Hasil Analisis Data Hasil Penelitian

Berdasarkan kadar serum PSA, sampel didominasi oleh kadar serum PSA 4 ngml sebanyak 63 orang 50,4 dan dikuti kadar serum PSA ≤ 4 ngml sebanyak 62 orang 49,6. Kadar serum PSA rata-rata sampel yaitu 11,9880 ngml, dengan kadar serum PSA tertinggi 100 ngml dan kadar serum PSA terendah 0,2 ngml modus= 4,10 ngml.

5.1.3. Hasil Analisis Data

Analisis data diawali dengan melakukan uji normalitas data untuk mengetahui data yang diperoleh terdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat dilanjutkan ke analisis berikutnya yang sesuai. Setelah dilakukan uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov didapatkan bahwa data nilai IMT berdistribusi normal p= 0,200, sedangkan data nilai kadar serum PSA tidak berdistribusi normal p= 0,001. Analisis berikutnya yang dilakukan adalah uji hipotesis parametrik dengan uji korelasi Sperman, dikarenakan salah satu variabel tidak berdistribusi normal. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara 2 variabel numerik, yaitu hubungan antara nilai IMT terhadap kadar serum PSA pasien Poliklinik RSUP H. Adam Malik. Berdasarkan uji korelasi Spearman didapatkan bahwa terdapat hubungan antara nilai IMT dengan kadar serum PSA p= 0,001 dengan keeratan korelasi lemah r = -0,368. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai IMT berkorelasi lemah dan terbalik terhadap kadar serum PSA, dimana setiap peningkatan nilai IMT maka kadar serum PSA mengalami penurunan, dan sebaliknya. Uji korelasi kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji regresi linier untuk mengetahui pengaruh nilai IMT terhadap kadar serum PSA. Berdasarkan uji regresi linier didapatkan nilai p 0,05 p= 0,001 dan Ho ditolak, maka ada pengaruh antara nilai IMT terhadap kadar serum PSA. Dengan nilai konstanta B = 59,478 dan nilai konstanta IMT = -2,044, maka didapat persamaan Y = 59,478 + -2,044X + e, yaitu jika nilai IMT mengalami peningkatan 1 angka maka kadar serum PSA akan mengalami penurunan sebesar 2,044. Nilai koefisien determinan R square yang didapat sebesar 0,124, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai Universitas Sumatera Utara IMT mempengaruhi 12,4 kadar serum PSA dan 87,6 nya dipengaruhi oleh faktor lain. Grafik 5.1 Pengaruh nilai IMT terhadap kadar serum PSA Pada grafik 5.1 diatas, tampak hubungan linier antara IMT dengan kadar serum PSA. Garis linier terbentuk dari kiri atas ke kanan bawah menunjukkan adanya hubungan yang negatif, dimana peningkatan salah satu variabel diikuti dengan penurunan variabel yang lain. Grafik ini menunjukkan pengaruh IMT terhadap kadar serum PSA dengan persamaan dai uji regresi liner: Kadar serum PSA = 59,478 – 2,044nilai IMT + e. 5.2. Pembahasan Telah diketahui sejak lama bahwa pola obesitas pada pria, yakni penimbunan lemak pada abdomen, merupakan faktor resiko terjadinya pembesaran prostat baik jinak maupun ganas. Hal ini dikarenakan terjadinya peningkatan kadar esterogen yang menyebabkan peningkatan sensititasi prostat terhadap androgen dan menghambat proses kematian sel-sel kelenjar prostat, yang akhirnya menyebabkan terjadinya pembesaran prostat. Universitas Sumatera Utara Selama rentang 15 minggu penelitian, peneliti mendapatkan 238 data rekam medik pasien dengan gejala LUTS yang berkunjung ke Poliklinik Urologi RSUP H. Adam Malik. Namun hanya 125 data rekam medik pasien yang memiliki data mengenai berat badan, tinggi badan, dan kadar serum PSA. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pasien yang mengalami gejala LUTS didominasi kategori IMT normal mean= 23,22827; modus= 23,438. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh B. Ganesh et al. 2011 yang menyatakan bahwa kejadian sindrom metabolik dan faktor resiko kanker prostat lebih tinggi pada pria dengan IMT ≥27 kgm 2 RR= 3,0; CI= 1,2-7,3 dibandingkan dengan IMT normal RR= 1,8; CI= 0,7-4,7. Perbedaan ini dapat terjadi karena sampel yang peneliti dapatkan datang ke rumah sakit terkait setelah menjalani perawatan di daerah maupun pelayanan di kesehatan primer. Berdasarkan hasil analisis data penelitian didapatkan bahwa nilai IMT berkorelasi negatif terhadap nilai kadar serum PSA menurut korelasi Spearman p= 0,001; r= -0,368. Dengan rata-rata kadar serum PSA untuk IMT kurus mean IMT= 17,209; mean PSA= 33,459 ngml; n= 16 dan IMT normal mean IMT= 22,299; mean PSA= 10,172 ngml; n= 72 berada diatas level cut off 10 ngml, sedangkan untuk IMT berat badan lebih mean IMT= 25,976; mean PSA= 8,664 ngml; n= 11 dan IMT obese mean IMT= 28,343; mean PSA= 5,212 ngml; n= 26 lebih rendah dari 10 ngml. Dimana nilai ambang PSA 10 ngml memiliki spesifisitas lebih tinggi terhadap kanker prostat Joseph E.,1991 dan Erlangga N., 2007. Penurunan kadar serum PSA seiring dengan peningkatan nilai IMT pasien dengan gejala LUTS sesuai dengan hasil penelitian Rundle et al. 2011, Ohwaki et al. 2010, Grubb et al. 2009, dan Calp et al. 2009 yang menggunakan sampel laki-laki dengan gejala asimptomatik, Banez et al. 2007 dengan sampel positif menderita kanker prostat, serta Peter Ka-Fung Chiu et al. 2011 dengan sampel ethnis China yang mengalami gejala LUTS. Hasil penelitian Peter Ka-Fung Chiu et al. 2011, menggunakan uji korelasi Spearman, menunjukkan adanya korelasi negatif antara IMT dengan kadar serum PSA p= 0,03; r= -0,05; n= 1612. Dengan rata-rata kadar serum PSA untuk IMT Universitas Sumatera Utara normal mean PSA= 4,84 ngml, n= 609 dan IMT berat badan lebih mean PSA= 4,54ngml, n= 731 berada diatas level cut off biasa 4 ngml, namun untuk IMT obese mean PSA= 3,95 ngml, n= 272 lebih rendah dari 4 ngml. Hasil penelitian Banez et al. 2007, menggunakan analisa Cohort, menunjukkan adanya hubungan antara IMT dengan kadar serum PSA. IMT yang lebih tinggi dikaitkan dengan konsentrasi serum PSA praoperasi yang lebih rendah pada SEARCH Cohort p= 0.001, Duke Cohort p= 0,001, dan Hopkins Cohort p= 0,02. Dimana pria dengan IMT ≥35 memiliki kadar serum PSA 11 - 21 lebih rendah dan volume plasma 21-23 lebih tinggi dibanding pria dengan IMT normal. Namun massa PSA tidak mengalami perubahan yang signifikan seiring peningkatan IMT pada SEARCH Cohort p= 0,76 dan Duke Cohort p= 0,5. Sehingga Banez et al. 2007 menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara IMT dengan massa PSA, namun terdapat hubungan antara IMT dengan kadar serum PSA yang dikarenakan peningkatan plasma volume menyebabkan penurunan konsentrasi PSA. Obesitas dikaitkan dengan hemodilusi dan beberapa perubahan hormonal tubuh, terutama penurunan kadar testosteron dan peningkatan kadar esterogen. Hemodilusi terkait obesitas hanya mempengaruhi penanda tumor yang tidak diatur secara sistemik, salah satunya PSA, sedangkan hormon dan serum protein dikontrol secara sistemik oleh tubuh. Teori ini lah yang sangat sering dikaitkan dengan perubahan kadar serum PSA berdasarkan IMT. Ketika PSA berlebihan dialirkan ke serum pada tingkat yang stabil dan terjadi peningkatan volume distribusi plasma, maka akan terjadi penurunan konsentrasi PSA menyebabkan penurunan kadar serum PSA. Dari hasil analisis data menggunakan uji regresi linier, peneliti mendapatkan nilai IMT hanya mempengaruhi 12,4 kadar serum PSA p= 0,001; konstanta B= 59,478; konstanta IMT= -2,044; R square= 0,124 dengan persamaan Y = 59.478 + -2.044X + e. Hal ini menunjukkan bahwa bukan hanya nilai IMT yang mempengaruhi kadar serum PSA, tapi juga terdapat faktor lain yang berperan mempengaruhi kadar serum PSA. Universitas Sumatera Utara Usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kadar serum PSA, dimana angka normal kadar PSA dalam darah meningkat sesuai dengan penambahan umur “age related PSA” Joseph E, 1991 dan Brawer MK, 1999. Selain itu metabolisme kolesterol dan penurunan bioavaibilitas kolesterol dengan penggunaan statin dapat menginduksi apoptosis sel prostat, dan menyebabkan perubahan kadar serum prostat M. H. Hager et al., 2006; L Zhuang et al., 2005; dan K. Pelton, 2012. Disamping itu, beberapa penelitian juga menyatakan bahwa penggunaan insulin Heiko Muller et al., 2009, penggunaan 5- α-reductase inhibitors dan antiandrogen Chiang et al., 2013, serta riwayat trauma dan penyakit pada prostat dan saluran kemih dapat mempengaruhi kadar serum PSA. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, bukan pengukuran langsung tinggi badan dan berat badan pada hari yang sama pengambilan sampel darah PSA. Beberapa pengukuran juga tidak dilakukan pada kunjungan pertama dengan keluhan LUTS. Hal ini mungkin mempengaruhi hasil penelitian yang berkorelasi lemah. Hal lain yang mungkin mempengaruhi penelitian ini adalah jumlah sampel yang terlalu sedikit dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Gambaran Indeks Massa Tubuh dengan Lamanya Hipertensi pada Penderita Hipertensi yang Berobat Jalan di RSUP H. Adam Malik Medan

1 67 52

Hubungan Prostate Specific Antigen dan Digital Rectal Examination dengan Keganasan Prostat yang dilakukan dengan cara Transrectal Biopsy di Poliklinik Urologi RSUP H.Adam Malik Medan

1 10 64

Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar Serum Prostate Specific Antigen (PSA) pada Pasien Poliklinik Urologi RSUP H. Adam Malik

0 0 14

Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar Serum Prostate Specific Antigen (PSA) pada Pasien Poliklinik Urologi RSUP H. Adam Malik

0 0 2

Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar Serum Prostate Specific Antigen (PSA) pada Pasien Poliklinik Urologi RSUP H. Adam Malik

0 1 3

Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar Serum Prostate Specific Antigen (PSA) pada Pasien Poliklinik Urologi RSUP H. Adam Malik

0 0 13

Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar Serum Prostate Specific Antigen (PSA) pada Pasien Poliklinik Urologi RSUP H. Adam Malik

0 0 3

Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kadar Serum Prostate Specific Antigen (PSA) pada Pasien Poliklinik Urologi RSUP H. Adam Malik

0 1 14

Hubungan Prostate Specific Antigen dan Digital Rectal Examination dengan Keganasan Prostat yang dilakukan dengan cara Transrectal Biopsy di Poliklinik Urologi RSUP H.Adam Malik Medan

0 0 14

Hubungan Prostate Specific Antigen dan Digital Rectal Examination dengan Keganasan Prostat yang dilakukan dengan cara Transrectal Biopsy di Poliklinik Urologi RSUP H.Adam Malik Medan

0 0 2