilai vitamin (mg) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

4. Vitamin B6 adalah banyaknya nilai vitamin B6 (mg) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

5. Jumlah Kalsium adalah banyaknya nilai Kalsium (mg) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

6. Jumlah Zink adalah banyaknya nilai Zink (mg) yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi responden.

7. Status gizi adalah keadaan tubuh remaja yang didapat melalui pengukuran indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) yang merupakan perbandingan berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m²) berdasarkan umur. 8. Kejadian dismenorea adalah tingkat keluhan nyeri dibagian perut yang terjadi

sebelum atau saat haidyang dialami siswi SMP Shafiyyatul Amaliyyah Medan yang diukur dengan universal pain assessment tool.

3.7 Metode Pengukuran

1. Tingkat nyeri dismenorea diketahui dengan menggunakan universal pain assessment tool yang dapat dikategorikan atas:

a. Nyeri ringan : dapat diabaikan


(55)

c. Nyeri berat : mengganggu aktivitas

d. Nyeri tidak tertahankan : perlu istirahat di tempat tidur

2. Jumlah kecukupan konsumsi vitamin dan mineral dihitung dengan membandingkan jumlah vitamin dan mineral yang dikonsumsi terhadap kecukupan vitamin dan mineral yang dianjurkan (AKG) (WNPG 2004). Perhitungan tingkat kecukupan vitamin dan mineral dapat dilihat pada rumus berikut :

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh dinyatakan dalam persen. Adapun klasifikasi tingkat kecukupan vitamin dan mineral yaitu:

a. Kurang, jika <77% angka kecukupan

b. Cukup, jika ≥77% angka kecukupan

3. Status gizi dinilai dengan cara pengukuran berat badan (kg) dibagi dengan tinggi badan (m²) berdasarakan umur yang dinyatakan dalam IMT/U. Nilai IMT tersebut dikategorikan menjadi 6 yaitu:

a. Normal bila Z_Score > -2 s/d +1 b. Kurus bila Z_Score > -3 s/d < -2 c. Sangat kurus bila Z_Score < -3

d. Risiko gemuk bila Z_Score > +1 s/d ≤ +2 e. Gemuk bila Z_Score > +2 s/d ≤ +3


(56)

3.8 Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpul, diolah dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, dan tabulasi silang mengenai konsumsi sumber vitamin dan mineral, status gizi, dan kejadian dismenorea pada remaja putri kemudian dianalisa secara deskriptif.


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Shafiyyatul Amaliyyah terletak di Jl. Setia Budi No.191 Medan memiliki beberapa fasilitas yang berguna untuk mendukung kegiatan belajar mengajar, yaitu ruangan labolatorium, perpustakaan, ruang komputer, ruang media, ruang makan, kantin, mesjid, lapangan basket, klinik kesehatan, auditorium dan ruangan kelas yang dipakai untuk proses belajar mengajar. Adapun rungan untuk siswi terdiri dari :

a. Kelas I : 5 kelas b. Kelas II : 4 kelas c. Kelas III : 4kelas

Jumlah seluruh siswanya adalah 204 orang dengan perincian sebagai berikut : a. Kelas I : 106 orang

b. Kelas II : 98 orang

Berdasarkan jenis kelamin siswa di SMP Shafiyyatul Amaliyyah kelas 1 dan 2 yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 91 orang (44,61%) dan laki-laki sebanyak 113 orang (55,39%). Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015

No. Jenis Kelamin n %

1. Laki-laki 113 44,6

2. Perempuan 91 55,4


(58)

4.2. Karateristik Responden

SMP Shafiyyatul Amaliyyah merupakan sekolah swasta dengan siswa rata-rata tergolong pada kelompok masyarakat menengah ke atas. Setiap harinya siswa menghabiskan sekitar 9 jam di sekolah dengan berbagai aktivitas belajar. Kondisi ini mengharuskan siswa untuk makan siang di sekolah. Adapun penyelenggararaan makan siang dilaksanakan langsung oleh pihak sekolah dengan metode prasmanan yang tersedia dalam menu lengkap dimana setiap siswa boleh memilih makanan sesuai menu yang disediakan berdasarkan selera masing-masing. Akan tetapi setiap siswa tidak diwajibkan makan siang bersama di ruang makan dan diperbolehkan membawa makanan sendiri dari rumah khususnya untuk siswa yang memiliki alergi pada makanan tertentu.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pada umumnya remaja putri berumur antara 11-14 tahun.Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja putri yang berusia 11 tahun sebanyak 2 orang (4,5%), berusia 12 tahun sebanyak 15 orang (34,1%), berusia 13 tahun sebanyak 19 orang (43,2%), dan yang berusia 14 tahun sebanyak 8 orang (18,2%). Diketahui, mayoritas responden remaja putri yang mengalami nyeri haid berusia 13 tahun.

4.3 Konsumsi Sumber Vitamin dan Mineral Remaja Putri

Vitamin dan mineral merupakan zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh sebagai zat pembangun dan pengatur bagi tubuh khususnya pada remaja yang berada pada usia pertumbuhan dan pubertas. Kekurangan vitamin dan mineral pada remaja tidak hanya berdampak pada metabolisme tubuh, tetapi juga berpengaruhi pada perkembangan organ reproduksi pada remaja. Berdasarkan


(59)

penelitian yang telah dilakukan tentangasupan vitamin B6, vitamin E, Kalsium dan Zink pada remaja putri bahwa diketahui dari 44 orang remaja putri terdapat sebanyak 34 remaja putri mendapatkan asupan vitamin B6 yang kurang (77,3%), sedangkan 10 remaja putri mendapatkan asupan vitamin B6 yang cukup (22,7%). Diketahui mayoritas remaja putri mendapatkan asupan vitamin B6 yang kurang. Bahan makanan sumber vitamin B6 yang mayoritasdikonsumsi oleh remaja putri yaitu daging, susu, telur, dan kacang-kacangan.

Adapun untuk asupan vitamin E, seluruh remaja putri, yaitu sebanyak 44 orang (100%) mendapatkan asupan vitamin E yang kurang. Bahan makanan sumber vitamin E yang dikonsumsi oleh remaja putri yaitu kecambah, sayuran hijau seperti bayam, kangkung, buncis, dan sawi, telur, dan kacang-kacangandan produk olahannya seperti kacang tanah, kacang merah, kacang hijau tempe dan tahu.

Konsumsi mineral remaja putri, khususnya kalsium pada remaja putri paling banyak berada pada kategori kurang, dimana sebanyak 36 remaja putri mendapatkan asupan kalsium yang kurang (81,8%), sedangkan 8 remaja putri mendapatkan asupan kalsium yang cukup (18,2%). Diketahui mayoritas remaja putri mendapatkan asupan kalsium yang kurang. Bahan makanan sumber kalsium yang dikonsumsi oleh remaja putri antara lain susu dan produk olahannya, ikan, udang, kerang, kepiting dan kacang-kacangan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa dari 44 orang remaja putri terdapat sebanyak 40 remaja putri mendapatkan asupan zink yang kurang (90,9%), sedangkan 4 remaja putri mendapatkan asupan zink yang


(60)

cukup (9,1%). Diketahui mayoritas remaja putri mendapatkan asupan zink yang kurang. Bahan makanan sumber zink yang dikonsumsi oleh remaja putri yaitu kerang, tiram, hati, kacang-kacangan, dan susu.

Tingkat asupan vitamin dan mineral remaja putri dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Asupan Vitamin dan Mineral Remaja Putri No. Asupan Vitamin dan Mineral n % Rata-rata Konsumsi

per hari (mg) Asupan Vitamin B6

1. a. Kurang 34 77,3 0,8

b. Cukup 10 22,7

Total 44 100,0

Asupan Vitamin E

2. a. Kurang 44 100,0 3,9

b. Cukup 0 0,0

Total 44 100,0

Asupan Kalsium

3. a. Kurang 36 81,8 518,8

b. Cukup 8 18,2

Total 44 100,0

Asupan Zink

4. a. Kurang 40 90,9 6,7

b. Cukup 4 9,1

Total 44 100,0

Berdasarkan jenis dan frekuensi konsumsi sumber vitamin dan mineral, khususnya vitamin B6, vitamin E, Kalsium dan Zink pada remaja putri dapat diketahui bahwa dari jenis makanan lauk hewani terdapat 18 orang (40,9%) yang mengonsumsi telur dengan frekuensi 4-6 kali seminggu, 24 orang (54,5%) mengonsumsi daging ayam dengan frekuensi 4-6 kali per minggu, 16 orang (36,4%) mengonsumsi daging sapi sebanyak 4-6 kali dan 1-3 kali per minggu, 16 orang (36,4%) mengonsumsi ikan dengan frekuensi 4-6 kali dalam seminggu, 16 orang (36,4%) mengonsumsi udang sebanyak 1-3x seminggu, 13 orang (29,5)


(61)

mengonsumsi kerang dengan frekuensi 1 kali dalam sebulan, dan sebanyak 16 orang (36,4%) dan 18 orang (40,9) tidak mengonsumsi tiran dan hati.

Konsumsi sumber vitamin dan mineral dari lauk nabati pada remaja putri terdapat 17 orang (38,6%) mengonsumsi tempe dengan frekuensi 4-6 kali dalam seminggu, 13 orang (29,5%) mengonsumsi tahu sebanyak 4-6 kali per minggu, 16 orang mengonsumsi kacang tanah dengan frekuensi sekali dalam sebulan, 15 orang (34,1%) tidak pernah mengonsumsi kacang merah, dan 15 orang lainnya mengonsumsi kacang merah sebanyak sekali dalam sebulan, 20 orang ( 45,4%) mengonsumsi kacang hijau dengan frekuensi sekali dalam sebulan.

Sayur-sayuran hijau dan kecambah yang merupakan sumber vitamin E yang dikonsumsi oleh remaja putri antara lain kangkung, bayam, buncis, sawi, daun ubi, dan tauge. Terdapat 16 orang (36,4%) mengonsumsi bayam sebanyak 4-6 kali seminggu, 17 (38,4-6%) orang mengonsumsi kangkung sebanyak 4-4-6 kali seminggu, 14 orang (31,8%) tidak pernah mengonsumsi buncis, 13 orang (29,5%) mengonsumsi daun ubi dan tauge dengan frekuensi 1-3 kali per minggu, dan 16 orang tidak pernah mengonsumsi sawi.

Bahan makanan lainnya yang sering dikonsumsi oleh remaja putri yaitu susu, dimana sebanyak 26 orang (59,1%) mengonsumsi susu dengan frekuensi 1-3 kali per hari, 9 orang mengonsumsi susu sebanyak 4-6 kali seminggu, dan 3 orang mengonsumsi susu hanya sekali sebulan.


(62)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Sumber Vitamin dan Mineral Nama Bahan Makanan Frekuensi Konsumsi Jumlah Tidak Pernah

1-3x/hr 4-6x/mgg 1-3x/mgg 1x/bln

n % n % n % n % n % n %

Makanan Pokok

Nasi 0 0 44 100 0 0 0 0 0 0 0 0

Lauk Hewani

Telur 1 2,3 11 25,0 18 40,9 11 25,0 3 6,8 44 100

Daging Ayam 0 0,0 12 27,2 24 54,5 8 18,2 0 0 44 100 Daging Sapi 3 6,8 5 11,4 16 36,4 16 36,4 4 9,1 44 100

Ikan 2 4,5 7 15,9 16 36,4 14 31,8 5 11,4 44 100

Udang 3 6,8 1 2,3 14 31,8 16 36,4 10 22,7 44 100

Kerang 11 25,0 1 2,3 8 18,2 11 25,0 13 29,5 44 100

Kepiting 11 25,0 2 4,5 7 15,9 8 18,2 16 36,4 44 100

Tiram 16 36,4 0 0 7 15,9 6 13,6 15 34,1 44 100

Hati 18 40,9 0 0 6 13,6 8 18,2 12 27,2 44 100

Lauk Nabati

Tempe 2 4,5 5 11,4 17 38,6 15 34,1 5 11,4 44 100

Tahu 5 11,4 4 9,1 13 29,5 12 27,2 10 22,7 44 100

Kacang tanah 13 29,5 0 0 4 9,1 11 25.0 16 36,4 44 100 Kacang Merah 15 34,1 2 4,5 1 2,3 11 25,0 15 34,1 44 100 Kacang Hijau 14 31,8 0 0 3 6,8 7 15,9 20 45,4 44 100 Sayuran

Bayam 6 13,6 9 20,4 16 36,4 10 22,7 3 6,8 44 100

Kangkung 4 9,1 6 13,6 17 38,6 12 27,2 5 11,4 44 100

Buncis 14 31,8 2 4,5 11 25,0 11 25,0 6 13,6 44 100

Daun Ubi 11 25,0 4 9,1 13 29,5 12 27,2 4 9,1 44 100

Tauge 12 27,2 3 6,8 13 29,5 7 15,9 9 20,4 44 100

Sawi 16 36,4 2 4,5 13 29,5 8 18,2 5 11,4 44 100

Lain-lain


(63)

4.4 Status Gizi Remaja Putri

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan status gizi remaja putri tersebar dalam 3 kategori, yaitu normal, resiko gemuk, dan gemuk. Sebagian besar remaja putri, yaitu sebanyak 26 orang (59,1%) memiliki status gizi normal, 11 orang (25%) diantaranya memiliki status gizi resiko gemuk, dan hanya 7 orang yang memiliki status gizi gemuk, seperti tabel berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Remaja Putri

No. Status Gizi n %

1. Normal 26 59,1

2. Risiko Gemuk 11 25,0

3. Gemuk 7 15,9

Total 44 100,0

4.5 Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) pada Remaja Putri

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa remaja putri yang mengalami nyeri haid ringan sebanyak 19 orang (43,2%), yang mengalami nyeri haid sedang sebanyak 21 orang (47,7%), dan yang mengalami nyeri berat sebanyak 4 orang (9,1%). Diketahui, mayoritas responden remaja putri mengalami nyeri haid sedang, seperti tabel berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri)

No. Tingkat Nyeri N %

1. Ringan 19 43,2

2. Sedang 21 47,7

3. Berat 4 9,1

Total 44 100,0

4.5.1 Kejadian Dismenorea Berdasarkan Asupan Vitamin dan Mineral pada Remaja Putri

Berdasarkan hasil tabulasi silang dari 34 remaja putri yang mendapatkan asupan vitamin B6 yang kurang, 15 orang di antaranya mengalami nyeri ringan


(64)

(44,1%), 16 orang mengalami nyeri sedang (47,1%), dan 3 orang mengalami nyeri berat (8,8%). Kemudian dari 10 remaja putri yang mendapatkan asupan vitamin B6 yang cukup, 4 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (40%), 5 orang mengalami nyeri sedang (50%), dan 1 orang mengalami nyeri berat (10%).

Adapun untun asupan vitamin E diketahui bahwa seluruh remaja putri kekurangan asupan vitamin E dimana 19 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (43,2%), 21 orang mengalami nyeri sedang (47,7%), dan 4 orang mengalami nyeri berat (9,1%).

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara asupan kalsium dengan kejadian dismenorea (tingkat nyeri) dapat diketahuidari 36 remaja putri yang mendapatkan asupan kalsium yang kurang, 14 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (38,9%), 18 orang mengalami nyeri sedang (50%), dan 4 orang mengalami nyeri berat (11,1%). Adapun untuk remaja putri yang mendapatkan asupan kalsium yang cukup diketahui angka kejadian dismenorea yang bervariasi. Diketahui dari 8 remaja putri yang mendapatkan asupan kalsium yang cukup, 5 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (62,5%), 3 orang mengalami nyeri sedang (37,5%).

Hasil tabulasi silang antara jumlah asupan zink dengan kejadian dismenorea menunjukkan bahwa dari 40 remaja putri yang mendapatkan asupan zink yang kurang, 19 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (47,5%), 17 orang mengalami nyeri sedang (42,5%), dan 4 orang mengalami nyeri berat (10%). Adapun remaja putri yang mengonsumsi zink dalam jumlah yang cukup hanya berjumlah 4 orang dimana seluruhnya mengalami nyeri sedang (100%).


(65)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) Berdasarkan Asupan Vitamin dan Mineral Remaja Putri

No. Asupan Vitamin dan Mineral

Kejadian Dismenorea

(Tingkat Nyeri) Total

Ringan sedang Berat

n % n % n % N %

1.

Asupan Vitamin B6

a. Kurang 15 44,1 16 47,1 3 8,8 34 100

b. Cukup 4 40,0 5 50,0 1 10,0 10 100

Jumlah 19 43,2 21 47,7 4 9,1 44 100

2. Asupan Vitamin E

a. Kurang 19 43,2 21 47,7 4 9,1 44 100

Jumlah 19 43,2 21 47,7 4 9,1 44 100

3.

Asupan Kalsium

a. Kurang 14 38,9 18 50,0 4 11,1 36 100

b. Cukup 5 62,5 3 37,5 0 0,0 8 100

Jumlah 19 43,2 21 47,7 4 9,1 44 100

4.

Asupan Zink

a. Kurang 19 47,5 17 42,5 4 10 40 100

b. Cukup 0 0,0 4 100,0 0 0 4 100

Jumlah 19 43,2 21 47,7 4 9,1 44 100

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara jumlah asupan zink dengan kejadian dismenorea, diketahui bahwadari 40 remaja putri yang mendapatkan asupan zink yang kurang, 19 orang di antaranya mengalami nyeri ringan (47,5%), 17 orang mengalami nyeri sedang (42,5%), dan 4 orang mengalami nyeri berat (10%). Adapun remaja putri yang mengonsumsi zink dalam jumlah yang cukup hanya berjumlah 4 orang dimana seluruhnya mengalami nyeri sedang (100%), Karena nilai probabilitas, yakni 0,042, lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi , maka disimpulkan bahwa hubungan antara jumlah asupan zink dan kejadian dismenorea (tingkat nyeri) signifikan (kuat atau nyata secara statistik).


(1)

1.4 Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) Berdasarkan Konsumsi Zink Zink * Tingkat Nyeri Crosstabulation

Tingkat Nyeri

Total nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat

Zink kurang Count 19 17 4 40

% within Zink

47.5% 42.5% 10.0% 100.0%

cukup Count 0 4 0 4

% within Zink

.0% 100.0% .0% 100.0%

Total Count 19 21 4 44

% within Zink

43.2% 47.7% 9.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Probability Pearson Chi-Square

4.819a 2 .090 .108

Likelihood Ratio 6.358 2 .042 .091

Fisher's Exact Test 3.963 .176

Linear-by-Linear Association

1.229b 1 .268 .415 .237 .169

N of Valid Cases 44

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .36.


(2)

2. Kejadian Dismenorea (Tingkat Nyeri) Berdasarkan Status Gizi Remaja Putri

Status Gizi * Tingkat Nyeri Crosstabulation Tingkat Nyeri Total nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat Status Gizi

normal Count 13 11 2 26

% within Status Gizi

50.0% 42.3% 7.7% 100.0% risiko

gemuk

Count 4 5 2 11

% within Status Gizi

36.4% 45.5% 18.2% 100.0%

gemuk Count 2 5 0 7

% within Status Gizi

28.6% 71.4% .0% 100.0%

Total Count 19 21 4 44

% within Status Gizi

43.2% 47.7% 9.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig. (2-sided) Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided) Point Probability Pearson Chi-Square

3.432a 4 .488 .484

Likelihood Ratio 3.782 4 .436 .539

Fisher's Exact Test 3.002 .550

Linear-by-Linear Association

.878b 1 .349 .376 .196 .036

N of Valid Cases 44

a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .64.


(3)

Chi-Square Tests

Value Df

Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability Pearson

Chi-Square

3.432a 4 .488 .484

Likelihood Ratio 3.782 4 .436 .539

Fisher's Exact Test 3.002 .550

Linear-by-Linear Association

.878b 1 .349 .376 .196 .036

N of Valid Cases 44

a. 6 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .64.


(4)

Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Penimbangan Berat Badan Remaja Putri


(5)

Gambar 3. Wawancara Food Recall dengan Remaja Putri


(6)